Eyes, Nose, Lips #1

eyesnoselips

creditnya => Sweetierose by http://cafeposterart.wordpress.com)

Why you do that babe ?
It doesn’t have to be this way, but there’s no way I could stay
-Eyes, Nose, Lips : Lydia Paek-

~~~

Noona, haruskah kau pergi?” tanya namja jangkung menahan pergelangan yeoja yang dipanggilnya Noona. Yeoja bertubuh mungil dengan rambut panjang hitam yang tergerai itu pun mengangkat wajahnya menatap namja di hadapannya yang terlihat cemas. Terdengar helaan nafas panjang sebelum ia menjawab, dengan mata sendu dan senyum yang dipaksakan… yeoja itu pun melangkah pelan mendekati dan memeluknya.

Ne. Aku harus pergi, tidak ada alasan untukku tinggal.” jawab yeoja itu berusaha menahan rasa sesak yang ia rasakan. “Jagalah dia.” lanjutnya kali ini terdengar sangat lirih sebelum melepaskan pelukannya, dan akhirnya ia pun berbalik melangkah pergi.

Noona-” … “Dara Noona!”

Tak dihiraukannya lagi panggilan dari namja jangkung itu, namja yang seharusnya kelak akan menjadi adik iparnya… karena sebuah keputusan besar telah ia ambil, ia akan mengakhiri semuanya… mengakhiri hubungannya, mengakhiri cintanya, mengakhiri rasa sakit yang telah lama bersarang di hatinya.

.

.

.

“Kau bahkan tidak harus berbohong, Ji!” pekik suara yeoja yang terdengar sangat parau disela-sela isak tangisnya yang ia tahan, namja yang berusaha untuk menenangkannya pun akhirnya menyerah… ia terduduk di sofa dengan kedua tangan memijat pelan pelipisnya yang kini terasa amat sangat berat. Namja itu sadar ia telah kembali mengulang kesalahannya… itu membuatnya kehilangan cara bagaimana untuk kembali menjelaskan, meminta maaf, dan memperbaiki semuanya.

“Dara… dengarkan aku, aku tidak bermaksud untuk membohongimu hanya saja- hanya saja aku tak mampu lagi menahannya. Aku tak bisa mengatakan tidak saat ia ingin bertemu denganku. Aku tak tahu sebenarnya bagaimana hatiku. Di satu sisi aku tak ingin meninggalkanmu atau pun menyakitimu tapi di sisi lain… aku tak bisa melupakannya, Dara. Aku… aku akui, aku masih mencintainya.”

“Lalu… bagaimana denganku? Apa artinya hubungan kita selama 3 tahun ini? Kau… apakah kau- kau hanya berpura-pura mencintaiku? Kau hanya kasihan padaku?”

“Ani…  anio, tidak seperti itu Dara. Dia adalah masa laluku dan kau kini adalah masa depanku…”

“Masa depanmu? Bagaimana aku bisa menjadi masa depanmu bila hanya dirinya yang ada dalam pikiranmu, Ji.” ucap Dara dengan suara yang kini melemah, ia berusaha keras untuk tetap bertahan tapi itu sudah mencapai batasnya, “Ji… Jiyong-ah.”

“…” Namja yang dipanggil Jiyong itu pun kini menatap Dara yang masih membelakanginya, Jiyong tahu pasti… Dara tidak ingin melihatnya sekarang.

“Sampai di sini-”

“Mwo?” Jiyong tak mengerti.

“Kita akhiri sampai di sini.”

“Ya! Dara-“

“Aku menyerah-“

“Hentikan, Dara.”

“Aku menyerah untuk menjadi masa depanmu, Ji. Jadi… kau bisa kembali padanya. Arasseo?”

.

.

.

“Aku menyerah… aku menyerah… pergi… pergilah padanya…”

Ya! Dara… Dara-yah… bangunlah. Hei, bangun.” seseorang membangunkannya- Dara membuka matanya pelan.

“Donghae.” gumamnya tersenyum saat melihat sosok yang sebelumnya sangat dekat dengannya.

Lee Donghae. Teman sepermainnya sejak ia berada di taman kanak-kanak, dan hingga saat ini… ia adalah teman yang selalu mendengar keluh kesahnya.

“Bangunlah. Apa kau mimpi buruk, hah?” tanyanya kemudian membantu Dara untuk bangun dari posisi tidurnya.

Ne… begitulah. Terima kasih telah membangunkanku.” jawab Dara akhirnya.

“Ah. Itu bukan apa-apa… hanya tak lupa berdoalah setelah ini sebelum tidur. Aku akan membuatkanmu sesuatu yang hangat. Tunggulah.” ucap Donghae berlalu meninggalkannya. Dara pun beranjak dari tempat ia terbaring beberapa hari ini. Yah, setelah ia tiba di kampung halamannya- Busan, ia mengalami demam dan saat itu tidak ada siapa pun di kediamannya… orangtua Dara terlalu sibuk dengan pekerjaannya di luar kota, sementara kedua adiknya tengah sibuk dengan kuliahnya dan lebih memilih tinggal di asrama. Dara tak ingin sedikit pun membebani mereka dengan kisah cintanya yang kandas, oleh karena itu… ia lebih memilih menyendiri untuk menenangkan diri tapi siapa sangka di saat ia meyakini dirinya kuat dan baik-baik saja, ia malah jatuh tak sadarkan diri tepat sebelum ia masuk ke dalam rumahnya dan saat itu Donghae yang kebetulan melintas melihat dan menolongnya.

“Dara, apa yang kau lakukan?” tanya Donghae saat melihat Dara telah berdiri di balkon kamarnya melihat ke langit luas- menyadarkan Dara dari lamunan, ia pun berdiri di sampingnya dan memberikan minuman hangat yang baru saja ia buat.

Ani. Aku hanya ingin menikmati malam yang tenang ini.” jawabnya kemudian menyesap secangkir minuman yang baru ia terima. “Hmm… coklat? Aku suka ini.” lanjutnya saat menyadari apa yang ia minum.

“Aku tahu, karena itu aku membuatnya.”

Gomawo.“

Ne. Apa kau sudah jauh lebih baik?”

Dara mengangguk pasti, “Berkatmu. Terima kasih sudah menjagaku, aku pasti sangat merepotkanmu beberapa hari ini dan sampaikan permintaan maafku pada ahjumma karena telah banyak menghabiskan waktumu untukku.” jawab Dara kali ini bermaksud menggoda Donghae, karena Dara tahu Donghae sangat dekat dengan ibunya dan Dara suka melihat kedekatan yang seperti itu antara ibu dan anak. Jujur… ia merindukan saat dimana ibunya datang untuk sekedar memeluknya.

Ani. Eomma juga khawatir padamu, karena itu ia merelakan anak kesayangannya ini untuk merawatmu. Ah… tapi, aku benar-benar tak mengerti, apa yang namja brengsek itu pikirkan… bagaimana bisa ia kembali berbuat ini padamu, hah?” Donghae tak lagi bisa menyembunyikan kekesalannya, karena ia lah satu-satunya orang yang tahu bagaimana kerasnya Dara bertahan untuk cintanya. Bahkan saat Donghae dengan tegas tak menyukai pilihannya untuk kembali memaafkannya, ia berusaha untuk percaya laki-laki yang dicintai Dara itu akan berubah, tapi nyatanya… ia kembali menyakitinya.

Anio. Tak ada yang salah dengan dirinya, tapi akulah yang salah karena memaksa hadir dikehidupannya.”

Ya! Dara-yah… apa kau akan terus seperti ini, hah? Menyalahkan dirimu di saat terlihat jelas dia lah yang menyakitimu, berhentilah Dara- berhenti menyalahkan dirimu.”

Araesso. Karena itu… Donghae-yah, bisakah kau bantu aku melupakannya?”

Mwo?”

“Aku benar-benar ingin berhenti menyalahkan diriku sendiri, menyalahkan karena masih memikirkannya, menyalahkan karena aku tak bisa membencinya, menyalahkan mengapa aku merindukannya dan menyalahkan diriku karena sampai saat ini aku masih mengharapkannya. Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan untuk bisa melupakannya? Apa yang harus aku lakukan, Donghae? Apa kau tahu?” tanya Dara berusaha keras  menahan air mata saat mengucapkannya. Donghae tak lagi bisa untuk menjawab, ia hanya mendesah dan ikut menatap langit malam dalam diam.

~~~

Sesosok namja dengan jalan terhuyung baru saja keluar dari mobil rekan yang mengantarnya, dan kini ia berusaha untuk masuk ke dalam rumah.

“Kau minum lagi, Hyung?” tanya sebuah suara yang menyambutnya. Sekilas ia melihat ke arah dari mana suara itu berasal.

“Song Mino. Diamlah.” jawabnya singkat, sambil mengendurkan ikatan dasi dan setelah itu menghempaskan tubuhnya di sofa.

“Setidaknya kau masih bisa pulang dengan aman.” guman namja bernama Mino itu mendekati sosok yang ia panggil Hyung. Sosok yang selama 10 tahun ini berusaha untuk ia dekati dan itu tidaklah mudah- tidak… sampai seorang Sandara Park masuk ke dalam kehidupan mereka.

Kwon Jiyong- ia lah sosok yang berhasil ditaklukkan Dara dan sejak saat itulah ia lebih membuka diri dan mau menerima Mino sebagai adiknya. Yah… orang tua Jiyong telah bercerai dan ayahnya memutuskan untuk kembali menikah dengan wanita beranak satu sementara ibunya pergi tanpa adanya kabar.

“Maaf.”… “Maafkan aku… Dara, maaf.” terdengar ucapan Jiyong lemah ditengah kesadarannya yang tak lagi utuh, Mino pun berlutut melepaskan sepatunya.

“Aku tahu kau akan menyesal, Hyung… tapi harusnya kau mengucapkan kata maaf itu langsung di hadapannya. Dara Noona adalah yang terbaik, bukan?” gumam Mino yang entah sudah berapa kali mengatakan itu pada Jiyong, tapi Jiyong tak kunjung juga memberikan jawaban- jawaban akan kepastian untuk dirinya dan hatinya.

.

.

.

“Annyeong. Sandara Park imnida, aku guru privatmu mulai hari ini.” ucap yeoja dengan pakaian casualnya tersenyum ramah.

“Ne. Anneyong… Song Mino imnida, seonsangnim.”

“Anio. Panggil saja aku Noona, karena bagaimana pun aku belum terlalu tuakan? Ah. Lagipula aku telah memberitahu ibumu tentang ini, aku tak terlalu suka dipanggil seongsangnim… ssaem… atau sejenisnya, itu terlalu formal bagiku dan ibumu tidak masalah.”

“Ah… Ne, Sandara Noona.”

“Ani… anio. Cukup dengan Dara Noona. Oke.”

Semenjak hari itu Dara selalu datang ke kediaman Mino, 3 kali dalam seminggu untuk mengajar dan membantunya menghadapi ujian masuk universitas.

Sampai suatu hari… Dara bertemu dengannya- di hari hujan.

Hujan tak kunjung berhenti, dengan tergesa Dara menggunakan payungnya menembus hujan untuk sampai di halte. Hari itu ia ada jam mengajar privat… dan pantang baginya untuk terlambat, tapi ia harus rela ketinggalan bus yang telah melaju saat ia baru tiba di halte- itu membuatnya harus menunggu kurang lebih 10 menit untuk bis selanjutnya.

“Argh. Ottoke?” gumamnya mulai mengeluh, dan tiba-tiba pandangannya terhenti… “Omo. Apa yang orang itu lakukan, hah? Apa ia tidak sadar dengan hujan?” batinnya saat melihat seorang namja seperti terpaku melihat papan iklan yang berada di seberang jalan, sementara tubuhnya telah basah kuyup oleh hujan- orang itu seolah tak menghiraukan sekitarnya. “Pabbo-yah.” ucap Dara lirih berusaha mengabaikannya, tapi sedetik kemudian entah mengapa Dara telah berjalan menghampirinya dan dengan payung yang terbuka lebar… Dara telah berada di sampingnya- membuatnya berada di bawah payungnya. Dara dapat merasakan namja itu sekilas melihat ke arahnya, tapi Dara berusaha untuk tak membalasnya… karena ia akan bingung bila ditanya apa alasannya memayunginya, karena jujur… ia benar-benar tak tahu kenapa- itu berjalan begitu saja.

“Apa yang kau lakukan?” tanya namja itu akhirnya.

“Ah… aku hanya penasaran, dengan apa yang kau lihat hingga kau seperti orang bodoh di bawah derasnya hujan.” jawab Dara berhasil menguasai dirinya.

“Cih. Dan itu mengartikan kau lebih bodoh karena memayungi orang bodoh yang tidak kau kenal.” ucap namja itu membuat Dara kini melihat ke arahnya.

“Omo. Menyebalkan. Ck ck… sepertinya aku mulai benar-benar bodoh karenanya.” batin Dara hendak berbalik pergi, tapi langkahnya terhenti saat namja itu mengatakan sesuatu yang membuat Dara mengurungkan niatnya.

“Apa aku terlihat menyedihkan?” ulang namja itu bertanya padanya, Dara pun kembali memposisikan diri di sampingnya.

“Mwo?”

“Lihatlah… yang di sana.” namja itu menunjuk papan iklan yang menampilkan wajah sesosok selebriti yang cukup terkenal, dan Dara tahu… selebriti itu bernama Kiko- Kiko Mizuhara. Ia adalah keturunan Jepang-Korea, dan beberapa waktu yang lalu ia telah mengumumkan pertunangannya dengan salah satu orang terkaya di Korea.

“Ne… waeyo?”

“Dia tanpa alasan yang jelas memutuskan dan bertunangan dengan pria lain. Bukankah itu menyedihkan?”

“Omo. Apa dia gila? Apa dia seorang fans yang patah hati?” batin Dara tak habis pikir dengan yang namja itu ucapkan.

“Kau pasti berpikir aku gila iya’ kan?”

Tepat sasaran. Dara ingin mengiyakan, tapi ia menahannya untuk tak berkomentar. Namja itu pun tersenyum saat Dara tak kunjung menanggapinya dan ia kembali melihat ke arah papan iklan itu dengan tatapan yang tak bisa dilukiskan, dan entah kenapa Dara merasa sesak saat melihatnya… tatapan sendu yang menyakitkan.

Ciiiittt

Terdengar decitan roda bus dan aspal yang saling bergesekan. Pintu bus yang terbuka. Dara pun tersentak menyadari bus yang telah berhenti di halte…

“Ah. Busnya.” Dara telah berbalik untuk pergi, tapi kali ini namja itu menggapai pergelangan tangannya yang kosong dan menariknya mendekat- memeluknya- erat. Dara membulatkan matanya tak mengerti sementara satu tangannya masih tetap bertahan memegang payungnya. “A… ap… apa… apa yang kau lakukan?” tanya Dara akhirnya di tengah dadanya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat karena mereka kini terlalu dekat. Itu membuatnya seketika merasakan aliran hangat menjalar di seluruh tubuhnya.

“Jangan pergi.”

“Mwo?”

“Kubilang jangan pergi.”

“Wae… wae?”

“Karena aku membutuhkanmu…”

“Mwo?”

“…membutuhkan payungmu.”

“???” 

Ouch. Dia Gila.

.

.

.

=to be continued=

next >>>

36 thoughts on “Eyes, Nose, Lips #1

  1. Cukup ff ini aja yaa dara tersakiti. Kehidupan nyata jangann. Brharap bngt jgnn . Mskipun ad foto gak mnyenangkan msihlah ad vitamin dri daragonnya. Aigooo nyesek ah . Gak tau mau gimana lgi nih crita nyesek bgt dahh behhh

Leave a comment