DESTINY FOR THE KING [Part. 7]

DFTK part 7

Author : Defta

Cast     : Sandara Park, Kwon Jiyong, Jung il Woo

Genre   : Drama, action (maybe), Kolosal

***

Au… Defta kemarin udah ijin kan kalau Defta ada UTS, kali ini Defta nyempetin ngetik ini part, walau sambil merem melek karna ngerjainnya malem, sorry for typo… maklumilah keterbatasan mata saya ini…dan tolong hargai tulisan saya ini dengan sepatah kata.

WARNING jangan salahin saya kalau abis ini kalian nangis, salahin lagunya Mad Clown, Kim Na Young – Once Again (Descendants of the sun part 5) yang bikin Defta baper duluan.

Zhie eonnie… ditunggu Hello Bitches-nya, kangen tau….

Love… Defta

Keberuntungan sepertinya msih berpihak kepada dara, sekali lagi ia bersyukur karna mendapat kesempatan untuk kembali mengandung pewaris tahta joseon. Dan sekali lagi jiyong juga harus merasakan pahitnya masa-masa awal kehamilan atau yang biasa disebut dengan ngidam.

Tapi hal itu sudah selesai terjadi, dan kehamilan dara sudah berusia 9 bulan sekarang ini. Apa yang kurang membahagiakan darinya ? hanya saja sikap jiyong masih dingin padanya.

Semuanya baik-baik saja bagi dara, hingga sebulan yang lalu sebuah gempa melanda hubungan mereka. Seorang putri dari china tiba-tiba mengaku bahwa dirinya juga adalah takdir raja. Dan dengan terpaksa jiyong menyetujui pernikahan itu dan jadilah putri dari china itu menjadi selir pertama jiyong.

#FLASHBACK

“Perkenalkan nama saya Lee Donghae saya adalah utusan dari china”

“Ada perihal apa anda datang kemari”

“Dia adalah Lee chaerin, dia adalah putri dari raja china dengan salah satu selirnya yang berasal dari joseon, dan dia datang kesini untuk menikah dengan anda Jeonha” namja itu memperkenalkan Yeoja disampingnya

“Kenapa dia ingin menikah denganku, sedang aku sudah memiliki permaisuri” Jiyong melirik dara yang berada disampingnya.

“Karna dia juga memiliki rasi bintang yang sama dengan anda Jusang Jeonha. Jadi dia juga berhak untuk menjadi pendamping anda”

Jiyong menatap Yeoja bernama Lee Chaerin itu dengan tatapan tidak suka, hingga dia melihat kedalam manik mata Chaerin ketika yeoja itu mendongakkan wajahnya. Sesuatu terjadi padanya, terjadi getaran-getaran hebat dalam perutnya dan dia…

“HOEK…” Jiyong tiba-tiba memutahkan isi perutnya.

“Jeonha anda baik-baik saja ?” Dara bertanya dengan nada khawatir sambil terus memukul punggung jiyong.

Jiyong memegang kepalanya yang terasa berat. “Aku baik-baik saja”

“Lee..Chae..Rin…ssi…” Dara mengeja nama Chaerin kemudian menatapnya dengan lekat. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum ramah. “jeonha akan menjadikanmu psangannya”

“DARA-AH…” Jiyong berteriak sambil kembali menahan mualnya.

“bisa tinggalkan kami sebentar ?” Dara bertanya dengan halus, membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu tak kuasa menolaknya.

“Kenapa harus aku ?  untuk apa aku menikahinya ?” Jiyong langsung bertanya ketika semua orang sudah keluar.

Dara mendesah sambil menatap Jiyong. “mungkin memang inilah takdir anda Jeonha, bukan hanya satu yeoja yang akan mendampingi anda”

“Tapi biar bagaimanapun…”

“Lalu apa anda ingin menjadikannya Ahn Sohee kedua ?” Dara langsung menyela.

Kali ini jiyong yang mendesah,  dia tidak ingin membuat ahn sohee kedua, dimana nantinya pernikahannya dan dara akan dikutuk, terlebih sekarang dara tengah mengandung, dia tak habis fikir dengan apa yang akan terjadi jika nanti chaerin akan menjadi seperti Sohee.

“Jeonha dengarkan saya..” Dara mengusap lengan jiyong, membuat pandangan mereka berdua fokus pada kedua tangan yang saling menyatu itu. “Saya hanya  ingin hidup bersama anda dengan damai, saya akan melakukan apa saja agar kedamaian itu tetap terjaga, walau harus membagi cinta anda” dara semakin menurunkan kepalanya “ kalaupun itu masih ada untuk saya” lanjutnya dengan nada lebih pelan.

“Itu kenginanmu Dara-ah ?” Jiyong menarik dagu runcing dara.

Yeoja itu hanya mengangguk sambil tersenyum paksa.

“keinginanmu akan terkabul WANGBI”

#FLASHBACK END#

“Saya memohon ijin ntuk keluar istana malam ini” Dara duduk dihadapan Jiyong, dia berada diistana barat saat ini.

Jiyon sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari buku yang ia pegang. “Kau ingin pergi ke sekolah ?”

“Neh, saya ingin pergi ke Nabi Haggyo”

Kali ini ia mengalihkan bukunya sementara dan menatap Dara. “Nabi Haggyo ?”

“Selama ini anda tidak pernah secara spesifik menyebutkan namanya jadi saya menyebutnya dengan Nabi Haggyo” Dara menunduk, ia takut jiyong akan marah, terlebih karna sekolah itu didirikan olehnya. “Jika anda tidak setuju….”

“Aku suka” Potong Jyong dengan cepat. “Kau bisa melakukannya sesukamu, mulai saat ini yang yang mengambil tanggung jawab nabi haggyo

“Neh ?” Tanya dara seakan tak percaya.

“Setelah kau keesana, laporkan apa saja yang diperlukan sekolah itu, aku akan membantu sebisaku” ucap jiyong kemudian kembali fokus pada bukunya.

Secercah senyuman terbit dari wajah dara. “Kalau begitu saya permisi” Ia menaik-kan badannya dengan perlahan, tubuh besarnya sungguh menghambatnya.

“Pengawal Dong, Masuklah”

Tak lama berselang Yongbae masuk kedalam kamar Jiyong.

“Yeh Jeonha”

“Wangbi akan pergi keluar istana, siapkan tandunya dan kawal dia dengan baik”

“Tapi Jeonha…” Dara baru akan memulai protesannya.

“ kau bisa kemana dengan perut sebesar itu ? siapkan tandu untuknya”

“Jeonha…”

Dengan perlahan dara memsuki Nabi Haggyo, takut membuat suasana belajar menjadi berantakan, ia baru saja membuka pintu dan anak-anak menyambutnya dengan tatapan mengintimidasi.

“Kalian semua kenapa ? tidak belajar ?”

“Kenapa eonnier berbohong kepada kami ?” seorang anak yang dara ingat bernama Nana bertanya.Tapi sayangnya dia sama sekali tidak mengerti maksud dari perkatannnya. Jadi dia hanya mengerutkan dahinya.

Anak yang lain memberikan dara sebuah gulungan, Dara membukanya dan melihat poster wajah jiyong yang ditulis sebagai penghianat (Poster masa kudeta Jung Ilwoo)

“Kami sudah bertanya-tanya lebih dari 9 bulan karna eonnie dan oraboni tidak pernah datang kemari”

“Jadi benar kalian adalah raja dan ratu negri ini ?”

Dara mendesah, haruskah dia memberitahukan yang sebenarnya pada anak-anak ini ? tapi bagaimana dengan jiyong, mungkinkah dia mengijinkannya ? Dara masih berkecamuk dengan pikirnanya.

“Mama dimana saya harus meletakkan buku-buku ini ?” Suara yongbae berasal dari belakang tubuh dara terdengar.

Yeoja itu memejamkan matanya sekarang. Terbongkarlah sudah.

“Ahjusi apa anda dari istana ?”

“Ne”

Bodoh. Dara benar-benar mengutuk Yongbae karna kebodohannya. Ia berbalik dan menatap tajam yongbae, tapi namja itu hanya menaikkan bahunya.

Anak kecil yang semuanya perempuan itu mulai menatap Dara dengan tatapan takut.

“Inilah alasannya” Dara menatap anak kecil yang jika dihitung jumlahnya adalah 15 orang. “Jeonha tidak ingin kalian menatapnya dengan takut, kami hanya ingin bermain dan bersenang-senang bersama kalian seperti layaknya adik dan kakak. Lihat yang terjadi sekarang setelah kalian mengetahui kebenarnannya kalian menatapku dengan tatapan takut” Dara menunduk dan membuat ekspresi sedih.

“jika didalam tembok istana kami adalah raja dan ratu, tapi diluar kami adalah rakyat biasa seprti kalian” Dara melihat Jenny meninggalkan rombongan.

“jadi apa eonnie dimaafkan ?”  anak-anak itu mulai berbisik-bisik sambil mengangguk sesekali.

“Baiklah kami maafkan eonnie”Dara tersenyum mendengarnya.

“tapi dimana oraboni ?”

Dara terlihat menimbang. “Hem, dia sedang sibuk, tapi aku membawa oraboni baru untuk kalian.” Ia menunjuk yongbae yang berdiri di belakangnya.

“ORABONI…” tanpa menunggu ke-14 anak itu menyerbu Yongbae.

“Dara-ssi…” Yongbae memekik meminta pertolongan, tapi ia langsung melenggang pergi untuk mencari jenny.

Dara mensejajrkan tinggi badannya dengan Jenny.

“Apa kau tidak memaafkanku Jenny-ah ?” Tanya Dara yang sama sekali tidak dijawab oleh Jenny. “Apa karna janji yang dibuat Oraboni padamu ?”

Jenny masih bungkam, dan dia juga menunduk membuat dara mendesah dalam. Ia meraih tangan mungil anak berusia 7 tahun itu dan menempatkannya diatas perutnya yang buncit.

“Kau merasakannya ?” Jenny mendongak dan bertatapan dengan Dara. “Banyak orang yang bialang dia adalah laki-laki, kalau memang itu benar, kau ingin mendapat panggilan apa darinya ? Noona, Lady Kim, atau Wangbi ?”

“Apa maksud Eonnie ?”

“Jika kau ingin dia memanggilmu Noona,  aku akan ijinkan kalian unuk saling bertemu baik didalam mauapun di luar istana, jika kau ingin dia memanggilmu Lady Kim, segera setelah kau lulus dari sekolah ini aku akan menjadikanmu sebaggai dayang pribadinya, dan jika kau ingin dia memanggilmu Wangbi, aku akan bersaha keras agar kau menajadi ratu selanjutnya”

“Eonnie…”

“berkat dirimu, aku bisa mengandung pewaris tahta negri ini jenny-ah, sudah sepantasnya kau ikut andil dalam kehidupannya kelak”

“JENNY…JENNY…” tiba-tiba teriakan memanggil nama jenny terdengar dari seorang wanita “JENNY DIMANA JINHWAN ???”

“Jenny-ah Ibumu datang kemari, sepertinya penyakitnya kembali lagi”

###

Tengah malam mulai menjelang. Jiyong semakin khawatir di dalam kamarnya karna dara belum juga kembali dari Nabi Haggyo, tiba-tiba di kepalanya muncul skenario buruk tentang Dara tapi ia berusaha mengeyahkan semua itu.

“Kemana yeoja itu ?” geramnya.

Tak lama berselang ia mendengar beberapa orang berjalan mendekat, dan ia yakin itu pasti rombongan Dara. Ia duduk di depan menjanya sambil membaca buku membuat dirinya terlihat sibuk.

Darapun masuk setelah mendengar dari eunuch kang kalau jiyong belum tidur dam masih menunggunya.

Jiyong berdehem begitu melihat Dara sudah duduk dihadapannya. “Kenapa lama sekali”

“Ada beberapa penjahat yang engikuti kami”

“APA !! BAGAIMANA HAL ITU BISA TERJADI ? lalu bagaimana ? apa kau baik-baik saja ?”

Dara tertawa melihat Jiyong yang begitu khawatir padanya. “Ne saya baik-baik saja karna para penjahat itu sebenarnya tidak ada”

Jiyong menegerutkan dahinya. “kau berbohong padaku”

“Maafkan saya. Anak-anak disana tidak mengijinkan saya pulang”

“Apa yang Nabi Haggyo butuhkan ?”

“Tahun ini Nabi haggyo tidak akan meluluskan beberapa anak karna umur mereka yang masih kurang untuk menjadi seornag dayang di istana, kami juga membutuhkan beberapa buku untuk tingkat yang lebih tinggi, dan saya berfikir untuk membuat acara amal untuk para rakyat miskin”

Jiyong mengangguk sambil kembali fokus pada bukunya. “Baiklah, aku yang akan mengurus masalah buku, dan tentang idemu…aku suka, kapan kau akan meralisasikannya ?”

“Secepatnya”

“Baiklah, kembalilah kekamarmu dan beristirahatlah, jangan terlalu lelah”

Dara berdiri dari posisinya dengan seikit kesusahan, ia membungkuk hormat kemudian berbalik. Pintupun terbuka sebelum Dara mencapainya. Tapi kemudian ia berbalik lagi.

“Tapi Jeonha.. apa anda bisa membaca buku yang terbalik… itu pasti sangat susah”

Namja itu memejamkan matanya, ia menutup bukunya dan melihat sampul depan bukunya. Dan dara memang benar sedari tadi ia membaca baku yang terbalik.

“Saya permisi Jeonha” ucap Dara sambil menahan tawanya.

Dara  dalam perjalanan menuju istana tengah bersama dengan Yongbae.

“Dara-ssi” Panggil Yongbae memulai percakapan antara mereka.

“Ne ?”

Dengan raut ragu yongbae bertanya. “Apa anda masih mencintai Jiyong ?”

Darapun menghentikan perjalanannya dan menatap Yongbae. “Dia suamiku, sudah sepantasnya aku mencintainya, memang ada yang salah Yongbae-ssi ?”

“Anieyo, hanya saja dia terlalu berengsek untuk dicintai seseorang, dan aku bersyukur anda masih mau mencintainya setelah semua hal yang dia perbuat kepada anda” yongbae tersenyum kecut.

“Aku mencintainya karna aku tau dia juga mencintaiku”

“Dara-ssi…” Sekali lagi Yongbae memanggil Dara, dan kali ini Dara hanya tersenyum ramah. “Sepertinya aku tida bisa menyimpan rahasia ini lagi,sebenarnya sikapnya yang seperti ini adalah kamuflasenya”

“Kamuflase ?”

“Ne, dia bersikap dingin pada anda karna ia merasa anda harus membenci dia, karna dialah yang menghukum ayah anda”

Ia terkejut dengan pengakun yongbae, dia sama sekali tidak menyangka bahwa pemikiran jiyong sangat sempit, ayahnya bersalah dan memang pantas untuk dihukum. “J…jadi selama ini ia berfikiran seperti itu ?”

Yongbae mengangguk pelan.

###

Matahari mulai menelisik dibalik awan putih, ia bersiap menyinari joseon, tapi beberapa helai awan masih enggan untuk beranjak dari hadapannya.

Dara bangun lebih siang hari ini, semalam ia begadang karna memikirkan semua ucapan Yongbae padanya. Setelah ia tau semuanya bagaimana ia harus bersikap ? Entahlah.

Ia berjalan menuju tempat kesukaannya di istana, Kolam Teratai, ia mebawa ramahan roti di dalam sebuak mangkuk untuk ikan-ikan diasana. Ia baru saja menapakkan kakinya di pintu masuk saat dilihatnya selir Lee Chaerin akan keluar dari tempat itu.

“Kau disini juga Chaerin-ssi”

Chaerin membungkuk dihadapan Dara. “Yeh mama saya baru saja mengantar Jusang Jeonha”

Dara melirik keatas jembatan teratai dan menemukan sosok jiyong disana berdiri sambil memijit pelipisnya. Dahinya berkerut seakan betanya-tanya apa yang terjadi padanya. “lalu kenapa kau kembali ?”

“Ah itu… saya harus kembali ke kamar sebentar. Saya permisi Mama”

“ Baiklah” Dara mengangguk mengerti.

Lalu ia kembali melanjutkan perjalanannya menuju atas jembatan teratai. Mata keduanya bertemu saat Dara mulai menapakkan kakinya keatas jembatan berwarna merah itu. Dengan anggun ia melangkahkan kakinya langkahdemi langkah membuat jiyong menahan nafasnya beberapa saat.

“Kenapa kau kemari. Tempat ini terlalu jauh dari istana tengah”

Dara tersenyum, kemudian melemparkan remahan roti keatas air yang langsung disambut senang ikan-ikan yang lapar disana. “Saya ada Janji dengan para ikan-ikan ini”

“jika janjimu sudah kau tepati kembalilah ke kamarmu” Jiyong mulai membalikkan badannya dan Dara mulai merasa sakit. Bukan pada hatinya tapi pada tubuhnya.

“Anda akan kemana ?”

“Aku juga ada janji dengan selir Lee”

Untuk kesekian kalinya hatinye merasa tertohok dan dia sangat kesakitan. “Bisakah anda disini bersama saya” Dara menemukan suaranya sambil menahan sakit dari perutnya.

—- Sementara itu ditempat lain.

Dengan kasar Chaerin membuang semua buku dari atas mejanya, bahkan ia melmparkan mejanya ke pintu.

“Tenanglah Chaerin-ah”

“Kau menuruhku tenang ? Bajingan itu benar-benar menghinaku kau tak melihatnya !” Dengan menggebu-gebu chaerin mengatakannya. “Dia selalu mutah ketika melihatku”

“Aku dengar itu semua karna Wangbi yang sedang mengandung. Bersabarlah sebnatar lagi.” Pengawal chaerin yang bernama lee donghae itu menjelaskan.

Chaerin menesah. “Setauku hal-hal seperti itu hanya terjadi pada awal kehamilan. Tapi lihat wanita itu perutnya suah sangat besar.” Ia menggerutu. “Kalau seperti ini bagaimna aku bisa mengandung keturunannya”

“Kau tak harus tidur dengannya untuk mendapatkan anaknya.”

“Apa maksudmu ?”

“Dengarkan aku baik-baik…” Pengawal Lee mendekatkan wajahnya pada telinga Chaerin, dan tak lama berselang senyuman licik mengembang di bibir tebal yeoja itu.

— kembali ke Daragon

“Bisakah anda disini bersama saya” Dara menemukan suaranya sambil menahan sakit dari perutnya.

Merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada Dara, jiyong kembali menatap Dara, yeoja itu menatapnya dengan tatapan sedih, membuat relung hati jiyong merasakan perasaan bersalah yang semakin dalam saja.

Bertahan dengan posisi seperti itu membuat rasa sakit dari perutnya semakin bertambah, ia berusaha menahannya di hadapan Jiyong tapi tak lama pertahanannya runtuh dan dia mulai mengerang kesakitan.

“DARA-AH” Jiyong mulai beteriak dan meraih tubuh Dara sebelum yeoja itu limbung. “Apa yang terjadi ? dimana yang sakit ?” tanyanya pada dara yang masih terus mengerang kesakitan. “APA YANG KALIAN LIHAT CEPAT PANGGIL TABIB KE ISTANA TENGAH !!!” Perintah Jiyong menginterupsi beberapa pelayan yang mulai kalang kabut berlarian kesana kamari.

Tanpa keraguan sedikitpun, Jiyong mengangkat tubuh Dara dan menggendeongnya lalu setengah berlari menuju ke istana tengah.

Saat itu Yongbae yang melihatnya tersenyum lebar, padahal ia tau wanita yang sedang hamil tua pasti memiliki kenaikan berat badan yang luar biasa, yah walaupun Dara tidak terlalu mengalami hal itu, tapi Yongbae yakin jika Dara tetap bertambah berat juga. Tak mau merenung lebih lama, ia menyusul Jiyong yang berlari dengan Dara dalam gendongannya, takut kalau-kalau jiyong menyerah di tengah jalan.

Berita tantang Dara yang akan melakukan persalinan sontak terdengar di seluruh istana. Semua orang di dalam istana menghentikan seluruh aktivitasnya guna mengetahui kabar dari wanita nomor 1 di joseon itu.

Jiyong sama sekali tidak ingin melewatkan persalinan Dara sama sekali, ia tak peduli dengan hal hal yang lain selain keselamatan Dara dan Bayinya.

Dara sudah menggigit kain berwarna putih yang sengaja disumpalkan kemulutnya, tangan kirinya juga sudah memegang kain yang berada diatasnya sedangkan tangan kanannya digenggam erat Jiyong. Keringat dingin sudah membasalahi seluruh tubuhnya dan semakin bertambah setiap kali ia berteriak.

Ia sudah menyerah kalau saja jiyong tak ada disana, ia mengerahkan sisa tenaga yang ia miliki, ia tak mau membuat jiyong khawatir lagi. Dan beberapa saat kemudian ia mendesah dengan lega dan meraup nafas sebanyak-banyaknya.

Para tabib disana terdiam, beberapa mereka ada yang menggeleng juga ada yang menunduk.

Menyadari hal itu dahi jiyong berkerut. “Apa yang terjadi”

Seorang Tabib menepuk pelan bokong bayi laki-laki yang baru saja lahir, tapi bayi itu sama sekali tidak bergeming.

“Kenapa dia tidak menangis ? Jeonha Kenapa dia diam saja ?” Dara menarik baju Jiyong mencari penjelasan. Tapi Jiyong hanya diam sambil menatap bayi mereka yang masih berlumur darah.

Dara mencoba duduk dengan paksa, walau pangkal pahanya masih sangat sakit. Ia melihat seorang tabib yang menggendong putrnya menggeleng.

“Berikan dia padaku” Pinta Dara yang langsung dituruti sang tabib. Dengan lembut ia menggendong putranya. “Hey.. ini Eomma, kau tak ingin melihat Eomma” Dara bertanya dengan nada pilu membuat siapapun orang yang melihat dan mendenganya mulai mengucurkan air mata. “Kau sudah terlalu lama didalam, kau tak ingin melihat dunia ini eoh ? Eomma bahkan sudah menyiapkan nama untukmu”

“Berhentilah Dara..” Jiyong memperingatkan.

“Jeonha, dia hanya tertidur. Iyakan tabib”

“Mama coba gosok punggungnya”

Dara menurutinya dan menaruh tangannya diatas punggung bayi itu dan mengusapnya pelan. Air mata Jiyong mulai turun tatkala melihat Dara yang sama sekali tidak berhenti membuat bayi mereka menangis.

Perlahan ia memajukkan tangan kanannya meraih tangan kanan dara dan ikut menggosok punggung putra mereka, suasana haru semakin menyelimuti mereka. Airmata Daesung bahkan sudah menganak sungai, dan Yongbae menengadahkan wajahnya mencegah air matanya jatuh.

Tangan kiri jiyong yang menganggur ia gunakan untuk menopang tubuh Dara, dan mereka berpelukan dengan linangan air mata yang tak berhenti.

“O…O…Oek..OEK….” (Mian defta gak bisa mengggambarkan dengan jelas) perlahan suara tangisan dari bayi itu mulai terdengar.

Sontak semua orang mulai melihat Dara, jiyong dan bayi dalam pelukan mereka. Dara dan jiyong saling bertatapan kemudian mengalihkan pandangan mereka pada anak mereka secara bersamaan.

Air mata terakhir baru saja menetes dari wajah pasangan suami istri itu, diganti dengan desahan lega dan senyum gembira.

Masih dengan baju putihnya Dara menerima putranya dari seorang dayang yang sudah membersihkan dan memberi pakaian padanya.

Dara tak henti-hentinya mencium pipi putranya itu, sedang jiyong hanya mengelus kepalanya dengan pelan. “matanya mirip dengan anda Jeonha” Ucap Dara tanpa mengalihkan pandangannya.

Jiyong tersenyum membenarkan ucapan Dara.

“Anda tak ingin memberi nama padanya Jeonha ?”

“Bukankah kau yang ingin memberinya nama, kau bilang kau sudah menyiapkan nama untuknya”

Dara menoleh pada Jiyong. “Jadi anda mengijinkan saya memberi nama padanya”

“tentu” Jiyong meraih anak rambut yang menutupi pelipis dara dan menyimpannya dibaik  telinganya, membuat Dara tersipu malu.

“Hanbin, Kwon Hanbin”

### 1 bulan kemudian

Dara menyenandungkan sebuah lagu untuk membuat Hanbin tertidur, putranya itu masih terjaga sampai saat ini, padahal bulan sudah menjulang tinggi, tanda bahwa saat itu adalah tengah malam.

“Kenapa kau tidak mau tidur eoh ?” Dara bertanya seolah Hanbin bisa menjawab ucapannya, lalu ia mengecup singkat pipi Hanbin. “Kau rindu Appa Mama ? dia belum mengunjungi kita hari ini”

Memang biasanya seperti itu, sesibuk-sibuknya jiyong sebelum menjalang malam ia akan menyempatkan untuk bermain bersama Hanbin, walau sikap dinginnya masih berlaku pada Dara.

“Ayo tidur, jika kau tidur sekarang besok pagi kita yang akan mengunnjunginya, bagaimana ?”

Seolah mendengar ucapan Dara, hanbin perlahan mulai menutup matanya, seiring Dara yang terus menyenandungkan lagu untuknya.

Hanbin sudah tertidur ketika sekelebat bayangan hitam muncul di jendela kamar Dara yang masih terbuka, lagi lagi ia lupa untuk menutupnya. Dengan malas ia beranjak dan berjalan menuju jendela itu lalu menutup dan menguncinya dengan rapat.

Ia baru membalikkan badannya ketika ia melihat seseornag berbapaikan serba hitam akan menggendong Hanbin.

“S….siapa kau …?” Pertanyaan bodoh tu keluar dari mulu Dara. “SESEORANG…hhmmpp” Dara akan berteriak tapi seseorang membekap mulutnya dari belakang.

“ada apa Mama…” Beberapa dayang yang mendengar teriakan Dara masuk kedalam kamarnya dan langsung mendapat satayan dari pedang orang yang sudah membawa Hanbin dalam pelukannya.

Dara berteriak memanggil nama hanbin, walau rasanya percuma.

Beberapa orang prajurit giliran masuk, dan mereka masih melawan orang yang menggengdong hanbin membuat Dara benar-benar takut kalau putranya itu akan terluka, terlebih orang yang membekap mulutnya tidak memiliki tanda-tanda untuk melepaskan bekapannya dan membantu temannya yang satu lagi melawan para prajurit.

—-Di Istana Barat.

“Bagaimana keadaannya ?” Jiyong bertanya pada Yongbae yang berada dihadapnnya.

“Kau tidak mengunjunginya hari ini, dan malam ini sepertiya wangseja sulit tidur karna seharian tidak bertemu appa-nya” Yongbae bertanya dengan nada mengejek.

“Aku benar-benar sibuk hari ini”

“JEONHA….JEONHA…” Daesung berteriak sambil tergesa-gesa memanggil Jiyong.

“Apa… apa yang terjadi”

“Istana Tengah sedang di serang, Seseorang mencoba menculik Hanbin Gun”

-TBC-

Next>>

Preview

“Kau wanita jalang, apa salah putraku padamu ? Jika kau ingin membunuhku maka bunuhlah aku kenapa kau membunuh putraku ? Apa kau tega membunuh bayi yang baru berusia 1 bulan ? kau sebut dirimu iniseorang ibu ?”

“AKU TIDAK MEMBUNUHNYA, Berhenti menyudutkanku, aku tidak melakukanya, aku tidak membunuhnya”

 

Mian buat para fansnya CL dan Donghae, mereka disini hanya seorang karakter lho ya …

24 thoughts on “DESTINY FOR THE KING [Part. 7]

Leave a comment