That Winter, The Wind Blows [Part 8]

1111

Author : Jessica Jung
Main Cast :  Sandara Park (22), Kwon Jiyong (22), Stephanie Hwang (24), Choi Dong Wook (25), No Min Woo (24), Park Min Young (22)

Other Cast :  Kwon Yuri (24), Jessica Jung (22), Park Bom (22), Lee Donghae (22), Choi Minho (24), Lee Taemin (20)

Rating : RG 13+
Genre : Hurt, Angst, Romance, Comedy

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Jiyong-ssi…!!” seru Dara berteriak dari lantai bawah membuat suaranya menggema di dalam rumahnya yangsangat luas. Jiyong yang pendengarannya terbilang tajam, dengan sigap berlari menujuke arah Dara sembari membenarkan ranselnya.

“Waeyo..? Apa ada yang kauperlukan..?” tanya Jiyong dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya sejakkemarin malam membuat tatapan Dara sedikit berbeda.

“Bisakah kau menyiapkankubekal, mengambilkan sneakersku dan memakaikannya di kedua kakiku, ambilkanranselku di kamar, bawakan aku segelas susu hangat, terakhir, kita berangkatbersama ke sekolah” jelas Dara menghitung permintaannya menggunakan jarinya.Jiyong menatap Dara sekejap kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Baiklah, akan kulakukan.Tunggu sebentar” seru Jiyong berlari menuju dapur secepat mungkin.

Dara menunggu di bangku yangberada di depan rumahnya sembari memainkan kedua ibu jarinya, pertanda diasedang memikirkan suatu hal yang sedikit mengganggunya. Sesekali Daramenengokan kepalanya menatap ke dalam rumahnya dan melihat Jiyong turun-naiktangga berulang kali. Tersirat perasaan kasihan di hati Dara. Tapi, menurutnya,ini adalah ujian untuk Jiyong. Apakah dia sungguh-sungguh melakukan ini atautidak.

“Jika kupikirkan kembali, akutak suka kau yang sekarang. Kau terlalu berlebihan dalam menuruti semuakeinginanku” gumam Dara berbicara sendiri mengarahkan maksud ucapannya padaJiyong.

Waktu terus berputar hingga jamkuliah tinggal beberapa menit lagi, tapi Jiyong tak kunjung keluar dari dalamrumah. Dara yang merasa panik mulai beranjak dari duduknya dan berjalan kekanan dan kekiri tanpa henti sembari mengetuk-ketuk jam tangan putihnya yangmelekat di tangannya.

“Dara-ya, ige. Aku sudah memasukkanbekalmu ke dalam ranselmu. Sekarang aku akan memakaikan sneakers ini” seruJiyong yang tiba-tiba keluar dari pintu rumah memberikan ransel kepada Dara danmenunjukkan sneakers berwarna putih kesukaan Dara.

Dengan perlahan, Jiyong melepasalas kaki yang di pakai Dara dan memakaikan sneakers putih itu denganhati-hati. Tujuan untamanya seperti biasa. Jiyong tak ingin mendapat pukulankeras dari Dara untuk yang kesekian kalinya.

“Gomawo, Ji. Kajja, ini sudahsiang. Jam akan segera dimulai beberapa menit lagi. Kau bisa mengendaraimobilmu lebih cepat dari biasanya kan..?” tanya Dara dengan sedikit panik.Jiyong hanya bisa menjawabnya dengan anggukan cepat.

Jiyong mengendarai mobilnyadengan kecepatan yang jauh berbeda dari biasanya. Waktu jam kuliah akanberakhir dalam sepuluh menit lagi dan perjalanan dari rumah Dara menuju kampusmereka adalah sekitar lima belas menit. Dara tak henti-hentinya membelalakkanmatanya sembari menjatuhkan dagunya ke bawah karna tak pernah merasa setegangini.

“Huft, akhirnya kita sampai,Ji” ujar Dara menghembuskan nafas panjangnya.

“Dara-ya..” panggil Jiyonglirih sembari menyenggol Dara yang berjalan di sampingnya. Dara hanya bergumammenanggapi panggilan Jiyong terhadapnya.

“Kau tak banyak bicara sejakkemarin malam. Kau tak pernah memarahiku atau membicarakan hal yang tidakpenting padaku” sahut Jiyong membuat Dara menghentikan jalannya.

“Aku merasa kau berubah terlalujauh, Ji. Aku hanya ingin kau menjadi orang baik, bukan menjadi pembantuku. Akuakan berdosa jika memperlakukanmu seperti ini dan jika aku juga tidakmelarangmu untuk melakukan hal ini, sama saja aku melanggar janjiku pada Tuhan.Kau cukup jadi seorang Kwon Jiyong. Kalau kau tak bisa berubah, aku paham halitu. Aku lebih menyukaimu yang seperti dulu. Sudah berapa kali aku mengatakanhal ini padamu.

Aku lebih suka jika kau menjadi orang jahat dan aku benar-benartidak suka kau melakukan semua hal yang kuinginkan. Gara-gara kau menurutipermintaanku, kita telat masuk jam kuliah dan aku tak bisa mengikuti jam hariini begitu juga denganmu. Aku hanya ingin kau ada disaat aku membutuhkanmu,hanya itu. Permintaanku tak terlalu sulit untuk kau laksanakan..?” jelas Daraterkekeh geli meninggalkan Jiyong dengan pandangannya yang kosong.

“Ji, wae geurae..?” tanya Daramenggoyang-goyangkan tubuh Jiyong dengan perlahan.

“Ah, ne..?” gumam Jiyong lirihyang baru tersadar dari lamunannya.

“Mianhae, aku berbicara terlalu berlebihan.Tapi, aku tidak salah kan..? Jika aku berkata seperti itu, berarti aku..” seruDara menggantung ucapannya berhasil membuat Jiyong penasaran.

“Berarti kau sedang mengejekku”sahut Jiyong mencoba menebak membuat Dara memajukan bibirnya mendengus kesal.

“Mwoya..??! Kau selalubercanda. Aku tak suka itu. Kau mempermainkanku lagi, Ji” rengeknya sembarimenghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

“Aku sudah menjadi Kwon Jiyongyang kau mau..” ujar Jiyong dengan menyombongkan dirinya di hadapan Dara. Tanpaaba-aba Dara memeluk tubuh Jiyong dengan erat.

“Kyaa..!! Kau kembali menjadisuamiku yang dulu lagi. Aku tak suka melihat senyummu yang menyebalkan. Itumembuatku gugup setiap ingin mengajakmu bicara. Oleh karena itu aku tak pernahmengajakmu bicara” Dara terus mengatakan hal itu hingga Jiyong terbatuk-batukdan hampir kehilangan nafasnya.

“Menyingkirlah, ini bukan dirumah. Teriakanmu bisa membuat semua orang mendengarnya”

“Baklah, aku akan pergi. Um, Jitapi aku ingin mengatakan hal ini dulu padamu” ucap Dara kembali serius denganhal yang dibicarakannya.

“Hal apa..?” tanya Jiyong yangmerasa penasaran.

Jiyong POV

Aku sedikit memajukan kepalaku saat Dara tiba-tiba berbicara dengan nada yang serius. Apakah dia akan menjawabhal yang sudah kunanti selama ini. Aigo, dia membuatku penasaran saja. Akumendengar hembusan nafas Dara yang panjang.

“Ji, aku akan pergi ke England minggu depan. Kau tak apa kan dirumah sendirian..? Setelah itu aku juga akan mengunjungi Taemin yang sekarang pindah Universitas di Amerika. Dia benar-benar menginginkan hal itu. Aku hanya mencoba meyakinkanmu, jika kau tak ingin dirumah sendirian, aku akan pergi bersamamu. Sebenarnya aku ingin menunda penerbanganku menjadi bulan depan karna sebentar lagi akan ada ujian. Tapi, akutak ingin Dr. Joule menungguku” jelas Dara sedikit menyipitkan matanya. Aish,Ji. Lagi-lagi kau berharap terlalu tinggi. Aku hanya mencoba memasang ekspresi wajah sesombong mungkin.

“Jika kau ingin pergi, ya pergisaja. Untuk apa kau menanyakan hal itu padaku” sahutku membuat raut wajah Daraberubah.

“Yak..! Aku sedang berusaha menjadi baik sekarang. Aku mengatakan hal ini karna aku menghawatirkan keadaanmu. Kau benar-benar tidak peka, Ji” bentaknya lau pergi meninggalkanku begitu saja.

“Baiklah, pergi sana. Memangnya kau mau pergi kemana..?!” seruku berteriak sembari melihat kepergiannya sampaidia benar-benar menghilang di sebuah tangga menuju lantai atas.

Cih, mau kemana dia..? Apakahdia akan nekat mengikuti kelas padahal kelas akan selesai tiga puluh menitlagi. Ah, benar. Hal itu tak mustahil jika dilakukan oleh seorang Sandara Park.Jika kupikirkan lagi memang benar apa yang dikatakan Dara. Kemarin malam akuserasa menggantikan pekerjaan Haeri. Aigo, apakah Dara yang membuatku sepertiini..? Hal itu benar-benar memalukan.

Aku duduk di sebuah bangku taman sembari melihat salju yang mulai turun dari atas langit. Cuaca memang sedang tak bersahabat. Musim dingin serasa berjalan dengan sangat lambat untukku. Biasanya aku akan bermain ke suatu tempan seperti ke Namsan Tower ataupun tempat wisata lain yang biasa kukunjungi dulu. Ne, meskipun aku kesana sendirian, tapi hal itu terasa lebih baik daripada harus mengajak Dara kesana.Aku memang tak pernah dekat dengan Yeoja manapun. Jadi, bisa dikatakan jikaYeoja pertama yang kusuka adalah Dara.

“Ji..!!!” aku mendengar langkah kaki yang begitu cepat menuju ke arahku. Kenapa Dara kembali ke tempat ini..?Dia kembali dengan wajah yang begitu tidak enak dilihat.

“Untuk apa kau kembali..?”tanyaku tanpa menatapnya.

“Kau harus melihat hal ini.Bahaya, Ji. Kita dalam bahaya besar. Aish, aku sangat malu jika ada banyakorang yang melihatnya. Kajja..”

Dara menarikku begitu saja. Diaberlari dengan sangat cepat. Aku yang benar-benar tidak tau apa-apa hanyamengikutinya sembari berjalan dengan santai. Aku tak peduli dengan langkahcepat Dara yang sudah meninggalkanku jauh di depan.

“Cepatlah.. Lihat ini..!!”sahut Dara menunjuk papan pengumuman.

‘Untuk teman-teman semua yang menjadi mahasiswa di Universitas ini. KwonJiyong, seorang Namja yang terkenal dari kelas atas ternyata diketahui sudahmenikah dengan Yeoja aneh yang bernama Sandara Park. Mereka menikah pada akhirmusim gugur’

Aku membuka mataku lebar-lebarsaat membaca pengumuman ini dengan seksama. Tak ada siapapu yang mengetahuitentang hal ini, kecuali Minyoung dan Bom. Mungkin saja memang mereka berduayang melakukan hal ini. Sejak aku bertemu dengan mereka berdua, aku merasa jikadua alien itu tak bisa dipercaya.

“Lihatlah, bukankah inimemalukan..?” ujar Dara menyenggol bahuku dengan cukup keras sembari mengumpathal yang kasar tentang penyebar berita ini.

“Malu..? Kau juga bisamerasakan malu..?” sindirku menaikkan sebelah alisku.

“Tentu saja. Lihat dengaseksama. Mereka menyebutku ‘Yeoja aneh’ akutak ingin mendapat sebutan seperti itu. Sebenarnya jika tentang urusanpernikahan kita, aku tak ada rasa malu sedikitpun. Tak ada orang yang menutupipernikahanya. Mereka semua menikah untuk bahagia, bukan untuk sengsara” serunyatak berhenti membaca tulisan itu secara berulang-ulang.

“Tapi, jika ada seorang Yeojadan Namja yang dijodohkan, bukankah mereka tidak bahagia karna mereka tidaksaling menyukai..?”

“Kau salah dalam mengartikanhal itu, Ji. Aku yakin, Tuhan memang sengaja mentakdirkan kedua orang itu untukdijodohkan. Awalnya memang tidak saling menyukai, tapi kau tidak tau kan, mungkinsaja mereka diam-diam mulai menyukai satu sama lain..?” ujar Daramenyunggingkan senyum tipisnya. Aku tak tau, darimana Dara mendapatkankata-kata seperti ini.

“Apa kau merasakan hal itu jugaterjadi pada kita..?”

“Um, kurasa begitu. Aku belumpaham, siapa orang yang kusukai. Aku tak pernah merasa mencintai Namja manapun”

“Min Woo..?”

“Aniya, aku hanya bertemandengannya. Pertemanan yang terlalu dekat. Tapi, aku tak sampai suka padanya.Beberapa hari yang lalu aku tak pernah keluar dari kamar karna aku tidakmerelakan Min Woo Oppa bertunangan dengan Tiffany Sunbae. Aku melakukan itu,karna Tiffany Sunbae bukan orang baik” jawabnya kali ini membalas pertanyaankudengan memaksakan senyumnya. Aku merasa ada yang berbeda pada Dara jika akuberbicara tentang Min Woo.

“Ah, begitu rupanya. Kau belummenjawab pertanyaanku kemarin malam”

“Aku akan menjawabnya di waktudan tempat yang tepat. Suatu hari nanti kau pasti akan mengetahuinya. Kau hanyakurang pintar menebak apa yang sedang aku pikirkan. Cobalah untuk menjadipintar sedikit saja, Ji”

“Yak..!! Bukannya aku bodoh,hanya saja aku malas membuang-buang waktuku untuk hal yang tidak berguna”

“Kau selalu tak maumengakuinya. Aku mau-“

Dara menghentikan perkataanyadengan tiba-tiba. Aku melihat Dara berdiri dengan tidak tegak. Sedikit berjalanke kanan dan kekiri sembari memegangi kepalanya. Sampai akhirnya Dara duduk disebuah kursi sembari terus-terusan meremas rambutnya kuat-kuat.

“Dara-ya, gwaenchana..?”tanyaku. Rasa khawatirku mulai muncul sekarang.

“Ji, a..aku ba..baik-baiksa..saja” jawabnya dengan terpotong-potong.

Aku mendekatinya dan memegangdahinya dengan punggung tanganku. Omona, suhu tubuhnya sangat panas. Aku takbisa melihatnya seperti ini, aku harus membawanya ke rumah sakit. Kondisi Daramemang terlihat tidak baik.

“Kuantar kau ke rumah sakit”

“Ani, cukup antar aku pulang,Ji. Kumohon jangan bawa aku ke rumah sakit. Aku tak ingin mereka akan memberikuobat lagi” sahutnya memegang tanganku dengan kuat. Aku tak bisa memaksanya.Akhirnya, aku hanya menuruti perkataanya dan menuntunya pulang.

Dara POV

Tak henti-hentinya akumendengar ponselku bergetar di meja sudut yang terletak di kamarku. Aku sedangmalas untuk mengambilnya meskipun keadaanku sudah sedikit membaik. Aku tak tauapa yang terjadi secara mengejutkan tadi. Aku hanya merasa kepalaku terasabegitu pusing, rasanya seperti di tusuk menggunakan jarum sampai aku tak bisamenahan tubuhku sendiri. Jiyong yang membawaku pulang. Kurasa dia jugabertanya-tanya tentang apa yang terjadi padaku.

“Dara-ya, ige, ada telfon dariMinyoung, kau tak ingin menerima telfonya..?” tanya Jiyong yang datang dariluar kamarku sembari membawakan semangkuk bubur di tangan kanannya dan ponselkudi tangan kirinya.

“Biarkan saja, akan kuhubungiMinyoung lain waktu saja” jawabku dengan lemah kembali membaringkan tubuhku.Aku dapat melihat Jiyong dari sudut mataku. Dia duduk sembari di samping tempattidurku sembari mengaduk-aduk bubur itu.

“Kau sudah merasa lebihbaik..?” tanyanya masih fokus dengan semangkuk bubur yang ada di tangannya.

“Ne, aku sudah merasa lebihbaik. Kepalaku sudah tidak sakit lagi sekarang. Kenapa kau berkata sepertiitu..? Apakah kau menghawatirkanku..?” balasku menggodanya.

“Aigo, ternyata ada orang yangsangat percaya diri sepertimu. Sekarang, kau buka mulutmu dan kau makan buburini”

“Aniya, aku tak bisa makansendiri” tolakku menutup mulutku rapat-rapat dengan kedua tanganku.

“Aku akan menyuapinmu kali ini,tapi hanya hari ini. Arra..!” tegasnya. Aku hanya tersenyum kecil dan membukamulutku secara perlahan.

Um, rasa bubur ini tak begituburuk meskipun warnanya sangat tidak menarik. Bubur ini berwarna kecoklatan dansedikit ada warna hijau. Kurasa, Jiyong mencampuri bubur ini dengan beberapasayuran. Ternyata Jiyong pintar memasak.

“Ji, kau masak bubur apa..?”tanyaku setelah bubur yang berada di mangkuk itu berpindah ke dalam perutku.

“Ani, aku tak memasak apapun.Aku hanya membeli ayam, beberapa sayuran, dan buah-buahan lalu akumenghaluskannya. Jadilah bubur itu. Kupikir kau tak mau memakannya, ternyatakau memakannya dengan sangat lahap”

“Mwo..?!” pekikku membelalakkanmataku. Aku segera memukul-mukul perutku dengan keras berharap makanan itusegera kembali keluar. Jiyong memang benar-benar tega melakukan hal yangmembuatku marah meskipun aku sedang sakit.

“Ini alasan kenapa aku membawasegelas air putih. Cepat minumlah, lagipula tak ada makanan di rumah ini”ucapnya dengan raut wajah yang tak bersalah sama sekali. Di saat seperti ini,masih sempat-sempatnya dia bercanda.

Aku menatap Jiyong dengan tajamsementara dia hanya menaikkan kedua bahunya kemudian tertawa dengan keras. Akumemukulnya dengan bantal yang kupakai untuk tidur. Bagaimana aku tidak marah,makanan itu jelas-jelas sangat menjijikkan.

“Dara-ya, aku hanya bercanda.Aku membeli makanan itu untukmu. Lagipula, kau melihatku memakannya jugabukan..?” sahut Jiyong menahan tanganku yang tidak berhenti memukulnya. Benarjuga, aku memang melihat Jiyong memakan bubur itu beberapa suap.

DRET..

Lagi-lagi ponselku bergetar.Jiyong yang mulai geram pun mengambil ponselku.

“Yak..!! Tak bisakah kau diasebentar. Dara sedang sakit sekarang”

“……”

“Baiklah”..”Dara, ada telfondari Minyoung untukmu”

“Ne, Minyoung-ah. Waeyo..?”tanyaku dengan suara yang parau.

“Apa kau sedang sakit..?”

“Aniya, hanya sedikit pusingsaja. Sekarang, aku sudah merasa lebih baik”

“Aku akan kesana sekarang”

“Aniya, tak usah. Um, saat akuke kampus tadi, aku melihat di papan pengumuman jika ada seseorang yangmembocorkan rahasia pernikahanku dan Jiyong”

“Bom yang melakukannya. Akusudah berusaha mencegah, tapi dia tetap memaksa. Entah apa yang dia inginkan.Aku lega jika kau sudah merasa lebih baik. Sudah dulu, ne”

“Ne”

Aku meletakkan ponselku denganperlahan karna Jiyong menatapku dengan tajam. Kurasa dia tau jika Bom lah yangmemasang pengumuman di kampus karna aku menerima telfon dari Minyoung denganmengaktifkan speaker nya. Aku hanya bisa memberikan senyum termanisku dihadapan Jiyong.

“Sudah berapa kali kubilang,teman-temanmu itu tak bisa dipercaya” bentaknya di hadapanku. Aku hanya bisamenutupi wajahku dengan bantal.

“Sekarang, kau sudah sehatbukan..? Bersihkan rumah ini, aku tak ingin ada debu sedikitpun yang tersisa,arra..?!” tambahnya dengan bersungut-sungut.

“Kau terlalu mudah terpancingemosi. Baiklah, aku akan membersihkan rumah ini. Besok pagi hari minggu dankuliah libur. Kita akan membuat peraturan agar kau tak memyuruhku dengansembarangan. Dan, barang siapa yang melanggar harus tidur di luar” tegaskusembari membanting pintu kamarku.

Aku melakukan ini karna akuingin membalaskan dendamku padanya. Aku akan membuat peraturan sesuka hatikuagar dia melanggarnya dan tidur di luar rumah entah darimana datangnya idecemerlang ini. Dara-ya.. kau benar-benar pintar.

Mau tak mau aku harus membersihkandebu yang menempel di seluruh benda yang tertata rapi di rumahku. Aku jugaharus memasakkan makanan untuk Jiyong. Tapi, aku harus masak apa..? Aku takbisa memasak. Baiklah, aku akan membeli ramen dan membelikan beberapa makananringan untuk Jiyong setelah membersihkan rumah ini.

“Sandara Park.. Go! Go!Fighting..!!” seruku berteriak. Kini aku sudah siap dengan sebuah kain yangkugunakan untuk menghilangkan debu di beberapa gelas kaca milik Eommaku dulu.

Jiyong POV

Aku mengitari sekeliling kamarDara. Dekorasi kamar ini sedikit berbeda. Aku tak tau kapan Dara merapikankamarnya. Aku berjalan mendekati sebuahmejai belajarnya dengan beberapa lacikecil yang tertutup rapat. Dara melarangku untuk menyentuh atau mengambilbarang-barang yang ada di meja belajar ini. Ada sebuah kertas lusuh yangterletak di antara himpitan bukunya. Aku membaca tulisan yang tergores dikertas itu dengan seksama.

‘Dara-ya, mungkin umur Eomma tak akan lama lagi. Tapi, Eomma berjanjiakan selalu kuat menghadapi penyakit ini karna Eomma tak ingin melihatmu,Taemin dan Appa terus-terusan menangisi Eomma. Jika memang satu saat nantiEomma akan pergi, kau harus bisa tabah dan menjadi orang yang tidak pernahpantang menyerah seperti Eomma. Kau juga harus menjaga Taemin. Dia masih kecil.Dia tak sepertimu yang beruntung bisa mendapat kasih sayang yang cukup dariEomma. Satu buah pesan yang ingin Eomma sampaikan setelah kau membaca suratini, tolong berkunjunglah ke tempat Dr. Joule ketika kau sudah menikah nanti,dia akan membicarakan suatu hal dari Eomma dan beberapa barang yang Eommatinggalkan untukmu. Eomma menyayangimu’

Surat ini ditulis tepat tujuhtahun yang lalu, tepat dimana kedua orang tua Dara meninggal. Aku kagumpadanya, meskipun masih tersirat sedikit perasaan kesalku padanya. Darabenar-benar menepati apa yang diinginkan oleh Eommanya. Tak hanya itu, aku jugamelihat sebuah buku diary berwarna pink dengan sampu bergambar kupu-kupu. Inialasan Dara melarangku. Di meja ini terdapat banyak rahasia tentang dirinya.

‘Eomma, Appa, sudah empat tahun lamanya aku hidup tanpa kedua orangtua.Tapi, aku merasa bahagia karna Harabeoji selalu memberikanku yang terbaik.Mungkin dia tak ingin kehilangan orang yang disayangnya untuk kesekiankalianya. Aku memiliki kabar gembira untuk kalian. Aku akan segera menuntutilmu di Harvard University. Aku benar-benar bekerja keras untuk hal itu.Kuharap, kalian bangga padaku seperti halnya Taemin dan Harabeoji yang juga banggapadaku’

‘Kehidupanku di Amerika sungguh sulit. Aku tak bisa bergi bersantaikarna seluruh pelajaran menuntutku untuk terus berusaha. Pelajaran disinisangatlah melelahkan. Seperti yang telah Eomma sampaikan, aku tak akan berputusasa untuk melakukan yang terbaik’

‘Eomma..!! Aku kembali setelah tiga tahun kepergianku ke Amerika. Akusangat bahagia. Harabeoji dan Taemin menyambut kepulanganku dengan sangatmenyenangkan. Haeri juga membuatku senang karna dia memasakkan banyak olahanudang untukku. Meskipun Eomma tak ada disini, aku yakin Eomma juga akan bahagiamelihatku sekarang. Aku sudah banyak berubah’

“Ji, ini makanan untukmu” akulangsung meletakkan buku itu saat Dara membuka pintu kamarnya dengan tiba-tiba.

“Apa yang kau lakukan..?”tanyanya berjalan mendekatiku.

“Ah, kau sudah membacanya”tambahnya menghembuskan nafas sembari tersenyum kecut.

“Mianhae” balasku menundukankepalaku.

“Aniya, Ji. Kau bolehmembacanya. Itu sudah bukan rahasia untukku. Aku tak ingin berlarut-larut dalamkesedihan jika kembali membaca halaman per halaman dari buku itu. Masa lalukusungguh menyedihkan” ujarnya lalu duduk di sebuah kursi yang terletak didekatku.

“Menyedihkan..? Memangnya apayang terjadi padamu..?”

“Kau tau kan jika aku sudah takmemiliki orang tua sejak aku berumur lima belas tahun. Sejak itu juga aku hidupmandiri. Aku memang tinggal bersama Harabeoji. Tapi, aku mencoba menjadimandiri. Setiap Harabeoji menanyakan keadaanku, entah aku sedang sakit ataupunmengalami masalah, aku akan menjawab dengan seyakin mungkin jika aku baik-baiksaja. Aku memiliki pengaruh besar di dalam kehidupan adikku. Aku selalu menjadiyang terbaik agar dia bisa menjadikanku sebagai panutannya sampai diabenar-benar bisa menjadi sepertiku” jelasnya memandang lurus ke depan.

“Kau tak merindukan orangtuamu..?” tanyaku dengan nada yang lirih.

“Siapa yang tak akan merindukanorangtuanya..? Disaat orang-orang di sekitarku memiliki kasih sayang danperhatian dari orang tuanya, aku hanya bisa berharap jika aku bisa sepertimereka. Tapi, kenyataan berkata lain. Mereka telah pergi”

“Kau harus meyakinkan dirimukalau kau pasti bisa untuk tidak mengingat kembali pengalamanmu ini” sahutkumemegang bahunya hingga dia berdiri sejajar denganku.

“Aku sudah mencoba seratus kalidan seratus kali juga aku gagal, Ji. Aku selalu mengingatnya dengan tidaksengaja dan aku selalu terpuruk setelahnya”

“Kemarilah, Dara-ya”

Aku merentangkan tanganku dan menariknyake dalam pelukanku. Aku berharap hal ini akan membantu. Untuk apa akumemintanya untuk membahas semua masalahnya. Sekarang, hal yang dikatakan Eommatentang Dara yang hanya berpura-puraselalu terlihat baik padahal hatinya menangis adalah kenyataan. KukiraEomma mengatakan hal itu agar aku mau di jodohkan dengan Dara.

Sepertinya Dara masih belum merasalebih baik. Aku menunggunya melepaskan diri dari pelukanku. Aku masih bisamerasakan badanya yang terus bergetar karna dia sedang menangis sekarang. Akusudah sering melihat Dara menangis, tapi kali ini aku benar-benar tersentuhdengan ceritanya. Aku bersyukur aku tidak pernah mengalami hal itu.

“Dara-ya, kau sudah merasalebih baik..?” tanyaku saat dia baru keluar dari dalam kamar mandi sembarimeletakkan handuk yang sebelumnya dia gunakan untuk mengeringkan wajahnya.

“Kurasa begitu. Ji, aku tadi keluaruntuk membeli ramen dan memakannya disana. Mianhae, aku tak bisa membelikanmumakanan yang lebih bergizi dari ini” balasnya memberikan sekantung plastikbesar yang berisi makanan ringan.

“Aniya, kau tak perlu memintamaaf. Lagipula aku sudah kenyang”

Aku merasa ada hal aneh yangterjadi antaraku dan Dara. Kami bisa menjadi baik dengan tiba-tiba dan kamibisa bertengkar dengan tiba-tiba. Aigo, aku tak pernah merasa menjadi seorangKwon Jiyong yang seperti ini sebelumnya.

TBC..

Jangan lupa RCL..^^

<<back  next>>

44 thoughts on “That Winter, The Wind Blows [Part 8]

Leave a comment