[Series] I’m Just Different – 7

image

I’m Just Different [chap 7]
Author :: Hanny G^dragon (twitter : @Hannytaukand)
Cast :: Sandara Park (dara), Kwon Jiyong (Gdragon), YG (appa Jiyong)

 

Jiyong Pov

Aku berjalan gontai menuju bar, menari segila mungkin, meneguk wine yang sudah menjadi campuran dari aliran darahku. Itu semua ku lakukan untuk menghilangkan kepenatan yang aku rasakan dan kesakitan yang terlalu lama aku alami.

Aku sudah merasa seperti kehilangan semuanya, bahkan aku tak tahu diriku ini siapa, aku hidup untuk apa dan terlebih membuatku gila aku, aku anak siapa???

Flashback

Seberapapun sakitnya aku di perlakukan olehnya, aku akan tetap pulang ke neraka ini. Mungkin terdengar konyol namun yang ku tahu aku selalu merindukannya. Merindukan panggilan nak padaku dengan kasih sayang, merindukan pelukan hangat darinya. Hatiku meyakini dia akan berubah suatu saat nanti, pasti ia akan bangga karena mempunyaiku. Namun seketika keyakinan itu berubah seperti boomerang pada jiwaku yang sudah terkoyak. Saat aku mendengar pembicaraannya dengan seseorang yang tak aku ketahui.

“Mungkin publik tahu, bahwa Jiyong adalah anakku. Namun hanya kau yang tahu bahwa dia adalah hanya bayanganku yang tidak lain dia bukan darah dagingku. Bukan keturunanku” suara itu terdengar jelas di telingaku namun seperti suara gemuruh dan petir yang bersahuatan di otakku. Otak dan jantungku tak berfungsi dengan semestianya ketika itu. Kata-kata yang bisa ku cerna dalam akal sehatku”AKU BUKAN DARAH DAGINGNYA”.

“YA!!! Kau jangan bergurau. Sebenci itukah kau terhadapku sehingga kau tak mau menganggapku anakmu?”ucapku tiba-tiba pada pembicaraan mereka.

“Jiyong, kau?” ucapnya terbata, seakan keget melihatku. Warna wajahnya berubah seketika, namun secepat itu pula ia berwajah anti terhadapku.

“Mungkin ini waktunya untuk kau tahu siapa sebenarnya dirimu Jiyong, atau harus ku panggil Kwon Jiyong”ucapnya dengan semburat wajah kebencian yang terlihat jelas.

“Ma-maksudmu Kwon Jiyong?” tanyaku terbata, aku mulai merasakan sesak didadaku aku sulit bernafas saat ini. Mengapa ia mengatakan aku bermarga Kwon aku bukan marga yang sama dengan dia? apa arti ini semua.

“Kau salah kan pada Eomma mu. Ini semua terjadi karna dirinya. Dia mencintai namja dari marga Kwon. Sebenarnya kami bertiga adalah sahabat, namun eomma mu mencintai si Kwon itu daripada aku. Ia menjalin hubungan dengannya tanpa aku ketahui. Hingga saat aku melamar eomma mu saat itu juga kami mendapat kabar bahwa namja yang ibumu cintai mengalami kecelakaan dan tewas. Eomma mu sangat terpukul, ia menangis dan tak ingin meniggalkan pemakaman. Ia menangis sambil memeluk foto si Kwon itu dan menggenggam alat test kehamilan. Dan ternyata itu kau. Kau sudah berada dalam rahim ibumu sebelum aku menikahinya. Aku tahu bahwa ia sedang mengandungmu, namun karena aku sangat mencintainya, ku biarkan hatiku untuk menerimamu walau kau bukan anakku. Tapi kenyataan seperti sebuah kesialan. Kau lahir di dunia ini dan kau mengambil yeoja yang amat ku cintai. Kau membuat ia pergi meninggalkanku selamanya. Kau dan ayahmu sama. Kau dan ayahmu sama-sama mengambil yeoja yang amat ku cintai” ucapnya sambil terduduk. Wajahnya saat ini tak bisa ku artikan. Yang ku tahu, aku makin sulit bernafas, tempurung lututku sulit untuk menopang tubuhku.

“Jadi selama ini, kau benar-benar membenciku, app-Tuan Yang?” tanyaku masih dengan setitik keyakinan bahwa dia tidak benar-benar membenciku.

“Jangan terlalu naif anak muda. Kau sudah merasakan 26 tahun hidup denganku. Apakah itu tidak bisa membuatmu mengerti betapa aku sangat membencimu” jawabnya dengan tersenyum.

“Ah begitu. Terimakasih sudah memberitahuku semuanya. Dan terimakasih sudah merawatku sampai saat ini. Dan terimakasih sudah menjadi ayahku” ucapku lalu berjalan gontai yang ku paksakan untuk tetap berdiri meski lututku bergetar hebat.

Flashback End

Author Pov

“Hei kau, bisakah kau menari dengan benar” ucap seorang yeoja yang merasa terganggu dengan cara menari Jiyong yang sedang kalut.

“Hei Bitch, jaga mulut bau mu itu. Atau ku robek mulutmu itu hingga kau tak bisa bicara” ucap Jiyong mabuk.

“Kau akan berurusan denganku jika berani menyentuhnya” ucap sesorang berbadan besar yang merupakan kekasih yeoja itu.

“Aigoo, kau babi hutan mengapa kau tak mengendus saja. Babi tidak berbicara” ucap Jiyong mengundang amarah namja berbadan besar itu. Tanpa ada kata perlawanan lagi dari lawan bicaranya Jiyong sudah menerima kepalan tangan yang keras dari tangan namja itu. Jiyong terhuyung namun ia merespon dengan tersenyum meremehkan. Dan kali ini namja bertubuh besar itu menghabisi Jiyong hingga ia tidak bisa berdiri lagi karena setiap pukulan yang Jiyong terima ia balas dengan tersenyum. Ia tersenyum menertawakan hidupnya yang selalu melukainya. Ia tetap tersenyum hingga ia tak sadarkan diri.

Dara Pov

“Dee, makan ini. Pagi ini kau melewatkan sarapanmu eoh?” ucap Dongiie yang mulai kumat overprotectifnya terhadap kesehatanku. Memang kali ini aku tidak nafsu makan dan lagi aku masih bingung dengan hubunganku dan Jiyong. Hemm, apakah kita memiliki sebuah ikatan atau tidak dan lagi ayahnya tidak menyukaiku. Nasib buruk Daraaa.

“Ya!!! Jangan melamun, kau mengacuhkan makanan dariku” protes Donghae dengan cemberut mengambek. Sebenarnya aku dan keluargaku tinggal di rumah Donghae. Semenjak kejadian itu Donghae yang tinggal di apertemennya sendirian karena orang tuanya sudah meninggal dunia, ia sangat khawatir terhadap keluargaku hingga ia memaksa aku, ibu dan Sanghyun tinggal di apartemennya. Dan aku menyembunyikan ini dari Jiyong.

“Omo, omo. Cyopta” ucapku sambil mencubit besar pipinya yang sedang menggelembung. Dan mendapat perlakuan seperti itu ia hanya membalasku dengan tersenyum. Nasib yang baik mempunyai sahabat seperti mu.

“Dokter, palli ada pasien yang kehilangan darah cukup banyak” ucap suster mengusik tawa kami berdua. Dan kamipun segera berlari mengikuti langkah suster tadi.

Tanpa membuang waktu aku dan Donghae langsung menangani pasien tersebut. Wajahnya tak bisa dikenali, karena luka lebam dan darah yang menutupi wajahnya. Jantungnya mulai melemah. Donghae mulai panik, jika sudah menyangkut monitor detak jantung yang semakin menggambar jelas garis lurus.

“Dara, bagaimana ini?” tanya Donghae dengan wajah serius.

“Suster, ambilkan alat pengejut jantung” perintah ku pada suster di dekatku.

“Ini dokter. Baiklah kita mulai dari 100. 1, 2, 3 clear” ku letakkan alat yang ku anggap menyiksa mata yang melihatnya.

“200. 1,2,3 clear” ku usahakan untuk mengambil posisi Tuhan, namun pada akhirnya aku tersadar dengan sebuah bunyi beep panjang dari monitor detak jantung, garis lurus menambah aroma kepedihan. Tuhan akhirnya kau memang yang berkuasa.

“pukul 14.15 menit. Suster catat jam kematiannya. Mana keluargannya?” tanyaku pada suster.

“Dia pemabuk yang bertengkar di club, sehingga tidak ada keluarganya bahkan temannyapun tak ada. Ambulans di panggil oleh pemilik club, dokter” jawab suster dengan nada takut. Karena aku yakin sekarang aku berwajah sangat menakutkan karena terlalu serius menangani pasien ini.

“Baiklah, priksa ID nya. Dan hubungi kontak yang ada di telfon genggamnya” ucapku kemudian meninggalkan ruangan itu. Aku selalu seperti ini jika pasien yang ku tangani mengalami kedaaan buruk bahkan sampai tak tertolong. Aku menjadi dokter karena ingin menolong yang mempunyai harapan hidup, yang diharapkan hadir dalam keluarganya. Aku tak ingin orang lain mengalami seperti diriku. Dimana appa tidak dapat tertolong karena kami dulu tidak bisa membayar uang muka untuk pemeriksaan appa. Hingga appa meninggalkan kami selamanya. Dari saat itu aku ingin menolong semua orang.

“Hai” seseorang di belakangku dengan nada menakutkan.

“Oh ayolah aku tidak sedang dalam mood yang baik. Jangan bercanda”ucapku sambil berbalik. Yang kulihat seseorang yang wajahnya lebam dan penuh darah seperti kondisi pasein yang baru saja meninggal. Namun orang ini, orang ini aku mengenalnya dengan baik. Dia yang mengisi fikiranku hari-hari ini.

“J-Ji kau seperti ini lagi? Palli kau harus segera di tangangi. Suster, suster!” ucapku panik. Namun lagi-lagi si bodoh ini menyeretku ke tangga darurat.

“Ya!! Lihat darahmu terus mengalir Ji. Kau bisa…, ah palli ku mohon aku harus menghentikan darahmu yang terus mengalir” ucapku panik dan ingin keluar dari tangga darurat. Tiba-tiba sepasang tangan yang lebam mengunci tubuhku hingga tak bisa melangkah lagi. Nafasnya sangat terasa di leharku.

“Jangan pernah tinggalkan aku bahkan jika dalam mimpimu Dara walaupun aku bukan siapa-siapa di dunia ini. Aku sangat sendirian” ucap nya dengan suara yang terdengar menyakitkan bagi yang mendengarnya. Ku balikkan tubuhku, menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Namun namja di hadapanku hanya tersenyum. Ia tersenyum saat ini, oh aku baru melihatnya itu sangat manis walau wajahnya tertutupi darah dan lebam-lebam.

“Aku akan terus di sampingmu Ji. Kau jangan khawatir”ucaku tersenyum sambil menutupi luka di dahinya dengan lengan bajuku.

“Jangan menggodaku dengan tingkahmu yang seperti ini Sandara Park, atau kau akan menyesal dengan itu”ucapnya sambil mengambil tanganku yang sebelumnya menutupi luka di kepalanya. Dan ia mulai melangkah mendekatiku, mengurangi jarak diantara aku dan dia. dengan spontan aku menutup mataku. Namun..

~chu~ dia menciumku di kening lama sekali. Sebelumnya ku kira dia akan mencium bibirku ternyata kening. Emm okey aku sedikit kecewa, namun ia mencium keningku lama sekali, sehingga aku merasakan rasa sayang yang begitu dalam darinya.

“Apakah ada yang tidak beres?” ucapku menatap matanya.

“Itu bukan urusanmu. Kau hanya diam di sampingku dan terus berada disampingku. Baiklah aku harus pergi. Terimakasih untuk obatnya” ucapnya sambil mengacak-acak rambutku.

“Ya!!! kau belum di obati Jiyong”ucapku menahannya pergi.

“Aku sudah mendapatkannya Dara. Ini” ucapnya sambil menunjuk pada keningku. Apakah ia mengira dengan mengecup keningku akan menutup luka sobek di dahinya. Bodoh.

“Aku pergi” ucapnya sambil melangkah lagi dan tanpa melihat lagi ke arahku.

“Cih, kau seperti tokoh pria dalam komik. Sok cool. Tapi ku akui itu memang cool. Hoho”ucapku sambil mengelus-elus senang jejak bibirnya di dahiku.

**

Aku pulang dengan senang, entah mengapa perlakuakan Jiyong tadi membuatku berbunga.

“Yaaa!!! Kelinci bauuu, kau mau kemana? Kau tidak ingat kalau kau sekarang tinggal bersamaku” teriak Donghae padaku yang berjalan senang tapi arahnya berlawanan dengan arah apartemen Donghae. “Aiish Dara pabbo” umpatku dalam hati kemudian berlari dan masuk ke mobil Donghae dengan cengiran bodohku.

“Kau kesurupan? Kau sangat mengkhawatirkan” tanya Donghae sambil melajukan mobilnya.

“Yaaa!!! Kau mau mati mengatakanku seperti itu” ucapku sambil menjambak rambutnya dan dia merintih kesakitan. Hahaha rasakan.

Tidak memerlukan waktu lama, kami sudah sampai di basemant apartemen Donghae. Dan kamipun bersama masuk ke apartemen itu. Dan sebelum aku dan Donghae masuk aku merasakan ada yang mengikuti kami. Tapi mungkin itu hanya perasaanku saja. Aku dan Donghae pun masuk ke dalam apartemen dan di sambut dengan wangi masakan yang membuat lapar perut kami.

“Cuci tangan dan wajah kalian dan kita makan” ucap Eomma pada kami yang sebenarnya sudah ingin menyantap makanan yang sudah menggoda di meja makan.

“Aiggoo, ahjumma aku sudah sangat lapar” ucap Donghae manja pada Eomma ku. Dia memang sangat dekat dengan Eomma, karena ia sudah menganggapnya sebagai Eommanya sendiri.

“Kau boleh makan sepuasnya setelah kau melakukan apa yang aku suruh. Palli!” ucap Eomma. Kekeke rasakan.

“Baiklah aku duluaaaan” ucap Donghae sambil berlari mendahuluiku ke kamar mandi. Dasar idiot, aku sudah melangkah duluan ke kamar mandi dan sekarang dia yang terlebih dahulu masuk. Sial.

Kami selesai melakukan apa yang di perintahkan eomma. Dan kami siap menyerang makanan di meja makan. Ting tong. Suara bel berbunyi. Gaaah siapa yang mengganggu acara makan kami?

“Darong, kau buka pintu” ucap Donghae.

“Sirro, Sanghyun kau saja yang buka pintu”ucapku namun dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Adik kurang ajar.

“Dara, bisa kau bukakan pintu, huh?” ucap Donghae lagi dengan sengaja memakan daging secara brutal di wajahku. Pabbo.

“Arasso. Sisakan aku. Terutama kalian para babi” ucapku berdiri dengan berat hati sambil menunjuk kedua babi yang merayakan kemenangan mereka, Donghae dan Sanghyun merupakan iblis di hidupku jika menyangkut makanan. Aku pun melangkah gontai, dan mulai memaki siapa yang berkunjung di waktu kami makan. Dan aku pun membuka pintu.

“…” aku terdiam. Tak bisa berkata. Seseorang di hadapanku tersenyum membunuh.

Jiyong Pov

Aku tak mempunyai tujuan akan kemana. Aku seperti kapas yang terbang di bawa angin dan pasrah akan jatuh entah di mana. Dan dengan tujuan akhirku, aku tidak beranjak dari rumah sakit. Aku menunggu sosok yang merupakan tempat terakhir bagiku. Aku sengaja menunggunya agar aku dapat mengetahui tempat yang ia tinggali saat ini. Aku melihatnya berjalan seperti anak kecil yang sedang bergembira. Dia berjalan sambil meloncat-loncat kecil, entah apa yang membuatnya begitu bergembira namun itu terlihat seperti sebuah hiburan untuk mataku. Namun detik berikutnya mataku seperti tertusuk benda yang tajam dan menyakitkan, ia menaiki mobil seorang namja yang sangat khawatir padanya saat itu. Namja yang satu profesi dengannya. Dan akupun mengikuti mereka. Dan aku akui otakku sudah panas melihat dan memikirkan di dalam mobil sana.

Mobil itu memasuki sebuah apartemen dan mereka langsung menaiki lift.

“Jangan lakukan ini padaku, Dara” gumamku dalam hati masih mengikuti mereka. Dan hatiku serasa semakin sakit ketika mereka berdua sama-sama memasuki sebuah apartemen. Akupun membalikkan tubuhku saat Dara menengok sebentar ke arah ku. Akupun langsung memalingkan dan menutupi wajahku dengan masker kemudian menuju lift kembali. Hari ini aku benar-benar hancur. Aku bahkan tidak sanggup untuk bertanya langsung atau sekedar meminta penjelasannya mengapa ia bersama namja itu di apartemen ini. Aku langsung melajukan motorku dengan kecepatan tinggi, dalam perjalanan aku selalu memaki kehidupanku, aku selalu memikirkan Dara.

“Arrrggghhh, Siaaal” teriakku frustasi sambil membalikkan lagi arah motorku menuju apartemen itu lagi.

Ting-tong, ku bunyikan belnya. Saat pintu itu terbuka. Mata indah yang selalu bisa membuatku tenang kini menatap kaget melihat sosokku. Dia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku tersenyum menyedihkan. Tanpa mengatakan apapun aku melangkah meninggalkan sosoknya yang masih belum bisa keluar dari rasa terkejutnya. Sungguh aku hanya ingin memastikan itu benar-benar dia atau bukan. Namun lagi-lagi aku lebih menyukai fatamorgana dibandingkan dengan kenyataan. Kenyataan selalu membuatku merasakan kepahitan dan menumbuhkan rasa sakit yang amat menyakitkan. Ku hidupkan motor besarku namun saat aku ingin menjalankannya sebuah tangan menggenggam lenganku.

“Ji, aku ingin menjelaskan ini” ucapnya.

“Naik” ucapku singkat dan ia pun langsung menurutiku. Dan aku langsung melajukan motorku dengan cepat dan menghentikannya di sebuah apartemen milikku yang biasa di pakai untuk aku dan teman-temanku berpesta. Aku langsung menarik paksa lengan Dara menuju lift. Dan sampai apartemenku, aku langsung menariknya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang king size ku. Entah apa yang merasukiku, aku mencium bibirnya menjatuhkan tubuhku diatas tubuhnya. Tidak ada yang bisa memilikinya selain aku.

“Ji, kumohon jangan seperti ini” ucapnya namun aku terus menciuminya bahkan tanganku sudah mulai menjamah buah dadanya.

“Tidak ada yang bisa memilikimu selain aku” ucapku sambil terus menciumi setiap inci wajahnya.

“Ji, ku mohon “ kini terdengar suara tangisan Dara dan itu membuatku menghentikan semua nya. Membuatku tersadar akan yang sedang ku lakukan padanya. Ku lihat pergelangan tangannya memerah memar karena mungkin itu dari cengkraman tanganku menariknya ke sini.

“Pergi dari sini Dara” ucapku dingin sambil menghindarinya. Aku tak ingin menyakitinya lebih parah lagi.

“Pergi dari sini, bahkan dari hidupku. Aku sudah terlalu sempura untuk menderita jadi biarkan aku sendiri. aku terlalu marah melihatmu dengan namja lain dan masuk dalam apartemen yang sama. Itu membuatku sakit setelah aku menerima kenyataan aku bukan anak kandung dari Tuan Yang. Aku ini sampah. Aku ini…. aaaarrgghhh” lolongan frustasi keluar dari mulutku dan tanganku menghancurkan semua benda di apartemen ini.

Aku terpuruk terduduk dengan kepalan tangan yang berdarah karena benda-benda yang ku pecahkan. Menunduk tanpa bisa menatap Dara yang masih mendekap selimut di tubuhnya.

“Pulanglah, maaf aku tak bisa mengantarmu pulang” ucapku masih tertunduk tanpa melihatnya namun tak ada respon dari nya.

“Dara, ku bilang pu.. “ saat aku ingin melanjutkan kalimatku, sebuah tubuh mungil memelukku dari belakang.

“Mian, aku tak berterus terang padamu, jika aku dan keluargaku saat ini tinggal dengan Donghae, dia sudah seperti keluarga bagi kami. Mian jika aku tak bisa mengatakan itu padamu. Dan mian, karena aku tidak bisa pergi. Aku tidak bisa meninggalkanmu. Aku akan menepati janjiku untuk selalu di sini selalu bersamamu Ji. Jangan pernah kau menyuruhku pergi dari hidupmu. Aku berusaha mengerti dirimu aku mencintaimu bahkan jika kau sampah sekalipun, aku tetap mencintaimu Ji” ucapnya dengan tangis.

“…” aku hanya bisa terdiam tanpa bisa mereson apapun.

“Kau tidak memaafkan ku Ji?” tanya Dara karena aku tidak merespon ucapannya yang manis itu. Aku melepaskan pelukannya, membalikkan tubuhku. Kini kami saling bertatapan.

“Gumawo telah mencintai sampah sepertiku” ucapku sambil mengecup lembut bibirnya. ciuman yang berbeda dari yang ku lakukan sebelumnya. Aku sangat menyayanginya, menciumnya penuh dengan cinta. Dan dalam hidupku, mencintainya dan menemukan seseorang yang mencintaiku seperti ini merupakan hal yang terindah di hidupku.

 

 

TBC

<< Back  Next >>

A/N :
Huaaaah, selesai chap ini, gimana seru gak? Mian updatenya lama. Soalnya sibuk banget, hihi. Selalu cuap-cuap di colom coment ya. Mau lebih gila-gilaan bareng author hanny. Follow IG : @Hannyquack . Gumawooooo *Pyong*

52 thoughts on “[Series] I’m Just Different – 7

  1. aku kira Jiyong yang meninggal , ternyata orang lain… gk ke bayang Jiyong meninggal dan ninggalin dara…
    thor ni ff kok keren bgt y? gk salah ni pilih ff keren ini, pas lg bosen lihat ff DaraGon langsung penasaran bgt sama i’m just different … pas buka … wah bahaya ni ff keren bgt thor! gk nyesel… sampai gk mau lepas… hahaha thanks thor bikin ff beginian keren banget….

    oh iya ff ability juga keren bgt… aku dah baca sampe 4 kali gk bosen2 kekeke

  2. Duhh udah deg2an bacanya , aku kira Ji oppa yg meninggal …
    Kasihan banget mereka berdua , semoga mereka berdua bisa sama2 ..
    Seru banget ffnya , suka suka suka hehehe

  3. Gila… aku kira bukannya dara yang ninggalin Ji yong tapi jiyong yang ninggalin dara, God … aku kira pasien yang meninggal itu Jiyong huft… untunglah bukan Jiyong.
    Ah… kok makin lama sedih banget ya ceritanya.
    Gahg… tenyata Jiyong bukan anak pak tua yang hyun suk … sedih amat sih…
    Hiks hiks hiks…

  4. Sumpah, aku kira yang meninggal jiyong tadi, syukurlah bukan wkwk
    Jadi jiyong bukan anak YG ? Oalah pantesan si YG dendam banget sama dia
    Entah kenapa aku kasihan sama jiyong, dia beneran butuh kasih sayang orang tua
    Terus dara datang, mereka berdua pantes banget, dara pengertian banget
    Mereka harus bersama terus ;( udah janji

  5. Kirain yg meninggal itu jiyong soalnya kan tadi dia berkelahi diclub eh ternyata bukan syukur deh jiyong cuma dpt luka memar sm dahi yg sobek….. itu sih sudah biasa buat jiyong hehehehe…..
    jadi jiyong bukan anak kandung Yg pantes aja dia jahat sm jiyong orang bukan siapa2 baginya…… kasihan baget ua jiyong….. semoga jiyong bisa bahagia sm dara dan jiyong jg nggak kasar sm dingin terhadap orang lain….. next chap juseo….. pyoooong♥♥♥

  6. Same here,thought ji die,luckily. ..pls wish them always fall in love &married. …let the evil fake father go 2 jail, believe all his fortune belong 2ji’s dad,he stoleg from them…huhu….sad…😭😭😭

Leave a comment