Wedding Dress [Chapter 3] : The Truth

wd

Author: Sfn

Main Cast: Sandara Park & Kwon Jiyong

Other Cast: Find it by your self

Genre: Family, Angst

Length: Chapter

Annyeong~~ aku datang dengan Wedding Dress part 3 nihh. Maaf lagi kalo ga jelas ato apa._. jangan lupa comment._. Comment kalian sama aja pelajaran buat aku. Enjoy~

***

Dara POV

“Aku takut… aku takut dia mulai tau tentang penyakit ku ini. Haruskah aku memberi taunya sekarang?” tanyaku pada Cheondung di telepon. ”Jangan dulu noona.. Tidak secepat ini.” Jawabnya

“Tapi aku harus bilang apa? Aku akan menghabiskan waktu yang lama untuk pengobatanku di Filipina. Tak mungkin aku akan berbohong pada Jiyong tentang kepergian ku ke Filipina. Jiyong akan marah jika aku meninggalkannya diam-diam”

“Aku akan mengurus itu, aku akan ke Seoul besok”

“Kau serius?”

“Iya, setidaknya kau di Filipina selama 6 bulan noona. Jangan kurang, atau akan tambah parah”

“Baiklah, aku mengerti”

“Noona, jangan keluar malam-malam. Jika ingin bertemu dengan Jiyong hyung, ajak saja ke rumah. Arra?”

“Arra. Annyeong

Aku mendesah, aku tersiksa memakai infus ini ketika dirumah. Aku harus memakainya setidaknya 6 jam. Tapi jika Jiyong datang, aku akan melepasnya. Walau aku baru memasangnya. Bodoh sekali kau Sandara Park, inilah yang membuat penyakitmu semakin parah.

Aku dan Jiyong sudah menjalani hubungan ini selama 1 setengah tahun, dan selama 1 setengah tahun ini juga aku masih menutupi penyakitku ini. Jiyong adalah penyemangat hidupku, aku tak tau apa yang akan terjadi jika aku akan berpisah dengan Jiyong. Setidaknya, aku bisa hidup lebih lama.

Drrtt drrtt drrtt

 

From: Bom 

Dara-yaa, kami di bawah. Bisa bukakan pintu?

 

Aku turun dari kasurku menuju lantai dasar. Aku tak sabar akan bertemu dengan teman lama, Bom, Minzy dan Chaerin. Aku dan Chaerin sudah tak berhubungan lagi sejak aku sudah tak pernah keluar rumah lagi. Aku membukakan pintu untuk mereka.

“Annye–” Perkataan mereka terhenti seketika. Aku bingung. Seketika aku menyadarinya, aku panik. Aku lupa melepas infusku. “Ah, maaf” kataku sambil melepas infusku perlahan “ya!! Tidak usah di lepas” kata Bom panik. “Tidak aku harus melepasnya” kataku sambil menahan air mata ini. Minzy memegang tanganku, “tidak usah, unni” katanya sambil memelukku.

“Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Dara?” Kata Bom

“A..a..aku” kataku gemetar, aku tak bisa melanjutkannya. Aku menangis, ini menyakitkan bagiku.

Unni-ya.. Tidak apa, kau tak perlu melanjutkannya” Kata Chaerin,

“Tolong jangan bilang tentang infusku ini kepada Jiyong, aku tak ingin dia khawatir” Mereka mengangguk. Aku tersenyum, “terima kasih, kalian sudah mau menenangkanku” kataku

“Tidak masalah, kalau kau tak keberatan, kita akan menginap disini untukmu! Hehehe” jawab Bom. Aku melihat satu-satu temanku ini, dan pandanganku berhenti di Minzy, dia menangis. “Minzy-ah.. jangan menangis” kataku sambil mengusap air matanya. “Jangan menangis Minzy-ah, aku hanya butuh operasi dan aku akan baik-baik saja” lanjutku. Tangis Minzy menjadi-jadi “aigooo” kataku sambil mengusap air mataku dan memeluk Minzy.

“Aku akan ke Filipina besok, aku akan menjalani perawatan disana. Kalian bisa bertanya pada Cheondung dimana aku akan dirawat”

***

Sambil menunggu kehadiran Jiyong, aku dengan perlahan melepas infus ku dan menyiapkan foto dan beberapa nama jalan di foto itu. Aku yakin, jika Jiyong benar-benar mencintaiku, dia akan menemuiku.

Tok tok tok

“Masuk Ji” kataku. Aku menyembunyikan foto itu di balik bantalku, aku tak akan memberi taunya sekarang.

“Good evening, dear” sapanya. Aku tersenyum. “Kau sudah makan? Aku membawakan makanan kesukaanmu” lanjutnya.

“Aku akan memakannya nanti, tapi Jiyong-ah.. aku benar-benar ingin menghabiskan waktu dengamu malam ini” jawabku

“Memangnya kau mau kemana?”

“A..a..ku akan ke Filipina lagi. Ini sangat penting, aku akan disana paling sebentar 6 bulan”

“Kau bilang 6 bulan? Aku akan ikut denganmu kalau begitu”

“Jiyong-ah.. tak usah..”

“Jadi kau tak ingin aku bersamamu, hm?”

“Bukan seperti itu, aku sudah banyak merepotkanmu karena akhir-akhir ini aku demam tinggi. Aku ingin kau beristirahat disini, aku akan bersama Cheondung besok” jelasku menahan tangis

“Baiklah” kata Jiyong sambil mendesah

Mianhae..” kataku sambil memeluknya. Jiyong membalas pelukku hangat. “Maafkan aku tak akan ada untuk mu 6 bulan kedepan”

Gwenchana

***

“Kapan noonaku akan memulai operasi?” Tanya Cheondung pada sang Dokter.

“Kalau bisa kau secepatnya mencari orang yang mempunyai sumsum yang sama seperti noonamu, karena penyakit noonamu ini sudah sangat parah, waktunya tak akan banyak” jawab sang Dokter

Cheondung menangis mendengar perkataan sang dokter “tak banyak, dok?”

Sang Dokter mengangguk. Aku hanya bisa mendengar percakapan mereka, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku menangis, tentu saja. Aku menghapus air mataku. “Cheondung-ah..” panggilku. Cheondung menengok ke arahku, “noona-ya..” kata Cheondung sambil memelukku. “Aku tak apa..” kataku sambil tersenyum. Cheondung hanya memelukku erat.

“Cheondung-ah, bisa kau suruh Jiyong kesini?” Tanyaku. “Noona.. tapi kan ka–” “Cheondung, dengarkan kata noonamu. Mungkin orang itu adalah satu-satunya orang yang paling berpengaruh di hidupnya. Orang itu bisa saja membuat noonamu hidup lebih lama” potong sang Dokter. “Baiklah” kata Cheondung. “Tapi tetap, jangan katakan keadaanku. Aku ingin dia mengetahuinya sendiri” kataku.

Aku sudah berada di Filipina selama 4 bulan, Jiyong sering mengirimi ku pesan, tapi tak pernah ku balas, jangankan untuk membalas pesan, berdiri saja aku sangat lemas.

Aku beristirahat di rumah sakit ini. Membosankan. Aku tak boleh menonton tv. Ketika aku sedang berbaring, terdengar suara ketokan pintu “masuk saja” kataku. Ketika aku melihat kearah pintu, aku terkejut melihat Bom, Minzy dan Chaerin masuk ke dalam ruanganku.

Aku menangis, aku tak sanggup melihat mereka. “Annyeong Dara-ya..” kata mereka bersamaan. “Annyeong” jawabku tersenyum. “Bagaimana keadaanmu?” Tanya Minzy menahan tangisnya. “Aku? Keadaan ku.. aku..” “Dara noona sudah membaik” potong Cheondung yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

“Dokter, apakah aku boleh pulang? Seminggu saja.. tapi tanpa infus. Aku akan meminum obatku, aku janji” Tanyaku pada dokter. “Baiklah, seminggu cukup untuk menghirup udara segar selain di rumah sakit. Gunakan maskermu jika udara sangat panas. Kau mengerti Dara?” “Mengerti. Terima kasih dokter. Cheondung-ah, tolong kemaskan barangku ya?” Kataku. “Tak usah noona, bajumu masih ada banyak di rumah, tak usah di kemas”  jawab Cheondung.

***

Aku berjalan menelusuri jalan yang padat untuk membeli masker. Ya, aku sekarang sudah bisa berjalan, walau tak lama. Aku berjalan sendiri menerjang panasnya hari. Beberapa kali aku mengelap keringat di keningku. Baju belakangku sudah lembab karena panasnya siang ini.

Saat di tengah jalan aku merasa seperti ada sesuatu yang melindungiku, aku melongok keatas mencari tau ada apa diatasku, payung? Payung siapa ini? Aku melihat ke sampingku dan mendapati……”Taeyang? B..b..agaimana k..kau ta..tau a..aku di..si..ni?” Tanyaku gugup. Taeyang tersenyum, “kami semua disini” jawabnya “kami?” “Ya, aku, Chaerin, Minzy, Daesung, Kiko, dan Bom” “Kiko? Jiyong?” “Ya, Kiko. Jiyong? A..a..ku tak tau” “hmm, baiklah. Kau mau kemana?” “Aku sedang berjalan-jalan. Kau sendiri?” “Aku..aku.. ingin membeli masker” “untuk?” “Ah..ah..” “ikut aku” Taeyang menarikku menjauh.

“Jadi kau?” Tanya Taeyang

“Hm, aku tak ingin kau memberitahu Jiyong” aku menunduk. “Tolong, rahasiakan ini. Apakah teman-temanmu sudah mengetahui ini?” Lanjutku

“Sudah, mereka semua mengetahui ini dari kondisi fisikmu. Kiko seorang dokter, dia tau ciri-ciri penderita penyakit sepertimu. Dia menceritakan pada kami semua, kecuali Jiyong. Karena kami semua tau kalau kau menyukai Jiyong”

Aku memejamkan mata dan menunduk. Saat aku membuka mataku, aku melihat darah keluar dari hidungku. “Taeyang-ah, kau punya tissue?” Tanyaku sambil menunduk dan mengelapnya diam-diam.

“Tidak. Kenapa?” Jawabnya.

“Ani. Kau tunggu sini, jangan kemana-mana” kataku, aku berlari menjauh. Aku menangis, aku menyobek baju dalaman ku untuk mengelap darah di hidungku. Darah itu tak kunjung berhenti. Aku terduduk lemas di pasir pantai itu. Aku menunduk.

“Dara-ya.. gwenchana?” Kata Taeyang yang sudah ada di belakangku. “Ne.. gwenchana” jawabku. Taeyang pun duduk di depanku dan melihat darah keluar dari hidungku. “Omo! Dara! Kenapa kau tak bilang?! Ini! Pakai ini!” kata Taeyang sambil memberikanku sapu tangan yang lumayan tebal untuk menyumbat darah dari hidungku

***

Hari semakin larut, aku tetap belum bisa tidur. Aku tidak mau memakan obat tidurku. Aku muak dengan obat itu. “Noona?” sahut Cheondung dari balik pintu. “Masuk” kataku. “Kau belum tidur? Kau belum meminum o—“ “Aku tak mau meminum obat itu. Aku mau Jiyong” “Tapi noo—“ “Aku bilang aku mau Jiyong!” “baiklah, aku akan menelepon GD hyung untukmu”

Hyung! noona ingin berbicara denganmu” kata Cheondung pada Jiyong di telepon

Aku mengambil ponsel Cheondung, “Jiyong-ah..” kataku

“Dara? Aigoooo. Kau terdengar sangat lemas, hm? Bagimana kabarmu?” jawabnya

“Aku baik-baik saja. Kau? Aku rindu denganmu, Jiyong-ah..”

“Aku baik. Aku juga rindu denganmu. Dara, bukannya disitu sudah malam? Kau perlu tidur.. Aku janji kita akan bertemu di mimpimu. Cepat tidur!”

Andwae! Aku tak mau tidur! Aku rindu denganmu!”

“Dara.. kau harus tidur..”

“Aku tak mau!”

“Dengar, aku akan ke Filipina dalam waktu dekat. Aku janji tak akan membuatmu menunggu lama, sekarang kau tidur, oke?”

“Hm, baiklah.”

“Good night, dear

Aku mematikan telepon Jiyong dan mengembalikan ponsel Cheondung, “gomawo Cheondung..” Cheondung hanya tersenyum. Aku mulai berbaring dan tidur. Kali ini, akhirnya aku berhasil tidur tanpa obat tidur

***

Di siang hari seperti ini, aku memutuskan untuk berdoa di gereja. Aku ingin kesembuhan, aku ingin bertemu Jiyong. Jiyong adalah obatku. Aku yakin. Aku berjalan menuju gereja sendiri, ya, di hari yang panas ini. Aku menggunakan topi dan masker.

Aku masuk kedalam gereja itu dan duduk di kursi bagian depan. Aku berdoa, memohon kesembuhan kepada-Nya. Aku memejamkan mata, menunduk dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Aku menitikan air mata, tak sanggup menjalani hidup ini.

Tiba-tiba ada seorang namja duduk di sampingku, dia berdoa di sampingku. Dia terdengar sangat sedih. Aku tak tau apa yang terjadi, tapi ia menangis. Saat aku membuka mata dan melihat ke arahnya, sepertinya aku mengenali namja ini

“Jiyong?” panggilku. Namja itu membuka matanya, dan ternyata itu bukan Jiyong. Dia hanya mirip. Aku mendesah, aku kembali berdoa menunggu keajaiban bahwa Jiyong akan datang ke gereja ini untuk menemuiku.

1 jam aku disana, aku tak bergerak sama sekali. “Dara-ya..” aku mendengar seseorang memanggil namaku, sontak aku mencari sumber suara dan melihat siapa yang memanggilku. “Jiyong!” panggilku sambil berlari kearahnya. Aku memeluknya dengan erat. Begitu juga Jiyong.

Aku berjalan-jalan bersama Jiyong mengelilingi kota ini, dan berakhir di sebuah pantai, aku duduk di pasir itu bersama Jiyong. “Dara..” panggilnya, “iya?” jawabku. “Kau ingat ini hari apa?” tanyanya. Hai apa ini? Aku benar-benar tak ingat ini hari apa. “hahaha, kau ini. Ini hari jadi kita yang ke 2 tahun. Aku berharap kamu akan selalu ada buat aku nantinya” Lanjut Jiyong.

Jiyong memegang tanganku erat, “Dara.. You know how much I love you, right? I want you to be the part of my life and be the one girl who I love. Sandara Park, would you marry me?” kata Jiyong sambil menunjukkan sekotak cincin berlian di hadapanku. Aku tak bisa menahan bendungan air mata bahagia ini. Aku tersenyum dan mengangguk. Jiyong memelukku

Aku berjalan-jalan di pantai bersama Jiyong sampai larut, aku berlari kesana kemari bersama Jiyong. Kami bersenang-senang. Saat aku sedang berlari tiba-tiba aku sesak napas. Aku terjatuh lemas dan memegangi dadaku yang sesak. Aku mendengar teriakan Jiyong yang cukup keras, tapi lama kelamaan penglihatanku menghitam, gelap dan tak ada yang terlihat sama sekali

“Noona, bertahanlah..”

“Noona, jangan tinggalkan aku..”

“Noona! Aku mencintaimu! Jangan tinggalkan aku!”

 

Aku tak bisa melihat namja itu dengan jelas. Penglihatan ku buram, aku tak tau aku dimana. Apa yang aku lakukan disini? Aku mendengar orang-orang memanggil namaku. Ada apa ini? Tiba-tiba aku melihat banyak orang menggunakan masker dan berbaju putih di depanku. Aku kehilangan akal, aku tak tau aku dimana.

Saat aku hendak membuka mataku, aku melihat cahaya yang amat terang menyinari tubuhku. “Jiyong-ah..” panggilku. Seseorang di hadapanku mendengar perkataanku dan segera mungkin keluar ruangan, mencari orang yang bernama Jiyong.

Aku sudah tak kuat, Tuhan sudah memberiku waktu untuk bersenang-senang bersama orang yang aku sayangi, aku tersenyum dan hendak menutup mata, tapi tiba-tiba saja sesuatu yang hangat memegang tanganku.

“Noona.. Bertahanlah..” kata seorang disampingku. Seketika mataku terbuka, dan air mata mengalir dari pelupuk mataku

It’s all about you, my butterfly

Every time I come close to you

(every time I’m feeling you)

Feel like I’m gonna dream every time

( I get butterly)

Unintentionally, I look the sky like

It looks similar to when you smile

Specifically your dazzling [smile] baby

My day consists of our romantic drama

Make me cry and smile no no no

I can’t sleep, I call your name

I turn my head shyly (no matter what)

I like it this much

I rarely stop walking

 

 

Aku mendengar sebuah nyayian yang membuatku tersentuh.. Aku mendengar detak jantungku kembali hidup.. Kembali berdetak seperti sediakala

“Dara, aku ingin menyanyikan itu di pernikahan kita. Bertahanlah..” Kata namja itu dengan nada sangat sedih. Aku bisa merasakan perasaan itu, “Terima kasih untuk semuanya.. Aku tak akan melupakanmu. Beritahu yang lain kalau aku akan baik-baik saja disini” Seketika, semuanya menjadi gelap, aku tak mendengar apa-apa. Aku hanya bisa mendengar isak tangis orang-orang yang menyayangiku di luar sana.

***

GD POV

Aku keluar dari ruang operasi dengan wajah yang lembab, menyakitkan bagiku untuk kehilangannya. Banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut Cheondung dan teman-temanku. Aku duduk dan merenungkan perbuatanku. Aku tak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Aku sudah menyumbangkannya sumsumku, dan berharap itu akan pas untuk Dara.

Kami semua menunggu dengan cemas di luar ruang operasi. “Thunder-ah.. Sebenarnya apa yang terjadi pada noonamu? Mengapa kalian semua tak memberi tahu ku?” tanyaku pada Thunder. “Noona.. noona.. menderita leukimia, leukimia ini sudah sangat ganas. Kata dokter, kemungkinan noona untuk hidup hanya sedikit. Noona tak ingin memberi tau ini kepadamu, dia ingin kau mengetahuinya sendiri” jelas Thunder.

“Ini, bacalah. Mungkin kau akan mengerti mengapa noona tak mau memberi tahu padamu” Thunder menyodorkan buku kecil kepadaku. Aku menerimanya dan mulai membaca

3 November 2015 

Aku melihat namja tampan itu di tengah lapangan sedang bermain bersama teman-temannya. Tampaknya dia sangat bahagia. Aku ingin bermain bersamanya, tapi sayang, dokter tak mengizinkan ku untuk bermain seperti itu. Karena aku akan sangat kelelahan jika seperti itu

17 Desember 2015

Namja itu bernama Kwon Jiyong? Wahh, pas sekali dengan mukanya yang tampan. Hm, aku semakin ingin mendekatinya. Tapi, aku takut jika aku sudah mendekatinya dia akan terluka, karena kepergianku nanti. Aku tak mau melihat dia bersedih. Dia pantas untuk bersenang-senang. Dia tak boleh terluka, bahkan menangis.

 

31 Juli 2016 

Aku pergi meninggalkan Jiyong di Seoul. Aku pergi ke Filipina untuk menjalankan kemoterapi. Yah, aku harus menjalankan kemoterapi disana selama 2 tahun. Waktu yang lama bagiku. Aku akan sangat rindu dengannya. Jiyong menyatakan perasaannya padaku dan berkata dia mempunyai yeoja. Hatiku perih, hatiku sakit. Jiyong sama sekali tak akan merasakan itu Dan aku meninggalkannya sendiri di sana dan memilih berjalan bersama Taeyang. Taeyang juga menyatakan perasaannya padaku, bahkan dia menawariku menjadi yeojanya. Tapi aku menolak, aku tak mau menjadi yeojanya karena aku mencintai Jiyong. Aku tak mengatakan apa-apa tentang Jiyong ke Taeyang, aku hanya mengatakan aku tak mau 

 

6 Mei 2017 

Aku akan balik ke Seoul hari ini, walaupun aku belum selesai dengan kemoterapi ku, aku akan tetap pulang demi Jiyong. Aku ingin mengatakan bahwa aku menyukainya sejak lama. Aku ingin dia menjadi milikku sebelum aku pergi

 

8 Mei 2017 

Penyakitku akhir-akhir ini kambuh, aku belum siap meninggalkan Jiyong. Aku masih ingin tinggal. Aku tak mau kehilangan dia. Aku tak mau dia terluka karena kepergianku. Aku tak akan memberitahu Jiyong tentang penyakitku ini. Aku tak ingin dia bersedih, karena dia terlahir untuk bahagia, bukan menangisi orang yang tak memiliki masa depan, sepertiku

 

15 Mei 2017 

Kami menghabiskan waktu bersama di pulau Jeju 3 hari ini. Menyenangkan! Aku bisa melihat dengan dekat wajah tampannya, saat dia tertawa, senang, terdiam, aku memiliki semua fotonya di kameraku. Aku berjanji tak akan membuatnya terluka. Dan hari ini, aku menjadi yeojachingu dari seorang Jiyong! Akhirnya..

 

18 September 2017 

Hari ini, aku menjadi sangat lemah karena aku terlalu banyak mengeluarkan tenaga di pulau jeju kemarin. Huft, aku kapok. Hahaha, tidak, selama bersama Jiyong aku tak pernah kapok

 

23 September 2017 

Penyakitku semakin parah, dokter menyarankanku memakai infus. Ah! Aku capek memakai infus! Aku sangat tersiksa memakai barang itu. Tapi tetap saja, aku memakinya. Kecuali jika Jiyong datang, aku akan melepasnya. Aku tak mau Jiyong melihat aku memakai infus

 

25 Maret 2019 

Hai diary, udah lama aku gak nulis. Hehehe. Aku masih memakai alat bodoh itu. Selama Jiyong datang aku akan melepasnya, masih sama seperti dulu. Kata Cheondung penyakitku tambah parah karena kelakuanku seperti itu. Masabodo, selama Jiyong tak khawatir padaku. Aku takapa.

 

2 Agustus 2019 

Aku kembali ke Filipina untuk menjalankan operasi, tapi sayang, belum ada satu orang pun yang mempunyai sumsum sama sepertiku. Huft, aku harus bagaimana ya Tuhan?

 

4 Agustus 2019 

Mungkin ini hari terakhirku di dunia. Aku tak tau apa yang membuatku berkata seperti ini, aku hanya berpikir waktu ku hanya sedikit lagi, mungkin 1-5 hari lagi

Air mataku mengalir hebat setelah membaca diary Dara. ‘Mengapa kau tak mengatakan ini semua padaku, Dara-ya.. kenapa.. Aku merasa bersalah karena tak mengetahui ini semua.. Dara-ya..’ batinku berteriak.

Tiba-tiba pintu operasi terbuka, kami semua berdiri dari kursi yang sejak tadi kami duduki dengan perasaan cemas, menunggu jawaban dari sang dokter.

“Siapa salah satu dari kalian keluarga dari Ny.Park?” Tanya dokter itu.

“Saya. Saya, adik kandung dari Dara noona” jawab Cheondung dan mendekat kearah dokter itu.

“Dokter, bagaimana keadaan noonaku?” Tanya Cheondung khawatir.

Sang dokter mendesah, “Noonamu belum bisa di operasi Cheondung-ah.. Kejadian ini sangat langka. Ada sesuatu yang mengganjal di dekat sumsum noonamu. Tapi jika dia masih mempunyai semangat hidup, Tuhan akan memberikannya kesempatan kedua untuk hidup, asalkan dia tidak keluar dari saran dokter” jawabnya.

“Bolehkah aku bertemu Dara?” Tawarku,

“Kau Jiyong?” Tanya Dokter

“iya, aku Jiyong”

“Dara selalu menyebut namamu dan ummanya saat didalam. Kau adalah alasan terbesar bagi Dara untuk hidup. Jagalah Dara, jangan sampai penyakitnya kambuh” jelas dokter.

“Baiklah, aku janji akan menjaganya. Terima kasih dok. Thunder-ah, temani aku melihat Dara, oke?” Kataku. Thunder mengangguk. Aku dan Thunder harus memakai perlengkapan steril.

“Noona..” panggil Thunder ketika sudah di depan Dara. Dara terpejam lemah. Aku memegang tangannya hangat. Aku tak kuasa menahan tangis ini, melihat yeojaku terbaring lemah di rumah sakit. “Noona-ya.. maaf aku memberi tau Jiyong hyung tentang penyakitmu. Maaf noona..” Thunder terisak. Dia menangis, air matanya mengalir begitu deras.

***

“Kau sudah makan, hm?” Tanyaku pada Dara

“Belum. Aku tak mau makan” jawabnya

“Ya! Kau harus makan Dara-ya”

“Aku tak mau!”

Aku mendesah. Kelakuan Dara sering  berubah akhir-akhir ini. Aku memegang tangan Dara lembut, “Dara.. apakah kau masih ingin bersamaku?” Tanyaku padanya. Dia mengangguk, “Apakah kamu tega melihatku terluka disini?” Dara menggeleng, “kalau begitu, kau harus makan, oke? Kalau kau tak makan, mau sama siapa aku nanti, hm?” Rayuku. Dara menurut, dia memakan makanan dari dokter.

“Jiyong-ah.. aku tak mau makan ini. Ini tidak enak” ucap Dara.

“Lebih baik memakan makanan sehat seperti ini dari pada kau harus memakan obat-obatan itu” jawabku. Dara terdiam dan lanjut memakan makanan itu.

***

“Dara.. Berjanjilah, kau akan menuruti kata-kata Dokter jika aku balik ke Seoul. Aku akan terus mengunjungimu ketika aku mempunyai waktu luang” kataku. Dara mengangguk pelan, dan tersenyum. Aku mencium keningnya lembut. “Jangan pernah berpikir kalau kau tak berguna lagi di dunia ini. Asal kau tau, kaulah orang paling berharga di hidupku. Saranghae Dara..” kataku.

Kami terdiam sejenak di pagi hari yang sejuk ini, kami bisu. Berat bagiku untuk jauh dari Dara, tapi apa daya? Aku harus balik ke Seoul hari ini karena sesuatu mendesakku

“Jiyong-ah.. maaf telah merepotkanmu”

***

Cheondung POV

“Jika aku boleh aku bertanya, dimanakah Jiyong itu? Mengapa dia tak menemani Dara?” Tanya Dokter.

“A..a..ku tak t..ta..u” kataku menahan tangis. Aku mendesah, sudah sebulan ini noona tak sadarkan diri. Aku sudah menelepon hyung berkali-kali tapi tak pernah dijawab. ‘Hyung.. kau kemana..’ batinku.

Drrtt drrtt drrtt

Ponselku bergetar, aku pun melihat kearah layar ponselku dan mendapati nomor tak dikenal meneleponku

“Yeoboseyo?”

“Thunder?”

“Iya?”

“Ini Jiyong. Apakah kau bersama Dara?”

‘Jiyong hyung? Apakah ini benar Jiyong hyung? Terima kasih Tuhan’ batinku. “Ah.. noona tak sadarkan diri sejak tak lama kau pergi saat itu. Kau kemana hyung?”

“A..a..ku aku pulang ke Seoul. Jangan tanya aku untuk apa”

“Baiklah. Hyung, bisa kau mengatakan sesuatu untuk Dara noona? Walaupun dia dalam keadaan tak sadar? Mungkin, dia akan terbangun ketika mendengar suaramu”

“Baiklah, dekatkan ponselmu pada Dara”

Aku memasuki ruangan Dara noona dan mendekatkan ponselku dengan telinganya

It’s all about you, my butterfly

Every time I come close to you

(every time I’m feeling you)

Feel like I’m gonna dream every time

( I get butterly)

Unintentionally, I look the sky like

It looks similar to when you smile

Specifically your dazzling [smile] baby

My day consists of our romantic drama

Make me cry and smile no no no

I can’t sleep, I call your name

I turn my head shyly (no matter what)

I like it this much

I rarely stop walking”

 

Dara POV

Aku mendengar suara itu, aku mendengar nyanyian itu lagi. Nyanyian itu, suara itu, aku sangat merindukannya. 

Sebenarnya, apa yang aku lakukan disini? Kenapa aku tak bisa membuka mataku ini? Apa yang salah dengan mataku? 

Aku melihat cahaya terang dihadapanku, cahaya terang itu membuatku tak dapat melihat lurus kedepan. Tapi lama kelamaan, cahaya itu pudar, aku melihat sepasang manusia disana, aku melihat umma dan appa disana. Umma dan appa sedang tersenyum kearahku. Aku melihat air mata jatuh dari pelupuk mata umma. “Dara-ya.. kami akan menunggu disini.” Kata umma. Aku ingin menjawab perkataan umma tapi mulutku kelu. Tak bisa di gerakan.

***

Cheondung POV

Noona.. aku rindu dengan senyum bahagia itu.. aku rindu suaramu noona.. noona, bangunlah” kataku menangis sambil mengelus pipi Dara noona.

Aku tak bisa menahan tangis ini. Aku sangat merindukan noona. Aku memerhatikan wajahnya lekat-lekat, wajahnya yang polos sangat cantik. Aku bangga menjadi seorang adik dari Dara noona. Noona berbeda dari noona-noona yang lainnya. Noona sangat menyayangiku, noona juga senang berjalan-jalan denganku. Noona tak pernah mengeluh saat merawatku. Ya, aku hanya mempunyai Dara noona. Umma dan Appa sudah tiada.

Aku belum siap kehilangan Dara noona. Karena dialah satu-satunya yang kupunya. Aku tak tau bagaimana kehidupanku nanti jika Dara noona sudah tiada.

Aku terbangun dari tidurku, aku melihat Dara noona masih terdiam tak sadarkan diri. Pipiku lembab karena tadi menangis.

Aku tersenyum kearah Dara noona sambil menggenggam tangannya erat. “Noona, jika meninggalkanku adalah hal terbaik untukmu, pergilah, aku tak apa. Aku akan lebih bahagia jika kau bahagia disana. Aku tak mau kau tersiksa karena penyakitmu noona.”

***

Dara POV

3 months later

“Cheondung-ah..” ucapku

“Iya?” Jawabnya

“Bawa aku ke gereja, ya?”

Noona mau ngapain?”

“Temani aku ya? Tapi kita berdua saja, oke?” Kataku lemas

“Baiklah.. aku akan izin ke dokter dulu”

“tak usah, aku sudah dapat izin darinya, aku akan menginap disana selama seminggu”

“Seminggu? Noona.. aku akan ikut denganmu”

“Aku ingin sekali kau ada di samping ku nanti. Ah.. aku ingin menelepon Jiyong, boleh aku meminjam ponselmu?” Cheondung menyodorkan ponselnya kepadaku, aku mengambilnya dan mencari kontak Jiyong

“Annyeong Jiyong-ah..”

“Dara? Ini kau?”

“Iya ini aku. Kau kemana saja, hm? Tak pernah membalas pesanku”

“A..ahh.. mianhae Dara-ya.. Oh iiya, aku akan ke Filipina 2 hari lagi. Aku merindukanmu Dara”

“Aku juga, Jiyong-ah.. kau cepat datang ya.. aku tunggu kehadiranmu”

Thunder mengusap air matanya dan pergi bersamaku ke gereja terdekat. “Noona.. sebenarnya ada apa kau ingin sekali kesini?” Tanya Cheondung tiba-tiba

Aku tersenyum halus, “aku ingin merayakan ulang tahun ku disini, bersamamu, Jiyong, Taeyang, Daesung, Kiko, Minzy, Bom dan Chaerin” jawabku

“Kau yakin?”

“Aku yakin. Ajak mereka kesini 2 hari lagi. Arra?”

***

Aku duduk terdiam, berdoa kepada Tuhan berharap umurku dipanjangkan. Aku sudah rela meninggalkan Cheondung dan Jiyong. Aku mengambil secarik kertas dan pulpen. Aku menulis beberapa kata, untuk teman dan adikku tersayang

11.00pm

“Cheondung-ah..” panggilku lirih. “Ne noona?” Jawabnya. Aku memeluk Cheondung erat. “Saranghaeyo Cheondung-ah.. maafkan noona tak bisa menjagamu lagi. Jika noona pergi, jadilah namja yang kuat, jangan pernah menyerah dengan cepat. Noona akan sangat bangga padamu nantinya. Cheondung-ah.. jadilah namja yang bertanggung jawab untuk keluargamu nantinya dan datanglah kepadaku jika kau sedang dalam masalah.” Aku menyeka air mataku yang terus menerus ingin keluar

Aku mengelap air mata Cheondung yang begitu deras, “nal uljimma, Cheondung-ah.. jangan tangisi apa yang sudah berlalu. Kau tak boleh menyesalinya.. bangkitlah dari keterpurukanmu dan tersenyumlah. Tuhan pasti akan membantumu. Nuna yakin”

11.47pm

“Nuna, saranghae.. maafkan aku nuna.. aku tak bisa menjagamu dengan baik” kata Cheondung. Cheondung mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sesuatu padaku, itu video.. Jiyong yang membuatkannya

‘Her smile is the one and only way to make this feelings better

Her laugh always makes my days complete

Her happines is like i’m locked out of heaven

Her tears is my weakness

You, one and only girl who i loved

You, one and only girl who hiding behind me

You, one and only girl who always hide your pain with those smile

You, Sandara Park.. i loved you. I cant explain this feelings to you with anywords, my love is too much for you. 

Just show me your pure smile, Sandara. 

Happy Birthday, neomu saranghae..’ 

 

12.00am

Aku menyeka air mataku. Semakin berat untukku meninggalkan Jiyong dan Cheondung, “Saengil chukkae noona.. Neomu neomu saranghae” kata Cheondung sambil menangis. “Ne, gomawo Cheondung-ah.. nado, nado saranghaeyo” aku tersenyum.

Aku mengambil ponselku dan merekam suaraku untuk Jiyong, mungkin yang terakhir.

“Jiyong-ah.. mianhae, mungkin sekarang aku sudah meninggalkanmu. Maafkan aku. Aku berat untuk meninggalkanmu tapi apa yang bisa kulakukan? Tuhan sangat menyayangiku dan ingin aku ada disisinya. Jiyong-ah.. aku titipkan Cheondung padamu. Jadilah namja yang bertanggung jawab. Kwon Jiyong, aku akan merindukanmu. Nado, neomu saranghae..”

Aku memberikan ponselku pada Cheondung, dia pun mengerti dan mengambilnya. “Cheondung-ah.. aku menulis surat untuk kalian, ambillah di bawah bantalku. Cheondung-ah.. Jangan menangis, ne?” kataku sambil menusap air matanya. Cheondung memelukku erat, dan perasaan sakit ini dikit demi sedikit menghilang, dan penglihatanku menggelap.

9.00am

Author POV

“Cheondung-ah.. dimana Dara?” Tanya Jiyong pada Cheondung.

Cheondung mengangkat kepalanya berusaha menahan airmatanya. Cheondung pun melihat ke arah Jiyong dengan tersenyum kencut, “Mianhae hyung.. Dara noona.. sudah… pergi..” air mata Cheondung tak bisa di tahan lagi, air mata itu jatuh di pipi manisnya. “m..m..mwo?! Ja..ja..jangan bercanda C…c..cheon..dung!” kata Jiyong tak percaya, bulir-bulir bening itu jatuh di pipinya. “Maafkah aku hyung…” kata Cheondung.

Jiyong menghampiri teman-temannya yang sudah di depan tubuh dingin itu, menatapnya tak percaya. Jiyong jatuh terduduk di samping Dara.

“Mianhae Dara.  Mianhaeyo.. aku terlambat, sangat terlambat. Maafkan keegoisanku untuk meninggalkanmu.. mianhae Dara-ya.. aku menyesal” kata Jiyong sambil menangis di depan tubuh dingin ini.

Cheondung menghampiri teman-temannya itu dan berkata, “Dara noona meninggalkan pesan untuk kalian semua…”

Annyeong.. maafkan aku sudah membuat kalian semua bersedih, maafkan aku juga sudah membuat kalian semua khawatir. Mungkin sekarang aku sudah tak ada, tapi ingat.. Aku akan selalu ada di samping kalian. Kemana pun kalian pergi, aku akan melihatnya dari sini. 

Aku ingin menyampaikan pesan kepada kalian, boleh kan?

Pertama-tama untuk Cheondung, adikku tersayang. Maafkan noona telah merepotkanmu selama ini. Kalau saja noona bisa mengurus diri noona sendiri, kamu tidak akan seperti ini. Cheondung-ah.. jaga dirimu baik-baik. Noona akan sangat merindukanmu nanti. 

 

Kedua untuk Kwon Jiyong, penyemangat hidupku. Maafkan aku telah membuatmu kecewa. Maafkan aku telah membatalkan pernikahan kita. Maafkan aku karena membuatmu menangis dan kecewa. Maafkan aku telah mengingkari janjiku untuk berada disisimu nantinya. Carilah yeoja yang baik, janganlah terus menerus menyalahkan dirimu karena tak bisa menjagaku.. Jiyong-ah, jangan menangis ya? aku tau ini akan sulit. Tapi kau harus bertahan.

 

Ketiga untuk Taeyang. Maafkan aku telah menolakmu waktu itu. Aku tak bermaksud menyakitimu, tapi itulah yang terbaik. Taeyang-ah.. terima kasih sudah mau mendengarkan keluh kesahku waktu itu. Terima kasih juga karena telah membawaku kerumah waktu itu. Terima kasih banyak karena telah menyukaiku.

 

Keempat untuk teman-temanku tercinta, Minzy, Chaerin dan Bom. Maaf telah mengecewakan kalian karena aku, kita sudah tidak bisa berkumpul berempat lagi. Maafkan aku karena membuat kalian menangis 3 tahun ini..  Dan terima kasih juga karena sudah menjaga rahasia waktu itu. 

 

Kelima untuk teman-teman baruku, Kiko dan Daesung. Maaf karena telah melibatkan kalian dalam masalah ini. Dan aku juga sangat minta maaf karena kita belum sempat mengobrol waktu itu. Karena dokter menyuruhku banyak-banyak istirahat. Dan aku sangat berterima kasih kepada Kiko karena sudah memberitahu yang lain karena aku mengidap Leukimia. 

 

Aku minta maaf yang sebesar-besarnya pada kalian dan aku juga sangat sangat berterima kasih pada kalian. Maaf telah meninggalkan kalian untuk selamanya.. Neomu Saranghae!! I’m gonna miss ya’ll. Annyeong..

Cheondung dan teman-temannya tak bisa menahan bendungan air matanya. Dara adalah orang yang sangat berarti baginya. “Teman-teman, kita tak boleh menangisi Dara noona terus menerus. Dara noona bilang kalau kita tak boleh menangisinya terus menerus, dia ingin kita bahagia. Lebih baik kita berdoa untuk ketenangan Dara noona disana” kata Cheondung

“Ah, Jiyong.. Dengarkan ini. Ini pesan Dara noona untukmu. Oh iya, terima kasih karena telah menjaga Dara noona saat aku tak ada” Ucap Cheondung pada Jiyong. Jiyong tersenyum kecil walaupun baginya sangat susah

Flashback

Author POV

12.02am

Aku merasakan tubuh Dara noona semakin meringan.. ada apa ini? Aku melihatnya dan mendapatinya sudah tak bernapas

Noona!!” Panggilku sambil mengguncang-guncangkan tubuh Dara noona. Aku meraung-raung.. masih tak bisa percaya kalau Dara noona akan meninggalkanku secepat ini.. dan di dalam dekapanku

Nuna.. appa.. umma.. kalian semua sudah bertemu. Aku harap kalian akan baik disana. Aku berjanji akan menjadi namja yang bertanggung jawab dan tak mudah menyerah” batinku, aku pun melihat kearah langit malam. Aku tersenyum, “Selamat jalan noona..

To Be Continue…

 <<back   next>>

25 thoughts on “Wedding Dress [Chapter 3] : The Truth

Leave a comment