The King’s Assassin [31] : The Underground Movement

assassinc

Author :: silentapathy
Link :: asianfanfiction
Indotrans :: dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  

 

Bom membuka matanya, dingin angin pagi berhembus menyentuh kulitnya dan segera dia menyadari bahwa jendela kamarnya telah terbuka, dia segera bangkit dan mendapati tempat disampingnya telah kosong.

Dia bangun terlambat.

Sebentuk senyuman tersungging di bibirnya mengingat tubuhnya yang telanjang dibawah selimut tebal yang menyelimutinya dan ingatannya pun kembali pada kejadian semalam.

Mereka akhirnya melakukannya. Setelah dirinya dibujuk untuk pulang kemarin malam, dia tidak lagi bisa menolak. Dia mencoba mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia masih bisa menerima pelukan dan ciuman – sampai tadi malam, dia menyerah. Seunghyun telah banyak membuktikan diri padanya dan Bom mulai terbiasa dengan pria itu. Meski saat ini dia merasa lelah dan sedikit ngilu, dia merasa sangat senang bahwa anggapannya selama ini terbukti salah.

Bagaimana bisa orang-orang menuduh suaminya adalah seorang gay hanya karena dia akrab dan dekat dengan Profesor Dong? Bom tersipu. Dia jantan. Sangat-sangat jantan dalam setiap aspek.

“Anda sudah bangun,”

Pikirannya terputus begitu mendengar suara dalam yang sangat dikenalnya, membuat bulu kuduknya meremang. Aroma segar Seunghyun memenuhi rongga penciuman Bom, dan butuh usaha keras baginya utuk menahan diri agar tidak melompat pada suaminya itu.

Bom menggeleng-gelengkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan tangan.

“Apa yang Anda lakukan?” Seunghyun tertawa.

“Aku belum mandi, keluarlah.”

“Ada apa dengan Anda, aigoo…”

“Aku merasa lengket…”

“Ayo, saya akan membawa Anda ke kamar mandi. Saya sudah menyiapkan bak mandinya.”

Bom mendongak dan menatap suaminya. “Kenapa kau tidak membangunkanku?”

“Karena Anda tidur sangat nyenyak dan saya ingin agar Anda memulihkan tenaga Anda,” kata Seunghyun dengan alis naik-turun membuat Bom memukul lengannya.

“Y-y-ah!”

“Aisht… Anda harus mulai belajar untuk mengimbangi kekuatan saya, yeobo,” dia tertawa dan Bom hanya bisa tersipu malu mendengar penuturannya yang berani.

“Hentikan! Kenapa kau jadi seperti ini!”

“Haha! Kemarilah, saya akan memandikan Anda—,”

“Tidak!”

“Wae? Saya sudah melihat Anda telanjang…”

“Choi Seunghyun!”

Seunghyun mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil dan duduk lemas di lantai.

“Tolong keluar… aku perlu berganti pakaian, kau tahu…”

“Tapi…”

“Aku kesakitan disini… tolong, jangan membuatku malu…”

“Kalau begitu biarkan saya membawa Anda ke kamar mandi, neh?” Seunghyun segera berdiri dan membopong Bom kemudian berlari keluar dari kamar menuju ke kamar mandi.

“Seunghyuuuuun!!!”

**

Harang menghabiskan malam disalah satu kamar yang ada di Istana Utara karena dia tidak diijinkan untuk menemui Dara kemarin malam. Kedatangannya sedikit terlambat semalam dan sekali Pangeran berkata tidak, tidak ada yang bisa merubah keputusannya. Esoknya, Harang segera bergegas untuk menemui Dara.

“Aku tidak tahu kau mengenal Putra Mahkota! Kenapa kau tidak pernah mengakatakannya padaku?! Aisht!”

“Ceritanya panjang, noona. Lagipula, Master memintaku untuk menutup mulut.”

“Aku tidak percaya ini!”

“Oke, oke,” bocah itu mendesah. “Kami menyelamatkannya dan Raja saat mereka diserang oleh beberapa penduduk di Utara saat kunjungan rahasia mereka.

Dara mengerutkan alis. Dia ingat hal itu.

“Aku tahu itu… itu terjadi beberapa hari sebelum…”

“Ya noona. Benar sekali,”

“Dasar idiot!” dia mengulurkan tangannya untuk memukul kepala bocah itu, tapi Harang lebih tahu. Bocah remaja itu segera bergeser menghindar.

“Aisht!” Dara mendelik padanya, tapi Harang hanya meringis.

“Harang-ah, bagaimana dengan Ilwoo hyung-mu?” tanya Dara tiba-tiba, cemas. “Aku merasa sangat menyesal tidak memberitahunya tentang rencanaku, tapi tolong katakan padanya—,”

“M-m-ianhe noona…” nada bicara Harang tiba-tiba berubah. Dia mulai memainkan ujung rompinya dan tatapannya tertuju ke lantai.

“W-w-ae?”

“Aku semakin jarang bertemu dengannya akhir-akhir ini. Dia tidak mengijinkanku menyentuhnya sedikit pun. Aku tidak tahu kemana dia pergi setiap malamnya. Aku hanya bilang padanya aku ingin mengunjungimu tapi sebenarnya… aku mulai takut pada hyung,”

“Bwoh?”

“Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berlatih pedang. Dia banyak berpikir dan selalu melamun.”

“Aku harus menemui oppa. Aisht! Dimana Master saat kita membutuhkannya?”

“Dia mengurusi hal lain, noona.”

“Kenapa kita tidak bisa melakukannya bersama-sama?”

“Karena Pangeran…”

Kenapa?” Dara mengerutkan alinya, bertanya.

“Tidak semua orang mendukungnya. Bagaimana denganmu noona, kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Kau bahkan mengambil resiko untuk datang kemari.”

“Ini bukan urusanmu— Harang-ah!!!” Dara mencoba melepaskan diri dari si bocah, tapi Harang dengan cepat telah menggenggam pergelangan tangannya; matanya berubah putih dan nafasnya terengah-engah.

“Lepaskan aku! Harang!”

“Apa yang terjadi disini?” tanya Pangeran yang tiba-tiba telah menerobos masuk mendengar suara Dara dari luar kamarnya. Dia mendelik pada Harang namun bocah itu hanya menatap Dara dengan ekspresi tak terbaca.

Dara mundur dan menelan ludah berat melihat sang Pangeran. Dia mendelik pada Harang, namun bocah itu tidak menatapnya.

Pandangannya masih menerawang.

“Harang dasar bocah nakal! Apa yang kau lakukan pada noona-mu?” Jiyong segera melingkarkan lengannya pada Dara.

“Saya…”

“D-d-ia hanya menakuti saya, hanya itu.” kata Dara, menatap Harang tajam; memperingatkan. “Saya baik-baik saja, Jeoha.”

Namun perhatian Jiyong tertuju pada ekspresi tidak pasti yang ditunjukkan Harang.

“Harang?”

Bocah itu perlahan berdiri dan menjauh dari mereka berdua. Dia mengalihkan pandangannya pada Pangeran kemudian kembali pada Dara dan sebelum mereka bisa mencegahnya, bocah itu telah berlari keluar dari kamar dan kembali ke kamarnya sendiri.

“Apa yang sebenarnya terjadi, Dara-ah?” tanya Pangeran padanya.

“T-t-idak ada,” katanya memaksakan sebuah senyuman dan menjauh dari Pangeran, namun pria itu dengan cepat kembali menariknya mendekat kemudian menangkup wajahnya.

“Kau terlihat pucat,” kata Jiyong cemas.

“Saya baik-baik saja,” katanya. “Apa yang membawa Anda kemari, Jeoha?” tanyanya mengalihkan pembicaraan mereka pada hal lain.

“Itu… well…” Jiyong menarik nafas dalam dan tersenyum pada gadis itu. “Para menteri ingin bertemu denganku. Aku mampir dulu kemari untuk melihatmu sebelum aku memulai satu hari lain yang panjang,” ujarnya jujur, mengelus pipi Dara dengan ujung ibu jarinya, membuat gadis itu menggeliat dibawah tatapan Jiyong – merasakan pipinya semakin memanas dengan kedekatan jarak mereka.

Pangeran menggigit bibirnya dan tertawa sebelum mencondongkan tubuh untuk berbisik di telinga Dara.

“Sempurna. Sekarang kau tidak terlihat pucat lagi,” katanya membuat Dara terbangun dari pikirannya. Dia kembali melangkah mundur namun perlawanannya sia-sia saja.

Pangeran dengan cepat menariknya dalam sebuah pelukan. Dia mencondongkan tubuh dan mendaratkan sebuah kecupan singkat di kening Dara.

“Jaga sikapmu, Lady Park. Aku akan mengirimkan Lady Gong kemari agar kau tidak bosan.” Dara hanya bisa mengangguk.

“Bolehkan aku?”

“B-b-who?” Dara tergagap saat merasakan Jiyong mendongakkan wajahnya agar pandangan mereka bertemu dan kemudian pria itu menatap bibirnya seperti predator mengintai mangsa.

“Dara-ssi?”

“J-j-eoha…” itu bukanlah sebuah protes. Itu adalah sebuah desahan yang membuat sang Pangeran langsung merunduk untuk mengklaim bibir gadis itu.

Itu adalah ciuman yang tanpa nafsu, seolah mencarinya, memanggilnya dan tak lama Dara pun melingkarkan lengannya pada pinggang pria itu, hampir berjinjit untuk mencapai bibir Jiyong yang terus bergerak di bibirnya – namun sang Pangeran kemudian menjauhkan diri, terengah-engah, mencoba menangkap udara.

“Kurasa aku membuat keputusan yang salah untuk mampir kemari,” Pangeran menggigit bibirnya dan sejenak Dara merasa ingin agar dirinya saja yang melakukannya – menggigit bibir Jiyong. “Aku tidak ingin pergi. Bolehkan aku tetap disini?” dia tertawa.

Dara menjauhkan diri dan menundukkan kepalanya, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merona merah. “Anda sebaiknya pergi sekarang, Jeoha.” Katanya. “S-s-aya mohon, jaga diri Anda.”

“Tentu, kau juga. Dan jangan pikirkan mengenai Harang. Dia pasti hanya sedang iseng seperti biasa.”

“Neh…”

“Aku pergi sekarang,” Jiyong tersenyum padanya dan Dara membungkukkan badan memberi hormat.

Begitu Pangeran hilang dari pandangannya, Dara segera membuka pakaiannya dan mengecek lukanya; melihat lukanya sudah mulai membaik, dia segera membalut tubuhnya dengan beberapa lapis kain dan mengambil sepasang pakaian pria dan mengenakannya, beserta dengan topinya.

Dia mengecek penampilannya di cermin, menalikan tali topinya dibawah dagu dan berputar-putar untuk memastikan bahwa tidak ada yang terlihat janggal.

Dara melangkah keluar dari kamarnya dan sekelompok pria tengah yang berlatih bela diri menyapanya. Dia mendesah senang.

Dia tidak mungkin menghabiskan hari lagi didalam kamarnya. Sekarang saat Pangeran tengah sibuk dengan tugas-tugasnya, dia bisa mengecek kondisi pasukannya.

**

“Sooyun-ssi, ada yang ingin bertemu dengan Anda,”

Chaerin sedikit terkejut saat mendengar pemberitahuan dari luar pintu kamarnya; dia mempersiapkan diri dan berdiri, siap menemui tamunya.

“Aku datang,”

Dia berjalan menuju ke ruangan privat dan berusaha agar tidak terlihat gugup saat harus berhadapan dengan putra Wakil Penasehat Kerajaan.

“Tuan, ini Sooyun…”

“Masuklah,”

Chaerin menggeser pintu hingga terbuka, dan sedikit mengangkat rok lebarnya saat melangkah masuk. Dia kemudian menutup pintu kembali dan berbalik menatap pria itu, membungkukkan badan memberi hormat.

“Aku senang kau mau menerima undanganku,”

“Siapa saya berani menolah Anda, Tuan Xin,” dia tersenyum dan duduk dihadapan pria itu, namun dalam hati dia mencemaskan Seungri. Mereka belum menyelesaikan urusan mereka sejak Seungri meninggalkannya hari itu – saat dirinya menawarkan tubuhnya pada Seungri.

“Aku senang tidak sengaja mendengar pembicaan abeoji dan Kepala Penasehat. Juga beberapa dari beberapa bangsawan tentangmu.” Katanya membuat Chaerin menaikkan alisnya.

“Mereka bilang kau sangat ahli memainkan alat musik dan menari. Kuharap kau bisa melakukannya untukku juga saat kita berdua sama-sama punya waktu.”

Chaerin tersenyum. “Tidak ada yang gratis, Tuan. Lebih tepatnya, mari kita katakan, sedikit pengaturan.”

“Aku tahu. Tidak perlu mengingatkanku tentang itu. Kau adalah seorang wanita yang bernilai mahal. Apa yang diinginkan oleh Sooyun yang terkenal dari Lotus House?”

“Saya hanya ingin bertanya mengenai beberapa orang… mungkin Anda mengenal sebagian besar dari mereka. Saya ini hanyalah seorang wanita yang mudah merasa penasaran, Tuan.”

“Dan kenapa kau pikir aku mau memberitahumu tentang hal itu?”

“Karena saya bisa menawarkan kepada Anda jauh dari sekedar menuangkan arak?” Chaerin tersenyum dan mengusapkan ujung jemarinya di cangkir sebelum meraih poci untuk menuangkan minuman bagi pria itu.

**

Menteri Kim berlari menuju kebagian belakang rumahnya, ke sebuah gudang tua. Dia melirik sekelilingnya, perlahan memasuki kamar dan langsung menguncinya begitu dia masuk kedalam.

Enam orang menyapanya dengan membungkukkan badan kemudian mereka menyingkir, menampakkan sebuah ruangan yang terkunci.

“Bagaimana keadaan didalam sana?”

“Kami masih terus menggali pernyataan dari mereka.”

“Lapangan tempat latihan?”

“Saya belum menerima laporan apapun namun orang kita bilang mereka berhasil masuk dalam pasukan pribadi Pangeran.”

“Bagus,” dia mengangguk.

“Tuan… mereka bilang Pangeran telah menunjuk seorang komandan.”

“Aku tahu… dan kurasa aku tahu siapa orang itu. Aku hanya bisa berharap agar hal itu tidak berbalik merugikan Pangeran. Kita semua tahu bahwa menggunakan seorang wanita demi tujuan apapun adalah melanggar aturan,”

“Seorang wanita?”

“Ya. Katakan kepada orang-orang kita didalam Istana untuk selalu waspada dan lindungi Putra Mahkota serta sang Komandan Pasukan,”

“Tuan… apakah akan ada perang?”

“Perang? Tidak sekarang… tapi ini adalah sebuah pertahanan. Tameng dari orang yang juga memiliki kekuasaan besar. Kita tahu seseorang yang pernah berhasil membunuh tiga keluarga. Tapi anak-anak mereka selamat. Dan kali ini, mari kita lakukan ini demi kebaikan negara kita dan demi masa depan Joseon. Sudah cukup dengan cara-cara licik dari Choi.”

“Kami mengerti Tuan!”

“Aku ingin melihat bagaimana keadaan didalam sana,”

“Baik, Tuan,” pintu kemudain terbuka dan dua orang penjaga pintu menyapa sang Menteri.

Mereka melangkah memasuki sebuah ruangan bawah tanah luas. Disana gelap dan penerangan yang ada disana hanyalah berasal dari beberapa obor yang tertancap di dinding. Menteri Kim mengambil satu obor dan menggunakannya sebagai penerangan baginya menuruni tangga.

Bulu kuduknya meremang.

Setiap kali dia menginjakkan kakinya di tempat ini, dia selalu saja ingat akan para mentornya, tiga abdi setia sang Raja. Mereka biasanya menggunakan tempat ini untuk pertemuan rahasia dan meskipun saat itu dia hanyalah seorang Asisten Menteri Pertahanan, tapi ketiganya tidak pernah lupa untuk memberikan informasi penting padanya. Dia tersenyum mengingat berapa banyak informasi penting yang telah dia sampaikan kepada mereka bertiga. Sebagian besar merupakan konspirasi yang direncakan oleh Choi yang merupakan atasannya.

Dan mereka terus menyusunnya. Sebenarnya, mereka berencana untuk mengerjakannya setelah pengumuman undang-undang baru.

Namun sayangnya tidak satu pun dari yang telah mereka rencanakan itu terlaksana karena mereka telah dibunuh dan difitnah.

Dan sekarang, tempat itu telah berubah menjadi penjara bawah tanah.

Seperti yang dilaporkan bahwa ada anggota pasukan yang menghilang dan beberapa ditemukan tewas.

Dia tidak tahu sama sekali mengenai yang tewas.

Namun perihal anggota pasukan yang menghilang… jelas dia sangat tahu tentang hal itu.

Melatih Sanghyun menjadi seorang ahli pedang bukanlah hal yang sulit. Sebenarnya, pemuda itu melakukan kerja bagus dalam memenjarakan orang-orang dalam sel dihadapannya.

Menteri Kim memandang sekeliling dan melihat salah seorang teman lama, teman kepercayaan sang Raja, berada disalah satu sisi ruang bawah tanah tengah menuliskan sesuatu di buku catatannya. Kakek tua itu tersenyum.

“Kapan kau sampai Master?”

“Aigoo… aku datang kemari sebelum matahari terbit.”

“Dimana Sanghyun?”

“Masih tidur. Tapi dia bilang dia akan menyusul.”

“Kuharap dia tidak marah padaku. Aku sudah menuduhnya semalam.”

“Dia akan mengerti.” Jawab sang kakek tua itu tanpa menatapnya.

“Kita harus bekerja cepat Master. Penasehat Choi telah mengirimkan pesan kepada semua pejabat untuk berkumpul di ruang tahta dan berbicara kepada Putra Mahkota,”

“Kita sudah sangat dekat, Menteri Kim.”

“Apa yang perli kita lakukan sekarang?”

“Setelah menyelamatkan semua ini, kita hanya perlu melakukan satu hal lagi. Kita tidak mungkin bisa meyakinkan mereka hanya dengan kata-kata. Kita perlu landasan kuat selain laporan ini.”

“Apa itu?”

“Pernyataan resmi yang ditandangani dan distempel oleh Raja.”

**

<< Previous Next >>

38 thoughts on “The King’s Assassin [31] : The Underground Movement

  1. Omo.omo topbom >.<
    Kekeke akhirnya malam pertama juga
    Harang kok jdi aneh gitu, apa yg dia liat waktu megang tangan dara ?

  2. Harang kok aneh, sebenernya dia liat ap?
    Kok jdi takut ya sma dara semoga dara engga ngerencanain hal yg jelek….
    trus illwoo kayanya dia masih penuh benci…
    next

  3. cye,,cye,,cye,,yg udh malem pertama’n,,#lirik bom eonni nd seunghyun,
    b’syukur ada master wu nd mentri kim yg mlai mnyiapkan pasukan untk mlindungi pangeran krn d’kerajaan smua’a antek” ibu suri nd mentri choi,
    Loh,,loh,,loh,,itu harang knp takut nd lari pas abis megang tangan dara eonni ????
    Jgn” dy ngeliat rencana jahat bwd pangeran,,
    ANDWEEEEEEEEE,,, 😥

  4. Baru menjalani ‘malam pertama’ nih yee~~ *bermaksud nyindir alien couple* itu, harang kenapa? ngeliat masa depan kah? ato baca pikiran dara unnie?

Leave a comment