Sakura Drops : Part 4 – Perlahan Membeku

author : Haneul (@atikadewi_VIP)

Every time i think of you

I always catch my breath

And im still standing here

And you’re miles away

And i wondering why you left

And there’s a storm that’s raging

Through my frozen heart tonight

 lagu ini selalu terpasang tiap kali aku terduduk lesu memandang keluar jendela yang beku.  Aku benci lagu ini.  tapi inilah yang selalu menjadi teman semuku,  seminggu sejak kepergiannya. Hidupku kembali dingin.

Baik, sekarang aku sudah terdengar seperti seorang penyair senior….-_-

Setelah menyelesaikan pekerjaan hari ini, aku kembali pada rutinitasku, menulis surat.

Ini adalah surat ke-9 yang kutulis minggu ini, sejak semuanya tidak ada yang di balas, kegiatan ini malah menjadi rutinitasku. Aku juga menulis beberapa untuk seunghyun , tapi ia hanya membalas sekali. Aku jadi berpikir, apakah hidup di kota sedemikian sibuk dan rumitnya ? sehingga untuk melakukan hal-hal kecil, kau tak akan punya waktu lagi…atau, suasana kota bisa merubah kepribadianmu 360 derajat ?

Jadi ? apa jiyong telah berubah juga ? secepat itu ?

Apa dia telah secara tidak sengaja merubah pandangan hidupnya ?  tentang aku….tentang kami…..

Oh Tuhan…..

Kau memang tidak boleh mempercayai makhluk asing  begitu saja….dan aku, disini malah jatuh cinta pada salah satunya ?

baik,  bolehkah kuanggap….cinta yang baru berumur seminggu ini telah pupus ? walaupun aku masih ingin mempercayainya…

setelah surat ke-9 ini kulipat dengan rapi dalam amplop putih, aku bersiap untuk mengantarnya….lagi.

cuaca musim dingin semakin  hari malah semakin bertambah buruk saja, 3 hari yang lalu terjadi badai besar dan membuat semuanya kacau. Hari ini, salju turun sangat deras,  dan mungkin saja akan sulit  untuk berjalan menuju kantor pos. Tapi, aku tetap harus mengirim surat ini.

Setelah melengkapi tubuhku dengan syal, jaket tebal, kemeja dan kaus panjang aku memakai sepatu boot tinggi dan menutup kepalaku dengan beanie tebal, lalu berjalan hati-hati keluar rumah.

Kantor pos tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa karyawan yang sudah mulai menua masih giat bekerja dan mengubur diri mereka diantara setumpukan paket dan surat-surat.

“ ahh…selamat siang dara-ssi….mengirim lagi hari ini ? “. Wanita paruh baya, karyawan di kantor pos ini menyapaku seperti biasanya.

“hehe…sampai balasannya ku terima, aku berencana untuk tidak berhenti mengirim surat hye jun-ssi….terima kasih…”.

“letakkan saja di kotak itu ya…aku akan mengurusnya nanti….”.

“ baik, terima kasih…”. setelah meletakkan surat, aku bersiap untuk pergi dari kantor pos.

“ dara-ya ! tunggu sebentar…..ini ada surat untuk jae sang-ssi….dia agak terlambat untuk menjemput surat-suratnya siang ini…..tolong sampaikan ya ? “.

Aku mengambil 5 buah surat dengan amplop yang berbeda warna dari tangan hye jun-ssi, dan meninggalkan kantor pos sambil memeriksa amplop surat-surat itu.

Beberapa diantaranya berasal dari kerabat jauh paman, dan sebuah tagihan yang entah mengenai apa dan darimana, aku berusaha untuk tidak mencampuri hal-hal pribadi paman, walaupun kami sudah seperti keluarga. Aku terus berjalan pelan kembali menuju rumah, bukan ide yang bagus untuk terus berlama-lama di luar dalam keadaan cuaca seperti ini. Tiba-tiba  salah satu surat yang kubawa jatuh dari tanganku, aku buru-buru mengambilnya. Surat yang berbeda dari yang lain, dengan amplop berwarna ungu tanpa nama pengirim, penutupnya sudah terbuka sedikit dan menampakkan sebaris tulisan tangan yang rapi.

 

Dari sahabat baikmu, yang hyun suk…

 

Jantungku berdebar nyeri.

apa ini ?

Yang hyun suk-ssi mengirim surat untuk paman jae sang ?

tiba-tiba rasa penasaran dan cemas memenuhi dadaku, dengan seluruh keberanian aku membuka amplop itu dan membuka lipatan suratnya.

 

Untuk  park jae sang

Apa kabarmu jae sang ? aku harap kau selalu sehat dan bahagia….

tidak terasa sudah seminggu sejak perpisahan kita,

aku selalu menunggu pertemuan kita yang selanjutnya…..

Bisnis di kota berjalan dengan sangat baik, dan berkembang cukup pesat, jiyong memang telah membuktikan dirinya padaku, aku sangat bangga padanya….. jika ini diteruskan, maka aku yakin jiyong akan menjadi seorang dokter sekaligus businessman yang sukses.

Aku mohon bantuanmu jae sang, ini demi masa depan jiyong…

Kau pasti mengerti maksudku…..sesekali bersikap egois demi kebaikan, tentu diperbolehkan….

 

Setelah membaca surat yang singkat itu, tiba-tiba air mataku jatuh. Aku senang dan terharu, mengetahui fakta bahwa jiyong baik-baik saja dan bahkan ia melakukan hal-hal dengan sangat baik.

Tapi, apa maksudnya ini ?

paman jae sang kenapa ? apa yang paman dan hyun suk-ssi sembunyikan ?

Aku menghapus air mataku dan berlari ke arah jalan menuju rumah paman.

Jika ini alasan yang membuat jiyong tidak pernah membalas surat-suratku, maka aku butuh lebih dari sekedar penjelasan.

***

            Aku mengetuk pintu depan rumah paman jae sang, dan tak lama setelah itu langsung dibuka olehnya.

“ ohh….dara yaa ? ada apa ? “.

“paman, boleh aku masuk ? ada hal yang ingin aku bicarakan….”.

“oh baiklah, silahkan masuk nak….”.

Setelah berada di dalam rumah, paman jae sang langsung menyuguhkan segelas teh hangat dan duduk di meja penghangat, tepat di depanku.

“ jadi ? apa kau datang kesini untuk menanyakan kabar seunghyun ? hmm ? ayoolah jujur saja dara yaa….”.

“ahh…tidak paman, aku datang untuk menyampaikan surat hari ini….”. sekeras mungkin aku berusaha memasang wajah tenangku.

“ aigooo…..pak tua ini..lama-lama sudah mulai pikun yaa ? terima kasih banyak loh dara-yaa…hahahah….”. paman meraih surat-surat yang kutaruh diatas meja, dan mulai membalik-balikkannya, beberapa saat ia tampak mengerutkan keningnya.

“ ah ! aku lupa satu surat paman……ini…..”. akhirnya aku mengeluarkan amplop ungu tadi dan meletakkannya di atas meja. “ aku percaya, ini dari yang hyun suk bukan ? “.

Paman jae sang nampak kaget dan buru-buru menyambar surat tersebut.

“ bisa jelaskan apa maksud surat itu paman ? “. Aku terus menundukkan kepalaku dan menahan isakan dalam suaraku.

“ dara-yaa kau membaca surat ini ya ? “.

Aku mengangguk, mendengar pertanyaan paman.

“ cepat atau lambat…kau pasti akan tahu juga ya ? “.

“ apa arti surat itu paman !? apa yang kau sembunyikan dariku ? kenapa dengan jiyong !? “.

Air mataku akhirnya tumpah, sungguh….paman harus tahu rasanya menahan semua perasaan campur aduk ini selama seminggu penuh. Beban berat yang membuat hatiku sakit.

Paman jae sang meraih tanganku menatap mataku.

“ lupakan jiyong, dara…..”.

“ apa !? a-apa artinya itu !? “.

“ ini demi kebaikanmu nak…..”.

“ apanya yang demi kebaikanku paman !?…”.

“ jiyong akan menikahi putri dari kerabat kerja hyun suk-ssi. Apa itu cukup untuk membuatmu melepaskannya ? “.

Aku terdiam.

Jiyong apa ? menikah ?

“ bo-bohong ! tidak mungkin ! jiyong bilang padaku…..”.

“ sudah menjadi keahlian lelaki untuk selalu dapat bertutur kata manis dara…..faktanya, dia telah mencampakkanmu nak…aku mohon….kau berhak mendapatkan yang lebih daripada jiyong….”.

Bohong ! jiyong tidak mungkin melakukan hal seperti itu padaku, dari cara ia menatapku,  bicara padaku dan bersikap padaku……

Aku tidak ingin percaya omong kosong yang diucapkan paman…aku mempercayai jiyong.

Aku berdiri dari tempatku dan menatap tajam pada paman.

“ aku tidak akan percaya kalimat paman….rencana apa yang paman dan hyun suk-ssi susun pun aku tak akan peduli, sampai aku mendengar kalimatnya langsung dari jiyong. Selamat siang paman. “.

Aku berlari menuju pintu depan dan membantingnya dengan kuat seraya keluar rumah paman.. Aku berusaha  sekuat mungkin mengendalikan detakan nyeri di dalam dadaku dan berusaha menghentikan tangisku.

Jiyong….aku tak ingin mempercayai apapun yang orag-orang katakan tentangmu.

satu hal yang pasti, aku telah mencintaimu sepenuhnya, dan hari-hari yang kulewati tanpamu, adalah neraka dingin untukku. Aku mohon, cepat kembali dan bawa aku……katakan padaku kalau kau tak pergi meninggalkanku, datang dan katakan….kalau kau masih memegang janjimu.

***

Author’s POV

Dara telah sampai dirumahnya, ia berjalan cepat menaikki tangga dan mengunci dirinya dalam kamar, tidak memperdulikan panggilan dari ibunya dan min ji. Air matanya telah mengering terkena udara dingin di luar, menyisakan mata yang bengkak dan hidung yang memerah.

“ sial dara…..harusnya kau langsung pergi saja tadi….pake acara nangis segala lagi….”.

Dara menghidupkan lampu kamarnya dan meletakkan tas dan jaketnya pada tempat tidurnya yang tertata dengan rapi, ia lalu menghidupkan pemanas danmenutup jendela. Setelah itu, dara terduduk lemah di dekat jendelanya dengan nafas yang tercekat. Air matanya menetes, sambil menghembuskan nafas berat ia menghapusnya.

“jiyong…..aku merindukanmu…..kenapa kau tak memberiku kabar apa-apa ? a-apa benar yang semua paman jae sang katakan ? kau hanya mempermainkan aku….lagi dan lagi ? apa benar kau…….kau akan menikah ? “.

Dara melipat tangannya di dengkul dan meringkuk. Tak lama kemudian, ia tertidur.

Tubuh dan hatinya sangat lelah hari ini.

***

“ berdoalah…..maka harapanmu akan terwujud……mintalah……maka mimpimu akan jadi nyata…..”.

 

“ eh ? “.

Dara terbangun setelah mendengar sebuah suara….suara yang ia tak yakin berasal darimana, tapi ia yakin mendengar suara itu di kepalanya.

“ berdoa ? benar juga ! dermaga itu !”.

Dara buru-buru memakai jaket dan beanienya. Saat hendak membuka pintu kamarnya ia berhenti. Hari sudah gelap, jika ibunya dan min ji tau ia akan keluar maka habislah dia. Dara menggigit bibir bawahnya dan melirik ke arah jendela.

“ apapun itu…..aku tak peduli….”.

Dara membuka jendela dengan hati-hati dan keluar dari kamarnya, setelah menutup kembali jendela tersebut, dara melihat kebawah, memastikan kakinya sudah berpijak pada  tempat yang tepat, perlahan-lahan ia menuruni atap rumahnya dan berhasil mendarat di tanah dengan sempurna. Salju turun dengan lembut, tidak ada angin kencang, udaranya normal untuk musim dingin yang hangat. Dara melirik pada rumahnya sebentar, ada raut cemas pada wajahnya, tapi ia menguatkan hati dan melangkahkan kakinya menuju dermaga. Hari sudah gelap, dara percaya sekarang pasti sudah pukul 10 malam, karena sudah tidak ada orang berlalu lalang, lampu-lampu taman sudah mati dan hampir tidak ada suara kecuali langkah kakinya dan beberapa kicauan jangkrik. Dara terus berjalan sambil memeluk tubuhnya sendiri.

Setelah yakin telah sampai, dara bisa melihat dermaga yang indah dengan salju dan laut sebagai hiasannya. Seperti sebuah tempat yang sangat sakral. Ini memang kuil cinta, kuil cinta yang menjadi tempat sebuah legenda tercipta. Legenda sebuah cinta sejati. Dara berjalan menuju mulut dermaga, jantungnya berdetak nyeri. Ini adalah tempat dimana pertama kali ia bertemu jiyong, tempat dimana pria itu mengatakan bahwa ia mencintainya, dan juga tempat terakhir ia melihat sosoknya. Seolah-olah hilang, jiyong seperti tak pernah ada dihidupnya. Pelukan hangat, gurauan norak dan ciuman penuh kasih yang pernah mereka bagi hanya seperti sebuah bunga tidur. Dara duduk di mulut dermaga dan melihat kapada langit malam yang menurunkan salju putih.

“ aku berharap…..ia bahagia. Jika memang kehidupan tanpa aku didalamnya adalah hal yang membuat ia bahagia….maka biarkanlah….”. dara memejamkan matanya dan membiarkan air mata hangat jatuh ke pipinya.

“ tapi…setidaknya, jika memang masih ada harapan…..aku akan berharap…..aku akan meminta…..agar ia tetap bersamaku….selamanya….aku mohon, pertemukan kami dan katakan kalau semua hal tentang hidup barunya itu bohong. Aku sangat mencintai jiyong….sejak pertama kali kami bertemu, dan aku tahu ia merasakan hal yang sama…..rasa sesak ini….”. air mata dara bertambah deras, menghangatkan pipinya yang dingin. Isakan dari tangisnya, terkubur bersama suara ombak yang saling berkejaran. Tiba-tiba, sebuah cahaya terang berwarna kekuningan terbang dari bawah dermaga. Semakin lama, cahaya itu semakin banyak. Seperti kumpulan kunang-kunang. Cahaya itu terbang menuju langit, melewati dara yang takjub melihatnya.

“ a-apa ini ? kunang-kunang ? “.

Dara menyentuh salah satu c

cahaya yang terbang melewatinya, dan cahaya itu bersinar tambah terang, mempengaruhi cahaya-cahaya yang lainnya.

“ dara…”.

Dara tersentak mendengar seseorang memanggilnya dari arah belakang. Suara yang sangat di kenalnya.

“ apa yang kau lakukan disini malam-malam, huh !? ”.

Sebuah tangan besar yang hangat memegang pundak dara yang kecil. Dara masih takjub, hatinya perlahan menjadi tenang. Seorang pria tinggi dengan wajah panjang yang khas, memakaikan mantel hitam tebal padanya, wajah yang sangat familiar. Pria itu memakai baju setelan rapi dan sepatu hitam yang mengkilap.

“ ta….tabi….? “.

“ bukan saatnya bengong bodoh…..ayo cepat pulang….”.

Belum sempat seunghyun menyelesaikan kalimatnya, dara langsung memeluk lehernya dan menangis sekuat-kuatnya.

“k-kau kemana saja tabi !? oh tuhaan ! kau…kau ! kau dan jiyong sama saja ! kenapa kau pergi tanpa bilang padaku !? kenapa !? “.

Seunghyun tersenyum dan menghela nafas, ia membelai kepal dara dan membalas pelukannya.

“ sudahlah….sekarang kita pulang dulu….”.

Seunghyun mengangkat tubuh kecil dara dan menggendongnya bridal style, sementara dara masih membenamkan wajahnya pada pundak seunghyun.

“ aku merindukanmu tabi bodoh ! “.

“ ya….aku juga dara….hentikan tangismu cengeng, kau mengotori pakaianku ! ”.

“ kau pantas mendapatkannya ! dasar frankenstein ! aku tidak akan berhenti nangis sampai bajumu penuh dengan ingus ! “.

“ hahahaha….ya sudah…menangislah sesukamu…”.

Seunghyun berjalan keluar dari dermaga bersama dara dalam pelukannya, ia baru saja kembali dari kota dan langsung di kejutkan oleh tangisan hye-yong-ssi di rumah pamannya. Ia menghela nafas lega karena berhasil menemukan dara.

“ hey…jangan bertindak sesukamu lagi….ibumu dan min ji sangat khawatir…”.

“ iya…..aku hanya bosan di rumah…..aku akan minta maaf pada mereka….tabi….?”.

“ hmm ? “

“ aku senang kau kembali….terima kasih…”.

“apapun untuk adik kecilku yang manis……”.

 

***

            Ia berjalan di atas dermaga dengan gontai, dadanya sakit saat mengingat apa yang baru saja ia lihat.

Saat ini, yang ia rasakan hanyalah sakit dan sesak.  Kesedihan, kekecewaan dan amarah bercampur jadi satu. perasaannya menjadi goyah, Saat melihat gadis yang ia cintai berada dalam pelukan pria lain. Sebuah cahaya kekuningan terbang melewati wajahnya, menerangi wajah putih dan mata coklatnya. Ia tersenyum pahit, dan tertawa pelan.

“ dara….kau berjanji akan menungguku….apa aku terlalu terlambat ? kau bahkan sudah tidak memperdulikan aku lagi…..hahahaha…kwon jiyong kau naif…..seharusnya kau tak usah mempercayai siapapun sejak awal…… “.

Air matanya mengalir jatuh, saat ia memandang langit malam.

“ aku tak bisa membencimu……sudah kukatakan….perasaanku padamu sangat dalam…walaupun singkat……aku akan belajar untuk membencimu….dara……aku yakin itu pasti berat…..aku sangat merindukanmu…khhh….kelinci bodoh….kenapa cepat sekali berpaling ?…..khhhh….kenapa ? ”.

***

14 thoughts on “Sakura Drops : Part 4 – Perlahan Membeku

  1. Waduhhh salah moment -__-
    Jiyong kamu kan tau kalau dara dan tabi itu dekat sejak dulu, jangan salah paham donk
    Temui dara jiyong, palliiiiii !!!
    Kalau jiyong mau dinikahkan dg cewek lain, terus jiyong ngapain k tempat dara ?
    Omo apa jangan2 mau ngasih undangan, oh tidakkkkkkk >.<

  2. Yayayayayayay kaaann. Moment menjengkelkan. Jiyong ngeliat dara meluk tabi dong. Terus nanti setelah mereka ketemu gimana yaa? penasaran. Authornim, jangan lama lama hiatusnya dong. Ini ffnya udh terlanjur ngebuat aku penasaran. Huaahhh😭

  3. ohmaiiiigooodd trnyata ini yg bkin salah paham antara jiyong dan dara. iihh kok gttu sihh org” yg niat pisahkan jiyongdara. hmmmm

Leave a comment