Dear Love [Chapter. 3]

dl

cb

Dear love

By: Princess WG

Hello ~~~~ Ini jeni.. pengen nge-share cerita yang mungkin baru mungkin loh yaah.. hehe mungkin para readers udah pernah baca.. Karena suka sama cerita ini jadi Jeni ngubah cast (hanya cast, keaslian cerita tidak diubah) cast aslinya ke cast daragon.. Sebenernya udah ngubek-ngubek buat cari si Princess WG ini tapi ga ketemu sama akun resminya dia. Jadi buat princess WG kalo misalnya ngeliat cerita / ff  ini, saya Jeni minta izin yah buat ngerepost ceritanya dan ngubah castnya.. Terima kasih.. Cerita ini sepenuhnya milik Princess WG bukan punya Jeni loh yah.. Thanks! *bow

Cast : Sandara Park
Kwon Jiyong
Jessica Jung
Kim Jaejoong
and Find out for yourself ^.^

“Sibuk? Sibuk apa?”

“Hm….mau nemenin nyokap ke kondangan saudara.”

”Kamu kan biasanya paling males kalau disuruh ke kondangan?”

“Tapi yang satu ini aku harus ikut.” Dara tersenyum palsu,

“Lagian kamu ini juga aneh, masak pacaran ngajak-ngajak aku?”

”Kamu ini kan teman baik aku dan Jessica. Memangnya kenapa? Toh kami sama sekali tidak merasa keganggu. Kalau kamu tidak ikut, suasananya jadi kurang!” Pandangan mata Dara tertuju pada map kuning yang sedari tadi ada di tangan Jaejoong,

“Apaan tuh?”

”Oh ini? Buat daftar kuliah. Udah pada buka kan? Aku mau daftar di tempat yang sama kayak Jessica, enak kan kalau bisa satu kampus setiap hari?” Jaejoong tersenyum bahagia membayangkan impiannya bersatu dengan Jessica tersayang di tempat kuliah nanti,

“Kamu sudah beli formulir pendaftarannya? Mau masuk jurusan apa?”

Dara tidak terlalu memusingkan kuliah. Buat apa pusing-pusing beli formulir pendaftaran di sini, toh orang tuanya bersikeras ingin mengirimnya kuliah di luar negri, mengikuti jejak kakak perempuannya yang sudah hampir lulus di Amrik sana. Tapi Dara juga berat meninggalkan semuanya.

Ah, tapi Jaejoong kelihatannya tidak terlalu peduli aku mau kuliah di mana. Yang penting dia bisa sekampus dengan Jessica. Sebenarnya Dara juga berat berpisah dengan Jessica. Waktu SD kelas 5, mereka pernah berjanji akan sekolah dan kuliah di satu tempat yang sama. Tidak terpisahkan.

“Aku kayaknya disuruh kuliah di luar.”

”Wah….enak dong? Emang susah jadi anak pinter apalagi kaya! Pasti buntut-buntutnya belajar di luar negri.” Jaejoong tertawa tanpa beban,

 “Jangan-jangan entar dapet pacar orang bule dong?”

“Ah itu mah mimpi!”

”Terus, bagaimana kalau dengan cowo yang itu?”

”Hah? Siapa?” Jaejoong menunjuk ke arah seorang cowo keren yang sedang berdiri jauh di depan mereka. Cowo berpakaian santai itu tiba-tiba melambai ke arah mereka. Dara melongo saking kagetnya. Itu Jiyong! Mau apa dia ke sini? Mau cari Jessica? Gawat….kan Jaejoong ada di sini!

“Dari tadi dia liatin kita terus, Kamu kenal dia?”

“I…itu temanku.” Jawab Dara gugup.

“Teman apa teman? Teman special ya?”

“Yang bener aja!” Jaejoong tertawa,

“Jangan sewot gitu dong. Tuh, dia manggil noh. Kamu mau menemuinya kan? Kalo gitu aku pulang dulu ya, ntar malem kalau Kamu mau pergi telepon aku aja. Oke? Bye, Dara.”

”Bye.” Dara mengamati kepergian Jaejoong dengan hati was-was. Setelah yakin Jaejoong sudah lenyap dari situ, ia buru-buru menghampiri Jiyong. Ia langsung melabraknya,

“Mau apa ke sini! Cari Jessica? Dia sudah pulang!”

“Eh, itu tadi pacarmu ya?” Jiyong tidak menghiraukan pertanyaan Dara.

“Bukan, itu pacar Jessica. Nah, kamu sudah liat kan? Jessica punya pacar yang keren, kamu tidak boleh mendekatinya lagi!”

“Oh jadi itu pacarnya Jessica? Cakep juga. Dibandingin ama aku cakepan mana?”

“Jelas jauh lah! Dia itu cakep luar-dalam! Kamu belum jawab buat apa kamu datang ke sini? Kalau kamu mau cari Jessica, Jessica udah gak ada di sini! Cepet pulang sana!”

“Siapa bilang aku ke sini buat cari Jessica? Aku datang ke sini untuk mencarimu.” Dara bengong. Dahinya berkerut,

“Gak salah denger?”

“Aku datang ke sini untuk menemuimu,” Ulang Jiyong,

“Mungkin aku bisa mengantarmu pulang atau mengajakmu pergi? Kita bisa ngobrol-ngobrol lagi kayak hari itu.”

Konyol, bukankah hari itu mereka bukan ngobrol tapi bersilat lidah?

“Jangan becanda deh!”

“Aku serius.”

“Kamu datang ke sini bukan untuk Jessica?” Jiyong mengendik bahu,

“Kenapa sih aku selalu dikaitkan dengan Jessica? Aku ke sini untuk mencarimu. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan Jessica.”

“Kamu ini aneh ya! Buat apa dateng ke sekolah buat cari-cari aku?”

”Aduh….non, di mana-mana kalau ada cowo yang baru kenalan terus langsung dateng ke sekolah buat anterin pulang, cowo itu pasti ada tujuan tertentu. Itu namanya PDKT. Ngerti?” Jiyong begitu to the point,

“Kuantar pulang ya? Jalan kaki kan capek. Naik bajaj kan banyak debu, ntar kalo jerawatan gak cakep lagi dong?”

“Aku tidak akan mau pulang denganmu!” Tiba-tiba HP Jiyong berdering kencang. Jiyong memeriksa caller ID si penelepon lalu menerimanya,

“Halo, Jessica, kenapa?” Dara membelalak kaget. Itu Jessica! Jangan-jangan cewe itu benar-benar serius ingin mendekati Jiyong. Ngapain dia telpon ke HP-nya?!

“Kenapa?” Jiyong terdiam sebentar, lalu melirik Dara dengan tatapan serba salah. Dara langsung memberi isyarat supaya Jiyong tidak memberitahu Jessica kalau dia ada di situ bersamanya. Jiyong mengangguk kecil,

“Enggak, aku lagi ama temen kampusku. Ada apa? Hm? Oh….begitu ya? Ketemu di café itu lagi? Jam tiga?”

Astaga…….. Jessica ngajak Jiyong pergi?! Ternyata dia emang udah bener-bener nekad dengan ucapannya tempo hari! Jangan sampai Jiyong mau! Aku harus mencegahnya! Lalu tanpa diikuti akal sehatnya, Dara tiba-tiba merebut HP dari tangan Jiyong secepat kilat. Jiyong melongo tak mengerti. Dengan suara kecil Dara berbisik,

“Jangan pergi dengannya. Kumohon….”

“Memangnya kenapa?” Jiyong balas berbisik.

“Aku….uhm…aku…hei! Bukankah tadi Kamu bilang mau mengajakku pergi? Kita pergi aja sekarang! Oke?”

Jiyong tersenyum nakal, tapi ia menggeleng.

“Sini, balikkin handphoneku.” Dara mendesah kecewa lalu diserahkannya handphone itu pada si pemilik. Ia menunduk kesal, apa tidak ada cara lain untuk mencegah Jessica melancarkan aksi gilanya? Melihat tipe cowo semacam Jiyong keliatannya Jiyong juga bakal ke-GR-an dengan aksi Jessica.

“Halo, Jessica? Iya sori tadi gak dapet sinyal, suaranya putus-putus. Tadi sampai mana? Ketemuan jem 3 ya? Hm…..boleh juga,” Jiyong mencuri pandang ke arah Dara,

“Eh, tunggu dulu. Oh iyaaa…. Aku baru inget, jam 3 nanti aku ada janji ama temen kampusku nih. Waduh sori banget ya, Jes! Lain kali mungkin?” Dara mendongak tak percaya, ia tersenyum lega mendengar jawaban Jiyong. Phew….

“Kamu yakin tidak apa-apa? Oke deh, sori banget ya. Oke… oke… bye, Jessica.” Jiyong menutup flip HP-nya dengan penuh percaya diri,

“Oke, aku sudah memenuhi permintaanmu. Hari ini, kamu jadi milikku!”

***

Dara merasa agak rikuh berada di tengah-tengah kerumunan orang yang asik bergoyang di lantai disko. Cewe-cewe gaul dengan potongan baju minim berbaur dengan cowo-cowo yang asik mengerayangi tubuh mulus mereka, mereka menyatu dalam 1 irama musik yang berdentum kencang. Suasana itu membuat Dara merasa tidak nyaman, ia malah kelihatan culun berada di tengah-tengah mereka. Matanya berusaha mencari Jiyong di tengah-tengah lampu disko yang meredup-redup dalam kegelapan.

Belum apa-apa Jiyong sudah ada di belakangnya,

“Aku sudah dapat tempat, yo ke sana!” Jiyong membawa Dara ke meja di depan bar yang masih tersisa 2 tempat. Dara mengencangkan suaranya melawan dentuman musik yang memecahkan gendang telinga,

“Kenapa kamu mengajakku ke sini?”

“APA???”

“KENAPA KAMU MEMBAWAKU KE TEMPAT INI? AKU TIDAK SUKA!” teriak Dara. Jiyong tersenyum lebar,

“KITA SENANG-SENANG AMPE MALEM! KAMU PASTI AKAN SUKA!”

”SAMPAI MALEM? KAMU TADI BILANG CUMA SAMPAI JAM 10!” Jiyong hanya tertawa keras, tak lama kemudian ia larut dalam suasana di dalam diskotik. Kepalanya dihentak-hentakkan mengikuti irama musik, badannya mulai ikut bergoyang.

Seorang bartender yang berpenampilan cuek dengan bandana merah di kepalanya menyapa Jiyong,

“Hey coi, mau pesen minum apa?”

“Biasa.” Bartender itu melirik Dara,

“Cie….gebetan baru nih?” Jiyong merangkul pundak Dara sok akrab,

“Namanya Dara, mulai sekarang dia ini pacarku!” Kemudian tertawa,

“Gimana, oke kan?!” Si bartender mengacung jempol,

“Sip lah! Buaya kampung kayak lu emang paling mantep cari mangsa!” Dara mendorong Jiyong jauh-jauh,

“Aku bukan pacarnya! Hey, jangan sentuh-sentuh aku!”

“Bener, cewe, jangan mau digrepe-grepe ama nih anak. Dia itu paling suka ngerayu cewe di sini, korban-korbannya udah banyak tuh! Kalo dikumpulin rame-rame mungkin si buaya ini bisa dikeroyok. Hati-hati ya!” Bartender tertawa sambil memberi mereka 2 gelas minuman keras beralkohol.

“Aku tidak minum.”

“Ayolaaahh, minum segelas gak ada salahnya. Kamu pasti lagi banyak pikiran ya? Aku tahu. Nah, ini minum sedikit aja udah bisa lega. Asik deh, bisa bikin kita lupa semuanya,”

Jiyong mengambil gelasnya dan menghabiskan minuman itu dengan sekali teguk,

“AAHHH!!! Asik punya coi!” Dara menatapnya jijik.

“Percaya deh, ayo coba diminum.”

“Tidak, aku tidak mau. Aku pesan yang lain saja.” Tiba-tiba Jiyong terkekeh.

“Kenapa ketawa?!”

“Bener juga kata Jessica, Kamu ini anaknya terlalu kaku, kolot, kuno! Gak asik! Gak bisa nyantai dikit.”

“Jessica bilang begitu?”

“He-eh. Dia pernah bilang padaku waktu kamu lagi gak ada. Tadinya kupikir mungkin dia cuma sirik atau apalah, eehh…ternyata bener. Sadar dong, non, kita kan masih muda, seneng-seneng dikit gak ada salahnya. Aku berani taruhan, hidupmu selama ini pasti sangat membosankan kan? Kamu punya hidup yang monoton, yang membuatmu ingin melakukan sesuatu yang gila sekali-kali. Kamu ingin keluar dari lingkaran itu tapi kamu tidak tahu caranya. Nah, aku akan membantumu keluar dari situ. Ayo kita senang-senang malam ini! Apa Kamu tidak mau tahu apa itu senang-senang? Kamu tidak mau mencobanya? Apa Kamu tidak mau senang-senang melupakan segalanya?”

Dara meraih gelasnya, ragu.

“Untuk malam ini saja, kita lupakan semua unek-unek yang ada di hidup kita! Kita buang jauh-jauh semua beban kita! Malam ini kita bebas melakukan apa saja yang bisa membuat kita senang. Malam ini kita….terbang!!” Teriak Jiyong.

Terbang? Aku ingin terbang meninggalkan semua kepenatanku. Terbang meninggalkan semua masalahku!

Diteguknya minuman itu perlahan-lahan. Pahit…pedas…Dara tidak bisa membedakannya. Rasa panas membakar seluruh rongga dadanya, kepalanya berdenyut-denyut dan pusing. Pandangan matanya terasa linglung. Padahal ia baru minum 1 gelas kecil tapi rasanya…..

“Lagi!” Jiyong menyodorkan gelas baru. Lagi? Ya, apa salahnya?

“HAHAHAHAHAHA!!!!!!” Tawa Dara meledak bersamaan dengan Jiyong.

Gelas demi gelas mulai memenuhi meja mereka. Hingar-bingar di sekelilingnya semakin malam semakin tidak karuan. Sekeliling Dara terasa sangat sesak, sumpek, belum lagi ditambah dentuman musik yang semakin keras.

Setengah jam berlalu tapi Dara tidak merasa penat lagi. Kini ia merasa nyaman, seisi kepalanya terasa kosong tanpa beban, tubuhnya terasa ringan hingga seakan-akan ia bisa melakukan apa saja yang ia mau. Alkohol telah merasukinya. Ia sudah menghabiskan 5 gelas dan rasanya tidak masalah untuk menambah lagi. Ia terbang….

“Wuiiingg…..” Dara terkikik sambil membentangkan kedua tangannya lebar-lebar,

“Benar katamu, minuman ajaib ini bisa memberiku sayap.” Jiyong tersenyum,

“Asik kan? Nih, minum lagi. Tenang aja aku yang bayar semuanya.” Dara merebut gelas itu dari Jiyong dan langsung menghabiskannya. Ia membanting gelasnya ke atas meja sambil tertawa puas,

“Jessica salah besar kalau dia bilang aku ini anak baik-baik yang tidak tau cara senang-senang. Kuberitahu ya…..aku ini….” Dara mulai merasa perutnya seperti dikocok-kocok, rasa mual menyesak di dadanya,

“Aku ini sudah muak mengurusi semua masalah dia! Aku… tidak peduli lagi! Bodo amat dia mau ngapain kek!”

“Yeah…ini baru namanya menikmati hidup!”

“Aku tidak peduli dia hari ini mau kencan dengan Jaejoong….. aku tidak peduli dia mau berpura-pura di depan Jaejoong…. aku tidak peduli dia mau menyakiti hati Jaejoong….” Dara merasa pusing,

“Aku adalah aku….mulai sekarang aku bukan lagi dayang-dayangnya…. aku mengurusi masalahku sendiri…….. sebodo amat dengan semuanya………”

“Hey, Dara, Kamu sudah ‘terbang’ ya?”

“Terbang?” Dara bangkit berdiri dari kursinya, dengan langkah sempoyongan ia menghampiri kerumunan orang di lantai disko, ia mengamati mereka satu persatu sambil tertawa.

“Hey cantik, mau ikut?” Seorang cowo berpenampilan urakan menarik pinggangnya. Dara samasekali tidak mengelak, ia malah mengikuti cowo itu dan ikut bergoyang bersamanya. Hentakan musik membuatnya semakin tidak terkendali. Yang ada di pikirannya sekarang hanya senang-senang, ia mau melepaskan semua kepenatannya malam ini. Di tempat ini, saat ini juga. Ia tidak terlalu sadar apa yang sedang ia lakukan dan siapa saja yang ada di sekelilingnya. Ia membiarkan tubuhnya bergerak bebas.

Lalu tanpa ia sadari cowo itu mulai melancarkan aksinya, tangannya gerayangan di sekitar bahu Dara dan mulai turun ke pinggangnya. Tubuhnya mendekat menempel pada Dara yang masih saja bergerak mengikuti irama musik. Semakin kencang musik menghentak, semakin liar gerakannya.

Jiyong mengamati dari kejauhan, matanya berkilat. Namun ia tersenyum menikmati…. Cowo itu membisikkan sesuatu tepat di telinga Dara. Dara tertawa. Kemudian ia menyibak rambut panjang Dara ke belakang, jari-jarinya mulai bergerak nakal di sekitar leher Dara. Perlahan-lahan namun pasti, ia mulai membuka kancing teratas dari kemeja Dara. Orang-orang di sekitarnya tidak ada yang peduli, mereka sibuk sendiri-sendiri tanpa memperdulikan pemandangan yang sudah wajar itu. Tapi Dara pun tidak peduli.

Kemudian kancing kedua……

Jiyong meneguk minumannya dengan santai. Lagi-lagi cowo itu berbisik menggoda, Dara tidak ambil pusing. Kancing Ketiga………

Dara mulai merasa gerah, ditepisnya tangan cowo itu sambil terus bergoyang. Cowo itu malah semakin mendekat dan tangannya bergerak meraba pinggul Dara.

“Hey, bung.” Seseorang tiba-tiba mengambil tangannya dan mencengkramnya dengan kasar,

“Jangan main-main dengan pacarku.” Entah dari mana Jiyong muncul. Dara belum sadar juga, ia malah mendorong Jiyong jauh-jauh,

“Minggiiirr…..aku lagi asik.”

“Ini pacar lu?” Tanya si cowo urakan.

“Iya, kenapa?!” Jiyong melotot padanya.

“Ya udah terserah, sono bawa pergi.” Cowo urakan itu pergi meninggalkan mereka, mencari mangsa baru yang lebih sexy.

“Ayo kita pulang, Kamu sudah benar-benar mabuk berat malam ini.” Jiyong menarik Dara dan membopongnya menerobos kerumunan orang yang berdesak-desakan di sana. Beberapa orang yang mengenal Jiyong menyorakinya.

“Oi…mangsa baru nih? Mau dibawa ke mana woi? Hotel ya?”

“Bawa ke rumah aja.”

“Asik nih, barang baru. Tumben-tumbenan lu dapetin cewe yang masih ‘fresh’ , lu kasih minum apa dia ampe teler kayak gitu?”

“Asik deh lu malem ini! Dasar lu licik , maenin tuh cewe pas dia lagi teler!” Jiyong tersenyum kecil pada mereka. Jiyong membopong tubuh mungil Dara sampai ke luar diskotik. Dara terus menolak pulang dan berusaha melepaskan dirinya dari Jiyong. Langkahnya sempoyongan, pandangan matanya kabur. Tapi ia tidak peduli.

“Ngapain nyuruh aku pulang………Kamu sendiri yang tadi bilang aku harus senang-senang….”

Dara melepaskan pegangan Jiyong. Dengan linglung ia kembali berjalan ke pintu masuk diskotik,

“Aku mau masuk lagiiii………”

“Eh eh…..jangan masuk lagi,” Jiyong menariknya,

“Melihat keadaanmu seperti ini, dalam sekejap saja kamu sudah bisa digerayangin habis-habisan.”

“Biariiiinnn…..aku tidak merasa apa-apa! Kenapa Kamu menarikku keluar?? Aku lagi ‘terbang’!”

“Terbangnya jangan jauh-jauh dariku dong. Aku kan takut kalau pacarku kenapa-napa. Boleh kan aku jadi pacarmu?” Jiyong tersenyum menggoda. Tapi yang digoda malah tertawa,

“Kamu bilang apa tadi? Gak kedengeraaannn” Ia menghampiri Jiyong dan menatapnya dengan mata dibuka lebarlebar, kemudian ia menepuk pipi Jiyong. Pok…pok….pok….Dara tertawa,

“Kenapa wajahmu ada 2 ?” Jiyong menyingkirkan tangannya,

“Wajahku cuma ada satu. Itu karena kamu sudah mabuk.”

“Apaaa??”

“Hey, Dara. Boleh aku jadi pacarmu?”

“Hmm… Apa? Mau jadi pacarku? Copotin dulu tuh anting di bibir!” Dara tertawa lepas, kemudian mual,

“Aku mau muntah……….HOEEKKK!!” Semua orang yang melewati mereka menutup hidung menyaksikan peristiwa itu. Dara muntah di mana-mana. Perutnya terasa melilit, seakan-akan ada sesuatu yang mengaduk-ngaduk isinya dan memaksanya keluar. Belum pernah Dara merasa mual sampai separah ini. Belum lagi kepalanya terus berdenyut-denyut seperti mau pecah.

“Tuh kan, udah muntah kayak gini masih mau masuk ke dalam lagi?” Jiyong mengambil HP dari saku celananya, ia menekan nomor Youngbae,

“Halo, Youngbae? Aku pinjem kondominium-mu malem ini ya!” Kemudian ia menarik Dara sambil tersenyum misterius,

“Ayo kita pergi dari sini, masih banyak tempat lain buat senang-senang.” Dara tertidur saat Jiyong menyetir mobilnya dalam keheningan malam. Berkali-kali Jiyong mengintipnya. Ia tersenyum, Dara sebenarnya cantik. Rambut panjangnya yang hitam legam tergerai jatuh di pundaknya, wajahnya putih mulus, bibirnya mungil begitu juga hidungnya. Tatapan matanya selalu bersinar-sinar setiap kali ia bicara. Meskipun dia tidak secantik Jessica, tapi ada sisi lain darinya yang bisa membuat orang penasaran.

Saat mobilnya berhenti di lampu merah, Jiyong segera mengeluarkan saputangan dari sakunya. Perlahan-lahan ia mencondongkan tubuhnya ke tempat Dara, disekahnya sisa-sisa muntahan dari bibir Dara dengan lembut.

“Ergh….”

”Sudah bangun?” bisik Jiyong pelan.

“Jaejoong……..” ternyata Dara mengigau. Jiyong tertegun. Jaejoong?

“Kamu bodoh….bodoh sekali…..tapi aku tidak mau Kamu terluka.”

Tiiitt tiiitt………mobil-mobil di belakang membunyikan klaksonnya, memarahi Jiyong yang tidak maju-maju meskipun lampu sudah hijau. Jiyong masih memperhatikan Dara dengan seksama. Ia mendesah sebentar lalu kembali menyetir mobilnya.

***

Dara membuka kelopak matanya perlahan-lahan, matanya perih menangkap cahaya lampu yang kelewat terang di depan matanya. Ia memejam matanya beberapa menit sampai akhirnya ia mendengar suara Jiyong.

“Sudah bangun ya?” Dara membuka mata. Ia menatap sekelilingnya dengan mata terbelalak,

“Di mana aku?!”

“Tenang aja, Kamu sekarang di tempatku.” Jiyong menghampirinya dengan segelas the hangat,

“Minum dulu.”

“Tidak mau.” Dara menatap dirinya sendiri di cermin besar yang ada di depan ranjang tempatnya berbaring sekarang. Keadaannya benar-benar tidak karuan. Muka pucat,  rambut acak-acakan, dan….

“HAH!?” Dara tercengang melihat kancing kemejanya yang terbuka lebar. Cepatcepat ia mengancingnya kembali sambil menghindar dari lirikan mata elang Jiyong. Jiyong hanya tersenyum ringan melihat tingkahnya.

“Ngapain dikancingin lagi? Tadi di diskotik kelihatannya kamu tidak terlalu keberatan.”

”Tadi? Tadi aku ngapain saja? Aku….tidak ingat apa-apa.”

“Ngapain aja? Hm….seingatku, tadi Kamu asik sendiri dengan seorang cowo berpenampilan preman, kamu mabuk berat dan melakukan hal-hal yang liar bersamanya. Karena lagi mabuk, Kamu tidak peduli meskipun dia nyaris melecehkanmu. Untung aku mencegahnya.” Jawabnya mantap.

“Kok aku bisa ada di sini?! Ini di mana?”

“Di kondominium Youngbae.” Dara terhenyak,

“Kenapa Kamu membawaku ke sini ! Aku mau pulang! Ini…..ini sudah jam berapa?!”

“Kira-kira sudah jam 1 pagi. Aku membawamu ke sini karena aku tidak mau mengantarmu pulang dalam keadaan mabuk berat, bisa-bisa aku dibunuh orang tuamu! Lagipula sudah lewat tengah malam.”

Dara langsung kalang kabut mendengarnya, ia memutar otak untuk mencari penjelasan yang tepat yang harus diberikan pada kedua orang tuanya nanti. Tapi rasa sakit di kepalanya itu semakin menjadi-jadi. Rasanya ia ingin muntah lagi.

“Sudah kubilang, minum ini dulu.” Jiyong menyodorkan teh hangatnya lagi.

TBC ^.^v

Chapter : 1 2 3

Makasih buat komennya, buat author cerita ini (Princess WG) seneng yah dengan komen kalian makasihhh ^_^v … Bahasanya gaul banget yah ini cerita hahaha… Okeeh komen yahh woohoo ~~

dear love

36 thoughts on “Dear Love [Chapter. 3]

Leave a comment