broken – chapter 14

brokenFULL Credit : acc AFF BLUDOKKI / Twitterwinglin 

Indo- Trans : Cindy/ @Cinddoyy 


“Menurutmu, apa yang Kau lakukan Jiyong …? “

Tatapan Jiyong segera beralih ke arah Bom … dengan mimik  bingung di wajahnya, Ia melihat ekspresi Bom yang berubah menjadi sedikit tidak senang … Jiyong hanya bisa diam … membiarkan suara hujan yang turun amat deras menelan keheningan di antara mereka …

“Aku sebenarnya tidak boleh mencampuri urusanmu … tapi apa yang merasuki pikiranmu sekarang  ini…? Kenapa Kau melakukan hal ini huh …? “

Suara Bom terdengar seperti campuran antara rasa bingung dan ketidaksabaran … dan Jiyong menatapnya dengan alis dan dahi yang berkerut … karena Ia tidak tahu apa yang sedang orang lain katakan…

“Aku telah melihatmu Jiyong… selama seminggu penuh … dan Aku tidak mengerti kenapa Kau terus berusaha untuk mendekati temanku…”

Dan setelah mendengar hal itu, ekspresi Jiyong perlahan-lahan mulai tenang … akhirnya Ia mengerti, apa yang sebenarnya sedang dibicarakan …

“Kenapa ..? Apa karena kami berdua sudah putus, jadi aku tidak bisa mendekatinya lagi …? Aku tidak bisa berada di dekatnya lagi …? “

Suara Jiyong lemah … karena merasa kesal dan tidak puas dengan tanggapan Jiyong … alis Bom merangkak naik … rahangnya menegang, karena merasa Jiyong tidak sensitive dengan apa yang sedang Ia coba tanyakan …

“You know, bukan itu yang Aku maksud Jiyong … tapi, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi didalam otakmu sekarang, Aku hanya ingin memberitahumu … tolong, berhenti menyakiti temanku … Dia sudah cukup merasakan sakit akibat dari perbuatanmu … “

Mendengar hal itu, mata Jiyong sedikit melebar… rasa sakit tiba-tiba menembus dadanya setelah mendengar perkataan Bom tadi … Dirinya, dan semua orang tahu, apa yang sudah Ia lakukan pada Dara … dirinya dan semua orang tahu apa yang pantas untuk Dara, tapi Jiyong tak dapat  menahan dirinya untuk terus mengawasi Dara dari jauh … disatu pihak, dirinya harus berada disisi Dara dan memberinya kebahagiaan yang pantas Ia dapatkan ..

Keheningan lberlalu untuk beberapa saat, sebelum Jiyong menemukan kata-kata yang tepat untuk Ia sampaikan …

“Bom … aku hanya ingin dia kembali …”

Suara Jiyong sedikit serak … dengan wajah memohon … Jiyong menatap wajah teman mantan kekasihnya dengan  rasa sakit yang terpancar dari wajahnya … tapi Bom lebih tahu banyak … dengan melihat Jiyong yang seperti itu, Ia mengejeknya sebelum memandang Jiyong dengan tatapan jijik…

“Kenapa …? Apakah karena Kau sudah bosan dengan wanitamu yang lain …? kenapa Jiyong …? Apakah wanita itu tidak bisa memenuhi kebutuhanmu sekarang ..? Apakah Kau sudah sadar bahwa ternyata, Dara adalah orang yang lebih baik daripada wanita itu …? Apa yang sebenarnya Kau inginkan dari temanku ..? “

Jiyong menggigit bibir bawahnya … tangannya mengepal, menahan dirinya agar tidak diri dari meledak di depan Bom … Dia tidak ingin membandingkan Dara dengan siapa pun … penilaian rendah seperti itu tidak pantas untuk menamparnya seperti ketika Ia tertangkap oleh Dara sedang mencium wanita lain … Jiyong sudah akan berbicara, tapi Bom memotong perkataannya…

“Dara sudah memberimu segalanya … tapi Kau tidak puas dengan hal itu … Kau sudah punya semua kesempatan untuk pergi  … dan sekarang Kau ingin Dara kembali …? Kenapa ..? Jadi, Kau bisa memanfaatkannya lagi, kemudian mencampakkannya setelah Kau menemukan wanita lain untuk Kau ajak bersenang-senang..! Dara bukan mainan Jiyong ..! Dan itu juga berlaku untuk wanitamu yang lain ..! “

Suara Bom menggema di sepanjang lorong gedung … Ia tidak bisa menahan dirinya untuk meluapkan kemarahannya pada  pria yang ada di hadapannya sekarang … ada keheningan sejenak, sebelum perlahan-lahan tatapan Jiyong mendarat di lantai …

“Itu tidak benar … bukan itu maksudku …”

Jiyong  tergagap … air mata mulai terbentuk di matanya … Ia terusmenundukkan kepalanya rendah, menyembunyikan air matanya agar tak terlihat oleh orang lain …

“Lalu apa …?” Suara Bom perlahan-lahan goyah … masih dengan tatapan bingung di wajahnya, Ia menunggu Jiyong untuk memberikannya penjelasan …

“Aku mencintainya … Aku sudah membuat suatu kesalahan besar karena begitu sering Aku menyakitinya… dan bagaimana Aku membenci diriku sendiri sekarang, karena sudah melakukan hal itu padanya … Aku tahu, aku sudah melakukan sesuatu yang tidak mungkin untuk dimaafkan … Aku hanya seorang manusia … dan manusia yang lemah lebih tepatnya … tapi Aku mencintainya … Aku menyadarinya ketika semuanya sudah berakhir diantara kami … ketika Aku tidak bisa mengungkapkan hal itu lagi padanya … melihatnya dengan pria lain … Aku baru sadar betapa menyakitkannya untuk Dara ketika Dia melihatku dengan wanita lain saat itu … hal itu terlalu menyakitkan untuk dipandang Bom … “

Kata-katanya mulai bercampur-aduk … menjadi begitu emosional ketika membicarakan tentang dirinya sendiri …

“Hanya karena Kau melihatnya sekarang dengan pria lain ..? Kau bilang kau cemburu …? “

Dan suara mengejek Bom membuat Jiyong untuk memalingkan wajahnya lagi … Bom melihat bagaimana Jiyong tersentak dengan apa yang dikatakannya barusan, melihat hal itu seringai kecil terbentuk di bibirnya …

“Tidak Jiyong … Kau hanya bersikap seperti ini karena kesombonganmu … semua hal yang tidak bisa kau lakukan untuknya, sekarang sudah diambil alih oleh pria lain… dan kebahagiaan yang gagal Kau berikan untuknya, sekarang sudah dilakukan oleh yang orang yang sama … katakan padaku … apa itu benar …? Kau menginginkannya kembali, hanya agar Kau bisa membuktikan sendiri bahwa Kau lebih baik daripada pria lain untuknya … Apa Kau tidak terlalu egois untuk itu Jiyong…? “

Mendengar hal itu.. air mata akhirnya lolos dari matanya … turun membasahi pipinya … Jiyong merasakan napasnya terjebak di dalam tenggorokannya … bahwa perasaan sesak perlahan menguburnya kedalam lantai keramik yang sedang dipijaknya ..

Jiyong menggeleng … ‘Tidak, bukan itu … ” Ia terus berkata pada dirinya sendiri … itu semua bukan  karena kesombongan … jika pada saat diawal Ia menyadari setiap rasa sakit telah Ia bebankan pada Dara .. Dia sudah menelan kebanggaan bahwa … Ia bahkan menyakiti dirinya sendiri, hanya agar Dia bisa membayar semua kesalahan yang telah Ia perbuat …

Jiyong memalingkan muka … dan Bom terus mengawasinya ,sampai saat Jiyong perlahan-lahan masuk kedalam pikirannya … jika saat ini, Ia menjadi seperti ini terhadap tsahabat Dara … bagaimana mungkin Ia mungkin untuk menghadapi Dara, jika suatu saat mereka bertemu … dengan pikiran yang seperti itu, Jiyong menelan jakun di tenggorokannya dan menghela napas panjang, sebelum berbalik kembali ke Bom dengan ekspresi tak terbaca di wajahnya …

“Mungkin Aku …”

Jiyong mulai berbicara … dan melihat bagaimana wajah Bom perlahan-lahan menunjukkan kebingungan …

“Bahkan jika pada kenyataannya, Aku sudah tidak mempunyai kesempatan lagi … karena Aku tahu, Dara masih mencintaiku … karena Aku tahu, Aku adalah satu-satunya orang yang bisa memberikan kebahagiaan yang Dia inginkan … Aku memang egois dan Aku akan menggunakan kesempatan yang terakhir kalinya untuk mendapatkannya kembali … Dara seharusnya menjadi milikku … dan hanya aku seharusnya menjadi miliknya … aku mencintainya … dan Aku akan menggunakan alasan itu untuk membuatnya kembali, dengan segala sesuatu yang Aku bisa lakukan … Aku sudah melakukan kesalahan dengan hanya mengabaikannya dan membiarkannya pergi begitu saja… Aku melakukan kesalahan dengan lupa betapa aku mencintainya … dan Bom, Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama untuk kedua kalinya … jadi Aku harap … Tolong..beri Aku kesempatan … “

Bom agak terkejut dengan apa yang Ia dengar … menyaksikan air mata berada di pelupuk  mata Jiyong mengancam untuk keluar kembali … matanya melebar sejenak dan terpaku di tempatnya berdiri, sebelum akhirnya Ia memegang kepala yang sedikit tertunduk dan menggelengkan kepalanya …

Dan setelah beberapa saat, sedikit senyum muncul di bibirnya, saat Ia mengingat bagaimana Dara mengatakan kepadanya betapa Ia tidak bisa melupakan Jiyong … dan sekarang, bahwa orang yang Dara bicarakan ada di hadapannya … menceritakan bagaimana Ia akan melakukan segalanya untuk membuat Dara kembali … Bom hanya bisa menggelengkan kepalanya yang bercampur anatara frustrasi dan kebingungan akan situasi yang dialami oleh dua pihak sekarang … bagaimana bisa sebuah kesalahan, bisa membawa mereka kedalam situasi yang begitu rumit seperti ini……

Bom mendongak lagi untuk membalas tatapan Jiyong … menyaksikan wajah pria itu berkerut dengan kesakitan yang teramat sangat … oh betapa Dia ingin tertawa pada saat itu juga… Jiyong benar-benar layak mendapat penyiksaan seperti yang dia alami sekarang … tetapi Ia tidak bisa membantu tapi, yang bisa Ia lakukan adalah hanya merasa kasihan padanya … karena dalam benaknya … ada sesuatu yang mengatakan padanya bahwa, apa yang Jiyong katakan itu, semuanya adalah kebenaran … seperti Jiyong yang  terlihat begitu tersiksa sekarang, sudah cukup untuk mengetahui bahwa, Jiyong telah benar-benar tahu apa yang telah Ia lakukan… dan bahwa, setiap orang yang telah melakukan kesalahan harus diberi kesempatan …

Bom melengos … mengibaskan rambut yang ada bahunya dengan salah satu tangannya … dan menatap Jiyong dengan sisi matanya … sebelum Ia menggeleng sekali lagi …

“Lihat dirimu sekarang … jika Dara melihat bagaimana Kau terlihat tak berdaya seperti saat ini, Aku yakin dia akan dengan mudah memaafkanmu … Dara agak bodoh ketika hal itu mengarah padamu,  You know … tapi apa yang telah Kau lakukan padanya adalah hal yang lebih bodoh… “

Jiyong menundukkan kepalanya sekali  lagi dan mengangguk setuju dengan kata-kata Bom … Bom mendesah, sebelum segurat senyum terbentuk di sisi bibirnya …

“Kau terlalu percaya diri … tapi …aku tidak bisa memungkiri  kalau apa yang kau katakan itu benar … Kau adalah satu-satunya orang yang bisa membuat gadis konyol  itu bahagia … bahwa,  tidak peduli berapa kali pun Aku katakan padanya, bahwa masih banyak pria lain yang lebih baik darimu, Ia akan terus mengatakan bahwa kau berbeda … Aku tidak tahu apa yang Ia lihat dari orang bodoh sepertimu … “

Dan menambah  rasa sakit yang ada dalam dirinya … “pria” Dara … betapa bodoh dirinya untuk menyakiti orang yang paling berharga untuknya …
“Tapi, Aku bukanlah orang yang tepat untuk memberikanmu kesempatan, seperti yang Kau minta … Aku bukanlah seseorang yang telah Kau lukai… Aku di sini hanya untuk mengingatkanmu, untuk tidak menyakitinya lebih banyak lagi Jiyong … karena jika Kau melakukannya lagi … semoga saja Dara mau memaafkanku karena hal-ha yang akan Aku  lakukan padamu … “

Mendengar hal itu, Jiyong mendongak sekali lagi … bibirnya  agak tegang untuk tersenyum … dengan apa yang Bom sudah katakana padanya, hal itu sudah cukup untuk memberinya harapan lebih untuk bisa mendapatkan Dara kembali …

“Terima kasih… terima kasih Bom …” bisiknya … menimbulkan tawa rendah dari Bom …

“Oh! Jangan berterima kasih padaku … Aku bahkan tidak akan membantumu untuk kembali padanya … aku masih tidak menyukaimu Jiyong … sebenarnya aku membencimu … tapi apa yang bisa kulakukan …? Pria akan selalu menjadi pria … mereka akan selalu berpikir dengan pikiran mereka sendiri, Kau kau adalah salah satu buktinya … “

“Aku tahu … dan Aku sudah belajar dari kesalahanku sekarang …” Jiyong hanya bisa tersenyum lagi pada Bom… memandang Bom … Bom hanya bisamemberinya pandangan jijik lainnya sebelum Ia berbalik ke pintu gerbang, dan membuka payungnya …

“Aku harus pergi … dan by the way …” Bom berpaling kepada Jiyong, yang menatapnya dengan tatapan bingung di wajahnya …

“’ ‘Mantan pacarmu’ tampaknya bersenang-senang dengan Jaejoong … aku tidak bisa menyalahkannya untuk hal itu … tapi Jaejoong… dia benar-benar menarik dan sebenarnya Dia lebih baik darimu … Aku bahkan mungkin akan membantunya jika Ia meminta bantuanku untuk mendapatkan  Dara … “

Cerita Bom pada Jiyong … dengan senyum licik di bibirnya … Ia menyaksikan Jiyong yang segera terpaku di tempat nya … rahangnya terkatup dan mata melebar mendengar apa yang dikatakan Bom … melihat hal itu, Bom tertawa lain sebelum melangkahkan kaki kirinya …

Jiyong berdiri di sana untuk sementara waktu … menyaksikan sosok Bom perlahan-lahan menghilang berjalan melalui hujan lebat … mendengar hal tadi membuatnya lebih cemas … dan berpikir dalam benaknya, bahwa Dara dan orang yang bersama-samanya saat itu … Jiyong tidak bisa tenang dan merasa lebih tidak berdaya … Dia bahkan tidak tahu di mana mereka sekarang … Jiyong hanya bisa berdiri di sana … tidak tahu apa harus berbuat apa …

Jiyong  mencengkeram payungnya lebih erat… menggelengkan kepalanya sebelum sebuah pikiran muncul dalam benaknya …

Setelah beberapa saat merenung … Ia membuka payungnya dan melangkah keluar menuju hujan … membiarkan kakinya membawanya ke mana pun hatinya membawanya pergi …

Hujan akhirnya berhenti … namun angin dingin terus menyelimuti malam … Dara berjalan pulang sendirian … cemberut sekaligus kesal karena sekali lagi, Ia menghabiskan waktunya dengan rengekan Jaejoong yang mengatakan bahwa Ia lapar dan lelah … menyalahkan Dara yang membiarkannya membawa sendiri mainan-mainan yang mereka beli untuk stan mereka … sehingga membuatnya kesusahan, ditambah lagi dengan hujan … Dara hanya bisa mendengarkannya dengan telinganya yang hamper tuli karena ocehan Jejoong… Ingin rasanya dirinya cepat-cepat menyelesaikan tugas mereka,  sehingga dia tidak akan berurusan lagi dengan Jaejoong … tapi meskipun sifat kekanak-kanakan Jaejoong membuatnya lelah … Dara selalu terhibur olehnya … setidaknya dia cute setiap kali dia merengek … pada akhirnya Dara mentraktirnya di kedai kopi … dan anak muda itu gembira, seolah-olah itu adalah pertama kalinya Ia mencicipi kopi panas …

Jaejoong tidak menemani Dara sampai  kerumahnya … bukan karena Dara tidak mau ditemani pulang … tetapi ditambah fakta bahwa Jaejoong mengatakan pada Dara, bahwa dia terlalu lelah untuk berjalan pulang, dan lebih baik lagi kalau Dara pulang sendirian di tengah malam daripada Ia Dara pulang bersamanya dan mendengarkanya merengek lagi …

Segurat senyuman melengkung di bibirnya setelah Dara akhirnya sampai  dirumahnya … tapi kemudian, senyum itu perlahan goyah saat melihat sosok familiar yang duduk di sisi pintu rumahnya … berjongkok … memeluk lututnya …

Dan karena menyadari siapa orang itu … Dara tersentak … merasa jantungnya mulai berdetak cepat … Ia mengedipkan matanya, berharap dia hanya berkhayal … tapi kemudian, khayalan itu tidak mau lenyap dari pandangannya …

Mendengar suara Dara yang terkesiap … Jiyong perlahan mendongak, mengangkat wajahnya yang tertumpu dilututnya … mengusap matanya dengan ibu jarinya, mencoba menyesuaikan penglihatannya dari gelapnya malam …

Jiyong sudah menunggu selama berjam-jam … tertidur di tengah malam yang dingin … Ia tidak peduli … terlalu tanggung untuk menunggunya … merasa cemas karena Dara masih berada di luar rumah saat malam hari … namun Ia tidak bisa melakukan apa pun, kecuali menunggu …

Dan saat melihat Dara … matanya langsung terbuka lebar dan bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman besar …

Dara mundur selangkah ketika Jiyong dengan cepat bangkit dari duduknya … Jiyong sedikit mengerang ketika merasakan lututnya mati rasa … tapi Ia mengabaikannya begitu saja karena Ia bahagia karena pada akhirnya Ia berhasil bertemu dengan Dara…

“Kau akhirnya pulang … Aku pikir sesuatu yang buruk terjadi padamu …”

Jiyong mengatakannya dengan nada cemas … mengejutkan Dara dengan pernyataannya, Dara menatapnya dengan tatapan bingung di wajahnya …

Meskipun dalam keremangan malam , tatapan Dara mendarat pada bibir kering dan kulit pucat Jiyong … bagaimana tubuhnya sedikit gemetar karena memakai pakaian yang tipis … alisnya berkerut khawatir … Dara menggigit bibir bawahnya untuk menekan diri dari fakta bahwa Ia prihatinan melihat Jiyong …

“Apa yang Kau lakukan di sini …?” Dara bertanya dengan dingin … Dara berjalan melewati Jiyong untuk sampai ke pintu rumahnya, tapi terhenti ketika Jiyong memegang lengannya … hal itu tak luput membuat Dara sadar bahwa hatinya bergejolak, bahkan hanya dengan sentuhan sederhana …

Jiyong tersenyum … Ia segera melepaskan pegangannya ketika Ia merasa Dara mulai menegang … menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam sakunya, …

“Dara …”

Dara tersentak ketika mendengar namanya … rahangnya terkatup dan bibir mulai bergetar … bagaimana Ia merindukan suara itu … bagaimana Ia merindukannya memanggil namanya dengan kelembutan yang berasal dari suaranya … namun Dara terus menatap pintu sementara Jiyong berdiri di sisinya …

“Dara … Aku perlu berbicara denganmu …” Jiyong berbisik …

Tapi Dara tidak menjawab … dengan cepat … membuka pintu apartemennya … secara langsung, Jiyong merasa sedikit khawatir ketika Dara mengabaikannya … dan ketika Dara hendak masuk ke dalam … Jiyong menahan pintu agar Dara tidak bisa masuk …

“Dara, Aku mohon …”

Jiyong memohon … tapi Dara terus menundukkan kepalanya, Ia tidak mau melihat Jiyong … terus berusaha untuk membuka pintunya, namun tetap tidak bisa karena Jiyong menahannya dengan kekuatannya …

“Dara … -“

“Apa yang kau inginkan …? Apa lagi yang ingin kau katakana padaku Jiyong …? Bukankah Kau sudah mengatakan segala sesuatu padaku …? “

Suara Dara mulai menghilang … tidak bisa berkata-kata, tetapi berpikir bahwa Jiyong ada di sana untuk mengejeknya lagi … ‘Apa lagi yang dia inginkan ..? “Tanyanya pada diri sendiri …. akhirnya Dara menatap ke arah Jiyong dengan ekspresi sedih di wajahnya persis seperti apa yang Jiyong miliki …

Jika baru akan berbicara jika dihentikan oleh salah seorang warga di dalam komplek yang tiba-tiba muncul di ujung lorong … Dara mengambil kesempatan untuk membuka pintu apartemennya dan bergegas masuk kedalam apartemennya. Jiyong berhasil untuk menahan pintu sebelum Dara menutupnya … Jiyong ikut masuk bersama Dara … Ia menutup pintu di belakangnya, dan meninggalkan barang-barangnya di luar …

“Apa Kau gila ..? Menurutmu apa yang Kau lakukan …? “

Dara menatap Jiyong dengan ekspresi kaget di wajahnya … Dara akan membuka pintu untuk Jiyong dan mendorongnya keluar, tapi Jiyong menutup pintu itu kembali dengan tangannya yang lain … tangannya yang lain menarik lengan Dara kasar dan membiarkan tubuh Dara menabrak dirinya …

Mata Dara melebar … berusaha untuk terus melepaskan dirinya, tapi Jiyong memegangnya erat… Jiyong melepaskan satu tangannya dari pintu … menutupi lengannya di sekitar Dara dan membuatnya tetap terperangkap di dalam pelukannya …

“Jiyong lepaskan Aku …!”

Dara berteriak di bahu Jiyong … tapi bukannya melakukan apa yang Dara katakan padanya … Jiyong menekan tubuhnya lagi … hampir membuat Dara terpojok dilantai karena dirinya sudah berada di ujung-ujung, Jiyong terus mengeratkan Dara dalam pelukannya … meringkukan kepalanya pada leher Dara … Jiyong menutup matanya dan menghirup aroma tubuh Dara …

Dara terus berusaha lepas dari pelukan Jiyong … kekuatannya perlahan terkuras sampai dia hanya bisa merasakan kehangatan Jiyong … matanya mulai basah … bibirnya bergetar saat ia mendongak … bingung mengapa Jiyong melakukan hal ini padanya … berharap jika hal ini tidak terjadi … tetapi dengan kata-kata Jiyong selanjutnya, membuat pikiran Dara menjadi benar-benar blank …

“Aku sangat merindukanmu … Dara-ah … Oh God… aku sangat merindukanmu …”

Jiyong berbisik di tengkuk Dara lagi dan lagi … air mata mulai jatuh dari sisi matanya … tubuhnya mulai bergetar  saat Dara mulai menangis …

<<back  next>>

11 thoughts on “broken – chapter 14

Leave a comment