[DGI FESTIVAL 2016_PARADE] If You #6

cover

Author : Rmbintang

Main Cast : Kwon Jiyong, Sandara Park

Genre  : Romance

.

Chapter 6

.

Dara Pov

Aku menghembuskan napas lega setelah akhirnya aku berhasil menyelesaikan pekerjaanku malam ini. Hari ini adalah hari terakhir aku dan Il Woo bekerja bersama karena projek kerja sama antara perusahaanku dan perusahaannya telah rampung hari ini. Dan tadi sore aku sebagai ketua tim harus membuat laporan yang harus aku berikan besok kepada atasanku, itulah alasan kenapa aku bekerja sampai lembur dikantor.

Setelah mematikan komputer kantor aku langsung memasukan barang-barangku ke dalam tas kemudian berdiri dan berjalan meninggalkan ruanganku untuk pulang. Setelah duduk di dalam taksi tiba-tiba aku mendengar suara ponselku berdering. Aku mengerutkan kening karena tidak mengenal nomor telpon ini.

Yeoboseyo.” Ujarku langsung setelah menerima panggilan ini.

Selamat malam. Apakah ini benar dengan Nona Sandara Park?” Tanya seseorang yang menelponku. Dia adalah seorang pria.

Ne. Saya sendiri.” Ujarku sambil mengerutkan kening. “Maaf dengan siapa saya bicara?”

Saya dari kepolisian distrik Seoul.” Ujarnya lagi yang membuatku sedikit bingung. Apa yang terjadi? Kenapa kepolisian menelponku? “Teman anda baru saja membuat kekacauan dan sekarang dia ditahan disini. Dia memberikan kontak anda untuk menjadi walinya. Apakah anda bisa datang?”

“Siapa?” tanyaku dengan nada sedikit kaget bercampur khawatir.

Namanya Kwon Jiyong.” Kata polisi itu lagi yang langsung membuatku membuka mulutku dengan lebar. Jiyong membuat kekacauan?

“Apa yang dia lakukan?” Tanyaku.

Anda akan tahu jika sudah datang.” Jawabnya kemudian menutup telponnya. Aku langsung menyuruh sopir taksi untuk berbalik arah dan mengantarkan aku ke kantor polisi. Tiga puluh menit kemudian aku sampai di kantor polisi.

Setelah keluar dari dalam taksi aku langsung sedikit berjalan cepat untuk masuk ke dalam kantor polisi dan saat aku masuk aku melihat Jiyong yang sedak duduk di salah satu kursi. Dia kini sedangdiinterogasi oleh polisi.

“Apakah kau wali orang ini?” Tanya salah satu polisi yang melihatku muncul dari pintu dan hal itu membuat Jiyong langsung mengalihkan pandangannya kepadaku. Aku sedikit meringis ketika melihat wajah Jiyong yang kini memiliki beberapa luka, itu pasti sangat sakit.

“Apa yang telah terjadi?” Tanyaku setelah dipersilahkan duduk oleh polisi yang tadi bertanya.

“Teman anda telah melakukan pemukulan kepada orang itu.” Kata salah satu polisi. Aku mengikuti arah tunjuk polisi itu yang menunjuk ke belakangku. Aku langsung meringis ketika melihat luka dari orang yang polisi itu tunjuk.

“Jiyong yang melakukannya?” Tanyaku dengan sedikit ragu kepada polisi itu. Aku sudah lama mengenal Jiyong dan aku tahu dia bukan orang yang suka memukul orang lain. Polisi itu menganggukan kepalanya. “Apa alasannya?”

“Temanmu mabuk di sebuah bar. Dia memukul korban karena korban tidak sengaja menabraknya saat dia akan keluar dari bar.” Aku melirik kepada Jiyong yang hanya diam saja sambil melihat lurus ke depan.

“Pak polisi apakah anda bisa membiarkan hal ini begitu saja?” Ujarku dengan sedikit memohon.

“Aku memang akan membiarkannya untuk kali ini karena ini adalah kasusnya yang pertama. Aku menyuruh anda datang ke sini untuk menjadi penjamin.”

“Apa yang harus aku lakukan sekarang?”

“Tanda tangani saja surat pernyataan ini.” Ujar Polisi itu lagi sambil menyerahkan sebuah kertas kepadaku. Aku mengambil kertas itu kemudian membacanya terlebih dahulu lalu setelah mengerti aku langsung menandatangani kertas itu. Jiyong baru diperbolehkan pulang setelah aku menandatangani kertas itu.

“Terimakasih karena mau datang.” Ujar Jiyong saat kami berdua keluar dari dalam kantor polisi. Aku tahu Jiyong pasti tidak punya pilihan lain karena ibunya tidak tinggal di Seoul. “Maaf karena telah merepotkanmu.” Katanya kemudian melihatku. “Aku akan menemanimu sampai kau dapat taksi.” Sambungnya kemudian berjalan pelan mendahuluiku.

“Jiyong.” Seruku yang langsung membuatnya berbalik lalu kembali melihat kepadaku. “Kita obati dulu lukamu.”

“Aku akan mengobatinya ketika sudah sampai di rumah.”

“Aku akan mengobatimu.” Kataku sambil berjalan kearahnya. “Kalau tidak salah di dekat sini ada apotik 24 jam. Kita pergi kesana sebelum pulang.”

“Aku bisa mengobatinya sendiri.” Tolaknya.

“Turuti aku jika kau benar-benar berterimakasih kepadaku.” Kataku sambil terus menatap lurus kepada Jiyong kemudian aku berjalan mendahuluinya dan aku tahu sekarang Jiyong sedang berjalan di belakangku.

Aku tahu Jiyong pasti bisa mengobati dirinya sendiri apalagi dia adalah seorang dokter tapi aku tidak bisa membiarkan wajahnya terus terluka seperti itu jadi aku akan mengobatinya dan memastikan bahwa dia akan baik-baik saja.

Kami memang sedang ada masalah tapi itu bukan berarti bahwa aku harus berhenti peduli kepada Jiyong apalagi sejak aku sadar bahwa aku sendirilah yang telah membuat hubungan kami kacau sekarang jadi hanya inilah yang bisa aku lakukan untuk menebus rasa bersalahku kepada Jiyong, kepada diriku sendiri karena rasa bersalah ini perlahan membuatku sesak jadi aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya semuanya.

“Maafkan aku malam itu.” Ujar Jiyong tiba-tiba saat aku sedang membersihkan luka di sudut bibirnya. “Aku tidak bermaksud berkata kasar kepadamu.” Sambungnya. Dia pasti membicarakan kejadian saat di pesta.

“Tidak apa-apa.” Ujarku pelan. “Aku pantas untuk itu.”

“Kau tidak pantas. Maafkan aku.” Katanya lagi dengan suara yang sangat penuh penyesalan, aku menatapnya lalu mengangguk pelan. Setelah membersihkan sudut bibirnya aku kemudian mengambil cotton buds lalu mengolesinya dengan obat merah.

“Ada apa Jiyong?” Tanyaku kepada Jiyong sambil membersihkan luka di bawah matanya dengan cottonbuds yang telah diolesi obat merah. Jiyong sedikit meringis kesakitan saat aku melakukannya. “Kenapa kau mabuk dan berkelahi?” Sambungku kini sambil melihat matanya. Jiyong tidak menjawab. “Apa kau sedang ada masalah?” Tanyaku lagi karena Jiyong tidak kunjung menjawab.

“Aku tidak sedang ada masalah.”

“Kau bukan pembohong yang baik Jiyong.” Kataku lagi kini sambil mengambil perban kemudian memakaikannya pada luka tadi. Aku mengenal Jiyong lebih dari delapan tahun jadi aku tahu dari suaranya bahwa dia sedang berbohong sekarang. “Kau tahu aku tidak mudah untuk dibohongi.” Sambungku. Jiyong diam lagi. “Jadi ada apa?” Tanyaku lagi kini sambil kembali menatapnya.

“Aku pikir kau sudah tidak punya hak untuk bertanya tentang hidupku lagi.” Ujar Jiyong, aku masih tetap menatapnya yang kini juga sedang menatapku.

“Aku hanya mengkhawatirkanmu.” Ucapku pelan sambil terus menatap Jiyong yang membuat kami saling tatap dan menatap matanya lagi seperti ini membuatku hampir kehabisan napas, apakah Jiyong sadar bahwa dia masih memberikan efek yang sangat besar karena tatapannya itu?

Author

“Aku akan mengantarmu pulang.” Ujar Jiyong kepada Dara yang saat ini sedang dia tatap.

“Aku yang akan mengantarmu.” Jawab Dara yang juga sedang menatap Jiyong. “Kau baru saja mabuk.”

“Tapi aku masih sadar.” Ujar Jiyong.

“Tetap saja kau mabuk.” Ujar Dara lagi. “Lagipula aku bisa pulang sendiri.”

“Aku hanya mengkhawatirkanmu jika kau pulang sendirian lagipula kau mau mengantarku dengan apa? Bukannya kau tidak bisa menyetir?” Kata Jiyong kemudian berdiri. “Ayolah aku akan mengantarmu pulang dan memastikan kau aman sampai masuk ke dalam apartemenmu.” Sambungnya kemudian dia berjalan mendahului Dara. Wanita itu dengan terpaksa ikut berjalan di belakang Jiyong.

Suasana canggung mulai terasa ketika mereka berdua telah masuk ke dalam mobil Jiyong. Tidak ada yang memulai pembicaraan sampai Jiyong berhasil sampai di depan gedung apartemen Dara. Mereka merasa canggung mungkin karena banyaknya perdebatan dan pertengkaran yang selalu mereka lakukan setiap kali mereka bertemu sejak mereka putus.

Gomawo.” Ujar Dara sambil membuka sabuk pengaman setelah mereka sampai di depan gedung apartemen Dara. Jiyong membuka sabuk pengamannya juga membuat Dara mengerutkan keningnya. Apakah Jiyong akan keluar dari dalam mobil?

“Aku akan mengantarmu sampai ke depan pintu apartemen.” Ujar Jiyong menjawab tatapan bingung Dara. “Aku tidak ingin kau menolak.” Sambung Jiyong ketika Dara akan membuka mulutnya untuk protes. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kau aman sampai di depan pintu apartemenmu.” Dara tidak menjawab apa yang Jiyong katakan barusan. Dia keluar dari dalam mobil kemudian berjalan diikuti oleh Jiyong di belakangnya.

Ketika masuk ke dalam lift suasana canggung kembali merayapi mereka. Dengan ekor matanya Dara melirik Jiyong yang saat ini berdiri di sebalah kanannya, tidak jauh namun juga tidak dekat jadi Dara bisa tahu bahwa kini Jiyong sedang menatapnya dengan sangat intens.

Dara kembali menatap lurus ke depan dengan jantung yang berdegup dengan sangat kencang. Kapan terakhir kali dia dan Jiyong berdiri berdua saja dalam sebuah lift? Kapan terakhir kali Jiyong menciumnya saat mereka menunggu pintu lift terbuka? Dara mendesah dengan lemah karena bayangan Jiyong yang selalu memeluknya dan menciumnya setiap kali mereka hanya berdua di dalam lifttiba-tiba terlintas begitu saja.

Dara kembali melirik kepada Jiyong dengan ekor matanya dan saat itulah Dara merasakan tangan Jiyong yang memegang bahunya lalu mendorongnya dengan sedikit keras pada dinding lift. Dara menatap Jiyong dan dari sorot mata yang Jiyong pancarkan sekarang dia tahu apa yang akan Jiyong lakukan selanjutnya dan benar saja karena tidak perlu menunggu waktu lama bibirnya kini telah dilumat oleh Jiyong. Dara kini kembali merasakan ciuman Jiyong. Ciuman pertama mereka sejak mereka putus lebih dari satu tahun yang lalu.

JiyongPov

Aku menggerak-gerakan satu tanganku saat aku mulai terbangun. Aku meraba kasur untuk mencari sosok Dara yang aku ingat tadi malam tidur di sebelahku tapi kini aku tidak mendapati apapun kecuali kasur yang kosong. Aku membuka mataku untuk memastikan dan ternyata Dara memang tidak ada. Apa mungkin yang terjadi tadi malam hanyalah mimpi?

Aku membuka selimbut yang membalut tubuhku dan ternyata aku masih bertelanjang. Aku lalu mengedarkan pandanganku dan mulai mengulum senyuman ketika sadar aku berada di kamar Dara. Aku tidak bermimpi ternyata. Tadi malam aku dan Dara bercinta dan itu bukan mimpi.

Aku mengambil jam weker yang berada di atas nakas kemudian sadar bahwa sekarang sudah pukul sepuluh pagi, pantas saja Dara sudah tidak ada. Dia pasti sudah berangkat untuk bekerja. Aku kembali mengedarkan pandanganku lalu sadar bahwa kamar Dara sudah bersih dan kembali seperti semula. Tidak ada sedikitpun jejak-jejak kami tadi malam, Dara pasti telah membersihkan semuanya, hal yang selalu dia lakukan setelah kami bercinta.

Aku melirik ke ujung tempat tidur dan di sana aku melihat tumpukan pakaian yang aku pakai tadi malam, aku merangkak kearah sana kemudian mulai memakai kembali pakaianku yang telah dirapikan oleh Dara. Setelahnya aku langsung mengambil dompet, ponsel dan kunci mobilku yang Dara taruh di atas nakas. Dara masih sama, dia selalu menaruh semua barang milikku di tempat yang sama.

Aku keluar dari dalam kamar Dara dengan perasaan yang sangat senang. Tadi malam aku sama sekali tidak pernah berpikir bahwa aku dan dia akan berakhir di ranjang. Tadi malam saat sedang menunggu pintu lift terbuka aku tiba-tiba saja sangat ingin menciumnya. Aku berusaha untuk menahan keinginanku itu namun entah dapat keberanian dari mana tiba-tiba saja aku sudah memegang bahunya dan mendorongnya ke dinding lift kemudian menciumnya.

Aku sudah siap jika Dara akan memukulku atau membunuhku sekalian namun ternyata reaksinya di luar apa yang aku pikirkan. Tadi malam dia membalas ciumanku, ciumannya yang masih sama seperti dulu. Dia melingkarkan tangannya pada leherku lalu menciumku dengan hasrat yang sama. Tadi malam aku sangat yakin bahwa Dara masih sangat mencintaiku karena aku dapat merasakan dari bahasa tubuhnya.

Saat aku keluar dari dalam apartemen Dara aku memutuskan untuk menghubungi nomornya namun dia sama sekali tidak mengangkat panggilanku. Aku mencoba sekali lagi dan Dara masih tidak mengangkat panggilanku. Aku memasukkan ponselku pada saku celana lagi karena berpikir mungkin Dara sedang sibuk bekerja sekarang jadi dia tidak bisa menjawab panggilanku.

Aku kembali tersenyum sepanjang jalan ke parkiran, aku senang karena merasa Sandara-ku sudah kembali lagi. Aku senang karena merasa bahwa dia masih sangat mencintaiku.

“Apa sesuatu yang baik telah terjadi?” Tanya Seunghyun hyung yang sekarang sedang duduk di hadapanku dengan segelas mochalatte. “Kenapa kau terus tersenyum sepanjang hari ini?”

“Aku sedang sangat bahagia.” Kataku.

“Kenapa?” Tanyanya lagi yang aku balas dengan senyuman. “Apa kau mendapat tambang emas sehingga bisa sesenang itu?”

“Aku mendapatkan lebih dari itu.” Kataku yang langsung membuat dia mengerutkan kening.

“Wanita?” Tanyanya yang aku balas dengan anggukan. “Siapa?”

“Masih orang yang sama yang membuatku jatuh cinta delapan tahun yang lalu.”

“Dara?” Tanyanya. “Apakah kalian sudah kembali balikan?” Sambungnya yang aku balas dengan gelengan kepala. “Lalu kenapa?”

“Aku menghabiskan malamku dengan Dara kemarin.” Kataku sambil tersenyum. “Dan itu membuatku sangat bahagia.”

“Kalian tidur bersama?” Tanyanya dengan sedikit kaget. Aku mengangguk dengan senyuman yang terus mengembang. “Bagaimana bisa?”

“Kemarin aku mabuk kemudian berkelahi dengan orang asing dan Dara yang menjadi jaminan saat aku ditangkap polisi. Dan selanjutnyan kami bicara dan kemudian semuanya terjadi begitu saja.”

“Lalu setelah itu apa yang terjadi?”

“Tidak ada yang terjadi.” Ujarku. “Aku tidak melihatnya lagi sejak tadi pagi.”

“Apa Dara menghubungimu?” Aku menggelengkan kepalaku. “Apakah kau menghubunginya?” Tanyanya lagi yang aku balas dengan kembali menggeleng.

“Dia pasti sedang sibuk bekerja. Aku tidak ingin mengganggunya”

“Kau bodoh sekali.” Ujar Seunghyun. “Bagaimana bisa kau tidak menghubunginya setelah kalian tidur bersama?” Tanyanya lagi.

“Aku sudah menghubunginya tadi pagi namun Dara tidak mengangkat panggilanku jadi aku menyimpulkan dia sedang sibuk.”

“Hubungi lagi dia sekarang.” Perintah Hyung kepadaku. Aku mengerutkan keningku namun  menurut kemudian mencari kontak Dara lalu mulai menghubunginya namun tidak ada jawaban. Aku mencoba selama beberapa kali namun Dara sama sekali tidak menjawab panggilanku. Ini sudah malam jadi aku pikir Dara pasti sudah pulang dari pekerjaannya tapi kenapa dia tidak menjawab panggilanku. “Dia tidak mengangkat panggilanmu?” Tanya Hyung yang aku balas dengan anggukan. “Itu berarti Dara sedang menghindarimu sekarang.”

“Kenapa dia harus menghindariku?”

“Kalau aku jadi Dara aku juga pasti akan menghindarimu. Dia pasti bingung dengan apa yang terjadi kemarin malam.”

“Kenapa dia harus bingung? Aku saja senang.”

“Kau memang tidak mengerti apapun tentang masalah perempuan.” Ujar Hyung sambil berdecak. “Wanita itu selalu melibatkan perasaan pada apapun yang terjadi kepada mereka. Dia pasti bingung tentang perasaanmu kepadanya sekarang karena kau belum mengatakan bahwa kau ingin kembali kepadanya. Atau Dara mungkin mengira bahwa kalian tidur berdua karena kau sedang mabuk.”

“Aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.” Kataku kepada Hyung. “Aku hanya berpikir Dara sudah kembali kepadaku.”

“Bagaimana dia bisa kembali kalau kau tidak memintanya kembali kepadamu. Dia mungkin merasa bahwa kau masih mencintainya namun tetap saja dia tidak akan kembali jika kau masih diam dan tidak mengatakannya langsung kepada Dara.” Aku menyimak apa yang Hyung katakan dan itu membuatku sedikit tersadar bahwa mungkin Dara memang menghindar sekarang, dia pasti bingung dengan apa yang terjadi kepada kami jadi dia tidak mengangkat panggilanku.

Aku berpikir mungkin yang Hyung katakan benar bahwa aku harus mengatakan perasaanku yang sebenarnya kepada Dara, mengatakan kepadanya bahwa aku sangat ingin memilikinya lagi dan membawanya kembali menjadi bagian hidupku yang paling berharga. Namun aku masih tidak siap, aku masih takut akan menjadi orang brengsek dan menyakitinya lebih dalam lagi. Aku tidak mau kembali membuat Dara menangis karena sifatku yang masih sangat egois.

DaraPov

Dua hari telah berlalu setelah malam itu, setelah malam aku dan Jiyong bercinta. Aku tidak tahu apa yang telah terjadi kepada kami malam itu, khilaf atau nafsu? Yang aku ingat Jiyong menciumku saat kami sedang menunggu pintu lift terbuka dan yang aku ingat setelah itu adalah kami sudah berada di kamarku. Jiyong memelukku, dia menciumku dengan penuh cinta dan yang aku rasakan selanjutnya adalah dia telah berada di dalamku.

Pagi harinya aku langsung membereskan kamarku lalu langsung berangkat kerja karena aku tidak ingin melihat Jiyong. Aku tidak sanggup untuk bertemu dengannya dan menatap Jiyong. Aku tidak ingin Jiyong tahu bahwa aku masih ingin merasakan bangun pagi dengan dirinya di sampingku seperti pagi itu karena aku tahu itu tidak mungkin. Kami bercinta malam itu karena dia mabuk jadi sepertinya tidak ada cukup alasan untukku berharap akan kembali bangun pagi disambut oleh pelukan hangatnya.

Aku masih dapat merasakan sentuhannya, ciumannya, dan deru napasnya malam itu. Semua terasa sama seperti dulu dan tidak pernah ada yang berubah, yang berbeda hanya status kami saja dan itu membuatku bingung setengah mati karena aku malu. Aku takut Jiyong akan menganggapku wanita murahan yang bisa tidur dengan pria yang bukan kekasihku. Aku malu makanya aku menghindar dari Jiyong.

Saat aku sedang memikirkan semua yang terjadi malam itu tiba-tiba aku mendengar suara ponselku berdering. Aku langsung mengangkat panggilan itu setelah tahu Bomlah yang menghubungiku.

“Ada apa?” Ujarku langsung setelah mendekatkan ponsel pada telinga.

Dara kau sedang di mana?” Tanya Bom. Aku sedikit mendengar suara bising dari tempat Bom menelponku.

“Aku baru saja selesai bekerja dan sekarang akan pulang ke rumah.”

Kau tidak sibuk bukan?” Tanya Bom lagi

“Memangnya kenapa?”

Aku dan Seunghyun sedang berada di tempat karaoke. Bukannya kau bilang kau sedang butuh hiburan?” Tanya Bom. “Datang saja ke sini dan kita bersenang-senang.”

“Memangnya kau karaoke di mana?”

Di tempat kita biasa karaoke.”

“Baiklah aku akan langsung ke sana.” Kataku lagi sambil melihat jalan diluar. “Sebentar lagi aku sampai.”

Aku menunggumu.” Kata Bom lagi kemudian mematikan telpon. Aku langsung menyuruh sopir taksi untuk mengantarkan aku ke tempat Bom sedang menungguku sekarang dan karena tempatnya dekat maka aku sampai di tempat itu hanya dalam jangka waktu 10 menit saja.

Setelah sampai aku langsung mengirimi Bom pesan untuk menanyakan ruangannya dan setelah Bom membalas aku langsung menuju ke ruangan itu. Ketika aku masuk ternyata Bom dan Seunghyun sedang berduet menyanyikan lagu cinta. Aku tersenyum setelah melihat mereka kemudian melambaikan tangan kearah mereka dan hanya Bom saja yang membalasnya karena Seunghyun sedang sibuk menyanyikan bagiannya.

Aku akan berjalan menuju sofa namun langkahku langsung terhenti ketika menyadari Jiyong sedang duduk di sudut sofa dan ternyata dia kini sedang menatapku dengan sangat intens. Tempat ini sedikit gelap jadi tadi aku tidak menyadari kehadiran Jiyong tadi.

Aku menatap Bom sambil sedikit melotot kepadanya yang sama sekali tidak dia hiraukan dan malah melanjutkan bernyanyi bersama Seunghyun. Bom sialan! Kenapa dia tidak bilang bahwa Jiyong ternyata ada di sini? Dia tahu bahwa aku sedang menghindari bertemu dengan Jiyong. Aku berdehem kemudian melanjutkan langkahku lalu duduk di tengah, tidak terlalu dekat namun juga tidak terlalu jauh dengan Jiyong.

Setelah menyimpan tas dipinggirku aku langsung mengambil satu kaleng soda dan langsung menenggaknya karena aku sedikit haus. Aku sama sekali tidak menengok ataupun menyapa Jiyong, aku tahu dia pasti mengerti bahwa aku masih belum sanggup untuk menatapnya saat ini. Aku melihat Bom dan Seunghyun yang kini sedang menyanyikan bagian akhir dari lagu yang mereka nyanyikan dan langsung bertepuk tangan setelah mereka selesai. Mereka mendapat nilai tinggi, tidak heran karena suara mereka berdua sangat bagus.

Setelah selesai bernyanyi mereka berdua langsung duduk jadi Bom menyuruhku untuk sedikit bergeser dan aku mau tidak mau harus bergeser kearah Jiyong karena Bom sialan ini sudah duduk di sampingku jadi aku harus bergeser untuk memberikan tempat untuk Seunghyun.

“Kau cepat sekali.” Ujar Bom sambil melihatku kemudian tersenyum.

“Kenapa kau tidak bilang bahwa Jiyong ada di sini?” Bisikku kepada Bom.

“Aku tidak tahu kalau Seunghyun menghubungi Jiyong juga.” Jawabnya dengan bisikan juga. Aku menatapnya dengan sedikit curiga karena merasa bahwa ini pasti idenya supaya aku bisa bertemu dengan Jiyong.

Kemarin aku menceritakan semuanya kepada Bom tentang apa yang telah terjadi di pesta saat aku dan Jiyong bertengkar sampai saat aku dan Jiyong bercinta tadi malam. Aku bilang kepada Bom bahwa aku ternyata masih sangat mencintai Jiyong dan aku sudah tidak bisa lagi berpura-pura membencinya. Setelah curhat kepadanya, Bom menyuruhku untuk mengatakan kepada Jiyong bahwa aku menyesal telah putus dengannya dan memintanya untuk kembali kepadaku. Tentu saja aku menolak apa yang dia usulkan.

“Dara kau mau bernyanyi?” Tanya Seunghyun tiba-tiba sambil menyerahkan mic kepadaku. Aku mengalihkan perhatianku kepada Seunghyun kemudian menggelengkan kepalaku. “Kenapa?” Tanyanya lagi.

“Aku sedang tidak ingin bernyanyi, aku cukup melihat kalian saja.” Sambungku sambil tersenyum.

“Bagaimana bisa begitu?” Ujar Bom sambil berdecak. “Aku menyuruhmu ke sini supaya kau bisa bersenang-senang karena beberapa hari ini kau sangat gelisah dan galau.” Sambungnya lagi.

“Kau galau kenapa?” Tanya Seunghyun.

Anni.” Aku menggelengkan kepalaku dengan kuat. “Aku tidak sedang galau.” Sambungku kemudian mendengus kepada Bom.

“Aku saja yang bernyanyi.” Aku mendengar suara Jiyong dari belakangku. Aku sedikit lupa bahwa dia juga ada dengan kami sekarang. Aku membalikan badanku kemudian menatapnya yang kini sudah berdiri kemudian meminta Seunghyun untuk menekan nomor lagu yang akan dia nyanyikan.

Dulu Jiyong sering sekali bernyanyi untukku dan sudah sangat lama aku tidak pernah mendengarnya lagi jadi sekarang aku sedikit senang setelah dia mengatakan akan bernyanyi. Aku penasaran lagu apa yang akan Jiyong nyanyikan, apakah lagu hip hop kesukaannya? Namun aku langsung mengerutkan keningku saat intro dari lagu yang akan Jiyong nyanyikan mulai mengalun.

Geunyeoga tteonagayo (she’s leaving)

Naneun amugeosdo hal su eobseoyo (and i can’t do anything)

Sarangi tteonagayo (love is leaving)

Naneun babocheoreom meonghani seoissneyo (like a fool, i’m blankly standing here)

Meoreojineun geu dwismoseupmaneul baraboda (looking at her, getting farther away)

Jageun jeomi doeeo sarajinda (she becomes a small dot and then disappears)

Sigani jinamyeon tto mudyeojilkka (will this go away after time passes?)

Yet saenggagi na, neo saenggagi na (i remember old time, i remember you)

 

If you, ajik neomu neujji anhassdamyeon (if you, if isn’t too late)

Uri dasi doragal suneun eopseulkka (can’t we get back together?)

If you, neodo nawa gati himdeuldamyeon (if you, if you’re struggling like i am)

Uri jogeum swipge gal suneun eopseulkka (can’t we make things a little easier?)

Isseul ttae jahlal geol geuraesseo (i should have treated you better when i had you)

Aku terus mendengarkan Jiyong bernyanyi dan entah kenapa aku merasa bahwa lagu yang dia nyanyikan ini dia tujukan kepadaku. Aku tidak tahu apa ini hanya perasaanku atau bukan tapi sepanjang lagu ini Jiyong terus menatapku, dia terus menatap dengan tatapan intens kepadaku.  Apakah dia menyanyikan lagu ini benar-benar dari hatinya? Apakah melalui lagu ini Jiyong ingin menyampaikan kepadaku bahwa dia masih mencintaiku dan menginginkan aku kembali kepadanya?

Jiyong Pov

Aku langsung berniat pulang setelah acaraku dengan Seunghyun Hyung dan kekasinya Bom berakhir. Kami baru saja bersenang-senang di tempat karaoke. Dara juga hadir namun sampai kami pulang Dara sama sekali tidak menyanyikan satu lagupun, dia hanya mendengarkan kami bernyanyi.

Sebenarnya acara hari ini membuatku kembali mengingat masa lalu karena kami dulu sering melakukan doubledate dan salah satunya pergi ke tempat karaoke. Namun malam ini kami pergi bukan sebagai pasangan kekasih namun sebagai orang yang pernah saling mengenal. Hanya itu, tidak lebih dan tidak kurang. Hal ini sungguh membuat perasaanku sakit.

Sebenarnya aku ingin berbicara dengan Dara tadi, aku ingin meminta maaf untuk apa yang telah terjadi dua hari yang lalu, aku ingin meminta maaf karena mungkin Dara menjadi sedikit bingung setelah kami bercinta. Namun aku tidak bisa mengatakan apapun saat Dara di hadapanku. Aku hanya bisa melihatnya tanpa bisa menyentuh dan berbicara kepadanya karena aku takut kami akan kembali bertengkar jika kami kembali bicara. Aku hanya tidak ingin membuatnya terluka lagi karena aku selalu hilang kendali saat aku dan dia bertengkar.

Ketika aku sedang menyetir tiba-tiba saja aku menangkap sosok Dara yang sedang duduk sendirian di shelter bus yang tidak jauh dari tempat kami berkaraoke tadi. Aku sedikit heran karena melihatnya sendirian jadi aku menghentikan mobilku di depan shelter. Aku langsung keluar dari mobil lalu menghampirinya yang kini sedang menutup matanya sambil bersandar, Dara pasti kelelahan.

“Dara.” Ujarku pelan yang langsung membuatnya membuka mata lalu dia duduk tegak.

“Jiyong?” Tanyanya dengan sedikit heran. “Ada apa?”

“Kenapa kau di sini sendirian? Mana Bom dan Seunghyun Hyung?”

“mereka akan pergi ke tempat lain jadi aku pulang duluan karena aku ingin beristirahat.”

“Jadi kau sedang menunggu bus?” Tanyaku yang dia balas dengan anggukan. Aku melihat waktu melalui jam tangan yang sedang aku pakai, sekarang menunjukkan pukul sepuluh malam. “Masuklah ke dalam mobilku, aku akan mengantarmu pulang.” Kataku lagi sambil kembali melihat Dara, aku sedikit khawatir jika membiarkannya pulang sendirian larut malam seperti ini.

“Tidak usah.”

“Ini sudah malam Dara.” Kataku lagi. “Masuklah!” Ujarku lagi kini sambil berjalan kemudian membukakan pintu mobil untuknya. Dara diam selama beberapa detik, mungkin untuk berpikir namun setelah beberapa saat dia berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan dan masuk ke dalam mobilku.

Suasana canggung mulai terasa saat aku mulai menyetir karena tidak ada yang memulai pembicaraan. Ini mengingatkan aku pada masa lalu, saat pertama kali aku mengantarkannya pulang ke rumahnya setelah kami menghadiri pesta dan itu sudah delapan tahun yang lalu.

Saat berhenti di lampu merah tiba-tiba aku kembali mengingat masa lalu. Dulu jika sedang berhenti seperti ini maka biasanya tanganku akan bergerak nakalkeapadanya dan biasanya Dara selalu menegurku dengan cara memelototkan matanya yang hanya aku balas dengan cengiran jahil dan itu selalu berhasil membuat Dara tertawa kemudian mengambil tangan kananku dan menautkannya pada tangannya sendiri lalu kami akan berpegangantangan selama perjalanan.

Tanpa sadar aku menyimpulkan senyuman di sudut bibirku, aku memang selalu tersenyum setiap kali mengingat kenangan manis tentang kami dulu namun sayangnya semua hal manis antara aku dan Dara kini hanya tinggal cerita. Tapi apakah Dara masih ingat dengan kebiasaan kami itu?

Aku melirik Dara dengan ekor mataku, dia sedang memeluk dirinya sendiri sambil melihat keluar jendela. Aku berpikir mungkin Dara sedang kedinginan jadi aku mengatur lagi AC mobilku sehingga tidak akan membuat Dara kedinginan lagi, aku juga menyalakan radio karena sedikit tidak tahan dengan atmosfir di dalam sini yang perlahan dapat membunuhku kapan saja.

Aku langsung mengerutkan keningku saat menyalakan radio itu dan langsung terdengar satu lagu yang sering Dara nyanyikan untukku dulu. Aku kembali melirik Dara yang kini sedang berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Setelah menyalakan radio suasana malah lebih canggung daripada tadi tapi aku tidak bisa mematikannya lagi karena itu malah akan membuat suasana menjadi lebih aneh. Apa ini? Kenapa semua hal yang terjadi hari ini selalu berhasil membuatku mengingat kenangan manis kami?Apakah aku sedang diejek sekarang karena semua hal itu kini hanya tinggal kenangan?

Kami sampai di depan gedung apartemennya dalam waktu setengah jam, aku melirik kearah Dara dan ternyata dia kini sedang tertidur pulas, aku langsung mematikan radio kemudian mengambil selimbut dari jok belakang dan memakaikannya pada tubuh Dara. Aku tidak tega untuk membangunkannya karena Dara benar-benar terlihat kelelahan jadi aku memutuskan untuk diam dan menunggunya sampai dia bangun.

Aku kembali memperhatikan Dara saat dia sedang terlelap, salah satu kebiasaanku dulu adalah memandangi Dara jika dia sedang tertidur. Aku suka sekali memandanginya karena dia selalu terlihat damai saat sedang menutup mata seperti ini dan yang paling membuatku bahagia ketika aku memandanginya seperti ini adalah saat tiba-tiba dia menyebut namaku dalam mimpinya, itu selalu berhasil memberikan efek yang sangat berarti untukku. Biasanya moodku selalu bagus sepanjang hari jika sudah mendengarnya menyebut namaku dalam mimpinya.

Dan malam ini aku kembali mendengarnya, aku tidak pernah berharap akan mendengar Dara menyebut namaku dalam mimpinya malam ini, aku tidak ingin berharap karena aku takut akan kecewa namun siapa yang sangka bahwa Dara malah menyebut namaku saat dia sedang terlelap. Apa ini berarti Dara masih sering mengingat aku dalam mimpinya? Dara masih sering bermimpi tentang aku?

Ada perasaan hangat dalam hatiku sekarang setelah mendengar Dara menyebut namaku dan setelah berpikir selama beberapa saat aku menyimpulkan bahwa mungkin masih ada kesempatan untukku membawa Dara kembali kepada diriku, membuatnya menjadi milikku lagi.

Aku ingat bahwa aku menghabiskan waktu hampir satu tahun setengah untuk membuat Dara mau menerima cintaku dulu. Dara sangat sulit untuk diyakinkan saat itu jadi aku harus bersabar dan melakukan apapun supaya dia yakin bahwa aku menyayanginya, mencintainya dan tidak akan membuatnya terluka dan akhirnya aku berhasil membuat Dara mau menerimaku.

Dulu saja aku bisa meyakinkan dia maka seharusnya sekarangpun aku bisa apalagi Dara tidak pernah memiliki kekasih sejak putus denganku itu artinya belum ada pria yang mampu membuat Dara menggantikan aku dan sebelum pria seperti itu datang maka aku akan membuatnya kembali. Ya aku akan membuat Dara kembali menjadi kekasihku, apapun akan aku lakukan untuk membuatnya kembali.

“Jiyong?” Aku sedikit kaget ketika mendengar suara parau Dara yang memanggilku. “Kenapa kau tidak membangunkan aku?” Tanyanya setelah sadar bahwa dia tertidur cukup lama. “Jam berapa sekarang?” Tanyanya lagi lalu menutup mulutnya yang menguap lebar.

“Hampir jam dua belas.” Kataku setelah melihat jam tanganku kemudian kembali melihatnya.

Mianhae.” Katanya sambil melihatku. “Kau pasti bosan menungguku.” Sambungnya, aku hanya tersenyum mendengar apa yang dia katakan kemudian menggelengkan kepalaku.

Dara akan membuka sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya namun dia terlihat kesulitan jadi aku membantunya untuk membuka sabuk pengaman itu. Aku bisa merasakan tubuh Dara yang seketika mematung saat aku membukakan sabuk pengamannya. Aku sedikit tersenyum karena hal ini persis sama seperti waktu aku mendekatinya untuk pertama kali.

Setelah sabuk pengamannya terbuka Dara kemudian mengambil semua barang miliknya dan akan membuka pintu mobil setelah berterima kasih kepadaku namun dia tiba-tiba membalikkan badannya lagi lalu melihatku dan menatapku. “kau ingin masuk sebentar?” Tanyanya.

Aku pikir Dara mengatakan hal itu untuk berbasa basi kepadaku namun walaupun begitu aku tetap merasa sangat senang dengan tawarannya ini dan tanpa menunggu lama aku langsung mengangguk sambil tersenyum senang kemudian langsung keluar dari mobilku lalu mengikuti Dara yang kini sudah berjalan mendahuluiku.

Author

Kini Dara dan Jiyong sedang duduk berhadapan di meja makan apartemen Dara. Dara menawarkan kepada Jiyong untuk mampir sebentar ke apartemennya dan tanpa diduga ternyata Jiyong mengiyakan tawarannya itu. Dara tidak bermaksud untuk berbasa basi namun dia juga tidak berharap Jiyong akan mengiyakan tawarannya itu.

Dara tidak berharap hal itu bukan karena Dara tidak ingin melihat Jiyong, namun karena Dara takut jika Jiyong mengetahui bahwa Dara masih lemah saat Jiyong menatapnya dengan intens, Dara takut Jiyong akan tahu bahwa Dara menyesal karena telah membuat mereka berpisah seperti ini. Dara takut Jiyong akan mengungkit tentang kejadian dua hari yang lalu sementara Dara belum punya jawaban jika Jiyong meminta penjelasan. Dara masih malu, Dara takut Jiyong akan lebih menganggapnya sebagai wanita murahan.

Selama beberapa saat mereka berdua dilanda keheningan karena tidak ada yang bicara. Jiyong hanya terus menatap Dara dengan intens, tatapan yang selalu Jiyong tujukan kepada Dara dulu. Tatapan yang selalu membuat Dara merasa bahwa dia adalah satu-satunya wanita yang ada dipikiran Jiyong, satu-satunya wanita yang Jiyong tatap.

“Dara bagaimana pekerjaanmu?” Tanya Jiyong tiba-tiba. Dara yang dari tadi hanya menunduk sambil menatap cangkir kopi di hadapannya langsung mengalihkan perhatiannya setelah mendengar suara Jiyong. Dia sedikit heran dengan pertanyaan Jiyong, apa mungkin Jiyong akan memarahinya lagi karena hari ini dia kembali lembur?

“Pekerjaanku baik-baik saja.” Ujar Dara sambil memandang Jiyong. “Kenapa?” Tanyanya.

“Tidak apa-apa.” Jawab Jiyong sambil tersenyum. “Aku hanya bertanya dan syukurlah kalau tidak ada masalah.” Sambungnya. “Pastikan untuk menjaga kesehatanmu walaupun kau sibuk.” Tambahnya. Dara sedikit mengerutkan keningnya. Tumben sekali Jiyong bicara dengan lembut seperti ini. Dara akhirnya hanya mengangguk setelah mendengar instruksi Jiyong.

“Kau sendiri bagaimana?” Tanya Dara. “Bagaimana pekerjaanmu?”

“Seperti biasa, tidak ada yang spesial hanya saja sekarang aku lebih bisa bersantai karena ada beberapa dokter baru di departemenku jadi aku tidak terlalu banyak pekerjaan.” Katanya sambil tersenyum. “Dan seperti yang kau lihat sekarang aku sudah jarang pulang lewat tengah malam.Mungkin hanya beberapa hari dalam seminggu, itu juga jika ada keadaan yang sangat gawat.” Sambungnya. Dara kembali mengangguk setelah mendengar apa yang Jiyong katakan, Dara tidak tahu kenapa Jiyong harus menjelaskan semuanya dengan sangat detail kepada Dara.

“Jiyong ini sudah malam.” Kata Dara. “Aku pikir sudah waktunya kita beristirahat.” Sambungnya dengan hati-hati karena tidak ingin menyinggung Jiyong. Jiyong tersenyum kemudian menganggukan kepalanya lalu berdiri.

Dara ikut berdiri juga kemudian berjalan untuk mengantarkan Jiyong ke depan pintu apartemennya. Dara berjalan di depan dengan diikuti oleh Jiyong dibelakangnya. Saat akan menyentuh gagang pintu tiba-tiba Dara merasakan tubuhnya ditarik dengan sangat lembut dan sekian detik kemudian dia merasakan tangan Jiyong telah melingkar didepan lehernya. Jiyong mendekap tubuh Dara dengan sangat erat membuatnya lupa untuk bernapas selama beberapa detik.

TBC

32 thoughts on “[DGI FESTIVAL 2016_PARADE] If You #6

  1. huuuaaa…..
    gra” sakit jdi bbrpa hari nie gga bca DGI .nyebelin pisan ..
    tp untung skrng udh aga mendingn jd bisa bca DGI .udh kangen bgt ..

    aqu stju ma kata” tabi oppa .klo cwe ttu sllu pake prasaan d stiap tindakan.a .
    wah .dara unie nya udh nyadr ttu klo dia msih cinta ma ji oppa .
    cpet” blikan udh gga sbr pngen bca sweet moment.a daragon ..

  2. nah kan paling kesel drh mereka tetep aja susah mau ungkapin semua nya seh ampun deh kapan att mereka balikan tapi kalo langsung balikan gg seru yaaaa gg akan ada nyesek”kan , kkkkkk
    nah gtt dong ji harus ngalah jadi kan cepet balikan ,

  3. Akhirnyaaaa.. Jiyong berani untuk menahan Dara disisinya. Sedikit kemajuan. Ayo Jiyong trus berusaha untuk meyakinkan Dara unnie kalo sebenernya kalian masih saling mencintai.

Leave a comment