My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #9

DGI POST 2

Title: MY WIFE’S SEVENTEEN YEARS OLD! | Author: Cimolxx92 | Main Cast: BIGBANG’s Kwon Jiyong  (G-Dragon), Sandara Park (2NE1), Mizuhara Kiko |Support Cast: YG FAMILY |Rating: PG-17| Genre: Drama,Romance, Family, Friendship |Length: Chapters

Disclaimer

Plot Is Mine. The Characters are belongs to God. Say No To Plagiarism!

 

Summary

“Maaf, Anda siapa?”

Kata-kata itu keluar dari seseorang yang tidur, makan, mandi, bertengkar, dan kentut dalam satu atap denganku.

~~~~

~ Day 9 : The Reason I Life ~

 

Ill Woo menatap wajah dihadapannya tanpa berkedip. Apakah dia sudah gila? Kenapa hatinya yang terasa dingin dan beku berdegub kencang? Dia tidak boleh merasakan perasaan seperti ini. Sebagai seorang prajurit Korea Utara, perasaan yang dirasakannya sekarang adalah hal yang sangat memalukan dan salah.

“Eeerrr, kau mau makan sesuatu?” Dara menoleh kesampingnya. Dalam pandangannya, Ill Woo jelas terlihat seperti gelandangan.

“Tidak, setelah aku membantumu membawa tumpukan makanan itu ke butikmu, aku akan pergi.” Ill Woo mengangkat bahunya acuh dan mengambil tiga buah bungkusan besar berisi makanan. Dara mengambil tentengan berisi cup minuman dingin dan berlari kecil kearah Ill Woo.

“Aku sudah bilang tidak usah.” Dara mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Biar bagaimanapun, Ill Woo adalah orang asing, Dara tidak mengenalnya, selain informasi kalau dia bekerja paruh waktu disebuah mini market dengan shift malam.

“Eheeey, kau sudah menolongku secara tidak langsung. Biar aku membalas sedikit.” Ill Woo tersenyum pelan, sejak kapan dia jadi suka tersenyum seperti ini? Ill Woo berdehem saat merasakan Dara berjalan disampingnya, mereka mulai keluar dari restoran. “Jadi, namamu Dara Kwon?”

“Yeah, aku memiliki butik yang kudirikan bersama teman-temanku, dan juga seorang suami.” Dara berkata dengan senyum berseri-seri saat membayangkan sosok Jiyong. “Kedengarannya hebat? Yeah, semua orang yang melihat kehidupan orang lain dari luar pasti akan berkata ‘betapa beruntungnya dia’ tanpa tahu masalah yang membelit orang itu.”

“Benar.” Ill Woo berkata pelan, jadi wanita ini sudah memiliki seorang suami, itu artinya tidak ada alasan apapun untuk berada dekat dengan Dara… ini adalah kekecewaan pertama yang Ill Woo rasakan setelah sekian lama dia bernapas, kapan terakhir kali dia merasa kecewa? Ah, saat kedua orang tuanya di hukum mati oleh pemerintah Korea Utara karena menolak memberikan Ill Woo pada Kemiliteran. Saat itu usianya 15 tahun, dan dia sudah lupa wajah keluarganya sendiri saat para Komandan memberikan senjata api dan puluhan butir peluru ke tangannya.

“Aku harap kita bisa berteman!” Dara berkata riang. “Aku punya banyak teman pria saat aku masih SMA, tapi sekarang tidak lagi, orang-orang yang kukenal sangat terbatas, yeah, walaupun mereka sangat baik padaku.” Dara melirik Ill Woo yang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Seharusnya dia tidak perlu mengajak Ill Woo berteman, bagaimana kalau Ill Woo sebenarnya adalah orang jahat? Tapi entah kenapa, ada sesuatu dalam diri Ill Woo yang mengingatkan Dara pada dirinya sendiri.

Kesepian, dan rasa sakit.

Ill Woo mendengus menahan tawa saat mencerna perkataan Dara. Berteman? Dengan dirinya? Prajurit Korea Utara yang memiliki misi bunuh diri? Ill Woo menghentikan langkahnya dan mulai tertawa terbahak-bahak. Dara hanya bisa menatap sikap pria disampingnya sambil mengerutkan kening.

“Kau serius ingin berteman denganku?” Ill Woo menunduk menatap Dara sambil terus tertawa geli. “Kau tidak takut padaku? Aku ini, akan mati dalam waktu kurang lebih dua minggu loh.” Ill Woo menggoyangkan jari telunjuknya didepan hidung Dara dan meringis saat melihat wajah panik dihadapannya.

“K, Kau apa? Kenapa kau akan mati?” Dara melebarkan matanya dan menatap Ill Woo dengan khawatir.

Ill Woo mematung, apa wanita dihadapannya sedang mengkhawatirkannya? Dara khawatir padanya? Dia peduli padanya?

Ill Woo hampir meledak dalam tawa lagi saat tangan kanan Dara yang bebas dari bawaannya menyentuh lengan Ill Woo dengan pelan. Ill Woo menatap wajah cantik dihadapannya yang melihatnya dengan sorot mata sedih.

“Apa kau sakit?” Dara berkata dengan pelan dan mengelus lengannya dengan simpati. Beberapa detik, Ill Woo mencoba mengerti situasi yang dia hadapi, rasanya ada perasaan hangat yang tiba-tiba mengalir membanjiri dirinya. Ada sesuatu dalam sorot mata gadis itu yang membuat Ill Woo ingin berada dekat dan melindunginya.

Ini salah, ini sangat salah.

Ill Woo tidak boleh merasakan perasaan yang membuatnya terlihat lemah seperti ini, misinya akan gagal. Dia tahu itu, jika dia terus menerus menatap mata bening itu, misinya akan gagal. Dan dia akan berakhir sebagai seorang pecundang. Ini menggelikan.

“Kalau kau tidak bisa menceritakannya padaku, yah tidak apa-apa.” Dara melanjutkan dan menunduk. “Ah, waktumu hanya tinggal dua minggu? Kalau begitu, ayo, lakukan apa yang ingin kau lakukan! Ingat alasanmu hidup selama ini!? Aku akan menemanimu.” Dara tersenyum dan tertawa ringan melihat ekspresi wajah pria dihadapannya. “Jangan menatapku seperti itu! Kau terlihat seperti sedang menahan kentut.” Dara meninju lengan Ill Woo pelan dan melanjutkan langkahnya menuju Butik.

Ill Woo menatap punggung mungil yang mulai menjauh darinya. “Dia bertanya alasanku hidup selama ini?” Ill Woo bergumam dan menyeringai. “Tidak ada Dara… Nothing… aku hanya sebuah alat yang digunakan oleh Korea Utara. Tidak ada alasan untuk hidup sampai detik ini.” Ill Woo mulai melangkah mengikuti Dara. Senyum hambar tersungging dibibirnya.

======

“Hyung, kenapa kau mengajakku?” Seungri menatap Jiyong yang sedang mengemudi menuju Blue House, Pria disebelahnya tampak sangat bahagia. Jika Jiyong dalam mood yang bagus, maka kabar buruk bagi Seungri karena dia pasti akan menderita akibat ulah temannya itu.

“Jangan bilang kau ingin menggunakanku lagi?” Seungri berkata panik, adakah kursi loncat disini? dia memilih dilontarkan keatas dari mobil ini dari pada harus dijadikan umpan lagi.

“Menggunakanmu? Memangnya kau itu berguna sampai aku mau menggunakanmu?” Jiyong menyeringai dan menginjak gas mobilnya lebih kencang.

Oke, Jiyong sudah mulai kembali menjadi Jiyong pem-bully. Hanya tinggal tunggu waktu sampai Seungri tewas. Dia sedang benar-benar tidak mood sekarang. Memikirkan pembicaraannya dengan Ayah Chaerin membuat seluruh bulu kuduknya meremang, biar bagaimanapun, dia tidak bisa membuang kucing itu dari pikirannya. Seungri melirik kaca spion dan mendesah melihat lingkaran pada matanya terlihat semakin menghitam. Apakah ini tanda-tanda kematian menjemput? Lingkaran matanya sepuluh kali terlihat lebih nyata!

“Hyung, aku tidak mau ikut campur dalam urusan tembak menembakmu, terakhir kalinya kau bersikap seperti ini, kau menjadikanku umpan untuk menangkap segerombolan penculik anak perempuan Presiden Republik Korea Selatan! Kau ingat? Wajah berhargaku hampir hancur akibat pukulan dari para algojo itu! Aku tidak mau melakukan itu lagi!” Seungri berteriak histeris.

“Berhenti bertindak seperti perawan! Lagi pula, kau tidak melakukan banyak hal yang berguna, lakukan sesuatu yang bisa membuat calon mertuamu bangga sehingga dia mau menerimamu!” Jiyong menjitak kepala Seungri dengan kesal. Pria ini benar-benar tidak memiliki pikiran dewasa sama sekali. “Aist, dasar idiot! Aku tidak mengerti kenapa para wanita bisa menempel dengan mudah pada idiot sepertimu!”

Seungri mengelus kepalanya yang benjol. “Hyung! Itu karena mereka menyukai wajah tampanku dan teknik bercintaku yang beraneka ragam! Aku bukan seorang perfect sepertimu! Kau tahu? Saat aku melihatmu, mataku jadi sakit, kau terlalu bersinar!”

“Cerewet! Aku ingin sekali menyumpal mulutmu dengan sepatuku!” Jiyong menggeram dan hendak melepas sepatunya tetapi langsung tertahan saat Seungri merengek dan memeluk pinggangnya.

“Bagus, yang kubutuhkan sekarang adalah pasangan gay… Hyung, aku sudah bosan dengan wanita jadi… AAACK!” Seungri meringis saat sebelah tangan Jiyong menjewer telinganya.

“Berhenti atau aku akan menendang bokongmu keluar dari pintu!” Jiyong berbisik dengan berbahaya. Seungri kembali duduk pada posisinya dan mulai diam, tetapi seperti kebiasaannya, dia tidak bisa diam, mulutnya terasa gatal ingin sekali mengomentari atau menggoda Jiyong.

“Sebelum kau kembali membuka mulut untuk mengeluarkan sesuatu yang tidak berguna, aku akan menjelaskan tujuanku membawamu ke Blue House.” Jiyong melirik Seungri yang menatapnya dengan mata penuh cinta. Dia ingin sekali meninju hidung pria itu. “TOP hyung ingin meminta bantuanmu.”

“Kau bilang aku tidak berguna, tetapi kalian meminta bantuanku? Cih, licik sekali.” Seungri melipat tangannya dan menatap lurus ke jalan didepannya.

“Kau memang tidak berguna, jadi lakukan sesuatu yang berguna!” Jiyong mendesah putus asa, menghadapi donsaeng seperti Seungri membutuhkan seribu kesabaran. “Kau tahu kan? Aku dan TOP adalah target saat insiden yang terjadi di Jeju?”

“Yeah, menurutku itu salah kalian berdua. Kalian berlagak menjadi pahlawan saat di Paris. Padahal saat penyerangan di Paris terjadi, ada banyak tentara dan agen terlatih, tetapi kalian bersikap sok pahlawan.” Seungri berdecak kesal, tidak percaya kalau satu kesalahan yang mereka buat pada Korea Utara berdampak sampai seperti ini.

“Itu karena kami melihat mereka membobol sistem keamanan yang kami buat, sehingga kami panik dan mulai ikut memburu orang Korut yang masuk ke gedung.” Jiyong menghela napas. “Aku benar-benar menyesal sudah membunuh Kim Myungsoo. Semuanya memang berawal dari penyerangan di Paris.”

“Jadi, kau mau bilang kalau pertemuan Menteri Pertahanan Sipil dengan perwakilan dari Amerika Serikat yang akan diadakan dua minggu lagi ini akan membahayakan nyawa kalian berdua lagi?” Seungri melirik Jiyong yang membelokan mobilnya memasuki gerbang Blue House.

“Mereka akan mengirim Battalion70, dan Kamerad serta Komandan dari Battalion itu masih memiliki hubungan keluarga dengan Kim Myungsoo dan dua orang Korea Utara yang terbunuh di Jeju. Kau tahu apa artinya?”

“Mereka akan balas dendam.” Seungri menjawab dengan muram. “Begitulah manusia, saling membalas jika kita melakukan sesuatu yang salah, tetapi jika kita melakukan sesuatu yang baik, mereka akan enggan untuk membalas.”

“Yeah, kadang kau bisa jadi sedikit bijaksana.” Jiyong mulai memasuki parkiran Blue House, Seungri bisa melihat kamera pengawas bergerak sesuai dengan gerakan mereka. “TOP berhasil mendapatkan salah satu data prajurit dari Battalion70.” Jiyong mematikan mesinnya dan menatap Seungri. “Namanya adalah Jung Ill Woo, dan kami meminta bantuanmu untuk mendekatinya.”

Mata Seungri membulat sempurna. Mendekatinya? Orang dari Korea Utara?

“Kau memintaku bunuh diri? Kenapa kau tidak meminta bantuan pada agen terlatih?” Seungri hampir kehilangan oksigen saat Jiyong menatapnya penuh arti.

“Maaf Ri, Ayah Chaerin yang meminta kami melakukan hal ini.” Jiyong berkata muram. “Dia bilang, kau harus melakukan tugas ini, dia ingin melihat kemampuanmu, lagi pula tidak sulit, kau hanya harus berteman dengannya dan mengorek sedikit informasi darinya.”

“Kedengarannya mudah Hyung.” Seungri berkata dengan putus asa. “Aku hanya perlu bilang, ‘Hello, Jung Ill Woo, aku adalah mata-mata yang dikirim Blue House! Ayo, kita berteman!” Seungri menoleh pada Jiyong yang melihatnya dengan prihatin. “Well, sangat mudah, aku hanya perlu menunggu pelurunya menembus jantung atau tengkorakku.” Seungri mengangkat bahu acuh dan mulai bergerak membuka sabuk pengamannya.

“Kami akan melindungimu, tenang saja!” Jiyong menepuk bahu temannya pelan. “Karena kau adalah si pembuat masalah yang berharga dan aku tidak bisa hidup tanpa bantuan video mesummu, aku akan melindungimu!”

Seungri turun dari mobil sambil menyembunyikan senyum bodoh diwajahnya. Seperti itulah Kwon Jiyong, bisa membujuknya dengan sangat mudah. Jiyong mulai berjalan santai memasuki lift di ikuti Seungri dibelakangnya, saat mereka akan menekan tombol, Pintu lift tiba-tiba tertahan oleh tangan seseorang.

“Guys, aku ikut.” Kiko muncul dengan bibir merah tebal dan pakaian kantor yang terlalu mini. Seungri mengangkat alisnya, apakah wanita itu berniat tidur dengan salah satu teman kantornya? Pakaian yang dia kenakan sangat… Seungri menelan ludah dan menoleh pada Jiyong yang muram disampingnya.

“Tahan indra penciumanmu sebelum kau kena racun dari parfumnya.” Jiyong berbisik pelan saat Kiko mulai melangkah berisik kedalam lift dengan high heels yang berderak. Seungri mengerutkan hidungnya saat mencium parfum menyengat yang Kiko gunakan.

“Well, Seungri, Kau akan jadi pemeran utama hari ini.” Kiko bergerak diantara mereka dan melirik pada Seungri. Tiba-tiba wajah Seungri pucat karena rasa mual diperutnya. Parfum Kiko membuatnya benar-benar terbunuh.

“K, Kiko Chan.” Seungri bernapas susah payah. “Aku pikir kau akan pergi ke klub malam, pakaian yang kau kenakan cocok sekali berada di klub malamku, kau harus sering berkunjung kesana.”

Kiko menyunggingkan senyumnya dan menatap Jiyong. “Oppa, Bagaimana keadaan Dara unni?”

“Dia sangat baik, kami bahkan menghabiskan hampir enam kali putaran semalam.” Jiyong berkata dingin dan memasukan tangannya pada celana Jeansnya. Dia sedikit mengerutkan kening saat merasakan sesuatu yang bundar dan kenyal dalam plastik. Permen Jelly? Jiyong mendengus, ternyata Dara memasukan permen Jelly kedalam sakunya saat pagi tadi mereka berciuman.

“Apa ada yang lucu?” Kiko mengangkat alisnya dan tersenyum sinis melihat kebodohan pria disampingnya.

“Tidak ada, aku hanya sedang membayangkan proses bercinta kami semalam.” Jiyong menjawab acuh dan mengangkat bahunya. Dia mendengar Seungri mendengus senang.

“Oh, baiklah, aku senang mendengar kalian baik-baik saja, karena… well, aku sempat khawatir saat melihatmu menggendong Dara unni keluar dari toilet dipesta itu. Aku pikir dia sakit.” Kiko memainkan ujung rambutnya dan mengembangkan senyum pada bibir merahnya yang tebal. “Jadi, Seungri, kau dan Chaerin akan mendapat sedikit waktu yang berat sekarang. Aku harap semuanya baik-baik saja.”

“Aku tidak menyangka kau sangat suka ikut campur urusan orang, tenang saja Kiko-chan. Kau tidak perlu khawatir. Urus saja urusanmu sendiri.” Seungri tertawa ringan, kenapa lift ini rasanya berjalan dengan sangat lambat? Menghabiskan waktu beberapa menit dengan Kiko bisa membuatnya mengalami gegar otak.

“Oppa, ingatan Dara unni belum kembali?” Kiko melanjutkan percakapan menyebalkannya tanpa memperdulikan ekspresi tidak suka yang tergambar jelas diwajah Jiyong dan Seungri.

“Ingatannya sedikit pulih.” Jiyong menjawab dingin dan melirik angka merah diatasnya… lantai 5… kantor mereka ada dilantai 7…

“Omo, benarkah? Kemarin aku dengar Dara unni menggumamkan kata-kata aneh… seperti cangkang kosong.” Kiko memperhatikan raut wajah dua orang dihadapannya. Apa dia tidak berhasil membuat sedikit kebohongan? Wajah Jiyong terlihat datar dan tidak tertarik dengan kata-katanya. “Aigooo, aku pasti salah dengar, iya kan? Hahaha.” Kiko berbalik memunggungi kedua orang itu sambil memiringkan kepalanya dengan bingung. Apa Jiyong sudah tahu? Tentang Dara? Apa Dara sudah menceritakan semuanya? Dan mereka berdua terlihat baik-baik saja?

Jiyong merasakan Seungri menyodok perutnya pelan, dia menoleh dan menatap Seungri yang menggerakan mulutnya dengan liar. “Jangan dengarkan omong kosongnya!” Seungri berkata tanpa mengeluarkan suara dan membuat wajahnya semakin aneh dengan ekspresi yang dia buat. Jiyong mengangguk sambil tersenyum pelan. Mereka berdua bernapas lega saat pintu lift mulai menggeser terbuka, Kiko langsung melangkah cepat meninggalkan mereka tanpa menoleh sambil memasang kaca mata hitamnya.

“Wanita itu benar-benar petaka.” Seungri keluar dengan lemas. “Perutku masih merasakan efeknya sekarang, parfumnya benar-benar bencana.”

“Terimakasih untuk menyadarinya, Ri.” Jiyong menepuk punggung Seungri dan mulai memakan permen Jelly didalam kantung Jeansnya. Manis, rasanya sama seperti Dara. Manis dan menggemaskan.

======

“Unni, kau membawa cowok tampan tadi kesini? Cowok itu? Gyaaaa~” Jennie memegang pipinya dengan senang dan masih melongok keluar beberapa kali semejak kepergian Ill Woo.

“Daebak.” Lee Hi berkata pelan sambil melahap JJampong. “Unni, pastikan Jiyong oppa tidak akan tahu kau menemui pria lain.”

“Kenapa?” Dara mengerutkan kening dan menggigit mentimun dalam saladnya.

“Kenapa?” Chaerin hampir tersedak mendengar pertanyaan Dara. “Yaaa, dia itu tipe cowok yang sangat protektif dan pecemburu. Apa yang jadi miliknya tidak boleh disentuh-sentuh orang lain. Unni, kau harus mengingat setiap detail sifat Kwon Jiyong mulai dari sekarang.”

“Yang kutahu dia itu sangat sabar dan sangat melindungiku. Dan dia tidak suka jika aku memakai pakaian yang terlalu menunjukan banyak kulit.” Dara menggembungkan pipinya. “Lagi pula, aku hanya berteman, Ill Woo terlihat sangat kesepian dan bahkan dia akan mati dalam waktu 2 minggu! Bagaimana bisa aku bersikap dingin dengan orang malang seperti itu?”

“Siapa itu Ill Woo?”

Seluruh orang dimeja mendongak menatap Bommie yang datang dengan kaleng coke ditangannya. Mereka terlalu asik makan dan mengobrol sampai tidak menyadari kedatangan Bommie.

“Dia kenalan Dara unni.” Jennie berkata senang.

“Dara-yaa! Kau tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bermain-main dengan pria! Ingat apa yang terjadi padamu kemarin malam? Kau hampir membuatku gila karena cemas!” Bommie berkata kesal dan membanting tubuhnya ke kursi disebelah Dara.

“Aku baik-baik saja Bommie, Aku minta maaf. Setidaknya sekarang aku baik-baik saja dan aku ingin menikmati hidupku. Jadi, tolong jangan bahas masalah itu.” Dara menyodorkan salad yang penuh cherry dan lemon pada Bommie. “Makanlah, belakangan ini kau terlihat kelelahan.”

“Aku merasa ada yang tidak beres pada tubuhku, mungkin sore ini aku harus kedokter.” Bom memijat tengkuknya dan menatap makanan tanpa minat.

“Omo, Nuuna, kau sakit?” Jinwoo yang sedang sibuk dengan nota ditangannya mendongak dengan khawatir. Biar bagaimanapun, Bommie nuuna adalah idolanya, dan jika Bommie nuunanya sakit, Jinwoo benar-benar merasa sangat sedih. Lee Hi mendengus kesal dan memutar bola matanya saat melihat ekspresi wajah Jinwoo.

“Aku baik-baik saja, Jinwoo-yaah. Hanya kelelahan, dan Lee Ha Yi, kau tidak usah cemburu seperti itu.” Bommie melambaikan tangannya dengan pelan dan membuat wajah Lee Hi memerah.

“Kenapa? Aku cemburu pada banci itu?” Lee Hi melotot dan menunduk pada makanannya lagi saat wajahnya memerah, Jinwoo hanya mencibir dan melanjutkan pekerjaannya.

“Roo, ada masalah dengan Seungri?” Bom memajukan wajahnya dan menatap Chaerin yang terlihat lesu.

“Unni, aku tidak tahu apakah aku masih bisa melihatnya lagi atau tidak. Aboji benar-benar marah dan aku tidak berani untuk memberontak padanya. Aku adalah anak yang sangat dibanggakannya dan aku takut akan mengecewakan.”

Lee Hi mendengus. “Dibanggakan? Ya, Unni, Aboji menginginkanmu masuk akademi militer untuk bisa bekerja di Blue House, dan kau menolaknya. Dari awal, kau sudah mengecewakan Aboji.”

Chaerin menjitak kepala Lee Hi dan menatap kesal gadis itu. “YA! Memangnya kau tidak mengecewakannya? Kenapa kau nongkrong disini? Huh? Harusnya kau memegang pistol berlaras panjang dan menjadi guard Kepresidenan!”

“Seungri pasti akan menemukan jalan.” Bom menyendok saladnya dan memasukannya kedalam mulutnya dengan cepat. “Jangan khawatir Roo… walau Seungri terlihat hanya bisa main-main, tetapi dia tipe pria yang bisa diandalkan.”

“Si idiot itu! Aku harap dia tidak melakukan sesuatu yang bodoh untuk mengatasi masalah ini!” Chaerin mencacak mentimun dan kembali cemberut. Perasaannya tidak enak, dan ini pasti menyangkut panda gila yang sedang dia rindukan itu.

======

Dara menatap jam tangannya. 20:15 KST. Jiyong bilang akan segera menjemputnya, dan Dara menurut, Bommi mulai mengunci meja kasir dan berjalan menghampirinya.

“Maaf, aku harus menutup toko lebih awal karena aku harus ke Rumah Sakit. Ada yang tidak beres dengan kondisiku sekarang.” Bommie duduk disebelah Dara dan menatap jalanan yang ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang melalui kaca Butik. Chaerin dan Lee Hi pulang lebih dulu karena ada pertemuan penting dikeluarganya, sedangkan Jinwoo dan Jennie baru saja berpamitan beberapa menit yang lalu.

“Pergilah Bommie, aku akan tunggu diluar, sebentar lagi Jiyong akan datang.” Dara tersenyum dan mengelus tangan Bom dengan sayang. Dia tidak tahu harus mengucapkan terimakasih sebanyak apa pada Bom. Bom selalu ada untuknya dan selalu menenangkannya, membuatnya berpikir dengan akal sehat ketika dunianya seolah runtuh, memeluknya dan mendengarkan keluh kesah yang tidak bisa Dara ceritakan pada Jiyong. Bommie seperti sosok seorang kakak bagi Dara, dan dia bersyukur bisa memiliki sahabat seperti ini.

Bom tersenyum dan menyandarkan tubuhnya pada Dara. “Ngomong-ngomong, siapa sebenarnya Jung Ill Woo?”

“Kenapa tiba-tiba bertanya tentang dia?” Dara mengerutkan kening dan sosok Jiyong yang sedang berkelebat dalam otaknya langsung digantikan oleh sosok seorang pria tinggi dengan wajah tampan yang dia temui siang itu.

“Tidak kenapa-napa, hanya penasaran, karena sepertinya kau tertarik padanya.”

“Tertarik?” Dara hampir tertawa, tertarik? Tidak sama sekali, dia lebih tertarik pada sosok pria yang postur tubuhnya tidak terlalu tinggi dan memiliki bola mata cokelat, juga memiliki kepribadian yang bisa membuat Dara kesal sekaligus senang ketika sedang bersama dengannya “Tidak Bommie, lebih tepatnya aku… kasihan padanya.”

“Kau tidak tahu apapun mengenai Ill Woo, lebih baik menjauh dari orang asing itu Dara…” Bommie berkata pelan dan bangkit saat melihat mobil hitam terparkir didepan toko mereka. Dara ikut bangkit dan berjalan keluar butik.

TOP keluar dari mobil dan menyambut istrinya dengan hangat, walau wajahnya terlihat sangat letih, pria itu tetap tersenyum pada mereka.

“Jiyong sebentar lagi akan sampai, tadi dia tertahan oleh beberapa dokumen.” TOP berkata pada Dara yang berdiri diam. Dara mengangguk dan tersenyum.

“Kau yakin mau menunggu diluar? Udaranya cukup dingin Dara.” Bom menatap Dara dengan pandangan bersalah.

“Tidak apa Bommie, aku jarang menghirup udara malam belakangan ini. Pergilah dan berhati-hati.” Dara mendorong Bom kemobilnya dan menoleh pada TOP. “Tolong jaga alien itu, berhati-hatilah. Aku benar-benar khawatir melihatnya lesu seperti itu.”

“Tenang Dara-yaa. Bommie biasa seperti ini jika dia sedang tertekan, berhati-hati juga. “

Dara membungkuk pada TOP dan melambai pada Bom. Sambil merapatkan jaket army yang kebesaran untuk tubuhnya, Dara tersenyum tipis menatap kepergian pasangan itu.

“Haaah, aku ingin sekali makan teook.” Dara bergumam pelan saat mobil TOP dan Bom menghilang ditikungan jalan dan memandang langit malam, langit malam kota Seoul yang tidak berbintang. Dengan perlahan, Dara duduk di depan pelataran butik diantara undakan. Dia menopang dagunya sambil menatap orang-orang yang berlalu lalang didepannya. “Haruskah aku mengajak Jiyong makan teook?” Dara kembali bergumam dan perutnya mulai keroncongan saat membayangkan kue beras pedas yang mengepulkan asap. Tiba-tiba ponselnya berdering, dengan sedikit tersentak, Dara merogoh saku jaket dan tersenyum melihat nama Jiyong tertera disana.

Dara, aku akan sedikit terlambat, mungkin 15 menit lagi sampai sana. Kau baik-baik saja menunggu?” Dara tersenyum mendengar suara khawatir Jiyong. Dia tidak pernah membayangkan ada orang lain yang kelewat khawatir padanya selain orang tuanya.

“Uhm! Aku akan tunggu! Jangan khawatir!” Dara berkata dengan bersemangat.

Arasso, tunggulah sebentar lagi… aku mencintaimu.” Jiyong berkata manis, terdengar suara lain yang ribut berkata “Awww~ aku juga mencintaimu Jiyongie~” Kemudian suara tawa dan suara orang lain yang mengerang.

“Apa Seungri ada disana?” Dara terkikik mendengar keributan diseberang saluran.

Yeah, dia ikut bersamaku.” Jiyong berkata muram.

Nuuna, Jiyongie oppa hampir saja memperkosaku! Tolong selamatkan aku!” Seungri berteriak dengan suara yang dimirip-miripkan dengan perempuan.

YA! KAU MAU MATI?!!!” Jiyong berteriak dan terdengar suara jitakan kencang disusul suara Seungri yang mengaduh. “Dara, berhati-hatilah dan tunggu aku, aku bisa gila kalau bersama panda ini lebih lama lagi.”

“Baik! Berhati-hati mengemudi Ji, dan jangan terlalu menyiksa dongsaeng manis seperti Seungri.”

Nuunaaaaaaaa, aku mencintaimuuuh.”

YA! Tidak boleh ada yang bilang cinta padanya selain aku!

Dara terus terkikik geli sampai sambungan teleponnya terputus.

“Sepertinya itu dari suamimu ya?”

Dara tersentak dan langsung mendongak kaget ketika mendengar suara itu, Ill Woo berdiri disampingnya dengan sekantung makanan dan bir ditangan kanannya. Dara mengangkat alisnya menatap pria itu. Apa yang sedang dia lakukan disini? Apa sedari tadi Ill Woo memperhatikannya?

“Uh… uhmmm, ya… itu dari suamiku. Aku sedang menunggunya menjemputku. Apa yang kau lakukan disini?”

Ill Woo tersenyum tipis saat mendengar penjelasan Dara, wanita yang jongkok dihadapannya sedang menunggu suaminya dan dia malah berdiri disini seperti idiot sambil memandang keindahan yang sudah menjadi milik orang lain.

“Boleh aku duduk disampingmu?” Ill Woo berkata pelan dan mengangkat bungkusan yang dibawanya. “Aku sedang mencari makan malam, tidak sengaja melihatmu nongkrong-nongkrong disini.”

Dara tersenyum dan menepuk ruang kosong disampingnya. “Jadi kita berteman?” Dara berkata bersemangat ketika Ill Woo duduk disampingnya, sambil terkikik senang layaknya remaja yang baru saja mendapatkan teman baru, Dara merogoh tasnya dan mengeluarkan segenggam permen jelly. “TaaaDaaa!” Dara menyodorkan bungkusan kecil warna warni itu ke depan hidung Ill Woo. Ill Woo mengerutkan kening menatap benda ditangan Dara.

“Apa… itu?”

“Ini? Permen jelly, jangan bilang padaku kalau kau belum pernah lihat permen ini!” Dara cemberut, itu mustahil, mana ada manusia yang tidak tahu bentuk permen?!

Ill Woo tertawa ringan, permen jelly? Dia hanya tahu bentuk peluru, bom, misil, dan alat pembunuh lainnya. Benda berwarna-warni ditangan Dara terlihat lebih menakutkan dan mematikan dari semua alat pembunuh itu. Ill Woo tahu, jika dia menerima permen itu, maka dia benar-benar akan terbunuh secara perlahan-lahan. Dia tidak suka itu, dia hanya ingin cara mati yang cepat sehingga dia tidak perlu memikirkan rasa sakit lagi, seperti ditembak oleh puluhan peluru, atau diledakan oleh bom. Cara mati seperti itu akan membuatnya lebih sedikit berpikir mengenai ‘Apa alasan aku hidup sampai detik ini?’

“Aku tidak suka eeerrr… permen. Yah, aku tidak suka makanan manis. Kau bisa memberikanku sekotak rokok mahal dari pada permen itu.” Ill Woo mendorong tangan Dara menjauh dari wajahnya. Wanita disampingnya terlihat sangat kecewa.

“Aku selalu memberikan ini pada temanku. Ini tandanya kita berteman. Dan warna-warni yang imut ini menandai bahwa kita akan berteman dengan sangat lama, menjalani segala rasa sedih dan senang bersama. Warna-warni dari kejadian yang kita lalui.” Dara kembali menatap Ill Woo dan memasang tampang lugu dengan mata bulat sempurna. Membuat Ill Woo lagi-lagi merasakan kehangatan yang belum pernah dia rasakan.

“Kita tidak bisa berteman dengan sangat lama, kau ingat? Aku akan segera mati.” Ill Woo berkata pelan dan mulai merogoh kantung plastiknya, dia mengeluarkan satu kaleng bir murah dan menyodorkannya pada Dara.

Dara mengerutkan hidungnya. “Kau benar-benar akan mati? Cobalah berhenti minum dan makan sesuatu yang membuatmu kehilangan kesadaran. Kau bisa makan makanan manis dan sehat. Seperti ini!” Dara kembali menyodorkan permen jellynya ke wajah Ill Woo.

“Tidak, aku benci makanan manis.”

“Aku juga benci makanan pahit, jadi jangan sodorkan bir itu padaku.” Dara memberengut kesal, dia mengambil bungkusan Ill Woo dan segera memasukan permen-permen Jelly ditangannya dan tidak memperdulikan protes Ill Woo.

“Kita berteman!” Dara menepuk tangannya dan menatap wajah Ill Woo yang sedikit memerah. Pria itu sedang malu?

Dara kembali duduk tenang dan memandang orang-orang yang berjalan didepan mereka, seorang kakek dan nenek berjalan sambil saling begandengan tangan. “Menurutku, pasangan yang bisa hidup sampai tua itu benar-benar mengagumkan.” Dara kembali menopang dagunya sambil memperhatikan kakek dan nenek sedang menunggu bus. “mereka bisa menepati janji mereka pada tuhan saat mereka menikah. Banyak pasangan yang bercerai ketika usia pernikahan mereka semakin tua. Berbagai alasan egois yang saling menyakiti satu sama lain.”

“Perkataanmu itu seperti kau sedang memikirkan untuk bercerai.” Ill Woo membuka kaleng birnya dan meminumnya, pria itu mengerutkan kening merasakan rasa pahit dan panas masuk kedalam tenggorokannya.

“Yah… aku berusaha untuk tidak memikirkannya.” Dara mendesah. “Ya, apa kau sudah menemukan jawaban yang kutanyakan padamu siang tadi?”

“Apa alasanku hidup selama ini?” Ill Woo menoleh dan menatap wajah cantik Dara. Apakah dia mulai mabuk? Wanita disampingnya benar-benar terlihat sempurna. Dia memiliki wajah yang sempurna, kulit yang sempurna, dan kebaikan hatinya yang membuat pembunuh berdarah dingin seperti Ill Woo merasakan kehangatan dari ketulusannya.

“Ya, apa alasanmu hidup selama ini? Kita akan lakukan alasan yang membuatmu bertahan sampai sejauh ini. Masih ada waktu dua minggu, sebelum kau menyesal. Kau tahu? Mati itu terlihat sangat menakutkan, ketika kau tidak mampu mendengar suara, tidak bisa menggerakan tubuh, dan merasakan jantungmu berdetak semakin lemah. Itu… sangat menakutkan kan?”

Ill Woo terdiam. Sangat menakutkan? Tapi aku melihat ayah dan ibuku digantung didepan mataku. Itu terlihat tidak begitu buruk dari pada menjadi boneka Korea Utara. Ill Woo menatap bola mata bening milik gadis dihadapannya. Apa alasan dia hidup selama ini? Tidak ada… tapi sekarang…

“Mati tidak buruk juga.” Ill Woo berkata pelan, bola mata Dara bergetar dan bibirnya mengerucut kecewa atas jawaban Ill Woo. “Itu yang kupikirkan selama ini, tidak buruk juga jika mati karena tidak ada seorangpun yang peduli akan keberadaanku selama ini. Jika aku mati, tidak ada seorangpun yang akan menangis untukku, jika aku mati, tidak ada seorangpun yang akan mengingatku. Jadi mati itu adalah hal yang bagus untukku.”

“Tapi aku pasti akan menangis, dan aku akan mengingatmu disisa hidupku. Kau itu temanku kan?”

Jantung Ill Woo terasa diremas sesuatu saat kata-kata itu keluar dari mulut Dara. Apa ini nyata? Apa gadis dihadapannya bukan sebuah ilusi indahnya?

“D, Dara…” Tangan Ill Woo tiba-tiba bergerak menyentuh kepala Dara, dia mengelus rambut halus Dara… ini nyata… wanita ini benar-benar nyata… “Aku rasa aku sudah menemukan jawaban dari pertanyaanmu, alasanku hidup selama ini… tidak ada… sampai saat aku bertemu denganmu. Aku pikir, alasanku untuk hidup saat ini adalah… kamu… karena aku ingin terus berbicara seperti ini denganmu. Tertawa bersama, dan, dan, berteman.”

Senyum Dara terkembang saat dia menatap wajah dingin Ill Woo menjadi lembut saat menatapnya, tiba-tiba Dara sedikit tersentak saat menyadari sesuatu.

Tangan Ill Woo yang berada dirambutnya, dan sorot pandangan mata seseorang. Dengan cepat Dara menyingkirkan tangan Ill Woo dan menoleh untuk membuktikan kalau firasatnya benar.

Disanalah dia berdiri. Kwon Jiyong, wajahnya yang muram, dengan rahang mengeras menahan gejolak emosi yang meluap didalam hatinya. Tangan Jiyong mengepal saat matanya melihat Jung Ill Woo berada tepat disamping Dara.

“Dara… apa dia suamimu?” Suara Ill Woo terdengar sayup ditelinga Dara. Dengan perlahan Dara mengangguk.

“Jiyong….” Dara bangkit berdiri namun tidak sanggup melangkahkan kakinya, kenapa dia bertindak seperti seorang istri yang kepergok bercinta dengan pria lain? Ini jelas-jelas konyol! Tetapi sorot mata Jiyong membuatnya tidak bisa bergerak.

“Jiyong?” Ill Woo berdiri kaku disamping Dara. “Kwon Jiyong???”

“Kamerad Lee hanya meminta kita membunuh dua orang dari kumpulan badut itu.”

“Siapa itu?”

“TOP dan Kwon Jiyong.”

Dara melihat Seungri pucat pasi dibelakang Jiyong. Dia seperti sedang menghadapi kematiannya sendiri.

Tidak! Seungri Berteriak dalam hati. Jung Ill Woo? Dara nuuna??? Bagaimana misi mata-mataku berhasil??? Mereka… kenapa semuanya jadi kacau! TUHAN! SELAMATKAN NYAWAKU!

~To be Continue~

 

Thanks for reading n comments! Sebenernya kurang yakin sama part ini, berapa kalipun saya baca ulang, tetep aja berasa ada yang kurang -___- semoga tidak mengecewakan ya! terimakasih sekali lagi, have a nice day! FIGHTING ALL ^,~

<<back next>>

97 thoughts on “My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #9

  1. Dun like Dara,why she always friendly 2other guys but not jiyong?is she like flirting?OMG… jiyong always so sweet to her,how can she did such thing?let enemy kil her own husband?:(

Leave a comment