[SongFic] Love Story

12626093_426031890926839_1279108837_n(1)Love Story

by Dee XXI


a SongFic, inspired from Taylor Swift – Love Story

Oneshoot | Romance-Fluff | G

Starring :
KWON JIYONG |PARK SANDARA|

 

.

.

.

“nona, tuan jiyong menunggu anda di luar” ucap seorang pelayan kepadaku, aku hanya diam di tempatku. Aku duduk di tangga rumahku tak bergeming sedikitpun. Aku sangat marah pada namja bernama kwon jiyong itu.

“dara, ppali, temui jiyong, kau dapat bertanya kepastian itu padanya. Bukankah kau masih belum percaya pada ucapan kami? Mengapa kau hanya duduk diam disini?” tanya eomma, kuyakin eomma sedang mengkhawatirkanku. Aku tetap tak bergeming, pundakku naik turun mengikuti irama isakanku yang tak bersuara. Aku menangis dalam diam.

“noo-noona” panggil sanghyun. Ia adikku, umurnya masih 3 tahun beberapa bulan yang akan datang. Aku mendongak menampilkan wajah kusam dan mata sembabku. “eomma” ucapnya mendongak ke arah eomma. Eomma menghampiriku dan mengelus lembut puncak kepalaku.

“ulljimalayo chagi, itu masih sangat lama, perusahaannya masih akan tetap berada disini untuk beberapa bulan kedepan. Ppali, temui jiyong” ucap eomma.

Aku masih diam mematung, aku beranjak menuju kamar dan menutup pintunya cukup keras. Aku merebahkan tubuh mungilku di atas kasur dengan sprei merah mudaku.

Tack… tack… tack…

Aku menoleh ke arah pintu kaca balkonku. aku yakin pelakunya adalah namja menyebalkan itu. mau apa lagi dia melemparkan batu kerikil. Aku berjalan ke arah pintu kaca dan keluar dengan perasaan kesal.

“berhenti melemparkan batu-batu sialan ini! Kau bisa memecahkan pintu kaca milikku kwon jiyong!!!” teriakku melemparkan batu batu yang tadi di lemparkannya ke atas balkon kamarku.

“dara-ya kajja kita bermain, mengapa kau tidak mau bermain bersamaku? Aku telah menunggumu disini selama beberapa jam. Apakah kau marah padaku? Katakan mengapa kau marah? Mianhae dara-ya” ucapnya berteriak. Aku memajukan bibirku, tidakkah dia berfikir mengapa sikapku menjadi seperti ini? Dasar namja babbo!

“pergi dari sini kwon jiyong! aku membencimu! Jeongmal!” ucapku lalu pergi dari balkon, kembali ke kamar tidurku. Aku memasuki ruang musikku dan mulai memainkan piano yamaha milikku, memainkan sebuah melody pachelbel canon in D major untuk menenangkan emosiku.

Aku kembali tersadar dari lamunanku, itu adalah kejadian beberapa tahun yang lalu, mungkin 14-15 tahun yang lalu. Aku kembali sadar pada kenyataan. Ya, dia pergi meninggalkanku 2 minggu setelah aku marah padanya, ia akhirnya menjelaskan dan tetap pergi meninggalkanku.

Flashback on

Sehari sebelumnya

Aku mengendap di pekarangan rumah, taman belakangku ini adalah jembatan menuju rumah jiyong. aku mengendap seperti maling yang akan mencuri sesuatu. Aku mengintip di antara pagar rumput hias yang dipakai untuk membatasi wilayah kami dan sebagai hiasan rumah kami. Aku mengintipnya sedang tertidur di bawah pohon maple di rumahnya.

“dara” panggil seseorang yang dapat ku yakini itu adalah appa. Aku menoleh dan tersenyum innocent ke arahnya.

“apa yang kau lakukan dara? apakah kau mengintip jiyong-lagi?” tanya appa. Aku membulatkan mataku tidak percaya, apakah appa selalu mendapatiku mengintip namja menyebalkan itu?

“an-anni, aku- aku hanya sedang melihat apakah kwon seunghyun ada disana” ucapku berbohong. Aku menundukkan wajahku dan memainkan jemariku.

“kau pembohong yang bodoh dara. jangan berbohong pada appamu” ucap appa. Aku hanya dapat meruntuki diriku yang bodoh ini. Aku tahu aku sangat payah dalam berbohong.

“temui jiyong, jika itu yang kau inginkan. Dia selalu datang kemari untuk mengajakmu main.” Ucap appa. Aku mendongakkan kepalaku dan menatap appa. Apakah itu benar? Bukankah aku sudah bilang padanya untuk tidak menemuiku lagi karena aku membencinya?

“nona, tuan jiyong datang kemari, ia meminta anda untuk datang menemuinya” ucap pelayan kim. Aku menatap appa dengan tatapan bingung. Eottokhaeyo?

“temui dia dara, tetaplah menjadi julietnya, jangan membuatnya menunggu. Arra?” ucap appa lalu beranjak pergi meninggalkanku berdua bersama pelayan kim. Aku tersenyum lalu mengangguk ke arah pelayan kim. Pelayan kim mengantarku ke depan untuk menemui jiyong. ia duduk di tangga teratas menuju rumahku. Aku tersenyum ke punggungnya lalu berdeham. Ia menoleh dan tersenyum manis ke arahku. dia sangat tampan. Romeo-ku, jiyong-ku, sahabat-ku, naga-ku.

“apa kau sudah memaafkanku?” tanyanya bangkit menghampiriku. Aku menyilangkan tanganku di depan dada dan memalingkan wajah tanda masih marah padanya.

Aku melirik ke arahnya, ia tengah memejamkan matanya frustasi. Apakah ia sefrustasi itu saat melihatku marah padanya? Aigoo aku menyukainya!

“mianhae dara-a, mianhae juliet. Apa yang membuatmu marah eoh?” tanyanya menatapku, tatapannya memelas.

“aku marah padamu karena kau akan meninggalkanku” ucapku cemberut.

“kajja kita bermain. Aku tidak ingin membahas hal itu sekarang. Aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu” ucap jiyong menarikku ke arah mobilnya. Kami menaikki mobil sedan berwarna kuning cerah milik jiyong. kami membelah jalanan seoul menuju pinggir kota.

1 jam kemudian kami telah sampai di sebuah taman dengan bunga dandelion dan ilalang yang tumbuh tinggi. Ini adalah tempat bermain kami. Sangat jauh bukan? Kami memang anak nakal! Aku berlari menarik tangan jiyong setelah mobil ini berhenti. Sepanjang perjalanan kami bercanda dan tertawa. Aku sangat menikmati perjalanan kami.

Jika kalian bertanya mengapa kami bisa sampai di tempat ini pada umur kami yang masih sangat muda? Itu terjadi saat aku dimarahi appa karena menangisi sanghyun, aku marah pada appa dan mengajak jiyong kabur dari rumah. Aku menangis dan jiyong hanya menenangkanku, kami sepasang anak kecil yang membawa ransel besar berjalan tak tentu arah selama beberapa jam dan mungkin hampir 6 jam kami berjalan dan kami sampai di tempat ini.

“dara” panggil jiyong, aku menoleh ke arah jiyong dan tersenyum manis.

“apakah kau memaafkanku?” tanya jiyong, aku mengangguk masih dengan senyum manis di bibirku.

“mianhae, apakah kau marah karena aku akan pergi?” tanya jiyong, seketika senyumku meluntur dan kini bibirku cemberut.

“kau tidak akan pergi kan ji? Katakan padaku kau takkan meninggalkanku sendiri kan ji?” tanyaku berbalik ke arahnya. Aku dan dia kini berhadapan, aku menatap lurus ke arahnya. Ia beranjak bangun dari duduk santainya, aku mengikutinya dan berdiri di hadapannya.

“tutuplah matamu dara” ucap jiyong, aku menuruti dan menutup mataku dengan kedua tanganku.

“permisi” ucapnya dari arah belakang, lengannya menyenggol tanganku, dia sedang memasang sesuatu di sekitar leherku.

“sekarang buka matamu” ucapnya kembali di tempat semula. Aku menurunkan kedua tanganku dan mengerjapkan mataku. aku menunduk melihat sebuah bandul kupu-kupu menggantung indah di leherku.

“aigoo, neomu yeoppo! Jeongmal kyeopta!” ucapku berteriak melihat kupu-kupu dengan warna favoriteku.

“aku akan pergi ke new york besok. Aku harap kau tidak marah lagi padaku dan kuharap kau akan tetap disini untukku.” Ucapnya lalu menarik nafas panjang, aku diam menunggu kata berikutnya. “ juliet, tetaplah disini ne, aku berjanji akan kembali padamu suatu hari nanti” ucapnya tersenyum

“yaksok? Bagaimana jika kau berbohong padaku? Aku mohon romeo, jangan tinggalkan aku. Aku tidak ingin sendiri disini” ucapku, suaraku mulai bergetar, mataku memanas, dan detik selanjutnya setitik air mengalir menjadi sungai kecil di pipiku.

“ya, ulljimalayo. Mianhae, jeongmal mianhe. Aku harus pergi” ucapnya menghapus air mataku. aku meraih tangannya dan menarik narik tangannya.

“jeongmal teonagajima” ucapku masih menarik lengannya. Ia memelukku, aku membalas pelukannya dan berjanji untuk tidak melepaskannya, namun ia melepaskan pelukannya itu dan tersenyum ke arahku.

“yaksokhae aku akan kembali setelah beberapa tahun” ucapnya masih tersenyum, jemarinya kembali menghapus sungai kecil di pipiku. “kajja kita pulang, ini sudah sangat sore” ucapnya menarikku kembali ke tempat mobil terparkir. Aku hanya dapat mengikutinya dari belakang.

Flashback off

Di tempat inilah dia berjanji untuk kembali padaku, tapi hingga sekarang ia tak pernah menemuiku. Bahkan untuk memberi tahu kabarnya pun. Apakah dia baik-baik saja? ini sudah mulai musim gugur dan beberapa hari yang akan datang adalah hari ulang tahunku. Seperti 15 tahun yang lalu, aku tak pernah merayakannya bersama lagi.

Rasa percayaku mulai meluntur seiring berjalannya waktu, apakah ia masih mengingat janji itu? lupakan! Mungkin dia sedang berbahagia bersama yeoja yang lebih baik dibanding aku sekarang. Aku memejamkan mataku untuk menikmati semilir angin musim gugur.

“noona!” panggil seseorang dari arah belakangku. Aku menoleh, seorang namja berumur 19 tahunan berdiri di belakangku. Umurnya 5 tahun dibawahku dan umurnya sama dengan umur adikku sanghyun.

“seungri-ah” panggilku, ia mendekatiku dengan senyum manisnya

“kajja noona, kau sudah 1 jam disini, kau bilang padaku akan mengajariku bermain gitar setelah kau menghabiskan satu jam disini” ucapnya memajukan bibirnya. Aku tertawa seraya mengacak rambut coklatnya.

“ne, kajja. Tapi, kita hanya bermain satu lagu saja ne” ucapku memberi peraturan. Ia mengangguk dan tersenyum. Kami berjalan menuju mobil range rover milikku dan meluncur menuju rumah kedua orang tuaku.

Jika kalian berfikir aku adalah seorang guru les gitar itu salah. Aku seorang manager di sebuah perusahaan milik appa-ku.

Aku dan seungri berjalan ke arah ruangan di dalam kamarku, ruangan itu adalah ruang musikku. Aku dan jiyong selalu menghabiskan waktu disini, setelah kami saling kenal pada acara memperingati pernikahan kedua orang tuaku 19 tahun yang lalu.

Flashback

Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun appa dan eomma yang ke 5 tahun. aku tidak terlalu suka party, dan ini adalah pesta dengan gaya eropa. Aku berdiri di balkon utama bersama gaun merah muda milikku. Menikmati para tamu undangan yang tengah mengucapkan kata selamat kepada kedua orang tuaku dari atas sini. Aku mengedarkan pandanganku untuk mencari objek yang menarik hingga aku bertemu tatap dengan seorang namja dengan tuxedo hitam dan kemeja putih yang ia kenakan. Ia menerobos beberapa tamu undangan yang datang. Berjalan ke arah pintu masuk ke rumahku. Aku mengikutinya dengan tatapan bingungku. ‘apa yang ingin ia lakukan?’ tanyaku dalam hati. Aku melihat appa dan eomma seperti memanggilnya karena ia berhenti berjalan lalu membalikkan badannya ke arah appa dan eomma. Sedikit bercengkrama dan- mengapa ia menunjuk ke arahku? appa dan eomma menengadah dan melihat ke arahku. aku tetap menatap mereka bertiga, aku ingin tahu apa yang sedang mereka lakukan. Aku mengedikkan bahuku acuh. Aku kembali menatap kerlip lampu yang menghiasi garden party milik kedua orang tuaku.

“ha-hallo” aku mendengar seseorang menyapaku dari belakang. Aku menoleh dan mendapati seorang namja dengan balutan tuxedo hitamnya, dia namja yang tadi!

“hai” ucapku tenang. Aku tersenyum melihat senyuman manis darinya. ia sangat tampan dengan balutan formal seperti itu. apakah ia akan menikahiku?

“apakah pemandangan disini terlihat indah?” tanyanya mulai mendekat ke arahku. aku menoleh sebentar lalu kembali menatapnya.

“ya, disini sangat indah. Kau dapat melihat kerlip lampu dan beberapa hiasan yang terpasang disana akan terlihat lebih cantik dari sini” ucapku menjawab pertanyaannya. Ia mengangguk dan detik berikutnya ia telah berada di sampingku. Ia ikut memandang ke bawah, memandang garden party yang diadakan oleh kedua orang tuaku.

“kau benar, disini terlihat lebih indah. Tapi tetap tidak seindah yeoja disampingku” gumamnya. Omo! Apa yang baru saja ia katakan?

“maaf?” tanyaku memintanya mengulang kalimat terakhir.

“lupakan. Siapa namamu?” tanyanya tersenyum manis kearahku. Aku membalas senyum manisnya

“sandara park. kau bisa memanggilku dengan sebutan dara” ucapku

“kau terlihat seperti juliet. Mulai sekarang kau aku panggil juliet dan kau akan menjadi julietku kelak” ucapnya dengan senyum mengembang di wajah tampannya. Aku ikut tersenyum malu. Tentu saja, aku yakin wajahku sudah sangat merah karena merona.

“lalu namamu?” tanyaku mengalihkan merona di pipiku

“aku jiyong, kwon jiyong. kau dapat memanggilku romeo” ucapnya tersenyum manis. Apakah ia memiliki kelainan untuk terus tersenyum? Oh god! Aku akan terkena diabetes karena melihat senyum manisnya.

“jadi dara apakah kau akan tetap berada disini?” tanyanya. Aku berfikir sejenak.

“entahlah, mungkin ya” ucapku pada akhirnya. Ia mendengus pelan sebelum beranjak pergi

“kajja kita turun, para tamu mencari kehadiran anak pertama Park Ahjussi. Mereka menyangka bahwa sanghyun adalah anak pertama mereka. Kajja” ucapnya menarik tangan kananku. Aku mengangkat rok balon gaunku dan mengikutinya keluar.

Kami berjalan dalam suasana hening. Jiyong menarikku cukup lembut, ia tidak ingin aku terjatuh karena kesulitan berjalan. Ia sangat perhatian, sesekali ia membantuku menyibakkan rok balonku yang cukup menyiksa ini.

Saat aku turun, aku disambut oleh appa dan eomma yang sedang menggendong sanghyun. Tak berapa lama beberapa tamu undangan mulai berpamitan pada kami. Tak banyak juga anak anak mereka yang kufikir seumuran denganku berpamitan padaku dengan sopan.

“apakah kau tidak pulang?” tanyaku pada jiyong. ia menoleh ke arahku dengan tatapan horor.

“kau mengusirku?” tanyanya tidak percaya. Aku membulatkan mataku

“tidak- aku hanya. Ya kemana kedua orang tuamu?” tanyaku. Aku tidak melihatnya bersama kedua orang tuanya sejak tadi.

“mereka sudah pulang sejak setengah jam yang lalu karena seunghyun menangis. Adikku itu tidak bisa berlama tinggal di sebuah pesta” ucap jiyong.

“kau ditinggal sendiri?” tanyaku tak percaya

“ya, aku akan menginap di rumahmu” ucapnya menaik turunkan alisnya.

“apakah-“ ucapku menggantung. Aku mendongak menatap appa. Ia hanya tersenyum kearahku lalu mengelus puncak kepalaku lembut.

“rumahnya di samping kita dara. jika dia memang ingin menginap disini. Aku akan mengizinkannya. Dia bisa tidur di kamar sanghyun” ucap appa. Aku menatap jiyong yang kini tengah tersenyum ke arahku.

“sejak kapan kau berada di rumah barumu itu?” tanyaku memastikan-

“sejak pagi tadi. Apakah kau mendengar suara batu kerikil yang mengenai kaca kamarmu?” tanya jiyong. aku membulatkan mataku tak percaya. Jadi dialah penyebabnya? Aku melihat banyak batu berserakan di lantai balkon dan juga pintu kaca-ku sedikit retak.

“jadi itu ulahmu?” tanyaku tak percaya, ia hanya mengangguk.

“mianhae, aku hanya ingin bertemu denganmu. Aku ingin bermain denganmu. Aku fikir kau akan keluar untuk menemuiku setelah 3 kali aku melempar batu kerikil itu” ucapnya menunduk. Aku merunduk untuk melihat kembali wajahnya. Aku tersenyum lalu menyentuh bahunya.

“tidak apa-apa. Hanya saja sepertinya kau terlalu kencang melemparnya. Appa, aku ingin mengganti pintu kaca di balkon kamarku. Ada sedikit retakan disana” ucapku tersenyum pada appa. Appa hanya mengangguk sambil tersenyum.

“kajja masuk, udaranya cukup dingin. Apakah kalian tidak kelelahan?” tanya eomma yang sedang menggendong sanghyun.

Kami mengangguk lalu pergi ke dalam rumah. Aku mengganti pakaianku dengan bantuan pelayan Kim. Pelayan Kim adalah baby sitterku, ya aku tahu aku bukanlah seorang bayi lagi sekarang namun aku masih bergantung pada ahjumma yang sedang merapikan rambutku yang tadi dikepang.

Keesokan harinya, aku mengajak jiyong bermain di studio musikku. Aku memiliki sebuah ruangan kedap suara yang didalamnya terdapat piano dan biola. Aku sangat suka bermain musik terlebih piano. Aku sangat mahir memainkan pachelbell canon in D major. Dan aku menunjukkannya pada jiyong mulai hari itu.

Flashback Off

Dan mulai saat itu aku selalu bermain bersamanya dan menghabiskan waktu di padang rumput dan studio milikku.

Aku telah memangku sebuah gitar berwarna putih dengan beberapa garis berwarna merah muda dan kuning. Seungri duduk disampingku, ia mengeluarkan gitar kuning cerahnya dan memangkunya. Kami memulai permainan kami detik berikutnya.

Seungri, seorang namja manis yang kukenal 5 tahun terakhir. Ia tinggal sendirian di sebuah apartement. Dan kami bertemu di taman tak jauh dari kediamanku. Dia namja yang sangat pintar. Dia dapat dengan mudah menguasai setiap lessonku pada hari itu juga. Dia memiliki wajah tampan dan dewasa. Pemikirannya juga terkadang dewasa, bahkan terkadang melebihiku. Ia sangat humoris dan banyak bercanda. Tak jarang ia akan membuatku merona karena godaannya.

“hey noona, jangan memandangku seperti itu. aku tidak akan bertanggung jawab jika suatu hari kau akan jatuh cinta padaku” ucap seungri membuyarkan lamunanku. Aku tertawa ringan mendengarnya. Begitulah dia, sangat genit pada noonanya.

Pelajaran gitar telah berakhir, setelah merapikan gitarnya seungri berpamitan padaku. Dia memintaku untuk menemaninya mengerjakan skripsi akhirnya di coffe shop biasa kami. Kami sangat dekat, bahkan tak jarang ia akan memintaku mengerjakan tugas kuliahnya. Kami benar-benar seperti sepasang adik kakak yang tak terpisahkan.

“dara-ya” panggil appa. Aku menoleh ke belakang dan melempar senyum hangatku pada lelaki paruh baya yang sangat aku cintai ini.

“apakah kau masih menjadi seorang juliet untuk romeomu?” tanya appa. Aku terhenyak mendengar pertanyaan appa. ‘apakah aku masih menjadi juliet untuknya?’ tanyaku pada diriku sendiri.

Aku mendesah panjang sebelum menjawab pertanyaan appa. Aku tersenyum sambil memainkan mulut gelas teh yang ada di hadapanku.

“entahlah, aku mulai lelah. Rasa percayaku juga sepertinya sudah mulai memudar. Aku mulai ragu akan kesetiaannya. Mungkin saja ia berkata seperti itu karena hanya aku yang berada di dekatnya saat itu dan akulah putri di pesta itu. ia belum mengeksplore mata dan hatinya untuk yeoja di luar sana. Mungkin saat ini ia sudah bahagia bersama yeoja yang lebih baik dari pada aku” ucapku lemah. Aku mengangkat gelas cangkir berisi teh hangat dan menyesapnya. Menghirup aroma teh yang menenangkan.

Appa hanya diam mendengar penuturanku. Aku menoleh ke arahnya, ia tengah menengadah ke atas. Menatap ribuan bintang yang kini sedang berkilau menghiasi malam kelam ini. Aku ikut menengadah menatap ribuan bintang itu dan melupakan sejenak rasa rinduku pada jiyong.

“tidurlah, ini sudah larut. Kau harus menggantikanku menemui klien besok pagi. Aku tidak ingin kau terlambat nona park” ucap appa tersenyum kearahku lalu beranjak pergi. Aku tersenyum ke arah appa dan mengikutinya memasuki rumah.

___

“eonni, seungri oppa menunggumu di lobby” ucap minzy padaku. Ia adalah sekretarisku disini, aku yang menyuruhnya untuk memanggilku eonni. Ia adalah temanku sejak bangku kuliah.

“baiklah aku akan turun” ucapku lalu turun kebawah untuk menemui seungri. Kami melaju menuju coffe shop favorite kami. Kami selalu makan siang disana bahkan beberapa pelayan hapal kepada kami berdua dan menyangka kami adalah sepasang kekasih.

“aku tidak ingin belajar gitar” ucapnya saat pesanan kami datang. Aku mendongak menatapnya.

“maksudmu?” tanyaku tak mengerti. Ini kali pertama ia mengatakan hal itu. bahkan saat aku dalam mood yang jelek ia akan memaksaku untuk mengajarinya gitar. Kami baru belajar gitar 6 bulan yang lalu.

“aku tidak ingin bermain gitar untuk waktu yang cukup lama. Aku fikir aku sudah mulai ahli dalam bermain gitar” ucapnya kembali meminum coffe mocchachinonya. Aku mengangguk lalu meminum coffe latte milikku.

“eum noona” panggilnya. Aku mendongak. “apakah kau masih mengharapkan romeomu itu?” tanya seungri. Aku terkejut mendengar seungri berkata demikian. Apa yang ia bicarakan? Mengapa ia membahas tentang ini?

“entahlah, ada apa?” tanyaku mencoba tetap tenang

“tidak ada. apakah kata ‘entahlah’ yang kau maksud adalah tidak?” tanya seungri. Ia seperti sangat ingin tahu terhadap perasaanku. Oow jangan katakan bahwa ia mulai menyukaiku! PD sekali kau Dara!!!!

“mungkin ya, mungkin tidak. Sejujurnya aku masih mengharapkan kepulangannya. Namun…. sepertinya itu akan sia-sia. Ini sudah sangat lama, 16 tahun lamanya” ucapku menarik nafas, ya, 16 tahun ia pergi meninggalkanku. “aku tidak yakin bahwa ia menemukan cinta sejatinya disana” ucapku menatap manik matanya. Aku terluka? Mungkin. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Lelah? Tentu, siapa yang takkan lelah menunggu seseorang dihidupnya selama itu? apakah ada yang lebih lama dari ini? Aku akan mengucapkan selamat padanya.

“bagaimana jika ia memang memiliki wanita?” tanya seungri membuatku mengernyitkan keningku. “aku hanya mengatakan bagaimana jika. Aku tidak tahu apa-apa” ucapnya memperjelas. Ya aku tahu dan itu yang aku takutkan. Aku selalu berdoa bahwa jiyong adalah jodohku dan kami akan bersama selamanya suatu hari nanti.

“entahlah” ucapku singkat

“apakah kau akan kecewa padanya?” tanya seungri. Ia bertanya tentang hal itu? kemana ia bawa otak cerdasnya? Tentu saja aku akan kecewa. Semua usahaku sia-sia jika memang itu terjadi. Aku akan sangat membenci jiyong dan diriku sendiri!

“mungkin-“ aku menggantung ucapanku beberapa menit untuk menarik nafas “ya” ucapku pada akhirnya. Aku menghela nafas panjang. Mencoba menghilangkan perasaan tak enak didadaku.

Seungri hanya mengangguk lalu kembali fokus pada cemilan yang kami pesan bersama coffe milik kami. Hening, sejak perbincangan kami yang terakhir kami hanya saling diam menikmati momen kami masing-masing. Menikmati pemikiran yang kami selam masing-masing.

Aku kembali ke kantor dan seungri kembali ke kampusnya. ia masih ada jam kuliah hingga petang nanti. Ia akan menjemputku jika ia sempat. Itulah kebiasaannya, ia sangat perhatian dan protektif terkadang.

Hari mulai senja, aku masih menunggu seungri untuk menjemputku. 15 menit pertama berlalu, 15 menit kedua, hingga menit berikutnya barulah seungri datang dengan mobil bentley putih miliknya. Aku menaiki mobil mewah itu dan kami pun melaju menuju kediamanku.

Hari ini sesuai dengan ucapannya ia tak memintaku untuk mengajarinya bermain gitar. Hari ini kami benar-benar menghabiskan waktu bersama hingga larut malam. Setelah 1 jam ia meninggalkan pekarangan rumahku ia kembali ke rumah untuk mengajakku bermain di namsan tower dan sungai han.

**

Hari ini aku bangun lebih pagi. Aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku. Seungri mengajakku berjalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan. Ini hari minggu dan aku ingin melepas segala kepenatan yang ada. di tambah kemarin seungri seolah mencuci otakku dengan terus membahas tentang jiyong yang memiliki seorang yeoja di luar sana.

“selamat pagi appa, eomma” ucapku mencium pipi kedua orang tuaku. Mereka tersenyum ke arahku lalu membalas sapaanku.

“dara, kami menerima undangan pernikahan dari jiyong. apakah kau ingin melihat undangan itu?” tanya appa lalu menoleh ke arahku. aku terkejut mendengarnya. Apakah ini benar terjadi? Hal yang tidak aku inginkan benar-benar terjadi?

“ya” ucapku menarik nafas “tapi nanti, setelah aku siap menerima kenyataan bahwa aku hanya seorang juliet masa lalunya” ucapku tersenyum getir. Air mataku mendesak keluar. Aku menarik nafas dan menahan tangisku.

Bipp bipp

Beruntunglah seungri datang tepat waktu. Aku menoleh ke arah appa dan eomma. Lalu tersenyum manis ke arah mereka sebelum berpamitan untuk pergi bersama seungri. Aku ingin melupakan ucapan appa tadi.

“maaf menunggu lama” ucapku memasuki mobil sedan hitam pekatnya.

“tak apa noona, aku baru saja sampai dan kau segera datang” ucap seungri. Aku tersenyum. Kami melaju menuju pusat perbelanjaan. Kami sangat bersenang-senang dan kufikir aku benar-benar melupakan hal yang dikatakan oleh appa tadi pagi. Aku lebih banyak tertawa saat bersama seungri. Ia benar-benar namja yang manis dan humoris. Ia dapat mencairkan segala suasana dengan sifat konyolnya. Dengan segala tingkah konyol namja di sampingku ini.

“apakah kau lapar noona?” tanya seungri saat kami telah cukup banyak membeli barang.

“sepertinya iya. Ahh aku ingin shusi” ucapku bersemangat. Seungri mengangguk lalu menarikku untuk mencari restaurant shusi di sini. Aku mengikutinya, mataku masih tetap menjelajah segala penjuru pusat perbelanjaan disini hingga mataku menangkap sosok itu. bersama seorang wanita? Apakah aku tidak salah lihat?

Tanpa kusadari aku berhenti berjalan hingga seungri ikut berhenti berjalan. Aku menatap sosok itu dan tanpa kusadari aku berjalan mendekatinya. Apakah ia benar-benar romeo yang aku tunggu? Sedang apa dia berada di toko perhiasan seperti ini? Bersama wanita yang kuakui memiliki perawakan cukup indah. Ia memiliki rambut pirang yang panjang dan lurus. Wajahnya cantik dan matanya sipit. Aku menyukai wajah kucing yeoja itu.

“jiyong?” panggilku tanpa sadar. Ia menoleh, menit berikutnya ia membulatkan matanya dan membuka mulutnya cukup lebar.

Air mataku sudah tak dapat aku bendung lagi. Aku menutup mulutku dengan punggung tanganku mencoba tidak mengeluarkan isakan. Aku berbalik lalu berlari sekuat mungkin. Aku berlari meninggalkan seungri yang berteriak memanggilku.

Aku berari hingga lantai bawah dan disinilah aku sekarang. Di taman ujung kota. Taman tempat jiyong menyatakan janjinya dulu. Sepertinya dia memang benar-benar akan menikah. Bodohnya dirimu dara bisa percaya pada janji yang diucapkan jiyong saat itu. tak sadarkah kau bahwa ia belum menjelajah seluruh permukaan bumi untuk mencari tulang rusuknya dan kau dengan bangga percaya diri bahwa memang kaulah tulang rusuk yang diciptakan tuhan untuk jiyong? babbo! Neomo babbo!!

“aku lelah ji, aku lelah! Inikah balasan untukku selama ini? Kepercayaanku mulai memudar dan kini kau menghancurkan seluruh kepercayaanku. Aku mencintaimu jiyong! aku mencintaimu kwon jiyong! mengapa kau melakukan ini padaku? Kau mengatakan padaku bahwa aku harus menunggumu. Aku menepatinya mengapa kau tidak?!” ucapku berteriak di sela isak tangisku. Aku menangis sejadinya, aku benar-benar sakit sekarang. Aku merasa ribuan pedang menembus dadaku dan tepat mengenai jantungku.

“dara” aku mendengar suara lembutnya. Suaranya tak jauh beda dari saat kami masih kecil dulu. Mungkin suaranya sedikit lebih berat dan matang sekarang. Aku menoleh dengan wajah yang berantakan.

“aku lelah ji, aku lelah menunggumu. Kau tak pernah kembali dan memberiku kabar. Kepercayaanku terhadapmu mulai memudar dan kini- kini kau menghancurkan semua rasa kepercayaanku. Apakah kau memang mencintaiku?” tanyaku. Ia mendekatiku perlahan. Aku melirik ke belakang dan mendapati yeoja berwajah kucing tadi berada di belakangnya.

“jiyong, tolong jaga aku. Aku benar-benar merasa sendiri. Aku selalu menunggumu namun kau tak pernah datang dan kini kau- kau datang. Apakah kau datang hanya untuk mengundangku ke acara pernikahanmu dengan yeoja dibelakangmu? Aku tak tahu harus mengatakan apa lagi untuk mengungkapkan segalanya. Aku merindukanmu. Aku mencintaimu. Aku kecewa” ucapku menunduk. Tepat saat aku menunduk ia sampai di hadapanku. Dengan wajah tenangnya ia meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Aku mendongak menatap mata teduhnya. Tatapannya sungguh menenangkan.

Menit berikutnya ia berlutut di hadapanku dengan sebuah kotak berwarna merah muda cerah di tangan kanan dan tangan kiri yang tetap menggenggam tanganku.

“will you marry me juliet? Mianhae. Jeongmal mianhae, aku terlalu lama meninggalkanmu. Namun kau tak pernah sendiri dara” ucapnya dengan tatapan teduhnya. Suaranya sangat menenangkan pendengaranku. Air mataku kembali mengalir.

“mak-maksudmu?” tanyaku tak percaya.

“will you marry me dara?” ulangnya. Aku bingung menjawab pertanyaannya itu. apakah?

“ayo noona terimalah!” teriak seungri. Ya aku yakin itu namja panda itu. aku mendongak dan melihatnya tengah merangkul calon istri jiyong, maaf jika jiyong melamarku lalu siapa yeoja itu?

“terimalah eonni!!” ucapnya berteriak. Yeoja kucing itu juga berteriak kearahku membuatku semakin bingung. Sebenarnya apa yang terjadi?

“dara?” panggil jiyong. aku menunduk untuk melihat wajah tampannya. Aku tersenyum lalu mengangguk.

“dengan satu syarat” ucapku cepat. Ia mengernyitkan keningnya tak percaya. “kau harus menjelaskan kepadaku maksud dari semua ini” ucapku menggigit bibir bawahku.

“pasti. Gomawo dara. saranghae” ucapnya beranjak dari berlututnya lalu memeluk tubuhku. Aku tersenyum dalam pelukannya dan membalas pelukan hangat namja di hadapanku ini.

Appa dan eomma datang bersama nyonya dan tuan kwon. Mereka berada disini?

**

Kini kami berada di sebuah gereja, jiyong memang telah merencanakan semuanya. Dan dua hari yang lalu appa memintaku untuk melihat design kartu undangan untuk acara pernikahan kami. Dan memintaku untuk memberikannya kepada teman-teman yang ingin aku undang. Aku sangat bodoh dan ini semua gara-gara seunghyun kwon! Ya seungri adalah adik jiyong. adik seorang kwon jiyong. ia adalah kwon seunghyun, namja yang seumuran dengan sanghyun. Dan jika kalian ingin tahu siapa yeoja kucing yang bersama jiyong di pusat perbelanjaan dua hari yang lalu? Dia chaerin. Lee chaerin, kekasih seungri. Mereka akan melangsungkan acara pertunangan mereka 2 bulan yang akan datang di jepang.

Janji suci telah terucap dan untuk pertama kalinya aku dan jiyong berciuman di hadapan seluruh tamu undangan. Wajahku terasa memanas karena malu. Jiyong tersenyum manis ke arahku. ia benar-benar tumbuh menjadi namja yang tampan. Aku tidak percaya bahwa jiyong telah menyiapkan ini semua.

Someone like you

Aku terpaku memandang surat undangan yang diberikan oleh appa. Untuk yang kesekian kalinya aku kembali membaca nama yang sudah sangat aku kenal tertera di dalam surat undangan tersebut. Hari ini, pukul 08.00 KTS ia akan menjadi pasangan hidup seorang yeoja yang ia pilih. Aku tersenyum getir mengingat janji yang pernah terucap olehnya dulu bahwa ia akan kembali padaku suatu hari nanti. Babbo dara! kau percaya pada mulut anak kecil?

Seseorang mengetuk pintuku pelan. Aku menoleh dan mendapati eomma tengah tersenyum manis kearahku.

“datanglah dara, sanghyun akan menemanimu kesana. Ia sangat menginginkan kedatanganmu” eomma tersenyum hangat kearahku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapannya barusan.

“saa.. palli, sanghyun telah menunggumu dibawah” ucap eomma. Aku beranjak menuju bawah, menempati kursi penumpang dan melaju menuju gereja tempat pemberkatan namja yang dapat membuatku tersenyum dan tertawa.

Ia kembali beberapa waktu lalu. Seperti yang aku bayangkan, ia kembali dan meminta restu untuk menikah padaku. Ucapan konyolnya bahkan dapat membuatku menangis semalaman. Itu yang aku rasakan.

Kami telah sampai di pelataran sebuah gereja dengan cat tembok berwarna putih bersih. Terdapat beberapa hiasan bunga berwarna putih disana-sini. Sanghyun membukakan pintunya untukku dan membawaku keluar dari dalam mobilnya.

“sepertinya kita ketinggalan acara pemberkatan mereka. Lihatlah kini mereka sedang bersalaman untuk mengucapkan selamat untuk hyung. Apakah kau ingin kembali ke rumah?” tanya sanghyun. Sepertinya ia dapat mendeteksi kesedihan di mataku.

“anni, aku ingin memberinya selamat” aku beranjak menuju area gereja. Memasuki pintu gereja dan berjalan kearahnya yang tengah tersenyum senang. Ia terlihat bahagia bersama yeoja cantik dengan balutan gaun putih yang membalut tubuh langsingnya.

“dara-ah. Akhirnya kau datang” ucapnya semangat. Ada raut bahagia di matanya.

“ji, chukhaeyo. Mian aku terlambat. Ada sedikit-“

“gwenchanha dara-ah yang terpenting kau datang keacara ini. Ahh kapan kau akan menyusulku? Aku sangat menunggu surat undangan darimu. Cepatlah cari kekasih. Apakah kau kemari bersama kekasihmu?” tanyanya dengan nada ceria. Apakah kau sangat bahagia ji?

“annio, aku datang bersama sanghyun” ungkapku tersenyum lemah. Tidak dara! kau tidak boleh terlihat lemah dihadapan jiyong.

“ahh.. segeralah cari kekasih untukmu darongie. Kau terlihat semakin tua kau tahu?” ucapnya meledek. Aku tersenyum ke arahnya. Aku beralih menatap sang mempelai wanita. Ia tampak sangat cantik. Meskipun rasa sakit ini menjalar di sekitar dadaku, aku tidak boleh terlihat rapuh disini.

“chukhaeyo chaerin-ah. Semoga kau bahagia bersama jiyong. aku titipkan jiyong untukmu ne, aku sangat menyayanginya seperti oppaku sendiri” ucapku tulus. Kulihat chaerin tersenyum manis dan mengangguk.

“apakah setelah kau menikah kau akan melupakanku jiyongie?” tanyaku bergurau

“tentu saja tidak. Dan kau jangan pernah melupakanku ne” ucapku ia tersenyum menanggapiku.

Setelah berpamitan padanya aku melangkah keluar dari gereja menuju parkiran. Sanghyun mengatakan padaku bahwa ia sudah menungguku di mobil. Aku menyebrang jalan karena rupanya sanghyun telah berada di sebrang jalan. Sekali lagi aku menoleh ke arah belakang dan mendapati jiyong tengah berlari ke arahku.

“dara tunggu” ucapnya berhenti karena ada mobil yang melewatinya. Ia hampir saja tertabrak jika tidak berhenti. Aku bernafas lega melihatnya masih dapat tersenyum. Aku menunggunya di sebrang hingga ia berhasil memeluk tubuhku. Seperti di sengat listrik dengan kekuatan yang tinggi aku merasa seluruh tubuhku menegang. Ada apa dengannya. Ia mengusap rambutku lembut dan menenggelamkan wajahnya di lekukan leherku. Ini terasa sangat nyata. Dan aku balas memeluk tubuhnya erat. Bolehkah aku memilikinya? Tidak dara jiyong milik chaerin sekarang!

“aku sangat menyayangimu dara. jangan pernah berubah ne. I Love You Baby Girl” bisiknya saat ia memeluk tubuhku. Suaranya sangat jelas dan nyata. Oh tuhan apa yang telah ia katakan. Aku merasakan ia melepas pelukannya dan menjauhiku. Ia berjalan mundur hingga sebuah mobil menabraknya tiba-tiba.

“JIYONGGGG!!!!” teriakku. Seketika itupun aku tersadar dari mimpiku. Aku terduduk di atas kasur berwarna putih. Tunggu- putih? Sejak kapan aku memakai sprei berwarna putih dan-

“KYAAAAA” teriakku saat aku mengintip ke balik bed cover putih yang melekat di tubuh mungilku. Oh god! Bajuku berserakan di lantai dan aku tidak memakai apapun! Oh tuhan ini tidak beres… ini tidak beres…

“dee, gwenchanha?” tanya seseorang dari arah depan. Aku menurunkan bedcover yang memang menutupiku.

“KYAAA!! Sedang apa kau disini? Pergi dari sini namja yadong!!!” ucapku melempar bantal dan benda apapun yang berada di sebelahku.

“hey, tenanglah aku jiyong!” ucapnya berusaha mengelak pada setiap barang yang aku lempar. Aku berhenti saat mendengar namanya. Oh tuhan itu memang benar dirinya! Namun apa yang sedang ia lakukan disini?

“apa kau baik baik saja?” tanyanya mendekatiku. “kau bermimpi buruk?” tanya jiyong lembut. Aku membulatkan mataku dan mengangguk

“apa yang kau impikan?” tanya jiyong. aku mendongak untuk melihat wajah tampannya.

“aku bermimpi kau menikah dengan chaerin” ucapku lemah. Detik itu juga ia tertawa terbahak. Aku memanyunkan bibirku, apa yang lucu? Aku sangat tidak menyukai mimpi itu!!!

“sudahlah yeobo kau tidak perlu memikirkan hal itu. nyatanya aku adalah milikmu sekarang” tegas jiyong memeluk tubuhku.

“ji” ucapku gugup. Bagaimana tidak, saat ini kami hanya dibatasi sebuah bedcover dan handuk yang melilit di pinggang jiyong.

“ada apa babe? kau ingin mengulang permainan kita semalam? Kau ingin melanjutkannya?” tanyanya menggodaku. Aigoo namja ini memang yadong!

“andwe! aku ingin mandi” ucapku mendorongnya. Aku beranjak menuju kamar mandi dengan bedcover masih melilit ditubuhku.

“aku ikut” ucapnya berteriak, aku berlari dan menutup pintunya dan langsung menguncinya dari dalam,

“kau kurang cepat kwon jiyong” ucapku berteriak. Ia hanya mendengus kesal karena aku ebih dulu mengunci pintunya.

 The End

A/N :
Annyeong applerdeul. Ini ff yang sebenernya udah lama ada di laptop tapi gak berani aku post. Tapi berkat uri pinda eonni aku putusin buat post di DGI. tadinya mau di post di AFF dengan versi bahasa inggris tapi akhirnya aku post disini karena males trans ke inggrisnya. Ff ini terinspirasi dari lagunya mbak taylor swift yang love story. Mungkin udah banyak yang make tapi ini versi aku, so kalo ada kesamaan alur atau jalan cerita mohon di maklumin karena ini songfic yang ada di pikiran aku. Don’t forget happy and Coment after read! Annyeong *bow*
[Kenal Dee XXI kan? appler yang sebelumnya udah pernah buat ff Nothing Like Us ]

LEAVEYOURCOMMENT

16 thoughts on “[SongFic] Love Story

  1. ceritanya sisah ditebak,saoloh kirain mimpinya dara beneran,duh thor bisa banget yaa bkin gregetan hihi,ditunggu ff slsnjutnya thor^^

Leave a comment