Lost in Love [Part 4]

lil

Author : dinaspvtd
Main Casts  : Kwon Jiyong (19th), Park Sandara (19th)
Support Casts : Kim Jaejoong (19th), Choi Sulli (18th), YGFamilies, Bigbang’s & 2NE1’s members

Annyeong!

Aku selalu mempostingnya malam-malam >< , mianhae. Karena hanya malam-malam begini aku bisa berpikir dengan bebas di sela-sela tugasku.

Semoga kalian suka dengan kelanjutannya!

Aku merindukan Jiyong dan Jaejoong >< namun di chapter ini khusus JiDara momment dulu hehe

Semoga suka, semoga suka ! hehe

Happy Reading and happy sleeping .

ppyong

(Author POV)

Malam itu hujan turun sangat deras, rintik-rintiknya menyapu bening kaca dihadapannya. Jam telah menunjukkan pukul 11 malam, gadis itupun memilih untuk beranjak dari zona nyamannya di sudut cafe lalu berjalan keluar, diiringi bunyi denting lonceng pintu cafe yang menggema nyaring.

Udara malam kota Seoul yang semakin lama semakin dingin, membuat gadis itu kembali merapatkan jaket beludru merah jambu-nya . Sambil menyelipkan rambutnya di belakang telinga, ia mendongak menatap pekatnya malam yang dihiasi oleh rintikan hujan.

Sandara Park sedang berdiri diam memeluk tubuhnya di depan sebuah cafe bernuansa Itali di kawasan Seogyo-Dong. Malam itu, entah mengapa ia merasa sangat bosan dirumah sehingga memutuskan untuk berjalan-jalan. Tentu saja, Jaejoong sangat ngotot melarangnya untuk pergi sendiri namun gadis itu lebih keras kepala dari yang ia pernah bayangkan sejak mereka lahir.

Dara melirik jam tangan berulang kali lalu mengutuk dirinya dalam hati karena nanti ia harus siap mendapat omelan panjang dari oppanya karena pulang terlalu malam.

“Ah.. aku tidak membawa payung. Eotokkhae? Oppa pasti marah..” Ia meraih tas kecilnya dan mencari handphone di dalamnya.

“Andwae.. aish. Baterainya habis!” Dara menghentak-hentakkan kakinya kesal setelah menatap layar ponselnya.

Kemudian ia mengamati sekitarnya, banyak pasangan yang sedang bermanja-manja menikmati keberamaan mereka –yah, tentu, ini menjelang tahun baru, dan sudah pasti suram bagi Dara untuk membayangkannya. Bahkan beberapa gadis dari pasangan-pasangan itu kini terlihat cekikikan dan bergelayut manja di lengan namjanya sambil sesekali berbisik-bisik –mungkin, menceritakan bagaimana ia menghabiskan waktu selama 2 jam lebih untuk berdandan, atau mengatakan bahwa “aku sangat bahagia,oppa!” aah, menggelikan.

Dara menghela nafas, sesaat ia kembali teringat kejadian beberapa hari lalu saat ia dan Jiyong berpelukan di taman belakang sekolah. Dan, ia hampir saja mengungkapkan perasaannya. Ia menunduk, bersyukur karena ia tidak melakukannya. Jangan. Tidak sekarang. Ia milik Sulli, dan Dara menghargai mereka.

Rintik hujan perlahan menghilang, hujan sudah mereda sekarang. Senyuman kecil tersungging di bibir indahnya. Itu artinya, ia bisa berjalan pulang dengan perasaan lega walaupun dengan setengah tergesa.

……..

Baru beberapa saat ia berjalan melewati barisan pertokoan di Seogyo-Dong yang cukup ramai, pandangannya terkunci pada sosok yang sangat dikenalnya dari kejauhan.

“Ji..” ucapnya spontan.

Laki-laki itu terlihat tengah berdiri di pinggiran jalan –bersandar pada besi pembatas, sambil menyesap minumannya yang ia genggam di tangan kanan, tangan kirinya dimasukkan ke dalam satu sisi saku mantelnya.

Dara mendekat, perasaannya bercampur aduk dan seulas senyum terlukis kembali di wajahnya.

Jiyong sedang menatap lurus ke seberang jalan tempat ia berdiri, mengamati beberapa boneka kelinci yang berjajar rapi. Sesekali ia tersenyum. Entah, apa yang sedang dipikirkannya.

“Hey, Ji.” Ucap Dara yang kini telah berdiri disampingnya. Laki-laki itu sontak menoleh, namun langsung mengerutkan kening menatapnya dengan heran.

“Heol, apa yang kau lakukan disini? Ini hampir tengah malam, Dara.” Kini posisinya menghadap Dara dengan sempurna.

Dara mengedikkan bahu, “Aku baru saja dari cafe, simsimhaesseo. Neo wae yogiisseo? Ini juga hampir tengah malam, Jiyong-ah.”  Balas Dara menimpali.

“Aku ini seorang namja, sendirian di tengah malam bukanlah masalah untukku. Tapi kau?” jawabnya menaikkan sebelah alis, Dara mengerucutkan bibirnya.

“Kemarilah.” Jiyong menarik lengan kiri Dara dan memposisikan gadis itu merapat disampingnya.

“Lihat.” Ucapnya lagi, menunjuk boneka-boneka kelinci yang tadi diperhatikannya.

“Mwoe? Tanya Dara bingung. Jiyong melirik sekilas lalu kembali bersuara,

“Mereka mirip denganmu. Nan saenggakhae.” Jiyong menunjuk ke arah etalase toko.

“Tadi aku hanya ingin mencari udara segar lalu membeli coffe ini, [mengangkat tangan kanannya] aku tak sengaja melihat mereka, dan tiba-tiba teringat olehmu.”

Keduanya kini berdiri diam mengamati beberapa tumpuk boneka kelinci seperti dua anak kecil yang ingin mencuri setumpuk permen.

“Apa aku sungguh mirip kelinci, Ji? Nan anyepposseo?”

Jiyong terkekeh, “Ani, kau cantik dan kau juga lucu. Seperti kelinci, ssantoki-ah” Kini ia mencubit hidung Dara dan sukses membuat semburat merah di pipi Dara muncul dengan tiba-tiba.

Tidak sampai disitu, Jiyong kembali mengerutkan keningnya untuk kesekian kali setelah tangannya tak sengaja menyentuh tanganku yang tidak menggunakan sarung tangan malam itu. Ia lantas menggenggam tanganku dan kembali bersuara,

“Kenapa tidak pakai sarung tangan?”

“Ah.. nan kampaketta.” Balasku, berusaha senormal mungkin.

Namun lagi-lagi jantungnya berdetak sangat kencang seperti kembang api yang meletup-letup.

“Kajja, sebaiknya ku antar kau pulang. Atau Jaejoong akan membunuhku bila membiarkanmu.”

DARA (Author POV)

Kini beginilah mereka, berjalan dengan kedua tangan saling bertautan satu sama lain.

Jiyong bilang tanganku sangat dingin, dan dia juga tidak ingin aku sakit. Namun yang kusadari saat ini bukanlah itu, melainkan aku merasa suhu tubuhku naik 2x lipat karenanya genggaman hangat tangannya di telapak tangan kananku.

Aku takut, aku takut tidak bisa lagi mencegah diri untuk semakin mencintainya.

“Ji..”

“Hm?”

“Kenapa tadi kau sendirian? Kau.. tidak bersama Sulli?” Lagi-lagi nama Sulli terasa berat untuk ia tanyakan pada Jiyong. Oh, sesange.. ini sudah kesekian kalinya, tutur Dara dalam hati.

Jiyong sempat terdiam. Meliriknya sekilas, lalu kembali menatap lurus ke depan.

“Tadi aku bersamanya, sebelum kau melihatku di  depan toko boneka, tentu.”

“Ah..” kalimat singkat ini saja yang mampu Dara katakan saat ini. Tentu, kau akan bersamanya, pikirnya.

“Lalu kenapa kalian tidak pergi bersama-sama? Ini menjelang tahun baru, bukan?” Dara kembali bersuara.

“Dia.. dia sedang sakit.” Jawab Jiyong dengan senyuman pahit, diikuti dengan ekspresi Dara yang menatapnya tak percaya.

21.00 KST

“Oppa..” gadis itu memeluk pinggang Jiyong dari belakang. Jiyong tersenyum.

“Aigoo aku sedang memasak untukmu, Sulli-ah.. Biarkan aku menyelesaikannya dulu, aku tidak bisa bernafas.” Jawab Jiyong sambil menoleh singkat, kini dagu Sulli tengah bersandar di pundak kanannya.

“Sireoo..! aku merindukanmu, oppa.” Jawab Sulli masih tetap dengan posisinya.

Jiyong meletakkan spatula yang tengah dipegangnya di atas meja, melepaskan pegangan Sulli dari pinggangnya, lalu berbalik menghadapnya yang kini sedang tersenyum lebar.

Jiyong mengacak pelan rambut hitamnya.

“Ada apa,hm ? kau sedang sakit, Sulli.. kembalilah ke kamarmu,ne? Buburmu akan siap sebentar lagi.” Ucap Jiyong tersenyum simpul.

Sulli mengangguk mantap, lalu beranjak pergi kembali ke kamarnya.

Namun baru beberapa langkah, Sulli merasakan cairan kental turun melalui hidungnya, dan seketika itu juga ia merasa kepalanya sangat sakit dam perlahan pandangannya berubah menjadi gelap.

Dengan panik, Jiyong menggendong Sulli dan membawanya ke rumah sakit. Menunggunya sadar dibalik ruang perawatan dengan tatapan sedih dan penuh kekhawatiran. Lagi.

Dan ya.. Ia masih bertanggung jawab atas hidup gadis itu.

Flashback End

Jiyong menghentikan langkahnya, diikuti oleh Dara yang masih menunggu reaksi selanjutnya dari Jiyong.

Menunggunya menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi pada Sulli.

Lalu Jiyong menoleh, menatap lurus ke manik mata Dara, seperti sedang mencari sesuatu didalam manik matanya dengan tatapan sedih dan kosong.

“Ji..” Dara menyentuh pipi Jiyong dengan raut wajah cemas.

…..

“Ada yang ingin kuceritakan padamu..Dara-ya.”

To be continued..

Oke…selalu tinggalkan jejak, saya selalu mengingatkan itu disetiap FF yg saya post karena apa…karena setiap FF yang saya pegang, dichap/part terakhir bakal saya PW dan kali ini saya akan tegas. PW tidak akan saya berikan jika para readers hanya berkomentar di chap. terakhir sebelum di PW. Jujur saya sudah sangat lelah menghadapi SIDER…jadi saya hanya akan menghargai para readers setia DGI yang bener-bener bisa menghargai para authornya. Mianhe…kalau sikap saya ini terlalu berlebihan, tapi ini hak saya…dan hak anda jugalah untuk bersedia meninggalkan komentar atau tidak. Saya bicara ini atas nama pribadi tidak ada hub. dengan admin lainnya dan saya sudah mendiskusikan hal ini sebelumnya pada para author FF yang saya pegang. So…gomawo sebelumnya. Hengsho.>.<

<<back next>>

64 thoughts on “Lost in Love [Part 4]

  1. kenapa oh keapa…kenpa sulli harus sakit?? kenapa ji harus bertanggungjawab??kenapaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

  2. apa jiyong bakalan menceritakan yg sebenernya pada dara tentang sulli yg punya penyakit leukimia?dan itu yg membuat jiyong jadian ama sulli….

  3. Jiyong bkal jujur kah ?apa dia akan memberitahu dara klo sbenar nya sulli sekarat…….dan stelah itu apa ,apakah nnti dara unnie akan mengalah demi kbahagiaan sulli?ohhhhh knapa sulli hrus penyakitann dan mengganggu daragonn?

  4. Sebenarnya kasian sama sulli karena harus menderita diusianya yang masih muda,tapi kenapa aku kesel dan gak suka banget ya sama sulli kalau dia lagi sama jiyong dan bikin dara sedih,yah….walaupun sebenarnya gak sengaja.
    Apa jiyong akan menceritakan tentang keadaan sulli yang sebenarnya,dan alasan kenapa dia bisa pacaran sama sulli???

Leave a comment