[Series] Melody of The Paint – Prolog

edit1

Melody of the paint

Author: alexandria

Cast star: Kwon Jiyong(30th),Sandara Park(28th),Lee Donghae(29th)

 

PROLOG

“Jika kamu mau mendengarkan melodi yang indah, mainkanlah sesuai dengan perasaanmu. Masukan semua getaran yang berasal dari perasaanmu ke dalam melodi yang dimainkan sehingga melodi itu akan melatunkan seadanya kepada pendengarnya. Jika jatuh cinta, sedih, marah, kesal, bosan, terluka, gembira, mainkanlah semua itu di dalam musikmu. Berbagilah dengan pianomu, biarlah jari-jarimu yang berbicara, aku jamin itu akan membuatmu menjadi sangat baik. Aku mengatakan ini agar kamu akan menjadi anak yang dapat memainkan semua melodi yang bagus, ani.. bukan hanya bagus tapi sempurna. Aku berharap aku akan dapat melihat kamu menjadi seorang pianis yang sangat terkenal dengan melodi yang dapat menyentuh pendengar dengan permainan melodi yang sangat fantastik. Tapi aku hanya bisa berharap. Maafkan aku, anakku. Sekali lagi, mianhe.. eomma tak dapat lagi melihatmu diatas panggung memainkan jari-jarimu diatas pianomu. Maafkan eomma.. ini salah eomma karena eomma memiliki tubuh yang lemah, anakku. Aku tahu kepergianku akan membuatmu terluka tapi tolong, janganlah karena kepergianku, kamu akan melepaskan keahlianmu itu. Jangan anakku.. kamu adalah satu-satunya anak eomma yang sangat eomma cintai dan eomma banggakan. Biarlah eomma pergi dengan tenang dan dapat mengukir senyum di wajah eomma nanti. Terima kasih jiyong-ah.. karena sudah menjadi anakku dalam hidupku yang menyedihkan ini. Saranghaeyo. Eomma.”

Untuk kesekian kali, jiyong membaca surat yang ia dapatkan di kamar eommanya waktu ia tiba di kamarnya setelah ditelepon dari salah seorang pembantunya, pembantu yang sudah lama bekerja di rumahnya, kang hye jung.

*Flasback*

“tuan jiyong?” hye jung menarik napas lega karena untuk kesepuluh kali, ia menghubungi jiyong tapi tak diangkatnya.

“ya? Ada apa adjuma?” jawab jiyong cepat dengan nada khawatir.

“Nyonya.. sepertinya sekarat tuan. Daritadi saya sudah mencoba membangunkannya tapi nyonya hanya bergumam nama tuan. Tubuhnya panas dan dan sulit untuk bernapas tuan.”

“Apa?! Sudah memanggil dokter Dong?”

“Sudah tuan. Dia yang menyuruh saya untuk menelepon tuan. ” jiyong tidak menjawab. “tuan, tolonglah pulang sekarang. Mungkin nyonya sedang menunggumu,tuan” lanjut hye jung dengan suara yang bergetar dan serak karena tidak dapat menahan airmata kekhawatiran terhadap majikannya. Majikannya adalah wanita yang sangat baik. Ia adalah wanita biasa yang memiliki bakat sebagai seorang pelukis handal. Tapi sayang karena penyakitnya, ia harus menghentikan semua aktifitasnya dan hanya di tempat tidur. Ia menderita kanker otak selama 10 tahun. Itu membuat jiyong sangat frustasi, ia berhenti memainkan piano dan ke sekolah hanya untuk merawat ibunya, keluarga satu-satunya yang ia miliki. Tapi ibunya tak mau, anaknya akan menjadi menyedihkan seperti dirinya, ia berhasil membujuk jiyong agar tetap bermain piano akhirnya, sekarang ia dapat masuk di salah satu sekolah seni yang terkenal di Amerika,Harvard University. Dan sekarang ia telah menjadi seorang pianis yang sangat hebat dan dipuja oleh musikawan di seluruh dunia. Itu satu-satunya yang dapat ia lakukan untuk melihat ibunya bahagia.

“Aku akan disana segera.” Hye jung tersadar dari pikirannya ketika mendengar suara jiyong. Hendak ia mau menjawab tapi dipotong oleh jiyong “Adjuma, tolong, pastikan eomma tetap sadar hingga aku tiba disana. Tolong adjuma..” kata jiyong dengan sangat cepat dan penuh dengan kekhawatiran dalam suaranya.

“Saya akan usahakan yang terbaik untuk tuan. Tenanglah tuan, nyonya tak akan pergi tanpa melihat putranya.” Jawab hye jung menenangkan.

“Saya akan usahakan yang terbaik untuk tuan. Tenanglah tuan, nyonya tak akan pergi tanpa melihat putranya.” Kata hye jung dengan suara tenangnya sebelum jiyong memutuskan panggilan.

Kata-kata itu terus terngiang dibenak jiyong sementara ia mengemudi dari Seoul University ke rumahnya. Jiyong tahu bahwa hye jung hanya ingin membuat jiyong tenang tapi kata-kata itu malah membuat jiyong semakin hilang akal dan mengemudi mobilnya dengan kecepatan penuh. Tak sampai setengah jam, jiyong tiba didepan rumahnya. Ia berlari dengan memikirkan hal yang paling tak ingin dipikirkannya. Tapi ia berhenti di tangga dan mulai menaikinya dengan lamban. Ia menarik napas dalam-dalam, dadanya terasa sangat sesak, ia terus berdoa bahwa pikirannya salah. Pikiran buruk yang akan menimpa dia, pikiran yang selama ini ia hindari, pikiran yang akan melukainya sangat dalam. Ia tiba di depan kamar ibunya.

“Jiyong, ibumu..” kata-kata Dokter Dong Youngbae terputus ketika melihat mata jiyong. Mata jiyong yang hanya terpusat pada wanita yang umurnya belum mencapai setengah abad, terbaring lemah dan sedang menggumamkan namanya. Ia berjalan berusaha menegarkan dirinya. Ia menggenggam tangan ibunya dengan lembut.

“eomma, aku pulang.” Kata jiyong mengusir keheningan di rumahnya. “eomma, aku pulang cepat karena mendapat telepon dari hye jung adjuma katanya kamu memanggil namaku.” Kata jiyong tenang.”Apakah kamu begitu merindukanku,hm?” seberkas senyuman tersimpul di wajah jiyong. “Eomma, bangun.. aku sudah pulang eomma.. kamu tak mau menyapaku?”desak jiyong sedikit keras.

“ji.. ji.. jiyooong? Anakku?” bisik kwon ha hyo lemah.

“ya eomma.. ini aku.. aku disini eomma” jawab jiyong cepat

“ji.. eomma merasa sudah sangat lelah.. eomma ingin beristirahat.” Bisiknya pelan.

“hmm.. eomma beristirahat saja. Aku akan disini menantikan eoma bangun. Aku takkan kemana-mana” balas jiyong berusaha tegar.

“tidak anakku. Jangan menungguku. Eomma akan beristirahat dengan tenang jika anak eomma dapat hidup seperti biasa.” Dia menggeraskan rahangnya, menahan airmata di matanya. “Berjanjilah pada eommamu,nak.. kamu akan hidup seperti semuanya baik-baik saja.” Bisiknya pelan.

“Berjanjilah nak, maka eomma bisa beristirahat dengan tenang. ” desak eomanya.

Dengan lidah yang keluh, jiyong pun akhirnya berkata “ aku berjanji eomma.. aku berjanji.” Kata-kata yang meluncur cepat dari mulutnya yang dia tak tahu apakah dirinya dapat menepati janji tersebut atau tidak. Tapi Ia tak mau kalau ibunya mengkhawatirkan dirinya pada saat seperti ini.

“Baguslah..eomma akan tenang sekarang..” jiyong tak membalas.. ia sibuk menahan airmatanya agar tak jatuh di depan ibunya.

“ji…”panggil ibunya.

“ya eomma?”

“saranghae ji..” airmata jiyong tak dapat ditahan lagi. Ia menangis tersedu-sedu sambil menggenggam tangan ibunya. Dan saat yang bersamaan, ibunya menarik napas terakhirnya yang tak pernah dibuangnya lagi.

“eommaaa… eommaaaa… eoooooommaaaaaaaaa!!!!!” teriak jiyong memenuhi rumahnya.

Dokter Dong hanya bisa menepuk belakang jiyong.

Jiyong memeluk tubuh ibunya sambil menangis tersedu-sedu. Peristiwa yang paling ia takutkan, peristiwa yang selalu membayangi pikirannya terjadi sudah. Kwon Jiyong telah ditinggalkan oleh satu-satunya keluarga, satu-satunya wanita yang sangat ia cintai. Ia tidak dapat membayangkan bagaimana ia dapat melewati hari-hari kedepannya tanpa wanita ini dalam hidupnya.

*flashback end*

Sudah hampir 1tahun, Jiyong hidup dengan kesedihan yang sangat mendalam. Ya, dia menepati janji ibunya dengan menjalani hari-harinya seperti biasa tapi Jiyong yang dulu seperti telah tiada sejak hari dimana ibunya meninggal dunia. Jiyong yang sekarang, menjalani hidupnya dengan tatapan kosong, dan dingin. Bahkan musik yang dimainkan di pianonya menghasilkan melodi yang mengiris hati bagi siapa yang mendengarkannya. Ia menjadi pribadi yang sama sekali berbeda. Ia berjanji akan tetap menjalani hari-hari seperti biasanya tapi ia tak berjanji bahwa dirinya tak akan berubah. Ia tahu ini akan membuat ibunya khawatir tapi apakah ibunya juga tidak khawatir saat ia meninggalkannya sendiri di dunia ini. Dunia terasa hampa. Tak ada lagi senyuman dan suara serak dari ibunya. Ia berjalan di koridor rumahnya menuju balkon dan melihat lukisan-lukisan ibunya yang digantung di dinding sepanjang koridor. Rasa ini kembali datang, rasa rindu yang tak pernah terbalaskan, rasa sakit yang tak pernah dapat disembuhkan oleh siapapun. ‘eomma,aku merindukanmu.. bahkan aku masih berharap dapat melihatmu berdiri menantiku di balkon saat aku pulang. Apakah eomma baik-baik saja disana? Aku kesepian disini eomma. Datanglah menemaniku, atau kalau eomma tak bisa datang, apakah aku bisa mengikutimu?’ batin jiyong dalam diam mengamati balkon di depannya. Dia tak menangis lagi. Air matanya telah mengering. Tapi rasa yang ia rasakan tak pernah hilang.

‘Aku sangat merindukanmu,eoma.’

 

To Be Continue

next >>


A/N ; Annyeong cingu!

Ini merupakan fanfiction pertamaku..

Jadi mohon dimaklumkan ya atas kalimat atau kata-kata

Yang masih harus dibetulkan. Tapi aku akan berusaha

Menciptakan cerita ini dengan penuh cinta!! J

15 thoughts on “[Series] Melody of The Paint – Prolog

Leave a comment