The Maid : Part #2

maid

Author :: Sponge- Y
Main Cast :: Sandara Park (25 tahun), Kwon Jiyong (19 tahun)
Other Cast :: Lee Donghae (25 tahun), Park Bom (25 tahun)
Genre :: Romance

Dara POV

“Bomie-ah!!! Bomie-ah!!” Teriaku setelah membuka pintu rumah Bom. Aku langsung masuk dan mencari dimana Bom berada.

“Bomie-ah.” Panggilku lagi.

“Ya Dara! Apa kamu ingin merusak telingaku?” Bentak Bom yang tiba- tiba muncul dari arah dapur dan aku hanya tertawa bodoh menanggapinya.

“Bomie-ah, kamu tahu apa yang terjadi padaku?” tanyaku sambil mendekatinya.

“Aisht.. kamu memang sudah gila.”

“Akhirnya aku mendapat pekerjaan Bomie-ah!” Teriakku sambil mengguncang- guncang tubuhnya.

“Jinjja? Kyaaaa…. Kamu mendapatkan pekerjaan?” Teriak Bom tak kalah heboh.

“Ne, kamu tidak perlu khawatir lagi. Mulai sekarang aku tidak akan merepotkanmu lagi.”

“Ya! Tapi bagaimana bisa kamu mendapatkannya? Apa pekerjaannya?”

“Pembantu.”

“Mwo??” Kulihat kali ini ekspresi wajah Bom berubah menjadi terkejut. “Mworago? Pembantu?” tanyanya lagi.

“Ne. Tadi aku bertemu dengan seorang ahjumma dan dia memberikan pekerjaan padaku.”

“Anni, anni. Apa kamu bercanda? Seorang Park Sandara menjadi membantu?” Tanyanya tidak percaya.

“Memangnya kenapa? Aku bersedia menerimanya dan mulai besok aku sudah bekerja.”

“Tidak Dara. Aku tidak menyetujuinya.”

“Wae? Bukankah kamu sendiri yang bilang jika aku harus segera mendapatkan pekerjaan?”

“Tapi aku tidak setuju jika kamu menjadi pembantu.”

“Ya! Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Aku tidak apa- apa. Aku tidak bisa terus merepotkanmu Bomie-ah.”

“Anni. Kamu cari pekerjaan yang lain saja.”

“Wae? Tidak ada lagi yang mau menerimaku bekerja dan ini satu- satunya kesempatan.” Rengekku sambil cemberut.

“Tapi aku tidak bisa membiarkanmu menjadi pembantu.”

“Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Lagipula kamu tahu? Gajinya sangat tinggi.”

“Kamu yakin bisa melakukannya?”

“Tentu saja. Jadi ijinkan aku ne?”

“Aisht.. arasso. Sepertinya aku tidak bisa mencegahmu.”

“Kekeke, gomawo Bomie-ah. Kamu memang sahabatku yang paling baik.” Kataku sambil memeluknya.

——

Author POV

Hari ini Dara memulai pekerjaannya sebagai pembantu. Nyonya Kwon, orang yang memberinya pekerjaan kemarin memintanya untuk bertemu di salah satu apartemen megah di daerah Gangnam. Dengan kesusahan Dara menyeret koper besar yang dibawanya masuk ke dalam gedung apartemen. Dia lalu menaiki lift dan naik menuju ke lantai tiga. Nyonya Kwon bilang, apartemennya berada di nomor 304 lantai tiga. Sesampainya di lantai tiga, Dara melihat Nyonya Kwon ternyata sudah menunggunya di depan sebuah pintu yang bertuliskan nomor 304.

“Akhirnya kamu datang juga.” Kata Nyonya Kwon setelah melihat Dara keluar dari lift.

“Mianhamnida, apakah saya membuat anda menunggu?” Kata Dara sambil menundukkan badannya.

“Tidak usah dipikirkan. Masuklah, aku tidak punya banyak waktu.” Dara lalu mengikuti Nyonya Kwon memasuki apartemen tersebut. Dara terheran- heran melihat isi dari apartemen ini. Apartemen ini terlalu mewah jika hanya ditinggali oleh anak SMA.

“Apakah anak anda tinggal sendirian disini?” Tanya Dara hati- hati.

“Ne. Wae? Sudah kubilang kamu tidak perlu takut. Jiyong tidak akan tertarik dengan yeoja sepertimu.” Jawab Nyonya Kwon yang membuat Dara diam-diam mencibirkan bibirnya. Dia tidak habis pikir, bisa- bisanya Nyonya Kwon meremehkan dirinya seperti itu.

“Ini kamar tidurmu.” Kata Nyonya Kwon lagi menunjuk sebuah kamar yang berdekatan dengan dapur. “Dan yang disebelahnya adalah dapur.” Lanjutnya.

“Ne.”

“Baiklah,kurasa kamu sudah cukup mengerti. Aku harus pergi sekarang.”

“Ne Nyonya.”

——

Sementara itu di Parang High School,

“Ya! Kamu tidak mau mengatakannya lagi?” Bentak Woo Bin kepada seorang namja yang saat ini sedang menunduk ketakutan.

“Hyung, dia benar- benar seperti pecundang.” Kata Seungri.

“Ji, apa yang harus kita lakukan terhadap pecundang ini?” Tanya Woo Bin kepada Jiyong yang daritadi hanya duduk diam melihat Woo Bin dan Seungri sedang menyiksa namja tersebut.

“Apa ya? Haruskah kita membuang mayatnya di pinggir sungai Han?” Jiyong mulai bangkit dari duduknya dan berjalan kearah mereka bertiga.

“K- kumohon, m- maafkan aku kali ini saja. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi.” Kata namja tersebut dengan suara bergetar.

“Cihh… apa kamu pikir semudah itu mendapatkan maaf dari kita?” Tanya Jiyong.

“A- aku janji akan melakukan apa pun yang kalian minta.” Kata namja yang seluruh tubuhnya sudah babak belur itu.

“Jinjja? Kalau begitu keluarlah dari sekolah ini. Sekolah sebagus ini tidak pantas untuk sampah sepertimu.” Jawab Jiyong dengan ekspresi dingin.

“Hahaha, itu benar sekali hyung.” Ejek Seungri.

“Kajja. Sepertinya sudah cukup kita memberinya pelajaran. Kita tunggu saja sampai dia benar- benar keluar dari sekolah ini.”

——-

Bel berbunyi menandakan bahwa jam pelajaran telah berakhir. Dengan segera Jiyong keluar dari kelasnya dan diikuti oleh Woo Bin dan Seungri. Bisa dibilang mereka adalah orang yang paling berkuasa di Parang High School. Tidak ada seorang pun yang berani macam- macam dengan mereka. Kwon Jiyong, namja dengan rambut pirang adalah anak dari salah satu pengusaha terkenal di Seoul. Hampir 70% saham Parang high school ini adalah milik orang tuanya. Meskipun terkenal dengan sifatnya yang angkuh dan arogan, tapi hampir semua yeoja disini mengaguminya. Dan dia juga terkenal sangat play boy. Kim Woo Bin, namja dengan tampang bad boy, adalah pewaris tunggal Kingdom Construction. Meskipun tidak sepopuler Jiyong tapi tidak sedikit pula yeoja yang mengaguminya. Tapi sayang, dia selalu meolak mentah- mentah setiap yeoja yang menyatakan cintanya padanya. Lee Seungri, namja yang berwajah paling cute diantara mereka, dia juga putra dari salah satu pengusaha terkenal di Seoul. Dia memang tidak sepopuler Jiyong dan Kim Woo Bin, tapi dia juga terkenal sangat playboy. Bisa dibilang hampir semua yeoja di sekolah ini pernah menjadi pacarnya.

“Jiyong- ah, apakah kamu mau pulang?” Tanya Sohee menghampiri Jiyong yang sedang berjalan menuju parkiran mobilnya bersama Woo Bin dan Seungri.

“Ne.” Jawab Jiyong singkat.

“Bolehkah aku ikut denganmu chagi?”

“Anni. Hari ini kamu pulang sendiri saja.”

“Mwo? Jadi kamu tega membiarkan pacarmu yang cantik ini pulang sendirian?” Tanya Sohee yang membuat Woo Bin hampir muntah mendengarnya. Dia tak habis pikir bisa- bisanya Jiyong berpacaran dengan yeoja binal seperti Sohee.

“Anni. Sudah kubilang kamu pulang saja sendiri.”

“Hyung, jika kamu tidak mau mengantarkannya biar aku saja. Sayang sekali yeoja secantik Sohee ini harus pulang sendirian.” Sahut Seungri.

“Ya! Chagiya, lihatlah.. dia mencoba untuk merayuku.” Rengek Sohee.

“Jika kamu mau antarkan saja dia. Aku tidak peduli.” Kata Jiyong kemudian meneruskan langkahnya menuju ke parkiran mobil dan diikuti dengan Woo Bin.

“Mworago? Kamu tega membiarkanku bersama dengan alien ini?” Tanya Sohee yang tidak mendapatkan respon dari Jiyong. Sedangkan namja yang berada di sebelahnya hanya meringis dengan tampang bodohnya.

———–

Dara POV

Kyaaa… apakah aku sedang bermimpi sekarang? Anni. Ini bukan mimpi, ini nyata. Aku tidak percaya ini, aku bekerja di apartemen semewah ini dan artinya aku juga akan tinggal di tempat ini. Eomma… akhirnya aku bisa tinggal di tempat sebagus ini lagi.

Apartemen ini benar- benar mewah bahkan dapurnya saja sangat besar . Barang- barangnya terlihat bersih dan tersusun sangat rapi. Aku tidak percaya jika yang menempati apartemen ini adalah seorang namja yang masih SMA. Tapi kenapa Nyonya Kwon memberiku kamar di lantai bawah? Aku yakin di lantai atas pasti masih terdapat beberapa kamar lagi selain kamarnya Jiyong. Aish… menyebalkan. Wahh… lihatlah, lemari esnya saja sebesar lemari pakaian. Daebakk. Tapi tunggu, kenapa aku harus mengaguminya? Bukankah dulu juga aku pernah memiliki barang- barang seperti ini? Aisht… tapi tetap saja itu dulu sebelum Appa bangkrut dan keluargaku menjadi berantakan. Aku merindukan kehidupanku yang dulu.

Aku lalu membuka lemari es dan menemukan banyak sekali makanan di dalamnya. Aisht… melihatnya membuatku lapar saja apalagi aku belum sempat sarapan tadi pagi. Aku mengambil beberapa makanan dan minuman lalu membawanya ke ruang tengah. Sepertinya aku bersantai dulu saja lagipula belum ada  pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku lalu menikmatinya sambil menonton televisi.

“Kyaaa…. Siapa kamu?” Teriakku ketika tiba- tiba melihat seorang namja yang bahkan aku tidak menyadari kapan datangnya.

“Mwo? Seharusnya aku yang tanya siapa kamu?”

Tunggu dulu. Apakah dia namja yang bernama Kwon Jiyong itu? Benarkah dia? Sepertinya tidak salah lagi. Nyonya Kwon bilang kalau anaknya masih SMA dan dia sekarang memakai seragam SMA. Aigoo… surga apa lagi ini? Sudah cukup aku bahagia dengan bekerja di apartemen semewah ini, dan ternyata pemiliknya sangat tampan. Benar sekali, dia sangat tampan untuk seukuran anak SMA. Omo! Sadar Dara, apa yang sedang aku pikirkan? Setampan apa pun dia aku tidak akan berpaling dari Donghae.

“Ya! Apakah kamu tuli? Aku tanya siapa kamu?” Bentaknya.

“N- ne? Ahh… perkenalkan aku Sandara. Aku pembantu baru disini.” Kataku sambil berdiri dan membungkukkan badan. Yah, meskipun aku lebih tua darinya tapi tetap saja dia adalah majikanku sekarang.

“Pembantu? Cihh… kenapa wanita tua itu tidak pernah bosan melakukan ini?” Katanya dengan tertawa sinis. “Keluar. Aku tidak membutuhkan pembantu.” Lanjutnya.

“Hah? Tapi Eommamu menyuruhku bekerja disini.”

“Apa kamu tidak dengar? Aku bilang keluar!” bentaknya lalu menarikku dengan paksa menuju pintu keluar.

“Ya! Apa yang kamu lakukan? Aku bahkan belum mulai bekerja.” Aku merengek sambil mencoba melepaskan genggaman tangannya yang menyakitkan ini.

“Aku tidak peduli.”

“Bagaimana bisa kamu melakukan ini?”

“Pergi dari rumahku sekarang juga!”

“Kumohon, ijinkan aku bekerja disini.”

“Sudah kubilang aku tidak membutuhkan pembantu.”

“Tolonglah beri aku kesempatan. Paling tidak sebulan saja. Apabila dalam sebulan ini aku melakukan sesuatu yang membuatmu tidak suka, kamu boleh memecatku.”

“Mwo? Sebulan? Shireo. Itu terlalu lama.”

“Terlalu lama? Baiklah, bagaimana kalau dua minggu?”

“Emm… dua minggu?”

“Ne. Jika dalam waktu dua minggu aku melakukan kesalahan, kamu boleh memecatku. Tapi jika hasil kerjaku bagus, kamu harus tetap membiarkanku bekerja disini.”

“Jadi begitu?”

“Ne.”

“Baiklah. Tapi ada satu syarat.”

“Apa itu? Katakan saja.” Kataku dengan wajah berseri- seri.

“Kamu harus menuruti setiap perintahku.”

“Mwo? Ya! Tentu saja kamu kan majikanku.”

“Arasso. Kamu bisa mulai bekerja.” Katanya kemudian kembali masuk begitu saja. Sepertinya aku harus menarik kembali ucapanku tadi. Dia memang tampan, tapi sayang sikapnya begitu kasar.

———

Saat ini aku sedang membersihkan sisa makanan yang sudah kumakan tadi. Mulai sekarang aku tidak boleh bermalas- malasan lagi. Aku harus bekerja keras untuk membuat Jiyong puas dan dia tidak akan memecatku. Hwaiting Dara!

“Ya Ahjumma! Aku ingin minum kopi.” Kata Jiyong tiba- tiba.

“Mworago? Ahjumma?” Tanyaku tidak percaya. Seumur- umur aku tiak pernah dipanggil dengan sebutan ahjumma. Okelah aku memang pembantu disini, tapi apakah mukaku terlihat terlalu tua hingga dia memanggilku ahjumma?

“Wae?” Tanyanya dengan ekpresi datar.

“Mian Jiyong- ah, aku tidak setua itu. Jadi jangan panggil aku ahjumma, panggil saja Dara noona neh?”

“Shireo.”

“M-mwo? Begini, emm… rasanya sangat tidak nyaman jika kamu memanggilku ahjumma.”

“Aku tidak peduli. Aku akan tetap memanggilmu ahjumma.”

“Ya! Sudah kubilang panggil aku noona!” Bentakku. Aisht… bocah ini benar- benar menyebalkan.

“Kamu membentakku? Kamu ingin aku memecatmu?”

“Ne? Ahh…. Aniya. Mianhe, aku terbawa suasana tadi. Baiklah, kamu boleh memanggilku apa saja sesukamu.” Kataku pasrah.

“Baguslah. Sekarang belikan aku kopi.”

“Kopi? Rasa apa?”

“Americano coffee panas.”

“Arasso. Kamu tunggu dulu, aku akan turun membelinya.”

“Ne.”

——

Setelah turun ke bawah dan membeli kopi, aku kembali lagi dengan membawa segelas Americano panas. Bukankah udara saat ini sedang panas? Tapi kenapa dia malah memesan kopi panas dan bukannya yang dingin saja? Dasar aneh.

“Ini.” Kataku sambil menyerahkan segelas kopi tadi kepada Jiyong.

“Apa ini?”

“Ne? Pesananmu. Americano panas.”

“Jadi aku tadi memesan kopi panas? Ahh… mian. Setelah kupikir- pikir ternyata udara hari ini cukup panas juga. Gantilah kopi itu dengan yang dingin.”

“Mworago? Lalu kenapa tadi kamu memesan kopi panas?”

“Mollayo, aku lupa.” Jawabnya enteng dengan ekspresi tidak bersalah. Sabar Dara, jangan menyerah. Ingat, kamu harus bertahan agar bisa membeli tas mahal itu.

“Arasso. Bukankah ada es batu di rumah? Aku hanya perlu menambahkannya sedikit es.” Kataku lalu berjalan menuju ke dapur.

“Andwe. Aku mau yang baru. Belilah lagi.”

“Mwo?” Aku tidak percaya ini. Baru kali ini aku dipermainkan oleh seorang bocah SMA.

“Wae? Kamu keberatan? Kamu ingin aku memecatmu?” Ancamnya.

“Arasso. Tunggulah, aku akan membelinya.” Jawabku kesal.

Beberapa menit kemudian aku kembali lagi dengan membawa segelas kopi dingin. Aish… meskipun kedai kopinya tidak terlalu jauh, tapi tetap saja naik turun membuatku lelah juga. Dasar bocah pirang itu.

“Ini.” Kataku sambil menyerahkan kopinya.

“ne.” Dia lalu menerima kopinya dan mulai mengamatinya. Cihh… aku tidak peduli lagi apa yang dilakukannya. Aku baru akan berbalik meninggalkannya ketika tiba- tiba dia memanggilku lagi.

“Ahjumma.” Panggilnya.

“Apa lagi?”

“Kenapa esnya ada tiga potong? Aku tidak mau. Aku mau dua potong saja.” Katanya lalu menyerahkan kopi itu padaku lagi. Ya Tuhan, bisa- bisanya dia mempermasalahkan jumlah potongan es. Jika aku bisa teleport, ingin rasanya aku menghilang dari tempat ini sekarang juga.

“Baiklah, aku akan membuang yang sepotong.”

“Andwe. Itu sudah terkontaminasi. Aku mau yang baru.” Katanya dengan wajah datar. Aigoo… sebenarnya terbuat dari apa hati bocah pirang ini? Dia sangat sangat menyebalkan.

“Ya! Kwon Jiyong! Sudah cukup kamu mempermainkanku.” Bentakku. Aku mulai kehilangan kesabaranku. Tidak tahukah dia jika aku ini mudah sekali naik darah? Bahkan kemarin aku hampir saja membunuh seorang ahjussi ketika menolong Nyonya Kwon.

“Wah… kamu mulai berani juga padahal belum ada sehari kamu bekerja disini. Kamu sudah bosan bekerja disini? Kamu ingin aku memecatmu  sekarang juga?”Ancamnya lagi. Cihh… sepertinya dia mulai mempunyai senjata untuk mengacamku.

“Arasso, arasso. Aku akan membelinya lagi.”

“Ingat dengan dua potong es.”

——

Akhirnya bocah itu berhenti juga mempermainkanku. Jika saja dia masih mempermasalahkan kopi sialan itu, aku pasti sudah mencukur habis rambut pirangnya itu. Sepertinya aku harus mencabut semua ucapanku tadi. Surga apanya? Bahkan ini lebih buruk daripada neraka sekalipun. Gah, jadi begini rasanya menjadi pembantu? Pantas saja banyak kasus pembunuhan pembantu terhadap majikannya. Apalgi memiliki majikan seperti Kwon Jiyong bodoh itu. Arghh… kapan hidupku benar- benar bahagia?

“Ya Ahjumma! Aku ingin makan.” Terdengar suara menyebalkan dari belakangku.

“Kamu mau makan apa?” Tanyaku dengan senyum yang kubuat semanis mungkin.

“Omurice.” Mwo? Omurice? Kira- kira bagaimana cara membuatnya? Dasar bodoh. Membuat ramen instan saja aku tidak bisa, apalagi omurice. “Kamu tidak perlu membuatnya. Beli saja diluar.” Lanjutnya seperti bisa membaca pikiranku. Kekeke, tumben sekali dia agak baik.

“Arasso. Aku akan pesan delivery dulu.”

“Delivery? Aku tidak mau, itu terlalu lama. Belilah keluar sekarang juga.”

“Mwo? Aish… ne. Aku akan membellinya.” Kataku dengan terpaksa. Awas saja jika dia mempermainkanku lagi seperti insiden kopi sialan tadi.

Setelah beberapa menit akhirnya aku kembali dengan membawa kantong plastik berisi dua bungkus omurice. Ternyata penjual omuricenya cukup jauh juga dan dengan terpaksa aku harus berjalan kaki karena tidak membawa uang yang cukup untuk naik bis. Huft… ternyata bekerja disini sangat melelahkan juga.

“Aku pulang.” Kataku ketika sampai di apartemen Jiyong. Aku melihat Jiyong sudah berpakaian rapi seperti akan pergi ke suatu tempat.

“Ya! Kamu mau kemana?” Tanyaku.

“Keluar.” Jawabnya singkat tanpa melihat ke arahku.

“Lalu bagaimana dengan makanan ini?”

“Aku sudah kenyang.”

“Mworago? Kalau kamu sudah kenyang kenapa menyuruhku membeli omurice ini?”

“Apa itu masalah buat kamu?” Gah, tentu saja itu masalah. Dasar bodoh. Aku sudah susah- susah membelikannya dengan berjalan kaki dan sekarang dia bilang sudah kenyang. Arghh… Tuhan, tolong cabut nyawanya sekarang juga.

“Aku pergi dulu. Mungkin aku tidak akan pulang malam ini.” Katanya sambil berlalu meninggalkanku. Aigoo… ternyata ada juga orang seperti dia di dunia ini. Baiklah, anggap saja ini adalah rejekiku. Aku akan memakan semua omurice ini. Menyebalkan.

Trililit. Trililit. Kurasakan ponselku bordering menandakan ada panggilan masuk. Aku lalu mengambilnya dan kulihat nama Donghae terpampang di layar ponsel.

“Yeoboseyo?”

“Dara? Bagaimana kabarmu?” Terdengar suara hangat yang sangat kurindukan selama ini. Sejak kepergiannya baru kali ini lah dia menghubungiku.

“Oppa? Aku baik- baik saja.” Kataku berbohong. Cihh… baik- baik saja apanya? Bahkan keadaanku kali ini jauh dari kata baik karena kelakuan bocah sinting tadi.

“Jinjja? Kamu tidak berbohong?”

“Ya, mana mungkin aku berbohong. Bagaimana denganmu sendiri disana oppa?”

“Aku juga baik- baik saja.”

“Tapi kenapa kamu meneleponku? Bukankah sangat mahal? Kamu bisa saja hanya mengirimiku e-mail.”

“Anniya. Aku merindukan suaramu.” Kyaaa…. Apa dia bilang? Merindukan suaraku? Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya bahkan bisa dibilang ini adalah kata- katanya yang paling manis untukku.

“Dara, kamu masih disitu?” Tanyanya membuyarkan lamunanku.

“Ahh.. ne oppa.”

“Apa kamu tidak merindukanku?”

“Tentu saja aku sangat merindukanmu.”

“Sabarlah, tunggu sampai aku kembali ne?”

“Ne oppa.”

“Dara, aku menyayangimu.”

DEG

Menyayangiku? Sebenarnya ada apa dengannya? Apakah dia mulai sadar kalau dia mencintaiku setelah berada jauh dariku? Kyaaa… mungkinkah dia mulai membalas perasaanku? Aish… kenapa dia baru mengatakannya sekarang padahal sudah bertahun- tahun aku menyukainya.

 ~ to be continue ~

Jangan lupa selalu tinggalkan komentar ^^

 <<back next>>>

57 thoughts on “The Maid : Part #2

  1. tega ya jiyong. .kan capeee..labil ya jiyong…..jd penasaran ceritanya..dilanjut ya ffnya ..ga sabar deh
    hengso

  2. Kira kira jiyong oppa mau kemana yaa? Club? meolla. Dara unnie kasian banget disuruh bolak balik sama jiyong oppa, apalagi jiyong oppa nggak ngerasa bersalah sama sekali😑 waduhh donghae oppa jangan jangan suka nih sama dara unnie..

Leave a comment