My First Love [Short Fic]

o-matic

Author : gadizs
Main cast : Daragon
Support Cast : Seungri, Park Sanghyun

Aigooooo….untuk kali ini, gomawo ma Jeni yang bersedia edit n buatin cover wat FF kali ini…Hikz, terharu….makasih y Jeni bantuanx. Hohohoho….and tuk author Gadizs tetep semangat buat FF2 selanjutnya, kami selalu menunggu karya-karyamu. Hengsho. >.<. Buat readers happy reading, Ne…^^

Dara Pov

Perlahan aku memakirkan mobil dalam garasi. Rumahku sudah lumayan gelap. Satu-satunya cahaya yang nampak hanyalah lampu beranda. Sepertinya seisi rumah sudah tidur. Perlahan, aku melirik jam tanganku. Jam sebelas malam. Aneh. biasanya eomma sudah ribut dan sering menelponku jika aku belum pulang ke rumah jika jam sembilan malam. Dan sekarang sudah jam sebelas malam tapi eomma sama sekali tak mencariku. Apakah ini keberuntunganku atau ada hal lain yang tak terduga?

Author Pov

Dara mengeluarkan kunci rumah dari dalam tasnya dan membuka pintu. Suasana rumah yang gelap dan sunyi yang terlihat. Setelah memasuki rumah Dara berlajan berjingkat-jingkat menuju kamarnya di lantai dua. Satu-satunya kamar yang ada di lantai dua. Kamar orangtuanya dan adik lelakinya di lantai satu. Baru saja Dara mencapi tangga, Dara terkejut melihat sosok hitam yang bergerak di dekat meja dapur. Refleks Dara memekik pelan.

Dara Pov

“ssst”desis adik lelakiku. Aku bisa melihat cangkir yang ada di genggamannya. Aroma coklat panas tercium ke hidungku.

“kau mau? Aku bisa buat secangkir lagi untuk noona,” ucapnya ramah. Aku hanya menggeleng pelan

“bagaimana keadaanya?”tanya Sanghyun simpel. Kulirik Sanghyun dengan curiga. “kau tahu?”

“aku yang bilang ke eomma kalau noona menginap di rumah chaerin, eomma kan suka sama chaerin, jadi eomma tak banyak tanya. “Baru pulang dari RS?”

Aku berjalan menuju dapur dan duduk di salah satu kursi. Sanghyun mengikutiku.

“bagaimana kau bisa tahu apa yang terjadi?” tanyaku penasaran.

“well, seungri teman baikku. Dan dia juga sepupu Jiyong hyung. Jadi aku tahu apa yang terjadi dengan Jiyongmu”.

“dia bukan Jiyongku” bantahku lemah.

Ya, aku memang ingin menjadikan dia sebagai Jiyongku. Cinta pertamaku yang abadi. Namun aku tak pernah berani menyatakannya. Awal bertemu aku memang tidak langsung suka padanya karena aku beranggapan dia terlalu angkuh. Tapi pertemuanku dengannya selalu ku syukuri sampai hari ini. Aku menyukainya semenjak aku SMA namun aku tak pernah mengatakan apapun padanya. Aku takut dia tak memiliki rasa yang sama. Aku takut kehilangan dia untuk selamanya. Aku sudah cukup puas hanya menjadi temannya.

Dara Pov

Aku tak tahu kapan mulai terjadinya. Kurasa Jiyong mulai berubah pertengahan semester. Dia bukan lagi Jiyong yang ku kenal dulu. Dia berubah 180 derajat. Aku sama sekali tak bisa mengenali Jiyong. Dia bukan Jiyongku.

Flashback

“aku mau bicara” aku berkata tegas. Mata kami bertemu. Mata cokelat bening yang masih sama, namun reaksinya sudah tidak seperti dulu. Tersenyum sinis dan dengan angkuhnya, dia menghampiriku, “aku tidak butuh nasehat!”

“aku tak berminat menasehatimu. Bisakah kita duduk di sana?” tanyaku sambil menunjuk kursi di dekat pohon. Dia hanya diam, ku anggap itu sebagai persetujuan, aku menarik tangannya menuju kursi panjang itu.

Sesaat, sunyi melingkupi kami berdua. “ada yang bisa ku bantu?” tanyaku akhirnya.

Jiyong diam saja smbil terus memandang ke depan, menolak untuk memandangku. Namun aku bisa melihat sorot matanya mulai melembut.

“awasi saja aku. Jika aku sudah melangkah terlalu jauh, ingatkan aku. Aku takut tak bisa kembali. Tapi aku ingin memberontak…….”

Hanya itu yang kutahu, aku tak tahu kenapa Jiyong ingin memberontak. Aku tak tahu kenapa dia berubah. Aku tak tahu kenapa dia melakukan ini semua.

Flashback end

Dara Pov

Kutatap dongsaeng-ku.”kau tahu, mengapa dia melakukan ini?”

“karena kekurangan kasih sayang orangtua” jawab Sanghyun pasti.

“hanya karena itu?” tanyaku tak percaya. Aku tak habis fikir kenapa Jiyong melibatkan diri dengan obat-obatan hanya karena hal seperti itu.

“bagi noona yang tak kekurangan limpahan kasih sayang mungkin sulit mengerti.”

Aku termenung. Lesunyian tak nyaman melingkupiku,

“noona, aku mau tidur dulu” pamit Sanghyun.

***

Author Pov

Perlahan, Dara menyalakan lampu kamarnya. Dara mengerjap karena silau terang cahaya lampu. Aroma rumah sakit melekat di baju Dara, tapi Dara tak memperdulikan. Dara mengeluarkan kertas origami dari rak buku. Dara mulai menuliskan harapan satu-satunya dalam kertas sebelum melipatnya menjadi burung.

Percakapan dengan dokter di rumah sakit kembali terngiang.

“para pengonsumsi obat-obatan sangat rentan terserang penyakit AIDS. Jarum suntiknya adalah media penularan yang paling efektif. Saya belum bisa memastikan dia terkena penyakit AIDS atau tidak, yang pasti dia harus masuk rehabilitasi,” terang dokter Choi pada Dara.

“dan saya fokus untuk penyembuhannya terlebih dulu. Dan dia juga butuh dorongan moral……”

“kenapa jadi seperti ini Jiyong” desah Dara parau.

Sekarang tangan Dara sudah bergerak sendiri tanpa perlu berfikir. Origami itulah saluran harapan paling nyata bagi Dara.

Bertahanlah Jiyong, aku ingin kau sembuh.

****

Dara Pov

Mataku merah karena semalaman tidak tidur. Pikiranku penuh dengan Jiyong, bahkan ketika dosen menjelaskan materi kuliah. Tubuhku memang duduk manis di bangku kelas tapi fikiranku melayang ke rumah sakit. Begitu kelas usai aku langsung pergi ke rumah sakit.

Kamar Jiyong ramai. Aku sedikit takut mengetahui apa yang terjadi. Semakin aku mendekati kamar, semakin aku merasakan ketegangan yang terjadi di dalam kamar. Ku dengar dokter berteriak-teriak dengan nada tinggi. Aku menerobos masuk, tak ada yang melarangku. Beberapa suster berbisik,

“bagaimana dia bisa overdosis.”

“pasti ada yang membawa obat itu ke sini” bisik suster lainnya.

Jantungku berpacu dengan waktu. Tegang. Origami dalam tanganku bergetar. Seolah dalam mimpi, semua usaha di hentikan begitu saja. “sudah meninggal….”

Origamiku jatuh berceran di lantai. Airmataku merebak, jiwaku tercabik, sampai akhir nafasnya pun, aku tak pernah mengungapkan betapa aku mencintainya.

Badanku terasa lemas dan hampir merosot kelantai, tapi sepasang lengan menyangga tubuhku. Aku menyadari Sanghyun memelukku. Sementara seungri berlutut di dekat ranjang.

“Sanghyun… Jiyong….” lirihku parau.

Sanghyun hanya mengusap punggungku menenangkan.

2 tahun kemudian

Udara pagi berhembus pelan, membawa angin dingin yang menusuk hingga ke sendi. Namun, seorang yeoja tetap berdiri diam tak bergerak di depan nisan bertuliskan KWON JIYONG. Yeoja itu tersenyum getir menghadapi kenyataan yang ada di depan matanya.

“anneyong,….” sapanya. Seolah dia bertatap muka dengan namja yang di cintainya.

“aku datang mengunjungimu dan…. mungkin ini terakhir kalinya” lirih Dara.

“aku harus pindah ke jepang, kami semua akan menetap disana” lanjut Dara. Perlahan pandangan Dara mengabur karena airmatanya mulai menetes.

“mianhe…” lirih Dara serak. Dara segera menghapus airmatanya.menghela nafas panjang seolah mencari kekuatan untuk bisa bertahan hidup.

“hhhm… ji, aku pergi, jam 2 siang nanti aku take off,” pamit Dara.

Angin berhembus pelan hingga membuat bulu kuduk berbalik. Dara melangkah menjauhi gudukan tanah. Tapi baru beberapa langkah Dara berhenti, berbalik menatap lagi gudukan tanah itu.

“saranghae kwon Jiyong” lirih Dara pelan seolah membisikan pada angin yang bertiup berharap kata-kata itu tersampaikan padanya.

END

Kekekekeke saya balik lagi bawa ff yang sad ending. Nyoba-nyoba bikin ff yang sedih gitu.

28 thoughts on “My First Love [Short Fic]

Leave a comment