Hold Me Tight [Chap.3]

hold me tight

Author : Hanny G>Dragon

Jiyong Pov

“Heiii, ada apa lagi? Bukankah aku sudah memberi tahu di mana Dara bekerja. Lalu sekarang mengapa kau semakin berantakan Ji” ucap Bom nuna yang melihatku menidurkan kepala di meja cafe nya.

“…” aku tidak membalas ucapannya. Aku masih kalut.

“Apa dia benar-benar sudah mempunyai suami? Atau bayi nya benar di gugurkannya?” ucapnya lagi, itu tidak benar semuanya nuna.

“Tidak keduanya nuna, ia belum mempunyai suami. Ia pun ternyata tidak menggugurkan anak kami, emm mereka hidup nuna. Aku mempunyai 2 anak nuna, mereka kembar dan sangat mirip sepertiku. A-aku seperti bercermin saat menatap mereka, aku ingin memeluk mereka dan mengatakan pada mereka bahwa aku adalah appa mereka” ucapku terbata, aku siap menangis. Oh ayolah aku namja yang cuek, kuat dan jarang menangis kecuali tentang keluargaku, dan ini, mereka keluargaku mereka darah dagingku, bagaimana bisa aku tidak menangis saat mereka tumbuh aku tidak tahu apapun dan tidak berada di sisi mereka. Oh Tuhan, aku ingin mencekik leherku sendiri.

“Jinjjaaaaa? Keponakanku ada 2. Mereka kembar. Oh Jiyongie aku ingin bertemu mereka secepatnya” ucap Bom nuna dengan mata berbinar. Ia pasti akan membuat anak-anakku seperti anaknya.

“Ne nuna. Aku akan menghubungi Dara meminta penjelasan dari ini semua. Aaah aku ingin segera menemui mereka lagi” ucapku dengan mata tak kalah berbinar dari Bom nuna.

Dara Pov

            Aku berkunjung ke rumah orang tuaku, mereka tak henti-hentinya menghubungiku menanyakan cucu-cucu mereka, padahal baru kemarin mereka bertemu huft dan saat ini fikiranku sedang kacau terutama saat ci-emm ah meningatnya saja membuat aku merinding. Mengapa aku membalas ciuman itu? Benarkah aku merindukannya? Benarkah aku rindu di sentuh olehnya seperti itu? Oh ayolah Dara, ingat kembali saat dia mengatakan hal bodoh di masa lalu.

“Neneeeek” teriak Mino dan Jimin saat melihat eommaku sedang menyiram tanaman.

“Huaaah cucu-cucu nenek sudah datang, nenek rindu kalian. Bagaimana dengan sekolah kalian hemm?” tanya nenek yang tidak lain adalah ibuku.

“Hari ini, Lee Hi-ssi menangis karena Hanbin-ssi mencium pipinya nek. Mino dan Jimin sedang bermain puzzle jadi tidak bisa melindungi Lee Hii-ssi” cerita Mino dengan wajah lucunya dan pipi yang menggembung karena sedang mengunyah jelly.

“Aiigoo, benarkah itu. Dara kau harus menemui guru mereka. Anak-anak seperti Hanbin itu perlu di waspadai. Jangan sampai ia mempengaruhi cucu-cucu ku” ucap yeoja tua yang ku respon dengan putaran mataku. Ayolah eomma kau jangan ikut-ikutan berlebihan seperti appa. Mereka masih sangat kecil.

“Eomma, memangnya ciuman itu apa dan kenapa olang-olang seling melakukannya” tanya Jimin dengan cadelnya. Aku dan eomm saling berpandangan, bingung harus merespon seperti apa.

“Begini Chime, ciuman itu tanda jika menyayangi seseorang. Seperti ini, Chuu~” ucapku menjelaskan lalu mengecup pipi Jimin.

“Ah, lalu ahjussi yang kemarin mencium mama berarti dia menyayangi mama, begitu?” tanya Mino dengan wajah tanpa dosa. (gubrak, Mino kalau ngomong suka bikin gerah yak, haha). Eomma mendelik mengintimidasi padaku. Oke mereka cerdas, tapi bisakah mereka melupakan hal bodoh itu.

“Emm, ajussi itu teman lama mama. Jadi dia dari luar negeri di sana jika menyambut teman lama ya seperti itu Mino-aah” ucapku sambil berdoa agar Mino puas dengan jawabanku.

“Tapi mengapa harus di bibil mama ajussi itu cium mama?” kini Jimin yang bertanya membuatku sakit kepala (ini lagi si enchim hadeekh ga beda ama hyungnya).

“Emm itu karena ajussi itu datang langsung ingin mencium pipi mama tapi karena mama terkejut jadi ajussi salah jadi cium bibir mama” aku beralasan bodoh, semoga pertanyaannya berakhir sampai sini, ku mohon author *eh?.

“Tapi kok lama ma?” ini suara Mino, aku seperti tertimbun tanah longsor mendengarnya. Ku lihat mama semakin menatapku tajam.

“Ahhh, itu karena mama dan ajussi itu sama-sama terkejut, ciuman kita salah. Ah yang pasti mama sayang kalian. Chu~chu~” ucapku mengalihkan pembicaraan dan mengecup kedua anak yang memeberiku pertanyaan buatku kepanasan dan bingung.

“Aahh, begitu. Chim, Chuu~ saranghae” ucap Mino sambil mengecup pipi Jimin, sang adik.

“Nado saranghae hyung” ucap Jimin lalu balas mengecup pipi Mino. (aiiih so sweet, bisa kantongin 2 anak ini gak?). aaah anak-anaku sangat manis. Merekapun kini bermain, karena appa sudah kembali dari berbelanja, bukan berbelanja keperluan rumah tapi berbelanja makanan untuk anakku, ice cream yang banyak, camilan yang berkantung-kantung dan oh tolong hentikan ajussi tua itu yang sedang mendoktrin anak-anakku dengan foto-foto masa kecilku dulu.

“Jelaskan pada eomma. Eomma tidak bisa menerima alasanmu yang kau berikan untuk Mino dan Jimin” ucap eomma dengan nada menyelidik. Aku pun hanya pasrah, aku tak bisa berbohong padanya.

“Dia ayah dari anak-anakku eomma” ucapku menundukkan kepala. Tolong beri tahu aku jika appa di sekitar sini. Aku tidak ingin seorang presdir membunuh seorang namja yang ternyata ayah dari cucu-cucunya yang terabaikan.

“Benarkah? Lalu dia tahu bahwa mereka adalah anaknya?” tanya eomma lagi.

“Emm, sepertinya ia tahu. Wajahnya sangat terkejut saat melihat Mino dan Jimin memanggilku eomma. Dan mungin ia seperti sedang bercermin saat melihat ke dua anaknya itu. Aku tahu aku salah menyembunyikan mereka, namun aku takut Jiyong mengambil anak-anakku” ucapku, mengingat hal itu membuat kepalaku sakit.

“Tidak akan. Dan bawa dia kerumahmu aku ingin melihat bentuknya” ucap eomma final. (ya ampun nyonya Park, ampe bentuknya gitu, jiyong bentuknya bagus kok hehe).

“annyeong” ucapku saat layar handphoneku menyala.

“Dara, bisakah kita bicara. Aku butuh penjelasan” ucap suara yang sangat masih ku hafal.

“Emm baiklah. Aku akan mengirimmu alamat tempat di mana kita akan bertemu” ucapku dan menutup sambungan telfonnya. Okey, aku tidak bisa menyembunyikan ini semua darinya, mungkin sudah saatnya dia tahu. Aku lelah memikirkan ini. hanya sebatas ia tahu saja, tidak mengambil alih mereka.

**

Author Pov

“Maaf terlambat, Seoul semakin padat dan sudah banyak berubah hingga aku tak tahu jalan” ucap Jiyong saat mendudukkan dirinya di kursi cafe berhadapan dengan Dara yang sedang menyeruput Coffee Latte nya.

“Emm, tidak apa” ucap Dara lalu meletakkan minumannya di meja.

“Nama mereka Mino dan Jimin? Mereka berapa tahun? Apa mereka sudah bersekolah? Kesukaan mereka apa?apakah-“

“Jika kau mau bertanya seperti itu, kau tulis saja dan aku akan mengisinya seperti lembar ujian” ucap Dara memotong pertanyaan Jiyong yang banyak. (kalau nanya jangan borongan bang, Hehe).

“Ah mian, aku hanya sangat bersemangat. Maaf sekali lagi” ucap Jiyong sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Hemm, baiklah. Nama meraka Park Mino dan Park Jimin. Mereka saat ini berusia 7 tahun dan mereka sudah bersekolah, mereka suka jelly, makanan manis layaknya anak-anak sewajarnya, dan mereka super duper mega maha dahsyat hyiperaktif” ucap Dara yang terkikik mengingat anaknya yang sangat kelebihan energi.

“Jinnja? Aah mereka sudah 7 tahun. Aku cemas mereka emm nakal sepertiku saat aku kecil. Apa mereka menyusahkan?”tanya Jiyong hati-hati.

“Anni. mereka MIRIP DENGANKU” ucap Dara menekankan kata bahwa anaknya itu mirip dengannya walau sebenarnya memang mirip dengan Jiyong. Sangat mirip.

“Ahh syukurlah. Karena jika mereka mirip denganku saat aku kecil ku, pasti kau sangat lelah selama 7 tahun ini. mianhae Dee, tapi bisa kau jelaskan mengapa kau menyembunyikan mereka padaku. Kau tahu bukan, aku selalu menghubungimu. Bahkan aku seperti gelandangan tidur di depan apartemenmu di Kanada menunggumu pulang. Kau hanya memberi ku kabar lewat email dan berkata bahwa kau akan menggugurkannya. Bahkan sehari saat aku mengatakan hal bodoh itu padamu, esoknya aku berusaha menghubungimu, agar kau memaafkan kebodohanku dan kita sama-sama membesarkan mereka. Jadi bagaimana bisa kau seperti ini padaku Dara” jelas Jiyong panjang lebar.

“Saat kau menyuruhku untuk menggugurkannya, saat itu pula kita berakhir. Aku tahu kau menungguku di apartemen karena temanku menelfon mengabarkan itu, tapi itu sudah terlambat Ji. kau mengecewakan dan tidak termaafkan. Jangan berharap kau bisa berada di hidup kami yang sudah aku atur sedemikian rupa agar mereka tidak tersakiti dengan kenyataan bahwa AYAH KANDUNGNYA TIDAK MENGINGINKAN MEREKA” ucap Dara sarkastik menatap Jiyong marah dan Jiyong hanya bisa mengepalkan tangannya.

“Tapi aku menyesal Dara. ku mohon beri aku kesempatan untuk mendekati mereka. Aku ingin membalas ketidak hadiranku selama 7 tahun di sisi mereka. Aku ingin menjadi appa yang bisa mereka andalkan” ucap Jiyong sambil menggenggam tangan Dara. namun Dara buru-buru menepisnya.

“Aku akan memberimu kesempatan mengenal mereka, tapi jangan salahkan aku jika mereka tak meresponmu” ucap Dara lalu ingin beranjak dari tempatnya sebelum ucapan Jiyong menghentikan pergerakkannya.

“Bisakah besok aku mengantar dan menjemput mereka ke sekolah?” tanya Jiyong dengan nada sendu, bahkan terdengar memohon.

“Terserah padamu, itu pun jika kau bisa bangun pagi Ji” ucap Dara lalu melangkah pergi.

“Aku akan bangun pagi sekali. Kirimkan alamat rumahmu okey Dee” teriak Jiyong pada Dara yang tak berniat sedikitpun membalikkan tubuhnya pada Jiyong.

~

“Hai man! Mengapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Top yang sedang di rumah (dapet cuti dari mertua haha, makanya punya bos jangan mertua sendiri bang entop).

“Hehe, aku hanya sedang tak sabar hyung membayangkan besok aku akan mengantarkan mereka pergi kesekolah” ucap Jiyong masih senyum-senyum bahagia.

“Mereka? siapa?” tanya Top bingung.

“Keponakan mu hyung” jawab Jiyong cepat masih senyum-senyum.

“HUAH!!! EOMMMAAAA, AAPPPAAA JIYONG HAMILIN ANAK ORANG” teriak Top yang menggelegar di rumah mertuanya itu.

“Yak hyung kau ini berlebihan sekali sih” protes Jiyong mendelik sebal pada kakak iparnya.

“Siapa yang menghamili anak orang Top?” tanya suara berat yang kini sudah berada di belakang ku.

“Appa!!!” ucapku memekik ngeri. Oh damn!!! Ingatkan aku untuk membunuh kakak ipar idiotku.

“Jiyong sudah punya anak appa. Dan dia bilang mereka berarti lebih dari satu. Benarkan itu Jiyong?” ucap Top tak mengerti situasi. Jiyong ingin sekali membakar kepala kakak iparnya itu.

“Benarkah itu? Dan kau tidak mengatakannya pada aku dan eomma, huh?” tanya pak tua yang kini berwajah seram walau ketampanan masih melekat di wajahnya.

“Appaaa, aku akan menjelaskan semua ini. tapi aku menunggu waktu yang tepat. Karena aku pun baru mengetahui mereka. dan benar aku mempunyai 2 anak. Mereka kembar” ucap Jiyong menjelaskan namun matanya tak bisa menatap wajah appanya.

“Huaaah, kalau begitu kau besok harus membawa mereka ke sini. Atau ku kuliti kau hidup-hidup” ucap tuan Kwon. Membuat Jiyong bergidik terkejut dengan apa yang di kataannya.

“Appa tidak marah eoh?” tanya Jiyong.

“Aku marah, jelas saja. kau harus bertanggung jawab karena kecerobohanmu dan lagi kau membuat mereka tak mengenalku. Dasar anak dungu! Aku tidak mendidikmu tidak bertanggung jawab seperti ini. babbo. Ini karena eomma mu selalu memanjakanmu hingga kau bodoh seperti ini’ ucap tuan Kwon lagi. Namun sebuah cubitan di pipi ajussi yang sudah berumur itu membuatnya meringis.

“Kau menyalahkanku huh?” ucap nyonya Kwon yang tiba-tiba sudah di samping tuan kwon.

“anni yeobo, kekeke aku hanya bercanda kok. Benarkan Jiyong” ucap tuan kwon meminta pertolongan pada Jiyong.

“Kau juga, mengapa tak bercerita pada kami huh. babbo” kini nyonya Park mencubit pipi Jiyong. Jadilah kedua tangan nyonya Park mencubit pipi suami dan anaknya.

“Hahaha, aaduuuh-dduh” tawa Top yang sedang asik menertawakan tiba-tiba meringis karena ia juga merasa pipinya tertarik ke samping. Oh tidak ini bukan ulah nyonya Park tapi,,

“Teriakanmu membuat Kookie bangun” ucap Bom  sambil menarik-narik pipi Top.

“Minhae Bomie-aah” ucap Top memohon, dan seketika mereka.

**

            Pagi sekali Jiyong sudah memarkirkan mobilnya di perkarangan rumah seseorang yang amat di cintainya. Dia benar-benar datang pagi sekali, atau karena ia memang tidak tidur semalaman karena terlalu bersemangat untuk pagi ini.

“Ayoo, cepat kalian akan terlambat jika tidak segera turun dan masuk mobil” teriak seseorang yang kini bersandari di mobil yang terparkir di depan rumahnya. Ya itu suara Dara.

“Mamaaaaa, kaos kaki Mino sebelah lagi hilang” ucap Mino sambil melambai-lambaikan kaos kakinya yang hanya sebelah.

“Pakai yang lain saja sayang. Cepatlah” ucap Dara. lalu Mino segera naik lagi ke kamarnya.

“Jimin eodiyaaa? Palliii” teriak Dara lagi.

“Eommaaaaaa, dasi chim-chim tidak ada. Ottoke?” ucap Jimin dengan wajah bingung. Membuat Dara memijat pelipisnya. Sepertinya Dara butuh aspirin pagi ini.

“Pakai dasi yang lain saja emm. Ayo kita cari sama-sama sayang” ucap Dara lagi bersabar untuk malaikat-malaikatnya.

“Ini Chim, kemarin hyung memakaikannya pada Daroong” ucap Mino yang sudah memakai kaos kakinya dan di tangannya menggenggam dasi kupu-kupu Jimin.

“Ih hyung, itu kan punya Chimin, kenapa di pakaikan ke Daroong?” protes Jimin yang tak rela dasinya di pakaikan ke kucing peliharaan yang di namakan Daroong itu.

“Sudah-sudah, ayo kita pergi kesekolah. Arraseo” ucap Dara menengahi. Dan kedua namja berusia 7 tahun itu pun segera memasuki mobil mama mereka. kini Jimin yang duduk di depan dan Mino duduk di kursi belakang.

“Hallo” sapa Jiyong saat sebelum Dara melajukan mobilnya.

“Waaaah, ajussi yang cium mama kemarin. Hallo ajjusi luar negri yang suka cium-cium” ucap Mino antusias membuka jendela mobil dan melambaikan tangannya dengan cepat pada Jiyong yang berada di luar mobil mereka.

“kau dari sejak kapan di sini?” tanya Dara dingin.

“Sudah cukup lama. Melihat kesibukan tiap pagi mu Dee” jawab Jiyong. Membuat Dara memalingkan wajahnya ke sembarang arah karena ingin menyembunyikan rasa malunya, oh ayolah siapa yang tidak malu jika pagimu selalu berteriak ini itu.

“Hallo Jimin” sapa Jiyong yang melihat Jimin duduk di sebelah Dara.

“Hallo ajjussi luar negli. Ajussi tahu namaku? Wah daebak” ucap Jimin terpukau.

“Ne, kau Jimin dan itu hyung mu Mino. Benarkan? Dan kenalkan aku Jiyong ajussi” ucap Jiyong yang menelan kasar saat ia mengucapkan ajussi, sungguh ia benci di panggil itu. Apalagi ini anak-anaknya yang seharusnya ia di panggil appa.

“Emm, aku Jimin tapi olang-olang memanggilku Chim-chim atau Chimin”ucap Jimin mengulurkan tangannya ingin berjabat tangan, berkenalan ala orang dewasa. (sok tua si enchim, pengen salaman kaya orang gede ngomong ja cadel gitu).

“Aku Mino, dan aku sangat kuat ajussi. Ajussi ayoo ikut kami ke sekolah” ucap Mino dan membuat Dara menatap Jiyong. Sepertinya dugaan Dara salah, sepertinya Mino dan Jimin cepat akrab dengan Jiyong. Ayolah siapa yang bisa memisahkan ikatan batin dengan sang ayah. Bahkan mereka sangat gembira di sisi Jiyong.

“Baiklah, ayo kita berangkat ini akan sangat telat dan Jiyong ajjusi akan ikut kalian tapi ajussi naik mobilnya sendiri. okey” ucap Dara memberi keputusan dan langsung di respon tersenyum oleh Jiyong. Ingin Jiyong mereka di dalam mobil yang sama, tapi biarkanlah bukan kah ini awal. Jadi Jiyong pun mengikuti mobil Dara dari belakang.

“Mama, Jiyong ajussi kenapa tidak di mobil kita saja? kan kasihan sendirian” ucap Mino sambil melihat kebelakang mobil, melihat mobil Jiyong yang berada dibelakang.

“Mino-aah duduk. Nanti kau bisa jatuh, jangan berdiri seperti itu” ucap Dara yang melihat dari spion tengahnya Mino sedang berdiri di bangku penumpang dengan tubuh menghadap kebelakng masih melihat mobil Jiyong.

Bruugh.

“Aduuh, mama kenapa rem mendadak? Mino kan jadi jatuh ini sakit” protes Mino pada Dara.

“kan sudah mama bilang jangan berdiri. Mianhae tadi ada kucing menyeberang. Apa sakit sayang?” tanya Dara menyempatkan menengok kondisi anak nya yang duduk di bangku penumpang.

“Anni. hehehe seru saat jatuh seperti di film-film transformer. Bugh bugh” ucap Mino kini ia sedang jatuh-jatuhan ke sisi kanan dan kiri di kursi penumpang. Jimin yang duduk di depan hanya menggelengkan kepala. Dara yang melihat tingkah anak-anaknya tersenyum. Mino yang kekanakan walaupun dia hyung, Jimin yang tingkahnya seperti orang yang berusia 70 tahun seakan-akan dia melihat tingakah Mino adalah hal kekanakan baginya.

~Sekolah~

“Ingat, jangan nakal ya. dengarkan kata guru kalian okey. Cium mama” ucap Dara lalu ke 2 anaknya mencium pipinya bergantian.

“Jiyong ajjusiiiii” teriak Mino lalu berhambur berlari menuju Jiyong.

“Dengarkan kata-kata mama mu. Dan jaga adikmu jagoan” ucap Jiyong sambil menyetarakan dirinya dengan tinggi Mino.

“Jiyong ajussi, aku juga jagoan kok. Aku bisa menjaga diriku sendili” ucap Jimin yang juga mendekati Jiyong.

“Kekeke. Kalian memang jagoan hebat. Ayo kita toss” ucap Jiyong dan mereka ber toss ria. Dara melihat pemandangan itu, indah namun rasa sakit juga menyerang perasaannya. Jika saja, Jiyong mau menerima mereka dahulu mungkin mereka mendapatkan kebahagiaan mempunyai ayah.

“Kami masuk ya, bye bye mama, Jiyong ajjussi” ucap Mino dan Jimin lalu mereka memasuki kelas mereka.

“Sepertinya mereka nyaman denganku. emm bisakah sepulang sekolah aku yang menjemput mereka dan emm, jika boleh aku ingin membawa mereka menemui orang tuaku. Aku sudah membicarakan ini semua dan mereka ingin menemui mereka” ucap Jiyong hati-hati. Dara yang mendengar itu pun menatap Jiyong lekat-lekat.

“Baiklah. Tapi terus hubungi aku, dan jaga mereka jangan sampai mereka lecet sedikitpun” ucap Dara yang tak bisa membohongi hatinya bahwa ia tidak mendapatkan celah dari kesungguhan Jiyong yang ingin mengenal anak-anaknya.

“Jinnja, gumawo Dee” ucap Jiyong gembira. Dan merekapun melajukan mobil mereka masing-masing.

~

“Mino-aaah, Jimin-aah” teriak Jiyong saat ke dua makhluk mungil berlari keluar kelas mereka.

“Jiyong ajussi. Ajussi menjemput kami? Mama mana?” tanya Mino.

“Mama meminta ajussi menjemput kalian. Dan ajussi ingin membawa kalian ke rumah ajussi kalian mau?” ucap Jiyong yang menatap mereka gemas.

“Aku mauuuuuuuu” teriak Mino sambil mengangkat tinggi-tinggi tangannya.

“Di rumah ajussi ada apa?” tanya Jimin ragu.

“Emm di rumah ajussi ada banyak jelly, cake, dan robot-robot transformer” ucap Jiyong membuat ke dua makhluk maniak jelly, cake dan transformer berbinar-binar. Itu seperti syurga bagi mereka.

“Ayo ajussi. Kau lama sekali” ucap Mino ternyata sudah berjalan menuju mobil Jiyong.

“Ayooo. Ayo Jimin” ucap Jiyong sambil menuntun tangan Jimin menuju mobil nya.

~Rumah Keluarga Kwon~

“Huuuuaaaah, ini rumah ajuussi? Besar sekali aku saja di rumah nenek dan kakek suka lelah karena terlalu luas tapi ini lebih besar. Aku bisa main kejar-kejaran di dalamnya” ucap Mino takjub dengan rumah kediaman keluarga Kwon itu. Keluarga Dara juga dari golongan kaya raya, namun keluarga Kwon adalah keluarga yang semua penjuru Seoul mengenalnya bahka n orang-orang terkaya di Seoul merupakan sahabat dari tuan Kwon.

“Ayoo kita kedalam. Eomma dan appa ajussi menunggu kalian” ucap Jiyong lalu menggendong mereka berdua. (aiiiihh, papa idaman. Mau Tuhan yang kaya gitu. #akibat_ngetik_dimalamminggu).

“Kenalkan ini eomma dan appa ajusii” ucap Jiyong saat sudah di hadapan orang tuanya. Lalu menurunkan ke dua anaknya yang sebelumya di gendong kedua tangannya. Tuan dan nyonya Kwon seperti mematung melihat sosok 2 bocah kecil yang benar-benar seperti Jiyong saat kecil. Mereka seperti melihat Jiyong umur 7 tahun dan ada dua.

“Annyonghaseo, eomma dan appa Jiyong ajussi. Perkenalkan aku Mino dan ini adik sekaligus kembaranku Jimin” ucap Mino membungkuk dan Jimin ikut membungkuk memberi penghormatan kepada tuan dan nyonya kwon.

“Oh kalian sangat menggemaskan. Bagaimana bisa kalian sudah sebesar ini” ucap nyonya Kwon yang sudah memeluk dua bocah yang kebingungan dengan sikap nyonya Kwon yang kini sudah menangis.

“Eomma, geumanhae” ucap Jiyong mengingatkan, bahwa ke dua anak itu belum mengerti hubungan mereka dengan keluarga Kwon.

“Apa kalian lapar. Aku sudah memasak banyak untuk kalian ayo kita makan bersama” ucap nyonya Kwon dan dua bocah itu dengan lugu mengagguk semangat.

“Huaaaaah, apa ada perayaan di sini?” takjub Mino. (ni anak norak banget dah ah, kaya gak pernah liat makanan enak aja).

“Hyung, liur mu. Nanti kena makanannya” ucap Jimin dan seketika ruang makan menjadi ramai oleh tawa.

“Makan sepuasnya, hingga perut kalian semakin membuncit dan pipi kalian semakin menggembung” ucap tuan Kwon yang mencubit gemas bocah-bocah tak bisa diam itu.

“Siaaaaap appa nya Jiyong ajussi” ucap Jimin.

“Panggil mereka nenek dan kakek saja, emm” ucap Jiyong, tuan Kwon dan nyonya Park pun mengangguk setuju.

“Baiklah” ucap serempak Mino dan Jimin lalu melahap dengan antusias makanan yang super duper banyak itu.

            Setelah mereka makan hingga perut ke dua anak hiperakhtif itu semakin membuncit, mereka berada di taman depan rumah keluarga Kwon. Jiyong yang sedang berlarian mengangkat bergantian tubuh Mino dan Jimin seperti pesawat terbang dan mereka tertawa bersama. Nyonya dan tuan Kwon mengamati ke 3 namja beda usia itu.

“Ikatan mereka sangat erat walaupun mereka baru bertemu” ucap nyonya Kwon menatap haru dengan pemandangan yang ada.

“Itulah yang di namakan ikatan sedarah” pungkas tuan Kwon.

Dara Pov

            Aku sangat khawatir pada anak-anakku, apakah Jiyong bisa menjaga mereka. dan apakah mereka merepotkan di rumah keluarga Jiyong. Walaupun Jiyong mengabariku bahwa mereka senang di ajak ke rumah orang tuanya, namun aku takut mereka tidak di terima oleh orang tua Jiyong. Mereka orang-orang terpandang, dan aku sangat takut dengan status anak-anakku.

“Eonn, gwencana?” ucap Cl membuyarkan lamunanku.

“Emm. Wae?” tanya ku balik.

“Anni. presdir memanggil eonnie” ucap Cl dan aku mengangguk mengerti lalu menuju ruangan presdir yang tidak lain adalah appa ku sendiri.

            Aku terburu-buru menuju rumah, Jiyong mengabariku bahwa Jiyong akan mengantarkan anak-anak ke rumah.

“Mamaaaaaa” teriak Mino dan Jimin dan langsung memelukku yang baru turun dari mobil.

“Emm jagoan mama, kemana seharian ini dengan Jiyong ajussi?” tanyaku pada mereka.

“kami ke rumah Jiyong ajussi. Di sana rumahnya sangat besar dan banyak makanan. Mainan nya juga banyak sekali. Itu seperti syurga ma” cerita Mino dengan wajah berbinar.

“kakek dan nenek juga baik ma, mereka sangat baik pada Mino hyung dan Chim-chim” kini Jimin menambahkan.

“Kakek nenek?” ucapku bingung.

“Iya, appa dan eomma jiyong ajussi. Kami memanggil mereka kakek dan nenek. Wae mama? Apa tidak boleh?” tanya Mino sambil memiringkan kepalanya bingung namun sangat lucu.

“ahhh, boleh sayang. Kalian boleh memanggil mereka kakek dan nenek” ucapku lalu mengecup wajah ke dua malaikatku ini.

“Gumawo untuk hari ini” ucapku pada Jiyong yang mengamati perbincangan kami.

“Anni, aku yang seharusnya berterimakasih Dara. hari ini eomma dan appa sangat senang kedatangan mereka. aku pun sangat bahagia, dan ku harap kami bisa mengajak mereka lagi” ucap Jiyong dan aku hanya menghempaskan nafas berat lalu anggukan kecil membuat Jiyong berbinar. Aku tak bisa mengelak nada dan wajah bahagia Jiyong.

“Baiklah aku pulang dulu ya. Mino Jimin ajussi pulang ya. kalian jaga mama Dara okey. Jika ada yang jahat kalian harus menghubungi Jiyong ajussi, araseo” ucap Jiyong menyetarakan tingginya dengan Mino dan Jimin lalu memeluk anak-anaknya.

“Siap kapten” ucap serempak Mino dan Jimin.

“Kalian masuk dan mandi, mama antar Jiyong ajusii dulu. Okey” ucapku lalu mereka masuk berlarian. Aku pun berjalan di samping Jiyong menuju mobilnya yang terparkir di depan pagar rumah.

“Sekali lagi terimakasih, Dee” ucap Jiyong membuatku menatapnya. Lalu Chuuu~~ ia mengecup pipi ku singkat membuatku membeku seketika.

“Ku harap aku juga bisa mendekati mama anak-anakku dan memiliki hatinya lagi” ucapnya lagi dan aku masih dalam mode kaku di tempat, mencerna perkataannya.

“Aku pulang Dee, selamat istirahat” ucap Jiyong lalu melajukan mobilnya. Aku yang baru tersadar memegang pipiku yang memanas bekas ciuman Jiyong. Jantungku seperti akan melompat dari tempatnya, uh oh perasaan ini seperti saat aku masih berhubungan dengan Jiyong. Aaarrggghhhh sadarlah Dara. aku pun segera memasuki rumah.

            Kini aku sedang membuat susu untuk Mino dan Jimin yang sedang main di ruang tv. Mereka ternyata sudah membuat pr, yang kata mereka di kerjakan bersama Jiyong ajjusii mereka.

Plaaaak

            Aku terkejut dan langsung menuju mereka. Jimin sedang memegang keningnya, Mino memegang buku cerita yang di gulung.

“Hyooooooong, sakittt. Mamaaaa, Mino hyung memukul kepala chim-chim” teriak Jimin dan aku langsung memeluk Jimin. Tatapan menyelidik pada Mino.

“Anni mama, aku tadi melihat nyamuk di kening Chim-chim aku ingat kata bu guru nyamuk itu berbahaya membawa penyakit dan aku memukul nyamuknya yang berada di kening chim chim. Chiminie mianhae, apakah sangat sakit? Kau boleh balas memukul hyung” jelas Mino membuat Jimin melepas pelukanku.

“Benarkah ada nyamuk di keningku hyung. Pantas saja aku merasa tadi agak gatal, hehehe. Gumawo hyung” ucap Jimin lalu memeluk Mino yang menunduk menyesal. Aaahh anak-anakku, bagaimana bisa aku hidup tanpa kalian.

“Maafkan hyung ya chim. Appo?” tanya Mino khawatir dan mengelus-elus kening Jimin yang memerah.

“Anni, hanya saja nanti pukulnya bilang-bilang dulu hyung dan jangan pakai buku. Aku kan kaget” ucap Jimin tersenyum membentuk bulan sabit di matanya. (suka melting klo liat Jimin senyum, hayati ga kuat vroooh).

“Kekeke minhae Chim” ucap Mino tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, tulang pipi yang menonjol membuat lucu wajahnya saat tersenyum.

“Aiigoo, apa mama tidak di ajak berpelukan? Kan mama mau di peluk” ucapku pura-pura merajuk.

“Mama minta peluk Jiyong ajussi saja. ajussi sepertinya suka sama mama. Mino juga tanya tadi sama Jiyong ajussi dan Jiyong ajussi bilang dia suka sama mama” ucap Mino.

“Iya ma, Chim-chim juga dengar itu. Cie mama ada yang suka” goda Jimin membuatku merona di wajah.

“sudah-sudah cepat kalian tidur besok kalian sekolah” ucapku mengalihkan pembicaraan. Bisa-bisanya Jiyong mengatakan itu pada anak-anak. Babbo.

**

Jiyong Pov

            Aku melangkah dengan riang gembira, lagi lagi seperti anak gembala selalu senang riang gembira. Melajukan mobilku menuju anak-anakku yang akan pergi ke sekolah.

“Jiyooooong ajuusii” teriak ke dua makhluk yang kini paling berharga untukku termasuk Dara tentunya.

“Morning Mino, Jimin dan Dara” ucapku tersenyum sehangat mungkin pada mereka.

“Morning Jiyong ajussi” ucap Mino dan Jimin.

“Sudah siap berangkat sekolah?” tanyaku pada mereka dan lalu mendapat anggukan cepat dari mereka.

“ayooo berangkat” ucapku lalu mereka menaiki mobil Dara dan aku menaiki mobilku. Emm masih seperti itu, Dara masih menjaga jarak dengan ku.

            Mereka melambaikan tangannya saat hendak memasuki kelas. Namun Jimin tiba-tiba berlari menuju ke arahku lagi.

“Jiyong ajussi, bisakah ajussi datang menggantikan appa kami saat kami tampil minggu depan. Aku dan Mino hyung akan bermain teater” ucap Jimin yang sedikit terngah-engah karena berlari. Aku menatap Dara, ia mengangguk lalu aku tersenyum pada Jimin dan aku berjongkok untuk menyetarakan tinggi kami.

“Ne, ajusii akan datang melihat penampilan Jimin dan Mino. Jangan sedih ne” ucap ku lalu Jimin memelukku erat.

“Gumawo Jiyong ajussi. Appa pasti tidak marah di syuga sana. Aku masuk lagi ya. jangan lupa janjimu Jiyong ajussi” ucap Jimin melepas pelukanku dan berlari lagi menuju kelasnya dan aku masih mencerna ucapannya. Syurga????

“Dara, apa yang mereka tahu tentang appa mereka?” tanya ku. Dan aku melihat Dara menunduk memutus kontak pendanganku pada manik matanya.

“Jawab aku Dee” ucapku sambil merengkuh bahunya.

“Aku bercerita pada mereka, bahwa appa mereka sudah mati” ucapnya lalu menatap manik mataku, binar kebencian tampak di mata indahnya, dan tidak hanya itu binar kesakitanpun sangat kontras.

“Hah??” ucapku tak percaya. Lalu bagimana aku menjelaskan bahwa aku ayah mereka nantinya jika mereka berfikiran appa mereka sudah mati. Aaarrrgggghhh.

-TBC-

Ini ff belum end kok, tapi gak tau deh chap selanjutnya end apa enggak, biasalah authornya somplak suka seenaknya sendiri bikin ending hahaha. Pokoknya kalau besok ending trus seperti biasa di protect minta pwnya ja di sini hannygd0203@gmail.com , fast respon. Hehe. Semoga tetep suka sama ff author. Gumawo *pyooong.

 

69 thoughts on “Hold Me Tight [Chap.3]

Leave a comment