[Finalis FF] Summer Hill – chapter 3

Juara 3 Lomba Fanfiction yang diadakan DGI,

Happy reading!! ^^

Author : @isnaini1995

(3)

Jiyong berbaring di atas padang rumput yang membentang di belakang kuil. Kedua tangannya terlipat di belakang kepalanya. Angin musim panas berhembus di sekelilingnya. Menerbangkan poninya yang sekarang sudah mulai menutupi kedua matanya. Jiyong mendengar suara seorang yeoja terkekeh di sampingnya, tetapi dia tetap berpura-pura tidur. Memejamkan kedua matanya dengan rapat.

Sebuah bulu halus bergerak di sekitar wajahnya. Mengikuti kontur wajahnya dan sesekali membelai lembut kulit wajahnya. Suara yeoja itu kembali terdengar setiap kali Jiyong mengerang atau menggerakkan kulit wajahnya. Bulu itu bergerak hingga ke telinga Jiyong. Bulu itu digerakkan menggelitik hingga membuat Jiyong beberapa kali menggidik karena geli.

Jiyong langsung membuka mata saat dia tidak bisa lagi menahan rasa geli itu dan langsung menggenggam tangan yeoja yang sedang asyik mengganggunya itu, “Ya~!” teriak Jiyong.

Yeoja itu tertawa.

Jiyong menarik tubuh mungil yeoja itu dan langsung menindihnya dengan tubuhnya, “Sepertinya kau senang sekali mengganggu orang yang sedang tidur,” kata Jiyong sambil menatap yeoja yang tersenyum di bawahnya.

Yeoja itu mengangguk. Sesekali dia terlihat mengatupkan bibirnya dengan rapat, mencoba menahan tawanya. Matanya berbinar, di bawah hamburan sinar matahari yang menerpanya melalui celah-celan dedaunan di atasnya.

Wae?” tanya Jiyong.

Yeoja itu menggeleng.

Wae?” tanya Jiyong sekali lagi.

Yeoja itu sekali lagi menggeleng.

Arraseo,” kata Jiyong lalu meletakkan keningnya di atas kening yeoja itu, “Nakal,” kata Jiyong.

Dan kini yeoja itu sudah tidak dapat menahan tawanya. Dara tertawa di bawah tubuh Jiyong yang memperhatikannya dengan kedua matanya tajam.

“Ya~!” kata Jiyong lalu mengerutkan bibirnya.

Dara menarik kedua tangannya lalu meletakkannya di kedua pipi Jiyong, “Neol.. neomu neomu kyeopta,” kata Dara. Dara menggerakkan tangannya ke mata Jiyong, “Mata,” lalu ke hidung Jiyong, “Hidung,” lalu turun ke pipi Jiyong, “Pipi,” dan.. akhirnya tangan Dara berhenti di samping bibir Jiyong, “Bibir,” Dara mendongakkan pandangannya, “Mine,” kata Dara sambil tersenyum.

Mwo? Mine?” tanya Jiyong dengan tatapan tak percaya.

Dara mengangguk. Lalu tiba-tiba saja di mengecup bibir Jiyong. Sebuah kecupan yang sangat cepat. Bahkan Jiyong pun tidak menyadari hal itu. Dara kembali tertawa saat melihat ekspresi wajah Jiyong.

“Ya~! Kau.. Kau..,” kata Jiyong terbata-bata.

Dara mendorong tubuh Jiyong hingga punggung Jiyong mendarat di tanah. Ekspresi terkejut terlihat dengan jelas di wajah namja itu. Dara langsung bergerak dan membaringkan tubuhnya di atas tubuh Jiyong, “Mine,” kata Dara lalu kembali memberikan kecupan di bibir Jiyong.

Dara tertawa lalu menarik tubuhnya dan berlari meninggalkan Jiyong yang masih terbaring di tanah. Shock dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sebelumnya dia memang sering bertemu dengan yeoja-yeoja yang cukup agresif terhadapnya, tetapi saat dia berhadapan dengan Dara, entah kenapa rasanya sedikit.. mengejutkan.

Jiyong bangun dari posisinya dan duduk dengan menggunakan tangan kirinya sebagai tumpuan. Tangan kanannya bergerak ke dadanya lalu berhenti di dada kirinya. Tepat di atas jantungnya yang kini telah berdetak dengan sangat cepat. Dengan. Sangat. Cepat!

Jiyong tersenyum melihat yeoja yang baru saja menyebabkan jantungnya bekerja secara abnormal itu berlari di antara ilalang yang menjulang tinggi dan sesekali mengintipnya dari balik ilalang-ilalang itu.

Dara noona!” panggil Jiyong, tetapi yeoja itu malah menjulurkan lidahnya dari jauh.

**

Matahari telah tinggi menjulang di langit. Menggantung di antara awan-awan putih. Semua orang telah selesai mengerjakan tugas mereka dan kini mereka berkumpul bersama di Aula Belakang untuk menikmati makan siang mereka.

Jiyong duduk di samping Seungri dan di depan Yongbae. Sejak mereka masuk ke kuil itu, Yongbae menjadi salah satu sahabat baik mereka. Well, meski dengan sikapnya yang sedikit misterius itu. Choi Dongwook yang saat ini duduk di samping Jiyong juga merupakan korban pemaksaan oleh keluarga seperti Jiyong dan Seungri. Setelah dia masuk ke kuil dan berkenalan dengan Jiyong, Seungri, dan Yongbae, dia sering ikut berkumpul dengan mereka bertiga.

Nasi, sayur, dan beberapa buah telah disediakan di depan mereka. Meski tanpa daging, bagaimanapun juga ini adalah kuil. Beberapa orang telah mulai mengambil makan siang mereka, begitu pula dengan Jiyong, Seungri, Yongbae, dan Dongwook.

“Kau dengan berita semalam?” tanya Seungri sambil berbisik.

Jiyong, dan Dongwook menoleh ke arahnya.

Mwo?” tanya Dongwook.

Seungri menggidik, “Semalam ada yang melihat penampakan di kuil ini!” desis Seungri.

Yongbae terdiam sesaat, “Penampakan?” wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Seungri mengangguk, “Kau tau Wooyoung dari kamar yang berada di ujung asrama kita?”

Jiyong dan Dongwook mengangguk.

Seungri memajukan tubuhnya, diikuti oleh kedua namja yang lain, Jiyong dan Dongwook, “Tadi pagi sebelum fajar terbit saat dia sedang berjalan ke sungai, dia melihat seorang yeoja duduk di atas batu besar di tepi sungai,” kata Seungri, “Mengerikan!”

Yeoja?” tanya Jiyong.

Seungri menoleh pada Jiyong, “Hantu perempuan!” desis Seungri, “Hyung tidak pernah mendengar cerita itu?”

Jiyong menggeleng.

“Kau tau Lee Joon?” tanya Dongwook tiba-tiba, “Ku dengar dia juga pernah melihat yeoja itu,”

“Aku sering mendengar itu,” kata Yongbae, “Hampir sepanjang hidupku ku habiskan di kuil ini,”

“Apakah kau pernah melihatnya?” tanya Seungri.

Yongbae menggeleng, “Yang ku tahu, asal kau memperlakukannya dengan baik, maka dia juga akan memperlakukanmu dengan baik,”

“Aku ingin melihatnya!” kata Seungri tiba-tiba.

Jiyong langsung menoleh, “Penakut sepertimu ingin melihat penampakan?”

Seungri mengangkat kedua bahunya, “Jika berempat tidak akan begitu menyeramkan kan?” tanya Seungri.

Jiyong, Yongbae dan Dongwook saling berpandangan satu sama lain.

**

Malam telah melebarkan sayapnya. Menerbarkan kegelapan di setiap permukaan yang terlihat. Gemericik air terdengar di sepanjang sungai dan desiran angin yang berhembus di antara ilalang yang menjulang tinggi, menimbulkan bunyi yang memenuhi malam itu.

Di dekat batu besar di tepi sungai, telihat sebuah cahaya yang memancar dari beberapa batang lilin yang dinyalakan berjajar. Jiyong dan Yongbae duduk bersebelahan di belakang, beralaskan ayaman jerami, membiarkan Seungri dan Dongwook bereskperimen dengan khayalan mereka.

Beberapa dupa telah di nyalakan dan aroma kemenyan menyeruak di antara mereka. Seungri berkomat-kamit membacakan beberapa mantra yang dibacanya entah dari mana, sedangkan Dongwook yang berdiri di belakang Seungri menggerak-gerakkan beberapa lembar kertas putih yang telah dipotong memanjang.

“Kau yakin ini akan berhasil?” bisik Jiyong pada Yongbae.

“Sepertinya tidak,” jawab Yongbae.

Seungri terus mengulang mantra-mantra yang dibacanya dan perlahan suasana di sekitar daerah itu mulai berubah. Angin bergerak tak menentu. Air yang mengalir di belakang batu besar bergemericik semakin keras. Ilalang-ilalang yang menjulang tinggi bergerak semakin keras.

“Wahai arwah yang bersemayam di sini.. Datanglah!” kata Seungri sambil mengangkat dupa yang digenggamnya, “Datanglah!”

Terdengar gerakan dari balik ilalang. Gerakan-gerakan itu terdengar mendekat dan semakin cepat. Jiyong dan Yongbae mengedarkan pandangannya, Seungri terus mengucapkan mantranya tanpa henti, dan Dongwook terus menggerakkan kertas-kertas yang digenggamnya.

Jiyong bergerak gelisan sedangkan Yongbae hanya duduk diam di samping Jiyong.

“Kau merasakan itu?” tanya Jiyong.

“Angin? Air? Dingin?” jawab Yongbae, “Ne,”

Jiyong menoleh pada namja di sampingnya dan dia mendapati Yongbae sedang berbaring sambil melipat kedua tangannya di bawah kepalanya. Kedua matanya terpejam.

“DATANGLAH!!” teriak Seungri.

Dan sebuah erangan terdengar dari depan Seungri. Sebuah sosok melompat di atas batu besar tepat di atas makanan yang mereka gunakan sebagai sesaji. Membuat Seungri dan Dongwook melompat dari tempat mereka berdiri.

Meow,”

Seekor kucing savannah berdiri di depan mereka dan memandang mereka berempat dengan tatapan polosnya. Sesekali kucing itu mengedipkan matanya.

Meow,” kucing itu kembali mengeong.

Yongbae bangun dari tidurnya dan mengulurkan tangannya, “Dadong-ah,” panggil Yongbae, “Kemari,”

Kucing itu kembali mengeong lalu berjalan mendekati Yongbae. Yongbae langsung mengelus kepala kucing itu.

“Gagal deh,” kata Seungri sambil menatap benci pada kucing yang saat ini sedang berada dalam dekapan Yongbae, “Semua gara-gara kucing sialan itu. Aku tidak akan pernah bisa melihat hantu yeoja itu dan mendapatkan gelang keberuntungan darinya,”

“Itu salahmu sendiri mempercayai tahayul bodoh itu,” gumam Yongbae sambil terus memainkan Dadong.

“Tapi Wooyoung dan Lee Joon berhasil melihatnya!” kata Seungri, “Meski mereka tidak berhasil mendapatkan gelangnya,”

Yongbae berdiri sambil membawa Dadong. Dia menoleh pada Seungri, “Ya.. semoga berhasil lain kali,” kata Yongbae lalu berjalan meninggalkan tempat itu. Dia berhenti tiba-tiba saat sudah cukup jauh berjalan. Dia menoleh kembali ke belakang, “Jiyong-ah, perlakukan dia dengan baik,” lalu Yongbae kembali berjalan menjauh.

Ne?” tanya Jiyong bingung dengan kata-kata yang dikatakan oleh Yongbae.

“Apa maksudnya?” gumam Seungri sebal, “Aneh. Huh!”

**

Jiyong memanjat pohon besar yang ada di atas bukit. Setelah berhasil kabur dari Seungri dan Dongwook, dia langsung berlari ke arah pohon besar di atas bukit. Dia terus memanjat hingga dia mencapai dahan yang biasa dia duduki bersama dengan Dara.

Jiyong sampai di dahan itu dan langsung mengedarkan pandangannya saat dia melihat tak ada seorang pun di tempat itu. Kosong. Aneh.. biasanya Dara akan duduk di tempat ini dan menunggunya, tetapi malam ini dia tidak berada di tempat ini seperti biasanya.

“Mencariku?”

Jiyong menoleh mencari sumber suara itu, tetapi dia tidak berhasil menemukannya.

“Aku di bawah, Anak Bodoh!” teriak Dara.

Jiyong menundukkan kepalanya dan di bawahnya Dara berdiri dalam balutan pakaian putih yang biasa dia gunakan dan tersenyum manis ke arahnya. Dia melambaikan tangan kanannya yang menggenggam dandelion ke arah Jiyong.

**

“Ku pikir kau tidak akan datang,” kata Jiyong saat Dara telah duduk di sampingnya.

Dara tersenyum. Matanya tertuju pada dandelion di tangannya lalu dia menoleh pada Jiyong, “Merindukanku?” tanya Dara.

Jiyong menoleh. Wajahnya mulai memerah dan Jiyong merasakan hal itu. Pipinya mulai terasa panas. Untung saja malam itu cukup gelap sehingga dia bisa menyembunyikan wajahnya yang mulai merona.

A.. aniya,” jawab Jiyong.

“Benarkah?” tanya Dara sambil mendekatkan wajahnya ke arah Jiyong.

Jiyong memundurkan kepalanya, mencoba membuat jarak yang cukup jauh dengan Dara.

Dara tertawa lalu menarik wajahnya menjauh, “Kau lucu sekali,” kata Dara. Dia mengulurkan tangannya lalu mencubit hidung Jiyong dan menggoyangkannya, “Kyeopta!”

“Ahh~! Apayo!” kata Jiyong, tetapi Dara tidak berhenti, “Noona! Apayo!” kata Jiyong lalu dia menggenggam tangan Dara.

Dara tertawa. Tawa yang terdengar sangat indah di telinga Jiyong.

Apayo!” kata Jiyong sambil mencubit kedua pipi Dara, “Kau tahu itu?”

Dara mengangguk lalu Jiyong melepaskan tangannya. Kemudian mereka saling terdiam, membiarkan malam menemani mereka. Tiba-tiba saja Jiyong merasakan tangan Dara menggenggam tangannya. Jiyong menoleh. Dan wajah Dara telah berada tepat di depan wajah Jiyong. Kedua matanya terpejam dan sesaat kemudian Dara telah menyapukan bibirnya ke atas bibir Jiyong. Mata Jiyong melebar saat menyadari hal itu lalu beberapa detik kemudian dia membalas ciuman Dara.

Hangat. Lembut. Manis. Sebuah ciuman yang mampu mengalirkan setiap emosi yang ada di dalam hati Jiyong. Jiyong terus membalas ciuman itu, terus, dan terus. Jiyong melingkarkan tangannya di sekeliling pinggang Dara lalu menarik tubuh kecil itu mendekat. Menenggelamkan dirinya dalam ciuman hangat itu.

**

JIYONG HYUUUNGGG!!!”

Jiyong terbangun saat mendengar suara itu. Kedua matanya langsung membuka lebar dan dia langsung mengedarkan pandangannya.

Seungri berdiri di sampingnya. Dia telah memakai jeans, sneaker, kaos, dan tas ranselnya tergeletak di sampingnya.

“Kau mau pulang atau tidak?” tanya Seungri, “Kontrak kita di kuil ini sudah selesai,”

Jiyong bangun lalu duduk di depan Seungri.

“Aku tunggu di luar,” kata Seungri lalu melangkah keluar, “Liburan musim panas yang menyebalkan!”

Jiyong kembali mengedarkan pandangannya. Di sudut ruangan telah tergeletak tas ranselnya. Di samping tas ransel itu tergeletak pakaian dan sneaker-nya. Jiyong langsung berdiri dan mengambil pakaian itu. Matanya berhenti saat melihat sebuah kertas berwarna coklat yang digulung dan diletakkan di atas tas ranselnya. Jiyong mengambil kertas itu dan membukanya.

Sebuah dandelion kering tertempel di kertas itu bersama dengan sehelai bulu berwarna putih. Terdapat sebuah gambar berbentuk bintang di kertas itu dengan ukiran-ukiran kecil di tepinya. Jiyong memicingkan matanya, mencoba membaca kata-kata yang tertulis dalam kertas itu.

Naga tidak akan pernah meninggalkan kupu-kupu yang selalu menunggunya. Benang merah akan selalu terhubung dan membuat semuanya kembali terulang.

Jiyong memiringkan kepalanya, mencoba mencerna kata-kata yang tertulis di kertas itu. Jiyong menolehkan kepalanya dan matanya berhenti pada sebuah gelang yang melingkar di tangan kirinya. Dia mengamati gelang itu dengan seksama. Sebuah gelas yang terbuat dari anyaman rotan dengan sebuah bandul berbentuk bintang. Sebuah bintang yang terbuat dari sebuah batu kristal bening.

Jiyong mengangkat tangannya dan sinar matahari masuk ke dalam kristal itu. Membiaskan sinar-sinarnya menjadi berbagai macam warna.  Dia tidak tahu sejak kapan gelang itu telah melingkar di situ. Semalam dia ingat, dirinya tidak mengenakan gelang apapun.

“Hey,”

Jiyong menoleh saat mendengar suara itu.Yongbae berdiri di ambang pintu sambil menggendong kucing savannah-nya.

“Kau belum bersiap?” tanya Yongbae.

“Sebentar lagi,” jawab Jiyong lalu mengambil baju yang tergeletak di depannya.

“Gelang itu,”

Jiyong menoleh.

Di depannya, Yongbae terdiam sambil menatap gelang yang saat ini sedang melingkar di tangan Jiyong. Yongbae melangkah mendekat lalu mengenggam bandul yang menggantung di gelangnya.

“Dari mana kau mendapatkannya?” tanya Yongbae lalu mendongak menatap mata Jiyong.

“Ini tiba-tiba saja sudah berada di sini,” jawab Jiyong.

Yongbae terdiam sambil mengamati Jiyong, “Kau.. telah mendekati pohon tua di belakang?”

“Pohon besar di atas bukit?” tanya Jiyong.

Yongbae mengangguk.

Jiyong tersenyum sambil menggaruk kepalanya, “Ne,” jawab Jiyong, “Aku sering pergi ke tempat itu,”

“Dan bertemu dengan Dara noona?” tanya Yongbae.

Jiyong terdiam lalu rauh wajahnya mulai berubah, “Bagaimana kau bisa tahu?”

Yongbae mengangkat bahunya, “Kau beruntung,” kata Yongbae, “Sepertinya kau reinkarnasi Youngha yang selalu Dara noona ceritakan,”

Young.. Ha?” tanya Jiyong.

“Kekasih Dara noona. Dia selalu menunggunya di pohon itu karena pohon itulah yang menghubungkan mereka dan tak ku kira kau adalah Youngha,” jelas Yongbae.

Jiyon terdiam.

“Setelah Noona memberikan gelang ini, kau akan segera bertemu dengan reinkarnasinya dan kalian akan bersatu kembali,” jelas Yongbae.

“Bersatu.. kembali?” gumam Jiyong.

**

Jiyong dan Seungri berjalan beriringan di Terminal Seoul. Mereka baru saja turun dari bis yang mereka tumpangi. Jiyong berjalan dengan tatapan menerawang. Pikiranya masih berkutat pada perkataan Yongbae yang dia katakan sebelum meninggalkan kuil itu. Kata-kata itu sama seperti kata-kata yang dikatakan oleh Dara.

“Reing..karnasi?” gumam Jiyong.

BRUKK!!

Tiba-tiba saja Jiyong terhuyung kebelakang. Tubuhnya menabrak tubuh seseorang yang berpapasan dengannya. Jiyong langsung bangkit dan membantu orang yang baru saja ditabraknya.

Mianhae.. gwenchanayo1)?” tanya Jiyong sambil membantu yeoja itu berdiri. Mata Jiyong melebar saat melihat wajah yeoja yang berdiri di depannya. Wajah yang sama, mata yang sama, bibir yang sama, garis wajah yang sama, dan sorot mata yang memandangnya dengan cara yang sama.

“Da.. Dara..,” kata Jiyong, “Dara noona!”

 

THE END

1) Kau tidak apa-apa?

 

18 thoughts on “[Finalis FF] Summer Hill – chapter 3

  1. Wah ternyata dara itu hantu yang sedang menunggu renkarnasian kekasihnya,dan renkarnasinya itu jiyong
    Waaahhhh….kereeennn
    Alangkah bagusnya kalau ada sequelnya

Leave a comment