I’M SORRY BY BLUDOKI CHAPTER 27

FULL Credit : ACC AFF BLUDOKKI / Twitterwinglin 

Indo- Trans : Diedy choi Hanuel

DON’T TAKE OUT   !! Ini sudah izin dengan penulisnya, oke!!

 

“umma… kena-..”

“Seunghyun-ah…! Dara pingsan… kami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit…”

Suara ibunya terdengar sangat khawatir.  Ketika ibunya menelepon seunghyun baru saja selesai meeting dan sedang berada di ruangannya.
“Apa…?! Umma apa yang terjadi…?”

Tanpa sadar ia berteriak.  Dengan cepat berdiri dan mengambil mantelnya.

“A… aku tidah tahu kenapa.. dia pingsan.. oh tuhan… sekarang dia sangat pucat..”

Suara ibu Seunghyun terdengar bergetar. Dara berada di pangkuannya, pucat dan mengeluarkan banyak keringat.. Mrs. Choi meraba kening Dara dan merasakan betapa panasnya suhu tubuhnya.   Meskipun mereka telah berada dalam kecepatan penuh, Mrs. Choi tetap saja menyuruh supir untuk menambah kecepatannya.

“Umma..”

Seunghyun memintanya untuk tenang. Semuanya akan baik-baik saja ketika mereka sampai di rumah sakit.  Tapi itu tidak membantu, dia benar-benar cemas dengan keadaan gadis yang berada di pangkuannya saat ini. Dara baik-baik saja beberapa waktu yang lalu.  Tapi sekarang dia terlihat sangat kesakitan.

Seunghyun memutuskan teleponnya.  Dia langsung keluar dari ruangannya dan menemukan mr. Kim duduk di meja dara.

“tuan.. apa ada sesuatu yang terjadi?”

“Batalkan semua meeting.. siapkan mobil.. dara masuk rumah sakit lagi..”

Mata Mr. kim membesar untuk beberapa detik. Dia melakukan apa yang diperintahkan Seunghyun dan berlari mengikuti bossnya menuju lantai bawah.

Tuhan… tolong selamatkan dia..’

Otaknya terus beputar. Dia hanya diam.. Menunggu lift sampai ke lantai dasar serasa bagai berabad-abad.. Lain kali dia harus menempatkan ruangannya di lantai dasar agar hal ini tidak  terjadi lagi..

Bagaimana jika dia tidak bisa datang tepat pada waktunya…?

Bagaimana jika dia terlambat untuk melihat dara..?

Rangkaian pertanyaan itu slalu melintas di benaknya. Dentingan suara lift menyadarkannya.

 

Pintu lift terbuka. Beberapa dari karyawan seunghyun berada di luar.. Mereka mnyapanya. Tapi dia tidak membalas.. Ia terlalu terburu-buru melewati mereka.. Terlalu cemas memikirkan gadis yang dicintainya sekali lagi berada dalam bahaya.

Dia berlari meninggalkan gedung.. Sedangkan Mr. Kim mengikutinya dari belakang. Hal ini membuat karyawan-karyawanya kehereanan.

Dan ketika dia sampai di mobilnya dia mengingat sesuatu. Bukan. Seseorang tepatnya. Orang itu harus tau semua yang terjadi. Mungkin Dara akan membencinya melakukan ini, tapi temannya perlu tau apa yang terjadi. Dia sendiri tidak yakin dengan keselamatan Dara,  lebih baik dia memberi tahu Jiyong tentang penyakit Dara. Mengesampingkan ke-egoisan dan rasa cemasnya. Seunghyun mnghubungi jiyong.

Sebuah dentingan yang kuat memecahkan keheningan. Saat ini Jiyong dan Sanghyun berda di sebuah café. Tanpa sadar jiying menjatuhkan gelasnya hingga jatuh berkeping-keping.

“hyung.. apa kau baik-baik saja?”

Sanghyun bertanya dengan wajah cemas. Tapi dia diam. Matanya kosong. Tenggelam dalam berita yang paling menyakitkan yang pernah ia dengar.

Bagaimana dia bisa begitu egois tidak pernah memikirkan alasan itu. Bagaimana bisa dia menyalahkan Dara atas semua yang terjadi. Bagaimana bisa dia menyakiti Dara dan menambahkan sakit yang dirasakan gadis itu.. Bagaimana bisa dia tidak melihat kepadihan di mata Dara?

Dia terhanyut di dalam rasa sakit hatinya yang mendalam. Meyakinkan dirinya bahwa ia adalah koraban. Bahwa dia adalah satu-satunya yang dicampakkan dan tidak diinginkan. Tapi kenyataanya, dialah orang yang menjauhi Dara.

Pandangannya kabur, Air mata menghalangi pandangannya. Pelayan membereskan kekacauan yang terjadi, sedangkan dia sendiri hanya bisa terpaku di kursinya.  Penyesalan menghujaminya. Membayangkan dara melewati rasa sakit, membayangkan dia berjuang sendiri, membayangkan ketika Dara memanggil namanya tapi ia tidak ada di sana.

Tapi semuanya masa lalu. Dara telah memenangkan perjuangan itu. Sekarang Dara sudah ada di sini, sampingnya. Dan dengan demikian, harapannya bersemi kembali. Dia memastikan akan membayar hari-hari dimana dia tidak ada di sana untuk dara. Di memastikan tidak ada seseorang atau sesuatu yang dapat mengmbil Dara dari sisinya.

“aku harus menemuinya..”

Jiyong langsung berdiri dari tempat duduknya yang sontak membuat pria muda di hadapannya itu terkejut.

“hyung… ada apa?”

Setetes cairan hangat jatuh dari mata jiyong. Segera dia menghapusnya, sebuah senyuman kecil terukir diwajahnya. Dia ingin melihat dara. Menghujaninya dengan cinta yang gagal diberikannya 3 tahun belkangan ini. Dia tidak peduli dengan orang lain, Ini waktu baginya untuk menyembuhkan dara.

“Sanghyun-ah… pernahkah aku berkata bahwa aku mencintai saudaramu?”

“kenapa tiba-ti..”

Kata-kata Sanghyun terpotong ketika ponsel Jiyong tiba-tiba bordering.. Sebelum menjawab teleponnya dia terkekeh melihat reaksi pria muda  itu.

“Jiyong-ah…”

Terdengar suara seunghyun di seberang sana. Senyuman masih menempel di wajahnya meskipun ia mendengar nada khawatir temannya dari seberang sana.

“Seunghyun… oh… ada apa?”

Perlahan, senyuman di wajahnya memudar. Bibirnya merenggang dan matanya perlahan melebar. Dia hampir saja menjatuhkan ponselnya kalau bukan karena suara seunhyun di seberang sana yang menyadarkannya.

“Jiyong-ah… dia membutuhkanmu sekarang..”

Nafasnya tercekat beberapa saat di tenggorokan. Hingga ia mampu berbicara kembali dan menayakan di mana Dara berada. Dia mengumpulkan semua kekuatannya dan mematikan sambungan telepon itu. Sedangkan pria muda diahadapannya hanya dapat memandangnya heran.

“Dara… dia pingsan lagi..”

Hatinya serasa bagai tertusuk beribu-ribu duri ketika harus  mengucapkan kalimat itu. Dia merasa tidak akan mampu melihat gadis itu merasakan sakit, untuk melihat gadis yang dicintainya tergolek tak berdaya di atas tempat tidur. Tapi dia berjanji akan berada di sana untuk Dara. Mungkin, ini adalah terakhir kalinya dia bisa melihatnya. Dia akan mempertaruhkan hatinya hanya untuk merasakan deritanya.

Jiyong mengemudakan mobil yang meraka tumpangi menuju rumah sakit. Sanghyun telah menghubungu ibunya Mrs. Park tidak terkejut ataupun senang mendengar berita mendadak ini. Dia akan terbang dengan pesawat pertama besok pagi

“ Dia belum sepenuhnya sembuh.. kenapa dai begitu keras kepala ingin kembali  kesini..?” gumam Sanghyun

Jiyong tau alasannya. Ini semua karenanya. Gadis itu  benar-benar keras kepala. Mempertarukan kesehatannya hanya untuk melihatnya. Sedangkan di sisi lain Jiyong malah mengacuhkannya ketika dia ingin menjelaskan semua. Betapa bodoh dirinya.

Mereka menemukan Mr. Kim berdiri di luar ruangan Dara. Sanghyun langsung masuk keruangan saudaranya sedangkan Jiyong lebih memilih untuk tetap tinggal di luar. Dia takut harus melihat tubuh tak berdaya dara lagi. Perasaan yang sama yang memenuhi otaknya seperti saat  mereka berlibur.

Barusaja dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyembuhkan dara. Tapi sekarang, dia tidak bisa melangkah sedikitpun untuk mendekatinya. Saat  ketika dia tau segalanya, saat ketika dia sepenuhnya mrmilih untuk berjuang untuk dara. saat ketika semua keadaan membaik. Sekarang, kejadian yang sama lagi-lagi menjauhkan dara dari sisinya.  Keadaan yang selalu memburu kesempatan mereka untuk bersama.

“dia akan baik-baik saja..”

sebuah tepukan dibahunya telah menyadarkannya. Dia melihan kesamping dan menemukan wajah tenang seorang pria tua. Dia berusaha senyum kepada Mr. Kim.
Tiba-tiba, pintu ruangan Dara terbuka. Dokter dan diikuti  oleh seunghyun keluar dari  pintu itu.

Mata mereka saling berpandangan untuk beberapa saat sebelum dokter berbicara dengan Seunghyun.

“Sudahkah dia meminum obatnya?” Tanya sang dokter. Seunghyun menatap jiyong sesaat sebelum menjawab pertannya dokter.

“ sudah Dok.. saya selalu memastikan dia meminum obatnya secara teratur..”

[Jiyong’s POV]

Aku mendengar perkataan seunghyun. Apa dia tau semuanya?

Mungkin saja…  Dia bahkan tahu apa yang dibutuhkan Dara.

Dan.. Dia telah menjaga dara selama ini.

Sedangkan aku sebaliknya. Malah makin menambah sakit yang dirasakannya, menambah masalahnya.

Aku benar-benar tidak berguna dan egois. Bagaimana bisa aku melakukan semua ini padamu Dara?

Aku melihat dokter mengangguk pelan, Seunghyun memandangku lagi. Aku bahkan tidak bisa mengngkat wajahku dan menghadapinya. Dai telah melakukan semuanya untuk Dara. Aku merasa malu tidak melakukan apapun dan tidak mengetahui apapun sampai saat ini.

“ Kami akan melalukan beberapa tes. Hanya untuk memastikan keadaannya  tidak parah..”

Oh tuhan.. aku mohon jangan ambil dia dariku sekarang..

Dokter pergi, begitu juga dengan Mr. Kim.. meninggalkan ku dan Seunghyun berdua.

“ Dia demam tinggi. Kenapa kau tidak masuk kedalam?”

Itu karena aku tidak ingin hancur di hadapannya ketika melihat dia kesakitan. Aku tidak ingin dia melihatku seperti itu. Aku tidak ingin dia mencemaskanku melebihi rasa cemasku padanya.  Aku tidak bisa lemah di hadapannya.

“ Maafkan aku tidak menceritakannya kepadamu. Dia hanya tidak ingin membuatmu cemas tapi malah  mengakibatkan hal lain bagi mu..’

“Tidak masalah.. dan.. te… terima kasih telah menjaganya..”

Kami bersandar di dinding. Sama-sama menghadap ruangan Dara. Aku merasakan seunghyun memandangku, tapi aku tetap memandangi lantai. Keheningan menyeruak. Sampai tiba-tiba ia memecahkan keheningan itu.

“Aku berharap bertemu dengannya sebelum dirimu..”

Aku langsung melihat ke arahnya. Sekarang gilirannya untuk memandangi lantai. Sebuah senyum tesungging di bibirnya, tapi aku bisa melihat airmata terbentuk di matanya.

“Andai saja nama ku yang disebutnya ketika ia tidur beebrapa saat lalu. Andai saja aku satu-satunya pria yang bisa dilihatnya. Andai saja aku tidak merasakan sakit hati seperti saat ini..”

Dia tertawa dan menyandarkan kepalanya ke dinding. Seunghyun… bagaimana bisa kita mencintai orang yang sama.?

Dia melemparkan pandangannya ke arah lain. Aku tahu dia pasti menahan dirinya untuk menangis di hadapanku.

“Aku masih belum mengakui perasaan ku padanya… tapi aku akan tetap menyimpannya  untuk memberi kalian berdua kesempatan. Agar kau bisa memberikan kebahagiian yang sudah sepantasnya dia dapatkan..”

dia menepuk pelan bahuku dan akhirnya menyunggingkan sebuah senyuman tulus.

“Dia lebih membutuhkanmu ji. Pergilah dan tolong kuatkan dirimu untuknya..”

“Seunghyun-ah…”

“aku baik-baik saja. Aku bisa menanganinya. Aku Choi Seunghyun.. aku tidak akan menangis hany-..”

Tapi kemudian, aku melihat setetes cairan bening lolos dari kelopak matanya yang besar. Kami berdua tertawa. Aku tidak akan sanggup jika kehilangan teman sepertinya. Aku berharap aku bisa tidak mementingkan diri sendiri sepertinya.

“Aku pasti akan memecatmu jika kau meninggalkannya lagi..”

“Jangan khawatir. Aku masih mencintai pekerjaanku..”

Dengan demikian. Suara tawa memenuhi lorong rumah sakit ini. Ini  yang aku butuhkan sebelum menghadapi hal selanjutnya.

Aku masuk ke ruangannya ketika semua orang pergi. Ibu Seunghyun tidak akan mau pulang jika Seunghyun tidah membujuknya untuk istirahat.

“Hyung.. aku pikir besok umma akan sampai.”

“Kau lebih baik sitirahat.. aku akan menjaganya.”

“tapi.. Bagaimana denganmu hyung?”

“Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menjaganya.”

jawabku sambil melirik kamarnya.

“baiklah hyung.. apa bila terjadi sesuatu, tolong hubungi aku..”

Aku mengangguk dan menemaninya ke luar. Seunghyun akan membawanya ke apartement Dara. Aku tahu, Seunghyun juga ingin tinggal dan menjaga Dara. Tapi, aku bersyukur dia memilih memberikan waktu untuk kami berdua.

“Telepon aku jika kau butuh sesuatu..”

“Oke! Terimakasih..”

Aku merasa berat kembali keruangannya. Dan terasa lebih berat lagi ketika aku melihatnya masih tak sadarkan diri di tempat tidur.

Aku duduk di bangku kecil yang ada di sampingnya. Meraih tangannya dan merasakan betapa dinginnya tangan ini. Aku menggosok tangannya untuk memberikan kehangatan. Walaupun dia tertidur, aku dapat merasakan apa yang di rasakannya saat ini. Aku merasa makin gila tidak dapat melakukan apapun untuknya selain hanya melihatnya seperti ini.

“Aku mohon.. Jangan  pernah tinggalkan aku lagi. Jangan pergi ketempat dimana aku tidak dapat melihatmu. Dara.. Kumohon.. Bertahanlah..”

Airmata mengalir di pipinya ketika ia menenggelamkan kepalanya di samping Dara. Masih menggenggam erat tangan gadis itu.

Gadis itu tiba-tba terbangun dari tidurnya. Jiyong mengangkat kepalnya dan langsung menghapus air matanya. Ia membelai lebut rambut Dara. Tapi masih menggenggam erat tangan gadis yang sangat di cintainya itu.

“Ji…”

Dengan lemah Dara memanggilnya. Pria itu mendekat ke arahnya dan menhusap pelan pipi pucatnya.

“Aku disini dara..”

Matanya setengah terbuka, tapi cukup untuk bisa melihat muka Jiyong Tangannya yang satu lagi mencoba menggapainya tapi Jiyong langsung meraih tangan kecil itu  dan membawanya mendekat menuju mukanya.

“Kau membuatku sangat khawatir..”

Ucapnya sambil menyapukan tangan dara ke pipinya.

“Maafkan aku..”
Dia memaksakan sebuah senyuman kecil. Semua yang bisa dilakukannya  hanya tersenyum balik dan melawan rasa sakit yang menyerang dadanya. Bagaimana Dara bisa tiba-tiba terlihat begitu lemah.

“Kau harus beristirahat…”

Tapi Dara malah menggelengkan kepalanya.

“Aku ingin melihatmu Ji.. Aku takut ketika aku menutup mata, aku tidak akan bisa melihatmu lagi..”

“Apa yang kau bicarakan?”
Jiyong memaksahan sebuah senyuman dan menutupi rasa ketidak nyamanannya.

“Kepalaku sangat sakit..”

Matanya tiba-tiba membesar mendengar apa yang dikatakan dara barusan. Dia langsung berdiri

.
“tunggu.. aku akan memaggil-..”

“tidak Ji.. Jangan.. Tinggallah disini bersamaku..”

“Tapi dara..”

dia menggelengkan kepalanya dan mempererat genggaman tangan ji yong.

“Ini akan segera berakhir. Aku yakin dokter hanya akan menyuntikkan sesuatu dan membuatku tertidur.. aku sudah lelah untuk tidur..”

Dahinya mengernyit. Bagaimana dia bisa begitu santai menghadapi semua ini? Tiba-tiba gadis dihadapannya mencoba untuk berdiri. Dia memapahnya.

“Kau masih lemah. Tidak seharusnya banyak bergerak.”

Dia hanya tersenyum, tapi Jiyong menyadari dia mengerang kesakitan karena sakit di kepalanya.

“kau tidak seharusnya memarahi orang sakit.”

“itu karena kau terlalu keras kepala untuk mendengarku.”

Dia tau dara berusaha keras untuk membuatnya tidak cemas. Dia juga berusaha membuat gadis itu tidak camas. Keduanya sama-sama berusaha untuk tidak menyakiti satu sama lain. Tapi jauh didalam hati mereka, mereka ama-sama menderita melihat keadaan masing-masing dengan sebuah penghalang yang besar.

“jadi.. kau tidak menginginkan gadis keras kepala sepertiku lagi?”

Dia masih punya kekuatan untuk melemparkan gurauan. Jiyong melingkarkan tangannya di pinggang Dara. Berhati-hati tidak merusak tubuh rapuhnya didalam dekapannya yang yang erat.

“aku tidak akan pernah lelah memarahi gadis keras kepala ini. Sebanyak rasa cintaku padamu..”

Bibir dara begetar, dan air mata mulai jatuh dari kedua mata indahnya. Dia tidak bisa selemah ini jika ingin terus bersama leleaki ynag dicintainya. Dia tidak bisa meninggalkannya lagi. Walaupun badanya mengatakan hal yang berlainan. Dia akan bertahan disamping Jiyong tidak peduli apapun yang terjadi.

Jiyong merasakan hangat di bahunya. Meremukkan hatinya. Dia membelai punggung dara untuk membuatnya tenang. Dara melingkarkan tangnnya pada jiyong dan memeluknya erat ketika rasa sakit itu menyerang kepalanya lagi. Menyembunyikan rasa sakitnya. Bertahan melawan penderitaan yang selalu menghantuinya selama tiga tahun belakangan ini. Dia harus bisa menganinya. Sekarang dia telah menemukannya. Dia tidak mungkin menyerah saat ini. Dia masih membutuhkannya. Dia masih harus membayar semua waktu ketika mereka tidah bersama.

aku mohon.. jangan sekarang..”

Dia berdoa. Dia menutup matanya dan makin membenamkan kepalanya di bahu Jiyong.

jiyong tau tasa sakit yang menyerang Dara saat ini. Dia bisa merasakknya lewat badan Dara yang semakin bergetar. Pelukannya perlahan melemah, tetapi ia tetap disana, menemaninya merasakan sakit. Ini yang dibutuhkan dara saat ini. Dan ini adalah hal terakhir yang bisa dilakukannya.

Akhrinya ia tertidur di lengan jiyong. Mengistirahatkan dirinya ketika ia duduk di sofa di dekat tempat tidurnya. Mereka berdua sama-sama tidak ingin terpisah. Tertidur dengan nyaman walaupun dalam posisi yang tidah nyaman.

Kepalnya masih terbenam di bahu jiyong sedangkan lengannya melingkar di lehernya. Jiyong tetap terjaga menggumamkan lullaby  untuknya. Membelai punggungnya kapanpun dia akan tebagun. Oh.. betapa sangat ingin rasanya ia menekan tombol perawat setiap Dara merasakan sakit. Dia tidak kuat melihatnya menangis. Tapi, gadis  yang ada di dalam pelukannya ini tidak akan membiarkanya, selalu saja berkata bahwa yang dibutuhkannya hanyalah dirinya. Dia makin takut untuk tidur dan tidak kan pernah melihatnya lagi. Tetap merasakan sakit asal dirinya masih ada di sana.

Jiyong bisa merasakan kakinya kesemutan. Tapi ini belum seberapa dibandingkan dengan apa yang dirasakan Dara saat ini.

Dia menatap kea rah jendela. Melihat bagaimana cahaya perlahan-lahan masuk ke ruangan ini. Hari yang baru.. tapi membuatnya cemas mengetahui bahwa hari ini juga merupakan hari baru untuk Dara dan mungkin saja akan memulai rasa sakit baru dalam perang untuk melawannya.

Jiyong mencoba melihat kesamping untuk melihat wajah Dara. Ia masih tertidur dengan damai. . tangannya yang satu lagi membelai lembut pipi Dara. Wanita yang paling dicintainya. Dia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya jika ia kehilangan gadis ini lagi.

“ku mohon.. bertahanlah untukku..”

Ucapnya dengan setetes air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

***

 

udah gak sabar mau nyelesaiin nih FF, translate buat FF ini udah kelar kok, tinggal di post aja, jadi yuk semangat komennya.. hhe

16 thoughts on “I’M SORRY BY BLUDOKI CHAPTER 27

  1. Poor Dara,so sad,all the of this bcoz of stupid idiot evil sohee wasted so much of their time.hope Dara can recover n live happily ever after with jiyong.pls grant our wish dear author,thx so much!😭😭😭

Leave a comment