BE MINE [Chap. 8]

25335697-176-k89752

Story by : mbie07

Link : Meet her on Wattpat & Aff

Indo Trans : DANG

Karakter:

Kwon Jiyong, Sandara Park, Lee Chaerin, Lee Sung Ri, Choi Seung Hyun, Park Bom

—ooo—

Caution! Be prepare for cheesy scenes of Daljiyong.

make sure youre alone, bcos this chap will make you laugh and chuckle without you knowing. Hehe

 

Here you go, Chapter 8!

Jiyong sedang berbaring di tempat tidurnya bermain dengan teleponnya. Dia menatap kosong ke langit-langit, pertama kalinya dia melakukan hal-hal seperti ini. Karena dia membenci berpikir terlalu banyak. Dia tidak ingin memikirkan hal apapun karena dia tahu dia hanya akan ingat bagaimana menyedihkan hidupnya dan dia tidak menginginkannya. Dia tidak ingin kasihan pada dirinya sendiri.

 Dia menghela napas sambil duduk dan menggaruk kepalanya. Ia kemudian berdiri dan meraih karet gelang dan mengikat rambutnya sambil menarik jaketnya lalu meraih kuncinya. Kemudian ia pergi ke Ducati hitamnya, ia tidak tahu apa yang dia lakukan itu masuk akal atau tidak ia hanya ingin mendapatkan sesuatu dan karena sangat mengganggu jika ia tidak segera mendapatkan yang diinginkannya itu walaupun bahkan ini hampir jam 11 malam ia memutuskan memacu motornya ke suatu tempat, sebenarnya ini bukan pertama kali baginya keluar tengah malam. Dia selalu melakukan hal ini, berkendara tengah malam, ke klub, atau kemanapun untuk bersenang-senang. Ini hanya hal yang biasa baginya tapi mungkin apa yang membuatnya tidak begitu biasa adalah tempat tujuan dan apa yang akan dilakukannya.

Hari biasa di sekolah dan seperti biasa Dara disapa oleh teman-teman sekolahnya yang lewat dan akan disapa kembali oleh Dara dengan senyumannya. Dia merasa bahagia hari ini, setelah ia menghabiskan weekendnya dengan Jiyong ke sebuah taman hiburan. Dia sedikit merona merah saat mengingat apa yang dia lakukan di jembatan. Ia kemudian menggeleng. Sebenarnya dia tidak tau kenapa dia bisa menciumnya. Ia tidak tahu apa yang baru saja terjadi padanya. Lalu ia melihat pintu kelasnya dan sekarang langkahnya semakin berat. Ia menghela napas sambil menggigit bibir.

Dia mencoba untuk datang dengan alasan yang baik karena tindakannya akan menimbulkan pertanyyan. Dia menggeleng dan tertawa pada kekonyolan nya. Dia tahu JIyong tidak akan menanyakan apa-apa tentang hal itu. Sebanyak ia ingin menghindari Topik ia tahu Jiyong ingin menghindarinya lima puluh kali daripada dia. Dia kemudian tersenyum saat ia masuk ke dalam kelas dan ia disapa oleh teman-teman kelasnya lau ia membalasnya kembali dengan senyumannya.

Dia tersenyum saat melihat Jiyong tidur di tempat duduknya. Dia kemudian pergi ke tempat duduknya dan melepas tasnya. Ia kemudian menempatkan tasnya di pangkuan dan meraba-raba itu, saat melihat apa yang ia cari dia cepat menempatkan tasnya di atas meja lalu dia menggeser tubuhnya menghadap ke arah Jiyong. Dia kemudian berlutut di kursinya, yang menjadi kebiasaan ketika dia berbicara dengan Jiyong.

Selamat pagi Jiyong,” Dara menyapanya lalu JIyong bangun dengan rambut berantakannya dan duduk menghadapnya. Dara tertawa sedikit padanya, ia tampak benar-benar mengantuk dan rambutnya sedikit berantakan tanpa terikat. Dan dia tampak begitu menggemaskan. kemudian mata mereka bertemu dan mereka hanya tenggelam di dalamnya. Mereka tidak benar-benar mengerti tapi mereka punya perasaan puas dan lega ketika mereka menatap mata satu sama lain, bahkan mereka bisa melakukannya sepanjang hari jika mereka  bisa. Ketika mereka saling menatap mereka hanya merasa begitu tenang, damai tanpa alasan. Dara tersenyum sambil membungkuk ke arahnya dan menempatkan dengan lembut beanie merah muda yang ia beli untuknya. Itu adalah beanie merah muda dengan mata lucu di atasnya. Jiyong mendongak untuk melihat sekilas beanie itu kemudian menggeser matanya pada Dara.

Dara tersenyum padanya saat ia menyandarkan kepala di lengannya yang ia lipat di sandaran kursinya. Dia tampak seperti seorang gadis yang sedang menonton ikan mas berenang di akuarium. Kau terlihat menggemaskan,” Dia terkikik saat ia menatapnya. Kelas mereka hening  sekali lagi, itu seolah-olah menjadi kebiasaan setiap kali Dara dan Jiyong akan berbicara, mereka akan tutup mulut dan hanya akan mendengarkan obrolan Dara-Jiyong. Mereka tidak tahu mengapa mereka melakukan itu, tetapi mereka akan selalu merasa hangat saat mendengarkan Dara-Jiyong mengobrol. Dan mungkin karena itulah satu-satunya waktu mereka akan mendengar Jiyong berbicara begitu lembut, tanpa mengumpat, tanpa mengertakkan gigi, hanya suaranya, hanya suara yang sangat lembut.

Jiyong kemudian meraih sesuatu dari sakunya dan menyerahkannya kepada Dara. Dara menatap barang itu. Apa itu?” Tanyanya. “Sebuah Hanphone.”  Dia menjawab singkat. “Aku tidak melihat kau memiliki HP. Pink adalah warna favorit sebagian besar gadis-gadis, kan? Itulah mengapa saya memilih pink,” Tambahnya, lalu Dara mengambil telepon dan menatapnya. Tapi aku tidak tahu bagaimana menggunakan telepon,” Katanya jujur. Dia tidak pernah benar-benar menggunakan telepon apapun sebelumnya, dia tidak perlu satu dan dia tidak pernah ingin memilikinya.

Jiyong kemudian memberi isyarat baginya untuk mendekat. Dara berdiri dan mengikuti arahannya. Jiyong menarik kursi teman sebangkunya yang belum datang, dan membuat Dara duduk di atasnya sambil menariknya nyata dekat dengannya. Dara menyerahkan Jiyong telepon dan tanpa membuang-buang waktu Jiyong membukanya lalu ia mulai menjelaskan Dara dasar-dasar menggunakan telepon. Dara mendengarkan dengan seksama saat ia menjelaskan karena dia tidak benar-benar  menjelaskan dengan kata-kata singkat. Dara dengan penuh semangat akan mengangguk pada penjelasannya. Setelah menjelaskan semuanya Jiyong menyerahkan telepon.

Bukankah ini mahal? Berapa harganya sehingga aku bisa membayarmu?” Tanyanya. Jiyong menatap padanya. Ambil saja dan berterima kasihlah?” Katanya sambil membenamkan kepala di mejanya sekali lagi. Dara cemberut. Terima kasih,” dia menghela napas paham dengan harga diri Jiyong lalu dia berdiri dan menempatkan kursi temannya kembali dan pergi ke tempat duduknya. dia kemudian menengok kebelakang dan mulai menatapnya sekali lagi meskipun ia tidak bisa benar-benar melihat wajahnya. Dia terkikik pelan melihat ia masih mengenakan beanie yang dia beri. Lalu Jiyong bangun dan duduk lagi, ia meraih sesuatu di tasnya.

Dia menarik keluar sebuah mainan kuning, mainan yang mereka ingin dapatkan di Taman Hiburan kemarin. Mata Dara melebar dengan bersemangat ia mengambil mainan itu. “Kau mendapatkannya?” Tanyanya dengan Jiyong  menggaruk tengkuk nya mengingat betapa sulit untuk mendapatkannya.

Malam setelah ia mengantar Dara kembali ke rumah dia berpikir keras dan tidak bisa tidur. Dia berpikir untuk mendapatkan mainan kuning itu dan sebuah telepon genggam sehingga ia bisa menghubunginya dengan mudah. Jadi meskipun itu sudah jam 11 malam ia pergi keluar untuk membeli telepon genggam. Dia memiliki waktu yang sulit untuk memilih ponsel tapi ia berakhir dengan versi pink yang sama dengan handphone nya.  Setelah membeli handphone ia kemudian mulai melaju ke tempat-tempat lain untuk mencari sebuah mesin yang memiliki mainan sama seperti di taman hiburan karena ia tidak bisa pergi ke taman hiburan itu lagi karena itu sudah tutup. Setelah satu jam pencarian ia akhirnya bisa menemukan mesin dengan mainan yang sama dan bermain tiga jam di dalamnya sebelum berhasi mendapatkan satu. Dia menghabiskan banyak uang dan dia tidak pernah berpikir dia akan menyia-nyiakan begitu banyak waktu untuk itu. Ada saat-saat ia akan merusak mesin, tapi dia hanya kembali bermain. Lalu ada saat-saat di mana ia ingin pulang dan menyerah namun ia tidak bisa. Tapi setelah mendapatkan mainan tiu dia tidak pernah merasa begitu bahagia sebelumnya, ia merasa begitu gembira bahwa ia bisa berhasil mendapatkan sesuatu. Dia bahkan melompat dengan gaya memukul langit dan sedikit menahan senyumnya sebelum ia pulang ke rumah, bahagia.

Dara dengan cepat bersandar ke arahnya lalu ia mengurung Jiyong dalam pelukannya, tidak keberatan apakah mereka berada di dalam kelas, tidak keberatan teman-teman sekelasnya yang sedang menatapnya dengan rahang terjatuh di lantai saat mereka menatap mereka berdua dengan mata yang membesar.

Terima kasih,” bisiknya. Sebenarnya tidka cukup hanya dengan terima kasih, dia tahu Jiyong layak mendapatkan lebih dari rasa terima kasih karena ia benar-benar membuatnya bahagia dari kemarin sampai hari ini. Ketika dia hendak menarik diri dari pelukannya, Jiyong memeluknya lembut sambil melihat kursi Dara yang hanya berdiri dengan dua kaki kursi. Hati-hati,” Katanya dengan nada lembut sambil berdiri dan membantu Dara kembali ke kursinya. Dara tersenyum padanya. Kau manis,” katanya membuat Jiyong memutar matanya dan pergi kembali ke kebiasaannya, tidur.

Dara dan teman-temannya semua berada di kantin dengan Dara masih bermain dengan boneka ayam kuningnya. “Aku harus memanggilmu apa?” Ia bertanya pada mainannya seperti berbicara dengan bayi yang seakan membalas pertanyaannya. Teman-temannya menatapnya lalu mereka saling melirik satu sama lain. CL sedikit batuk untuk mencari perhatian Dara saat ia menoleh ke CL. Aku tidak tahu kau dan Jiyong berpacaran,” kata CL dengan tersenyum saat ia meneguk jus nya. “Pacaran?” Dara bertanya dalam kebingungan. Kemudian hening. Dara tertawa setelah mengerti apa yang CL tanyakan. Tidak kita tidak berpacaran, kita teman,” Katanya sambil menarik perhatiannya kembali ke mainan kuning yang dipegangnya lalu teman-temannya mencuri pandang satu sama lain sekali lagi.

Tapi Dara kalian berdua seperti orang yang sedang berpacaran,” kata Minzy lalu Dara menoleh padanya dan menggeleng. “Kita hanya berteman,” katanya tersenyum. “Tapi aku melihat lebih dari itu,” kata Seung Ri ketus lalu Dara menertawakannya. “Benarkah?” Tanyanya dan mereka semua mengangguk padanya. Yaah, aku tidak akan menyangkalnya, aku sangat menyukainya,” Dara mengatakannya dengan polos lalu ia kembali bermain dengan mainannya yang membuat teman-temannya menganga lebar dan seperti roh mereka meninggalkan tubuh mereka. Mereka tidak tahu apakah mereka harus senang ataumereka harus marah. Mereka tidak tahu apakah mereka harus mendukung dia atau menyeretnya pergi dari ‘cengkeraman’ Jiyong. Dan mereka tidak tahu yang mana yang benar.

Kemudian Dara hampir melompat dari tempat duduknya saat melihat Jiyong memasuki kantin. Dia dengan cepat berlari kepadanya masih dengan dengan menyeret mainanya membuat semua orang menatapnya. Kau akan makan di sini?” Tanyanya setelah mendekat pada Jiyong. Jiyong mengangguk. “Bagus, kita punya satu kursi kosong,” Dia tersenyum sambil kemudian meraih sebuah nampan dan meminta makanan, kemudian mereka berjalan ke meja teman-teman mereka. Dara dan Jiyong duduk lalu teman-temannya hanya menatap mereka berdua. Seperti biasa Dara adalah salah satu yang melakukan perbincangan sementara Jiyong akan mendengarkan dan mengangguk atau memberikan jawaban singkat kadang-kadang.

Apakah itu stroberi?” Tanya Dara sambil menatap makanan Jiyong. Hmm,” Jiyong mengangguk sambil mengambil satu strawberry. Kau ingin?” Dia bertanya diikuti anggukan dari Dara. “Bolehkah?” Tanya Dara melihat langsung ke mata Jiyong. Tanpa kata lain dia perlahan-lahan menggerakkan strawberry lebih dekat ke bibirnya dan menyuapinya. Dara menggigit strawberry itu lalu tersenyum. Ini manis,” kata Dara lalu Jiyong memakan sisa stroberi itu dengan mengangguk. “Memang.” Katanya kemudian mereka melanjutkan apa yang mereka lakukan menyadari keheningan yang aneh tergantung di udara, tidak menyadari tatapan terkejut dari teman-temannya. Itu seolah-olah mereka adalah satu-satunya yang ada di kantin, seperti mereka memiliki sebuah dunia yang berbeda, di mana hanya mereka berdua yang hidup di dalamnya.

Semua orang menatap Jiyong seolah sudah benar-benar kehilangan pikirannya. Mereka tahu Jiyong. Dan mereka tahu Jiyong selama dua tahun dan apa yang mereka saksikan sekarang adalah sesuatu yang tidak bisa dipercaya. Dia dingin, dia kasar dan dia akan selalu mendorong siapa saja yang ‘menghalangi jalannya’. Dia tidak memiliki belas kasihan dan ia bahkan bisa membunuh tanpa berpikir dua kali. Dia seperti itu dan mereka percaya bahwa ia akan selalu seperti itu. Tidak ada yang berani untuk berjalan di wilayahnya karena takut mungkin dia akan mengirim mereka ke rumah sakit. Mereka itu terbukti sebelumnya, mereka melihat dia melakukan itu kepada seseorang sebelumnya dan mereka tahu ia bisa melakukannya lagi. Mereka tidak akan memanggilnya Iblis sekolah jika tidak.

Lalu mata mereka bergeser pada gadis yang tersenyum di sampingnya yang sedang makan stroberinya. Dia seterang sinar matahari. Seseorang yang begitu baik dan kalian mungkin tidak percaya ada seseoorang sepertinya. Dia memiliki aura yang innocent yang akan menarik kalian. Dia memiliki sepasang mata yang polos, senyum dan setiap kata yang keluar darinya penuh dengan kejujuran. Dia seperti malaikat yang tidak kalian sadari akan memberikan kehangatan hati. Dan mereka menyadari betapa kuatnya dia, bagaimana senyum dan kata-katanya bisa mengubah seseorang, bahkan yang benar-benar berlawanan dengannya, Iblis sekolah.

Dan oh Jiyong, aku pikir kau harus datang ke rumahku malam ini,” kata Dara saat ia ingat apa yang dia hendak katakan kepadanya. Jiyong menatapnya dengan mata bertanya. Ibu ingin bertemumu,” Jawabnya sambil mengambil satu strawberry dan memakannya. Jiyong membuka mulutnya dan memakan seluruh strawberry. Ia berusaha untuk mendapatkan kembali pikirannya karena kata-kata yang mengejutkannya. Ibunya ingin bertemu dengannya. Untuk apa? Untuk memberitahunya untuk menjauh? Untuk mengatakan sesuatu yang bahkan tidak dipikirkannya.

Jiyong merasa gugup tapi ia tetap terlihat tenang dengan mengunyah strawberry dan menatap kosong meja nya. Dara tersenyum setelah memahami apa yang ia pikirkan atau apa yang dia rasakan, kadang-kadang ia merinding karena kadang mereka bisa mengerti satu sama lain tanpa berbicara sepatah katapun. Dia dengan cepat memeluknya dan mengistirahatkan dagunya pada bahu Jiyong lalu menatap matanya. “Ibu hanya ingin mengucapkan terima kasih, tidak perlu gugup,” Katanya tersenyum lalu Jiyong melayangkan tatapannya padanya dan memberi anggukan. Dan selain itu ibuku adalah orang yang paling baik di dunia,” Katanya sambil menarik diri darinya dengan senyum bangga terpampang di wajahnya. Dia hanya menatapnya dan berpikir ibunya pasti orang yang baik. Tentu saja Dara adalah orang yang  baik hati, dia seperti satu-satunya orang di dunia ini yang layak untuk diperlakukan dengan baik, untuk diperlakukan special. Dia dibesarkan seperti itu dan hanya seorang ibu yang terbaik yang bisa melakukan sesuatu seperti itu.

Jiyong membuka mulutnya ingin mengatakan sesuatu namun memutuskan untuk menutupnya lagi karena ia tampaknya tidak bisa berpikira lurus, ia tak bisa berbicara sesuai keinginan otaknya. Dia ingin mengatakan tidak, dia ingin berbohong bahwa dia sedang sibuk atau sedang mengerjakan mobil pelanggan barunya. Ia takut untuk pertama kalinya, dia gugup untuk pertama kalinya dan tanpa menyadarinya dia bahkan bertanya pada dirinya sendiri apakah dia memiliki hak untuk melihat ibunya. Ia kemudian mulai  mengamati penampilannya, tangannya yang tertutup perban dan wajahnya yang memiliki goresan luka karena perkelahian nya pekan lalu yang belum sembuh. Ini pertama kalinya dia membenci dirinya yang seperti ini.

Dara kemudian menyambar strawberry lain dan menyuapi Jiyong. Jangan berpikir terlalu banyak,” Kata Dara sambil cemberut. “Ibu akan menyukaimu,” Katanya sambil tersenyum. Jiyong hanya memijat dahinya dengan tangan sambil mengangguk terpaksa. Dia tidak tahu apa yang harus ia pikirkan lagi, ia merasa berjalan tanpa arah. Dia merasa seperti dia perlahan-lahan tidak menjadi dirinya sendiri. Dia merasa seperti banyak hal-hal yang memasuki pikirannya dan merangkak menjalar ke dadanya perlahan mencengkram jantungnya. Jiyong membenci hal itu sebanyak ia menyukainya. Dia tidak pernah ingin merasakan apa-apa sebelumnya, ia mengatur dirinya untuk tidak perlu merasakan hal-hal yang tidak penting baginya. Tetapi sebanyak apapun ia memaksa dirinya untuk tidak melakukan hal-hal itu, sesuatu dalam dirinya sungguh merasa terganggu.

Ia mengepalkan tinjunya. Dia ingin berpaling dari semua ini. Dia ingin melarikan diri sebelum semuanya menjadi terlambat, sebelum ia terlambat menyadari. Tapi ketika ia melihat Dara tersenyum padanya seperti dia satu-satunya yang paling sempurna di dunia ini, ia hanya gemetar, dan dalam hitungan detik dia menyerah. Dia benci bagaimana dia merasa begitu hangat karena Dara, ia membenci bagaimana ia merasa begitu membutuhkannya, bagaimana ia merasa seperti ketika dia memeluknya itu seperti dia berteriak-teriak bahwa ia adalah satu-satunya ia membutuhkan, satu-satunya yang ia inginkan.
Dia ingin membencinya.
Da ingin melarikan diri dari itu.
Dia ingin kembali ke bagaimana ia dulu karena Dara membuatnya lemah, Dara membuatnya rapuh, dan rentan.

Dara kemudian menarik dirinya lebih mendekat untuk merasakan kehangatan Jiyong lagi. Lalu ia menyandarkan kepalanya di bahu Jiyong kemudian tangan Jiyong melilitkan pinggangnya dan menariknya lebih dekat. Dara tertawa saat ia mulai bermain dengan mainan kuningnya lagi sambil menyenandungkan sebuah lagu dengan suaranya yang lembut dan Jiyong hanya mendengarkannya sambil memejamkan matanya. Ya, mereka berada di kantin, di tengah banyak orang, di depan teman-temannya, tapi lebih dari itu mereka berada di dunia mereka sendiri. Dan mereka satu-satunya yang bisa memasuki dunia itu.
Kemudian Jiyong menyadari lewat kehangatan Dara di sampingnya membuat ini semua begitu berharga.

—000—

Wow, siapa yang gak meleleh karena ke so sweet an Kwon Jiyong di sini?

This part is such a cheesy! Semoga Dang gak salah trans di sini.

kan mungkin aja Dang ngerusak moment romantisnya DG karena trans yang gak bener.

Sorry for those, thanks and see you again,

 

DANG

34 thoughts on “BE MINE [Chap. 8]

Leave a comment