[Oneshoot] The Butterfly Effect

Butterfly Effect

Author :: KwonAui | Link :: asianfanfics | Indotrans :: dillatiffa

Finally…

This is when forever begins…

~~

“Hai,”

“Hai.”

“Jadi…”

“Akhirnya…”

“Kita disini…”

“Ayo kita lakukan.”

~~

Sekelompok kecil tamu berkumpul dan memenuhi hotel kecil namun bergengsi dan berbintang lima. Aulanya dihiasi oleh buket bunga mawar berwarna kuning dan merah yang tertata rapi di lorong yang dibuat meninggi yang terletak di tengah aula. Terdapat juga taburan kelopak-kelopak mawar beraneka warna. Sekitar 20 set meja diletakkan disisi-sisi lorong, yang diujungnya, tepat didepan aula, berdiri sebuah panggung yang ditutupi oleh gorden mahal berwarna merah dan kuning. Sepasang dudukan mikrofon yang masing-masing dihiasi oleh pita merah dan kuning juga diletakkan berdampingan di panggung.

Dipenjuru aula, bertebaran kelopak mawar kuning dan merah diantara para tamu, ditambah lagi aroma mawar juga harum semerbak memberikan nuansa seperti dalam negeri dongeng. Seruan, tawa, dan gumam dari para tamu bercampur dengan melodi yang sudah sangat dikenal sebagai latar suara; sebuah lagu yang bagi mereka yang dekat dengan mempelai tahu betul betapa spesialnya lagu itu bagi mereka. Melalui lagu yang tengah dimainkan ini, mereka bisa mengenali gumam “Lalala, lalala,” menggantikan lirik yang sebenarnya. Hanya saja kali ini, suara gumam melodi itu terdengar samar, yang semua tahu merupakan suara dua orang spesial dalam hidup mereka, yang akhirnya menjalin ikatan suci.

Beberapa orang pilihan yang berkumpul di kesempatan spesial ini telah menjadi saksi akan kisah mereka selama bertahun-tahun; suka, duka, penebusan, dan khususnya cinta mereka; dan setiap jiwa yang berkumpul dalam aula semua berharap yang terbaik agar hidup keduanya dipenuhi keberkahan memulai hidup bersama: hidup sebagai sepasang suami istri.

Para wanita masih berkaca-kaca dan belum bisa beralih dari sumpah pernikahan yang diucapkan di gereja.

Sang mempelai pria ingin merubah tradisi pernikahan di Korea pada umumnya (dan dia memang sudah dikenal selalu merubah tradisi sejak dulu), menginginkan untuk menyerukan sumpah pernikahan dihadapan-Nya sebagai bentuk rasa syukur karena Dia telah memberikan sang wanita untuknya.

Sang mempelai wanita, meski dia tidak memiliki agama, sangat tersentuh dengan bagaimana cara kekasih hatinya ingin membuktikan cintanya, menjanjikan sebuah hidup dalam keabadian bersamanya, dan menjadi seseorang yang tumbuh di negara dimana kepercayaan dan agama adalah sebuah prioritas, dia paham sepenuhnya dan menghargai itu.

Flashback

Jiyong berdiri disisi altar, mengenakan tuksedo putih, sebuah dasi kupu-kupu terikat di lehernya, dengan rambut kembali berwarna hitam setelah dibiarkan pirang cukup lama – kembali pada warna rambutnya yang semula. Telapak tangannya sedikit berkeringat memandang kearah pintu gereja yang tertutup, karismanya yang biasanya memancar dan mengintimidasi seolah tengah berlibur saat dia menanti pintu itu terbuka dan menampakkan dewinya.

Baby girl-nya.

Dodohan girl-nya.

Sumber inspirasi-nya.

Nabi-nya.

Kupu-kupunya.

Mempelai wanitanya.

Dia tidak tahu kenapa dia bersikap seperti ini. Gelisah, bersamangat, dan sangat gugup.

Begitu mendengar suara pintu terbuka perlahan, matanya melebar dan jantunya berdetak dua kali lebih cepat dari detik sebelumnya. Semua mata dan kepala para tamu menoleh kearah pintu masuk gereja, berangsur-angsur menampakkan sang mempelai wanita yang tampak sangat halus.

Dia bersinar.

Kepalanya tertunduk, tubuh langsingnya dibalut sempurna oleh gaun pengantinnya – khususnya pada pinggang yang ramping. Potongan gaun itu sederhana, model tube yang melingkari dadanya, dengan deretan manik permata yang membuatnya terlihat berkilauan. Potongan bawah dari gaunnya berbentuk balon dari bahan sifon, dengan ekor panjang menjuntai kebelakang, yang disulam dengan desain kupu-kupu samar dengan benang perak yang juga bersinar jika diterpa cahaya. Seolah memberikan ilusi kupu-kupu berterbangan mengikuti ekor gaunnya.

Dara lalu memulai langkahnya dengan sangat pelan, yang sirama dengan langkah ibu dan adik laki-lakinya dikedua sisinya, memegangi kedua sikunya, sementara wajahnya tersembunyi dibalik cadar dengan tetap menunduk, tangannya menggenggam sebuket bunga mawar kuning.

Jantung Jiyong semakin bertalu kencang, jika hal itu masih mungkin, matanya terus menatap kearah Dara, mengharapkan agar gadis itu membalas tatapan matanya, agar dia bisa melihat betapa cantiknya wajah gadis itu. Pikiran Jiyong mulai campur aduk, dan dengan liarnya dia beranggapan bahwa jantungnya bisa memacu sebuah mobil dengan kecepatan debaran yang seperti ini.

Kumohon lihat aku babe, pintanya dalam hati.

Dan seolah Dara bisa mendengar pikiran JIyong, dia mengangkat wajahnya, bertemu tatap dengan mata Jiyong, dan saat itulah Jiyong harus berusaha keras menghirup oksigen saat matanya mendarat di wajah gadis itu.

Tidak, cantik itu penghinaan.

Dia sangat mempesona.

Tepat pada saat itu, semuanya mulai memudar diantara mereka. Hanya ada mereka berdua.

Waktu berhenti dan sebelum mereka sadar, mereka sudah berdiri berhadapan – adik Dara mengulurkan tangan Dara pada Jiyong sembari berbisik, “Jaga noona-ku,” lalu memeluk pria itu erat, “Karena jika kau melukainya, aku mungkin akan lupa bahwa kau adalah hyung-ku DAN sunbae-ku..” sang mempelai pria tertawa, sama sekali tidak merasa ciut mendengar ‘ancaman’ dari sang adik, namun paham sepenuhnya bahwa Sanghyun pun akan sama terlukanya jika sampai Jiyong berani melukai noona-nya. Jiyong kemudian beralih pada ibu Dara, wanita yang pada dasarnya pendiam, yang hanya meremas tangannya yang bebas sembari tersenyum hangat padanya, air mata sudah mengancam turun dari kedua kelopak matanya. Jiyong memeluknya dan berbisik, “Ommoni, aku berhutang padamu. Terima kasih sudah membawanya ke dunia ini.” wanita itu terisak dan menepuk punggung Jiyong, lalu menarik diri lepas darinya, beralih pada putranya dan segera menyembunyikan air matanya, beranjak menuju ke tempat duduk mereka.

Hanya tinggal kedua calon mempelai, saling tatap satu sama lain, Jiyong menyadari air mata yang sudah mengancam akan mengalir dari pelupuk mata gadisnya. Dia lalu menyusupkan tangannya di balik cadar dan menghapus setetes air mata yang berhasil lolos, sembari mencoba memperbaiki suasana dengan memecah kesunyian diantara mereka.

“Hai,”

“Hai.”

“Jadi…”

“Akhirnya…”

“Kita disini…”

Dara lalu tersenyum sebelum menjawab, “Ayo kita lakukan.”

End of Flashback

 

Percakapan kasual diantara para tamu di aula tiba-tiba berubah sunyi begitu musik latar tiba-tiba berhenti, dan mata semua orang beralih pada pintu aula, saat sebuah musik lain, atau lebih tepatnya sebuah lagu, dimainkan.

Rentetat hentakan irama up-beat dengan gema langkah mengisi aula yang tiba-tiba sunyi.

Semua orang yang ada didalam, semua tamu tahu lagu ini. Dan mereka tahu kedua mempelai pengantinlah yang baru saja memasuki pintu.

Yang mereka tidak tahu adalah bahwa pasangan ini mempersiapkan kejutan untuk mereka.

Baris pertama lagu terdengar, mereka mendengar suara sang mempelai pria. Suara live saat menyanyikan bagian rap.

Dan kemudian pintu terbuka dan menampakkan keduanya, dengan Jiyong menyanyikan dengan rap seluruh isi hatinya pada Dara, dengan matanya tidak pernah meninggalkan gadis itu, sembari kedua berjalan di lorong. Mereka saling bergandengan tangan, sementara tangan satunya masing-masing membawa mikrofon. Para penonton tidak bisa menyembunyikan perasaan gembira mereka pada penampilan yang telah kedua mempelai persiapkan untuk mereka…

Kaulah kebahagiaanku, rasanya seperti kembali mwnjadi muda seperti kanak-kanak
Aku menahan untuk tidak memikirkanmu sekitar 10 menit tapi rasanya itu terlalu lama
Sekarang hubunganmu denganku sangatlah tenang dan mesra
Apapun yang kita lakukan, semuanya baik-baik saja, selama aku bisa mempertahankanmu disisiku

Sang mempelai pria masih menatap lekat kepada Dara sembari mereka tetap berjalan bersama, terlihat jelas bahwa mereka sangat jatuh cinta, dengan senyum khasnya yang seperti bocah terpasang di wajahnya, sementara sang mempelai wanita terus saja tersipu namun sama sekali tidak mengalihkan pandangan.

Setiap bagian dari wajahmu sangatlah cantik
Kapanpun aku menatapmu, aku selalu membeku seperti es, superstar-ku

Tepat ketika itu, segerombolan kupu-kupu warna-warni dilepaskan disekeliling mereka, membaur diantara mereka, dan Jiyong memberikan tanda kepada Dara untuk melihat ke sekelilingnya. Sang mempelai wanita terlihat jelas sangat terkejut dengan hal ini, menutup mulutnya karena takjub, tidak bisa percaya akan apa yang baru saja terjadi didepan matanya.

Kaulah satu dari kupu-kupu diantara efek kupu-kupu[1]
Senyum kecilmu mampu membuat hatiku dilanda badai
Kurasa aku harus berlari menjauh, aku benar-benar harus menjauh.. Sekarang harusnya kau coba lebih memperhatikanku
Mereka bilang pria itu seperti seorang anak kecil atau seekor anjing? Pria lain akan menjadi burung hantu yang siap memangsamu…
Akan kutunjukkan padamu cinta yang belum pernah kau rasakan sampai sekarang
Aku akan menjadi James Bond sampai akhir, untukmu

Saat mereka sampai di pangung, kupu-kupu masih berterbangan diantara para tamu, membuat mereka terkesima, sebuah suara yang halus, lembut memenuhi aula saat menyanyikan bagian reff, matanya masih tertuju pada suaminya terkasih, dengan air mata kembali tergenang di kedua sudut matanya, sementara Jiyong mencoba menghapusnya dan tersenyum meyakinkan, menggumamkan tanpa suara tiga kata yang tidak akan pernah lelah untuk dia ucapkan sampai maut memisahkan: aku cinta kamu..

Kau membuatku hilang akal
Caramu membuatku terbakar
Jangan pernah menyerah boy meski mereka menguji kita
Kau dan aku melawan dunia
Denganmu aku bangkit atau mati malam ini

Kau memiliki hatiku seperti denyutan
Caramu membuatku berpaling
Jangan pernah menyerah boy meski mereka menguji kita
Kau dan aku melawan dunia
Denganmu aku bangkit atau mati malam ini

Para penonton terhipnotis oleh suara lembut Dara yang sangat cocok dengan lagu itu saat mereka mendengarkannya menyanyikannya. Semua orang terperangah dengan anggapan bahwa seolah lagu itu memang sebenarnya dibuat untuk dinyanyikan olehnya.

Atau mungkin memang Dara yang seharusnya menyanyikannya.

Semua orang menyadari hal yang sama saat mereka terpesona tidak hanya pada suara Dara, namun juga pada bagaimana cara mata Dara mengekspresikan perasaannya seolah dia sedang berkata kepada Jiyong melalui lirik itu.

Hingga akhirnya mereka tersadar.

Bahwa lagu itu dalah lagu milik mereka berdua, bukan hanya lagu yang ditulis Jiyong untuk Dara.

Semua orang terpesona dengan betapa sempurnanya pasangan ini – mereka saling menyempurnakan satu sama lain, dan lagi para wanita terisak pelan meneteskan air mata, sama seperti sebelumnya.

Flashback

Para tamu undangan menyaksikan sepasang mempelai yang tidak bisa berhenti saling bertatapan sebelum saling bertukar sumpah setia.

“Mempelai pria dipersilakan mengucapkan sumpahnya,” ucap sang pastor, para tamu undangan duduk tegak mendengarkan Jiyong mengucapkan sumpahnya.

“Dee, kau merupakan cahaya dalam jalanku yang gelap. Kaulah satu kupu-kupu dari efek kupu-kupu di taman. Sumber inspirasiku. Segalanya bagiku. Kau tahu itu, kan? Semua yang kurasakan, semuanya sudah kunyanyikan dari lubuk hatiku yang terdalam pada seluruh dunia hanya untukmu. Aku tahu kau sudah mendengar semuanya, setiap kata yang terucap itu adalah untukmu. Dan aku lega kau sudah mendengarnya. Aku akan menantikan seluruh keabadian untuk bersamamu dan semakin menunjukkan padamu seberapa besar artimu bagiku, seberapa besar aku memujamu, seberapa besar aku mencintaimu. Kau akan selalu menjadi nabi-ku… aku berjanji untuk menyembuhkan dan mencium semua lukamu, dan melindungimu selamanya.

Aku, Kwon Jiyong, menjadikanmu, Sandara Park, sebagai istri yang kunikahi. Yang akan kujaga selamanya, sejak hari ini, dalam suka dan duka, dalam kaya dan miskin, dalam sehat dan sakit, untuk dicintai dan dipuja sampai maut memisahkan. Dan disini aku mengikrarkan janji kesetiaanku padamu,” katanya, dengan suara bergetar, menyelipkan cincin pernikahan di jari manis Dara.

“Sekarang giliran mempelai wanita untuk mengucapkan sumpahnya,” lanjut sang pastor, senyum hangatnya memancar sembari menyaksikan cinta yang nyata dihadapannya.

“Ji, aku tidak bisa berhenti berterima kasih untuk semua. Untuk kesabaran, cinta, pemahaman yang tidak pernah lelah kau berikan untukku. Terima kasih telah menyembuhkanku. Terima kasih karena kau tidak pernah lelah untuk menungguku. Terima kasih sudah menjadi dongsaeng yang seperti oppa-ku. Terima kasih telah menjagaku. Dan yang paling penting, terima kasih karena telah mencintaiku. Aku menantikan masa depan dimana kau akan menggenggam tanganku saat kita berjalan pada tahapan baru dalam hidup kita ini. Aku sepenuhnya percaya padamu, kemanapun kau membawaku, aku akan ikut denganmu. Setiap langkah yang kau ambil, aku akan selalu berada dibelakangmu. Saat kau tersesat, cukup berpaling dan aku akan selalu ada disisimu. Aku mencintaimu dan terima kasih untuk semuanya.

Aku, Sandara Park, menjadikanmu, Kwon Jiyong, sebagai suami yang kunikahi. Untuk kujaga selamanya, sejak hari ini, dalam suka dan duka, dalam sehat dan sakit, untuk dicintai dan dipuja, sampai maut memisahkan kita. Dan disini aku mengikrarkan janji kesetiaanku padamu,” Dara menyelesaikan sumpahnya, diiringi tetesan air mata yang tak hentinya mengalir membasahi pipi sembari memakaikan cincin pernikahan di jari manis Jiyong.

“Bukankah mereka pasangan yang sangat serasi? Sekarang aku tidak akan menunda lebih lama,” sang pastor melirik kepada kedua mempelai sebelum melanjutkan, “Dengan kuasa yang diberikan padaku, aku umumkan kalian, sebagai suami dan istri. Kau boleh mencium men—“

Sang pastor belum sempat menyelesaikan ucapannya, namun Jiyong – sang mempelai pria, sudah menyingkap cadar Dara dan menghujani wajah gadis itu dengan ciuman-ciuman lembut, sebelum akhirnya mencium bibirnya.

Terdengar suara kekeh tawa dari seluruh penjuru gereja saat semua orang menyaksikan bagaimana Jiyong akhirnya memeluk Dara dan memutar tubuh gadis itu masih dengan menciumnya, dan pastor bertepuk tangan sebagai tanda kepada para hadirin untuk mengikuti tindakannya. Tempat itu dipenuhi oleh suara tepuk tangan dan Jiyong akhirnya menurunkan Dara yang tersipu malu dan mereka mulai membungkuk berterima kasih kepada para tamu undangan…

End of Flashback

 

Sang kedua mempelai melanjutkan penampilan mereka dengan Jiyong menyanyikan bait selanjutnya:

Jika aku adalah seorang realistis yang membosankan, maka kau adalah sang pemimpi
Jika disanalah tempatmu berada, aku akan mengejarmu bahkan jika itu hanyalah impian belaka
Dan dipadang rumput hijau, seperti dalam lukisan akan kubangun rumah kita
Di jari manismu, akan kusematkan cincin berlian sebesar ibu jarimu
Akan kuberikan dunia kepadamu, yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi tuan
yang perlu kau lakukan hanyalan menjadi sang pahlawan wanita dalam lagu cinta gila ini
Kenapa kalenderku semuanya bertanda merah? Karena setiap hari adalah hari ulang tahunmu
Kenapa kalenderku semuanya bertanda merah? Karena setiap hari adalah hari ulang tahunmu
Coba dengarkan perlahan, kemari dan coba dengarkan, kumohon coba dengarkan aku sebentar saja
Cobalah katakan sesuatu yang memiliki banyak makna, mari kita hentikan permainan kekanakan ini nah
Kita bangkit atau mati, kau Bonnie, akulah Clyde
Bagi kita, tidak ada kata “besok” malam ini

Selama Jiyong menyanyikan lirik  bait kedua dari lirik bagian rap, dia tidak pernah melepaskan genggaman tangannya pada Dara yang terus menatapnya dengan mata memuja sebelum kembali menyanyikan bagian reff

Mereka melanjutkan penampilan mereka seolah semuanya sudah melebur disekeliling mereka – kembali hanya ada mereka berdua.

Dan mereka mulai bergerak kekiri dan kekanan, mengikuti irama musik yang mereka nyanyikan bersama

Aku dan baby-ku, kami bangkit atau mati
Aku dan baby-ku (Kami gila)
Aku dan baby-ku, kami bangkit atau mati
Aku dan baby-ku (Kami gila)

Dara terus membisikkan “kita gila” saat tubuhnya diputar oleh sang baby boy..

Kau membuatku hilang akal
Caramu membuatku terbakar
Jangan pernah menyerah boy meski mereka menguji kita
Kau dan aku melawan dunia
Denganmu aku bangkit atau mati malam ini

Jiyong menempelkan keningnya di kening Dara…

Kau memiliki hatiku seperti denyutan
Caramu membuatku berpaling
Jangan pernah menyerah boy meski mereka menguji kita
Kau dan aku melawan dunia
Denganmu aku bangkit atau mati malam ini

Dara menyelesaikan kalimat terakhir, mengusapkan hidungnya di hidung Jiyong, sebelum menarik pria itu kedalam sebuah ciuman…

Para hadirin bertepuk tangan memenuhi aula, beberapa kembali mengusap air mata bahagia menyaksikan penampilan kedua mempelai, merasa tersentuh oleh jalinan cinta keduanya melalui setiap kata yang mereka nyanyikan…

Ya, kita bersama…

Aku akan tetap berada disini sampai kapanpun…

Kita akan selalu tetap bersama…

Selamanya…


[1] Efek kupu-kupu terjemahan harfiah dari butterfly effect. Butterfly effect digunakan untuk menjelaskan tentang teori kekacauan dimana perubahan kecil disuatu tempat bisa memberikan efek besar dilain tempat.

60 thoughts on “[Oneshoot] The Butterfly Effect

  1. hm… gatau lagi mau komen apa. yg jelas ini air mata udah ngeluber kemana-mana (nangis ga berenti) mereka sweet banget yaampun… baca ff ini sambil dengerin R.O.D diulang2.. makin berasa sweetnyaaaa… sampe mikir, kalo dara unnie yg nyanyiin reffnya bakal kaya gimana ya? pasti makin keren.. duhhhh makin berharap kalo DARAGON IS REAL!!! wujudkanlah pemintaan applers ini~ huhuhu😭😆😊

Leave a comment