7 Days [Chapter 5] : The Truth…

7days

Author : Fel Hu

Main Cast : Kwon Jiyong

Support Cast : Bigbang

Genre : Romance.

Ratting : T

“SANDARA PARK SUDAH MENINGGALKANMU. DIA TIDAK MUNGKIN ADA DISINI. HENTIKAN OMONG KOSONG INI.” teriak Youngbae berusaha menerjangku lagi.

Kalau bukan karena Seunghyun menahannya mungkin ujung bibirku sudah berdarah dan membiru. Youngbae tidak kelihatan main-main dengan ucapannya. Tapi benarkah? Sandara Park yang mereka maksud itu Sandara Park yang kukenal? Tidak mungkin! Mereka kira Sandara-yang-selama-ini-menghilang telah kembali begitu?

Namun, perasaanku tetap kacau. Bukan karena aku mulai berpikir bahwa Dara memang pernah meninggalkanku, tapi karena Dara tidak ada disampingku. Aku takut sesuatu terjadi dengan dirinya selama aku disini, berdebat tentang sesuatu yang bahkan tidak masuk akal.

Jadi sekali lagi aku memberontak. Aku harus pergi sekarang, aku sudah muak dengan omong kosong mereka. Tapi, Seunghyun malah menahanku dan memaksaku berjalan memasuki taxi. Aku berteriak bahkan meronta-ronta, hingga membuat kerumunan orang-orang—yang entah sejak kapan terbentuk—semakin menatap kita dengan penasaran.

Ketika mobil taxi melaju, aku hanya diam menahan amarah. Ada apa dengan mereka? Kenapa hari ini mereka benar-benar bertingkah gila dan merusak kebahagianku? Hari ini akan menjadi hari terbaik dalam hidupku kalau mereka tidak datang menganggu!

Seunghyun lansung mendorong tubuhku ke dalam kamarnya. Sebelum aku sempat belari keluar, dia sudah mengunci kamar ini.

“Hyung! Cepat buka kamar ini!! Aku harus keluar mencari Dara!” seruku sambil menggedor pintu berulang-ulang. Aku tidak memperdulikan tanganku yang mulai berdenyut, aku harus keluar sekarang.

“Aniyo. Kau tetap di dalam dan dinginkan kepalamu.” ucap Seunghyun diikuti suara langkah kaki yang menjauhi kamar.

Aku berteriak, menendang, membanting apapun yang bisa kulihat. Aku tidak bisa berdiam diri disini, jadi aku memutuskan untuk menghancurkan kamar Seunghyun.

“Jadilah anak baik dan berhenti menghancurkan barangku, atau kamu akan kugantung hidup-hidup” geram Seunghyun dari balik pintu.
“Ya! Jika ingin barangmu selamat, keluarkan aku dari sini!” seruku sambil melempar bantal kearah pintu menyebabkan suara benturan yang kencang.

Aku mendengar Seunghyun yang menghela nafas dan berusaha menenangkan diri. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara pintu dibuka dan aku segera belari ke arah sana.

“Not so fast Ji..” ucap Youngbae sambil menarik kerah bajuku dan mendorongku masuk kembali kedalam kamar.

Aku kembali duduk di tepi ranjang dan mengamati teman-temanku yang sekarang mengelilingiku.

“Berniat menjelaskan ini semua?” ucap Youngbae memulai percakapan.
“Bukankah kau yang harusnya menjelaskan kegilaanmu?” geramku sambil menggepalkan tangan hingga kuku tanganku memutih.
“Kegilaanku? KAU YANG GILA JIYONG. KAU BAHKAN BERBICARA SENDIRIAN DI JALAN. DAN KAU BILANG AKU YANG GILA?” seru meledak. Lagi.

Ada apa dengan Youngbae hari ini? Apakah Youngbae yang selama ini paling sabar sudah mencapai puncaknya. Dia benar-benar meledak seperti bom atom. Aku melihat Daesung yang mulai begerak panik dan tangannya mulai memegang bahu Youngbae untuk menenangkan. Ya, dari kita semua Daesung paling tidak suka kalau ada kekerasan.

“Aku? Berbicara sendiri? Ha! Kkumkkae! Lucu sekali Youngbae. Cari alasan yang lebih baik!”
“Ta-tapi hyung, kita benar-benar tidak melihatmu dengan siapa-siapa. Kamu hanya tertawa dan berbicara sendiri. Tidak ada siapapun. “ ucap Daesung.

Aku membulatkan mataku dan tertawa renyah.

“Aku tidak menyangka kau juga jadi seperti ini, Dae.” ucapku sambil melemparkan pandangan keruangan. Aku tidak menyangka mereka sampai berbohong seperti ini hanya untuk menjauhkan diriku dengan Dara.

“Bagaimana denganmu Seungri? Aku belum mendengar suaramu sejak tadi.” tanyaku sambil menatap Seungri yang sepanjang tadi diam.

Seungri hanya menatapku sebentar dan kembali membenamkan mukanya di telapak tangan. Aku melihat ada air mengalir turun di tangannya, Seungri menangis?

Aku mendengus sambil mengontrol nafasku yang sudah memburu karena amarah. Aku muak dengan semua drama yang benar-benar tidak masuk akal. Aku tidak terima bagaimana mereka berani-beraninya mengatakan Dara pernah meninggalkanku, tanpa mereka ketahui siapa Dara yang bersamaku. Jelas-jelas Dara tidak pernah meninggalkanku. Dia akan tetap bersamaku kalau bukan karena mereka semua.

Aku belari keluar pintu tidak memperdulikan mereka yang memanggiliku. Aku benar-benar muak. Ini semua terdengar tidak masuk akal.

***

Aku belari ke apartment dan berharap menemukan sosok Dara di ruangan itu. Tidak ada tanda-tanda ada orang di ruangan itu. Aku kembali melangkahkan kaki ke mall yang tadi kita kunjungi.

Hari sudah mulai malam dan angin bertiup kencang. Semilir angin dingin mulai menusuk ke tulang-tulangku. Aku cukup bodoh meninggalkan jaketku di kamar Seunghyun dan baru ingat sekarang adalah musim gugur. Musim gugur tahun ini cukup dingin, bagaimana jika Dara kedinginan di luar sana?

Tanpa sadar aku sudah melangkah ke taman maple. Aku berharap bisa melihat sosok Dara. Aku tidak akan pulang sebelum aku menemukan dirinya. Tidak, aku tidak mau kehilangan dia.

“Dara!!!” teriakku di taman itu.

Tak ada balasan, hanya kesunyian dan kegelapan suram yang terus menyelimuti sekelilingku.

Aku belari mengelilingi taman itu, berharap menemukan Dara. Keringat dinginku semakin becucuran saat menyadari Dara sama sekali tidak kutemukan. Dimana lagi aku harus mencari dia?

Saat aku sedang berjalan lagi, kakiku tersandung batu yang cukup besar. Aku mendengus dengan sebal, buat apa batu sebesar ini berada disini! Mengganggu sekali.

Kenapa semua hal terasa tidak berada pada posisi yang benar saat tidak ada dia? Kenapa semua hal terasa sangat menganggu saat tak ada dia? Tapi demi apapun, batu ini benar-benar menyebalkan.

Aku duduk memandang batu ini sejenak, tapi sejak kapan ada batu disini? Aku tidak melihatnya atau aku yang kurang perhatian terhadap sekelilingku disini? Dan kalau aku perhatikan… Aku sedang berdiri di posisi Dara kemarin berdiri. Aku meraba pohon dalam kegelapan, bukankah Dara sedang melihat sesuatu disini? Ya, aku tidak percaya dia sedang mengamati pohon. Pasti ada sesuatu di pohon ini.

Aku meronggoh handphone dari dalam kantongku, menyalakan senter dan mulai meneliti kayu pohon itu. Jari-jariku berhenti menyelusuri kayu pohon itu saat menemukan suatu ukiran. Sejak kapan ukiran ini ada?

“Aku mencintaimu.”
“Aku lelah. Aku terlalu lelah.”
“Selamat tinggal, Jiyong.”

Kalimat itu mendadak muncul di kepalaku dengan cepat. Bersamaan dengan ekspresi Dara saat mengatakan itu. Jantungku terasa seperti behenti berdetak. Tiba-tiba aku merasa seperti diriku membeku ditempat.

“Sudah kukatakan aku lelah! Tidak bisakah kau mengerti?”

Bayangan sekilas tentang Dara berseru padaku kembali muncul. Aku merasakan kepala dan hatiku mulai berdenyut sakit. Tidak siap dengan penglihatan yang tiba-tiba muncul. Aku melihat kejadian-kejadian bewarna hitam putih muncul berulang-ulang seperti tv rusak. Bayangan saat Dara berjalan dengan seorang pria dan meninggalkanku terus bermunculan.

Aku menatap ukiran di pohon itu sambil menatap tanggal yang tertulis disana. Tertulis tanggal 2 tahun yang lalu. Apa maksud ini semua? Apa memang Dara pernah meninggalkanku? Tapi kenapa dia melakukan itu? Kenapa dia kembali? Itu alasan kenapa aku merasa seperti mengenalnya lebih dari 2 tahun? Kenapa aku tidak bisa mengingat apa-apa? Apa aku amnesia? Apakah mimpi-mimpi itu bagian dari masa laluku?

Tapi kenapa aku amnesia? Aku tidak ingat bahwa aku pernah mengalami kecelakaan. Aku ingat siapa namaku. Aku ingat nama teman-temanku. Aku ingat nama guru sekolahku, letak sekolah dan apartmentku. Aku ingat semuanya kecuali dia.

Tiba-tiba aku merasa denyutan yang sangat keras di kepalaku. Aku terjatuh perlahan-lahan keatas tanah. Dan pemandanganku berubah menjadi hitam kelam.

***

Aku kembali masuk ke dalam dunia mimpi atau lebih tepat kukatakan bagian dari masa laluku. Tidak aneh aku ikut merasakan sakit saat melihat ‘diriku’ yang ada di mimpi, karena aku memang benar-benar pernah ada di posisi itu. Tidak aneh mimpi ini selalu terasa nyata, karena ini memang bukan mimpi. Ini adalah bagian dari masa laluku yang sempat terlupakan dan sekarang ia kembali muncul ke dalam otakku. Mengulang bagian demi bagian di setiap aku dalam keadaan dibawah alam sadar.

“Aku ingin kita putus. Aku lelah Ji.. Aku terlalu lelah.” ucap Dara.

Aku melihat ‘diriku’ terkejut. Senyuman yang dari tadi menghiasi wajah-‘ku’ mulai menghilang. Seperti ‘diriku’, air mata mulai menggenang disudut mataku. Aku merasa marah dan kecewa disaat yang bersamaan. Jadi Dara benar-benar pernah meninggalkanku.

Apa yang aku lakukan hingga ia meninggalkanku? Apa aku kurang perhatian? Apa aku melakukan kesalahan? Aku kurang mengerti dirinya? Kenapa? Kenapa dia harus meninggalkanku?

Aku tertarik ke dalam cahaya putih dan detik berikutnya aku berada di tempat lain. Aku melihat Dara tertawa dengan seorang pria. Dia dengan santainya memeluk pria itu seakan itu adalah hal yang biasa.

“Jadi kau meninggalkanku untuk seorang pria?” ucap ‘diriku’ ke Dara.

Aku menengok kearah ‘diriku’. Aku melihat senyuman Dara lansung luntur ketika melihat ‘diriku’ muncul didepannya. Oh, bagus, jadi dia saat itu tidak suka melihat ‘diriku’. Apa dia merasa ‘diriku’ menganggu waktunya? Waktunya bersama dengan namja yang sepertinya jauh lebih muda dariku.

Telingaku tidak bisa mendengar percakapan Dara dan ‘diriku’. Aku hanya bisa melihat mereka membuka mulut, tapi tak ada suara yang terdengar. Aneh, ini pertama kalinya aku tidak bisa mendengar suara. Biasanya semua terdengar jelas, bahkan aku bisa mendengar suara kicauan burung saat aku sedang bermimpi berada di taman.

Detik berikutnya ‘diriku’ sudah meninggalkan Dara dan namja itu. Dan keanehan kedua terjadi. Aku tidak bisa bergerak. Aku tidak bisa mengikuti ‘diriku’ yang pergi menjauh ataupun mendekat ke arah Dara.

Mimpiku biasa terasa sangat nyata, tapi kenapa sekarang mimpiku mulai terasa seperti mimpi-mimpiku sebelumnya, mimpiku sebelum mengenal Dara. Ini semua terasa seakan mimpi dengan cerita bersambung ini sudah mau sampai diujung cerita. Mimpiku mulai tidak terlihat jelas, semua terlihat buram.

Mataku menangkap cairan bening seperti kristal mengalir keluar dari sudut mata Dara. Dara menangis? Sebelum aku sempat melihat jelas muka Dara, aku tertarik masuk ke dalam cahaya putih. Tunggu, aku masih ingin memastikan apakah Dara benar-benar menangis! Kalau ia menangis bukankah itu berarti sesuatu?

“Dara!!!!” seruku. Aku lansung terbangun dan menyadari aku sedang berada di tempat yang sangat terang. Aku mengerjap mataku berkali-kali dan memijat pelan keningku yang berdenyut pelan.
“Hyung kau baik-baik saja?” ucap suatu suara.

Aku menengok kearah suara dan melihat Seungri yang duduk disamping ranjangku dengan pandangan cemas.Dia mengigit bibir bawahnya seraya menunggu jawabanku.

“Aku dimana?” tanyaku parau.
“Hyung sedang di rumah sakit.. Youngbae hyung tadi yang membawamu kemari. Katanya dia menemukan hyung pingsan di taman..”

Aku hanya mengangguk pelan mendengar ucapan Seungri. Badanku terlalu lemas bahkan hanya untuk menjawab. Aku melihat selang infus tertancap di tangan kananku. Berapa lama aku pingsan? Apa yang terjadi padaku? Tiba-tiba aku teringat hal terakhir yang aku pikirkan sebelum aku kehilangan kesadaranku.

Dara…

Apa maksud mimpiku… Apakah Dara benar-benar menangis saat itu? Bolehkah aku berharap berarti ada sesuatu yang ia sembunyikan? Sesuatu yang membuatnya…terpaksa meninggalkanku.

Dimana dia sekarang? Apa dia baik-baik saja?

***

Day 5

Semangkuk ramyun dihidangkan di atas meja. Aku menatap ramyun itu sambil mengulum sebuah senyuman. Dengan cepat aku memasukan ramyun itu ke mulut.

“Ah~ masitta~!” seruku. “Kau harus coba ini, ini enak sekali. Lebih enak daripada yang kau buat Dara~” seruku lagi sambil menyodorkan sendok kesampingku.
“Engg… Hyung?”

Aku langsung mengerjap berkali-kali dan menggelengkan kepalaku pelan. Daesung hanya tertawa kaku dan mendorong sendok yang kupegang menjauh dari mukanya.

Mian..” ucapku pelan. Aku merindukan Dara hingga sulit rasanya menatap kenyataan bahwa dia tidak ada disampingku. Aku masih harus menginap di rumah sakit karena badanku masih terlalu lemah, sehingga aku tidak bisa melanjutkan pencarianku. Percayalah, aku sudah berkali-kali mencoba melarikan diri dan aku akan mencoba lagi jika bukan karena kakiku diborgol Youngbae. Dia benar-benar sudah gila, aku bahkan tidak tahu bagaimana cara ia bisa mendapatkan borgol.

“Akhirnya kau sadar kalau kau gila? Kalau selama ini kamu cuma berhalusinasi?” ucap Youngbae memecahkan lamunanku.
“mwo? Aku tidak berhalusinasi! Aku hanya merindukannya! Aku tau dia memang pernah meninggalkanku, seperti katamu. Tapi dia sudah kembali. Dia benar-benar ada bersamaku kemarin!”
“Lalu, kalau dia sudah kembali, dimana dia sekarang?” Tanya Youngbae.
“Mollayo..”
“Lihat? Kau hanya berhalusinasi. Tidak mungkin dia mendadak menghilang begitu saja.”
“Dia terpisah saat kita sedang berjalan ke mall!”
“Jinjja? Aku tidak melihat kau bersama siapapun saat itu. Dan kalau benar, kenapa ia pergi?”

Aku terdiam mendengar ucapan Youngbae. Kenapa ia mendadak hilang kalau begitu? Dara benar-benar menghilang tepat saat Youngbae dan yang lain datang.

“Mungkin Dara sudah terpisah saat aku sedang melamun. Dan aku baru menyadari kalau dia menghilang saat kalian datang.”
“Aku rasa kau harus bertemu seseorang agar kamu bisa menyadari kegilaanmu!” ucap Seunghyun dengan suara beratnya membuat aku sedikit bergidik.

Seunghyun pergi meninggalkan kamar rumah sakitku sambil sedikit tersenyum miring. Aku merasakan ada sesuatu yang mengcurigakan. Siapa yang akan ia panggil? Jangan bilang dokter jiwa, karena aku akan menendangnya dengan segera jika ia berani melakukan itu.

—beberapa jam kemudian—

“YA! Berhenti menarik-narikku!” Aku mendengar suara perempuan didepan pintu kamarku. “Harap lebih tenang, ini rumah sakit..” Aku mendengar suara perempuan lain, sepertinya seorang suster.
“Ayo cepat masuk!” suara pria yang terdengar seperti Seunghyun.
“Tapi, aku lapar..” ucap perempuan pertama.
“Ya! Nuna! Aku sudah mentraktir-mu agar kau mau datang kemari dan bahkan kau sudah memakan jatah makananku. Lalu, kau masih bisa berkata lapar? Dan kau bahkan tidak berhenti mengunyah sembari tadi.” Sekarang aku yakin betul itu suara Seunghyun. Siapa yang ia bawa? Suaranya terdengar familiar.
“Kau menarikku berjalan kesana-sini! Itu sebabnya aku jadi lapar lagi. Lagipula ini hanya setongkol jagung bakar, ini tidak akan membuatku gendut.”
“Cepat buang jagung itu, Nuna. Tidakkah kau tahu dilarang makan di lorong rumah sakit?”

Aku mendengar Youngbae dan yang lain sudah mulai tertawa. Lagipula ada apa dengan Seunghyun? Larangan makan di lorong rumah sakit? Sejak kapan larangan itu ada! Apakah Seunghyun benar-benar sudah kehabisan ide? Dimana Seunghyun yang selalu membanggakan dirinya T.O.P kalau masalah perempuan?

“Mwo? Aku tidak pernah mendengar larangan itu..”
“Aku rasa kau harus mulai membaca buku dan memberhentikan kebiasaanmu makan tiap detik.”
“Seunghyun, kita mau masuk atau mau membahas tentang kebiasaanku yang bukan urusanmu itu?” ucap perempuan itu terdengar sedikit kesal.

Detik berikutnya, pintu kamarku dibuka dan Seunghyun mulai melangkah masuk sambil diikuti seorang perempuan berambut merah. Mataku membulat saat menyadari siapa perempuan itu.

“Wah~ Bom nuna” seruku dengan senyum yang mengembang. Aku benar-benar sudah lama tidak melihat Bom, kakak kelasku satu ini. Sepertinya aku tidak pernah berhubungan lagi sejak ia lulus.

“Aigoo, apa yang terjadi denganmu Ji..” ucap Bom sambil mendekat ketempat tidurku dan menatap selang infuse yang terpasang di tanganku.
“Hanya sedikit lemah. Tapi dokter melebih-lebihkannya hingga memaksaku memakai selang infuse ini..” ucapku sambil ikut menatap selang itu.
“Bukankah itu enak? Kau tidak akan merasa lapar, karena tubuhmu selalu dialiri cairan berisi makanan tiap detiknya!”
“Tsk! Otak nuna masih saja ya selalu isinya makanan…” godaku sambil tertawa.
“Ya! Sekarang sudah lebih mending, tidak-kah kau lihat aku sedikit kurusan? Bekerja sambil kuliah ternyata benar-benar melelahkan… Tapi, tunggu…. Seunghyun! Kau bilang Jiyong tidak ingat masa lalu? YA!! Kau membohongiku ya?” serunya sambil memukul pelan tangan Seunghyun yang berdiri di sampingnya.
“Aku juga tidak tau kenapa dia bisa ingat nuna!! Ya! Jiyong! Kau benar-benar ingat, Bom nuna?” Tanya Seunghyun.
“Tentu.. Bagaimana aku bisa lupa?”
Aku melihat semuanya—kecuali Bom nuna—mengerutkan kening.
“Hyung, Hyung ingat siapa sahabat Bom nuna?” Tanya Seungri.

Aku terdiam. Berusaha mengingat. Setiap aku mengingat Bom, aku hanya ingat ia tertawa bersama seseorang, tapi aku tidak tahu siapa. Perempuan itu terlihat buram. Semakin aku berusaha mengingat, semakin semuanya terasa kacau. Aku tidak bisa mengingat wajah perempuan itu. Mungkinkah itu Dara? Tapi, kenapa aku bisa melupakannya? Aku bisa lupa kalau dia—mungkin—teman Bom, padahal aku ingat betul semua tentang Bom. Kepala-ku mulai berdenyut lagi.

“Hyung, kalau tidak ingat, tidak perlu dipaksakan..” ucap Daesung khawatir.
“Aniyo.. Aku harus mengingat sesuatu… Mungkin dengan begitu aku bisa tau Dara pergi kemana. Aku harus mencari dia, dia sudah menghilang selama 2 hari..”
“Mwo? 2 hari? Tidak mungkin! Dara—“ Bom mendadak berhenti berbicara. Ia memukul-mukul pelan mulutnya, sepertinya ia kelepasan berbicara.
“Nuna… Dara dimana? Kau tahu Dara dimana?”
“A-a… Mollayo.. “ ucapnya gugup.
“Lalu kenapa kau tahu Dara tidak mungkin bersamaku?”

Bom menghela nafas pelan saat mendengar pertanyaanku. Ia terus-terusan menggurutu karena kelepasan berbicara. Jari-jarinya terus-terusan memainkan ujung bajunya sambil menimbang-nimbang. Akhirnya ia mengheala nafasnya lagi.

“Ka-karena.. Dara sudah pergi sejak 2 tahun yang lalu…” ucapnya sambil menunduk, tidak berani menatapku.

2 Tahun yang lalu? Berarti ukiran yang ada dipohon maple benar-benar ada. Aku tidak bermimpi mengenai ukiran itu. Bisa sajakan aku salah lihat? Atau lebih tepatnya aku berharap aku salah lihat. Karena sampai sekarang, aku tidak percaya Dara pernah meninggalkanku.

“Kau terdengar seperti Youngbae. Tsk.” Dengusku.
“Tapi, Jiyong, Dara benar-benar pergi dan aku menjamin dia tidak ada di kota ini.”
“Bisa saja dia sudah kembali. Nuna juga tidak tahukan ia dimana..”
“Tidak mungkin Ji…”

Aish… Ada apa dengan Bom? Kenapa ia sepertinya kukuh sekali mengenai Dara tidak mungkin kembali. Memangnya Dara dideportasi dari negara ini apa, hingga ia tidak bisa datang lagi ketempat ini. Aku merasakan ada sesuatu yang Bom sembunyikan.

“Kenapa nuna terdengar begitu yakin?”
“Karena…Dara sedang ada dalam keadaan koma sekarang..”

~

Tradadadam~~ Annyeong! Semoga lanjutannya masih ditunggu ya… Mian karena update-annya lama banget  Gomawo buat udah yang baca dan komentar! Tolong-tolong dengan sangat dikomentar ceritanya ya.. Butuh saran~ Semoga pada gak bosen yah..

<<back    next>>

19 thoughts on “7 Days [Chapter 5] : The Truth…

  1. Mwo?? Koma?? Aku kira meninggal~
    Aaaaah kasian jiyong…
    Knp bikin penasaran d setiap capt nya u.u
    Next capt jgn lama2 plissss~~

  2. jadi dara belum meninggal….dan dia skrg lg koma…..!

    kenapa dara bisa sampe koma….?
    dan kenapa pula jiyong nggak bisa inget dara?

Leave a comment