Good to You : Chap. 8

good to you

Author : Cyscha || Tittle : Good To You || Genre : Angst || Casting : Sandara Park, Kwon Jiyong dan Kiko Mizuhara || Suport cast : YoungBae, Choi Seungyun (Top), Paek Bom dan Lee Chaerin

Yang bertanya tentang Yoona, aku jelasin dia hanya figuran, muncul sekali doang dan selesai.

^Happy Reading^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Akhirnya, aku bisa menghancurkanmu Dara.” Kiko menatap puas apa yang ia dapatkan. Seringai licik menghiasi wajahnya. Ia menyusun beberapa rencana untuk menemui Dara. Setidaknya ia harus memastikan lebih dulu mengancam Dara sebelum membongkar masalalu gadis itu.

“Kau keterlaluan Kiko.” Bom menggelengkan kepala melihat perbuatan Kiko. Kenekatan gadis itu menghancurkan pernikahan Dara-Jiyong terdengar sadis dan licik.

“Aku pikir, Badboy sejatinya harus bersama gadis baik-baik sepertiku.” Kiko tersenyum. Bom mendelik, mengernyitkan alisnya.

“Kau baik?”

Kiko mengangguk. Bom menghembuskan nafas. “Kau bahkan lebih licik dari Dara.”

“Ya, itu karena dia yang memulai.”

“What?? Aku rasa kau hanya tidak bisa menerima kenyataan Jiyong memilih gadis itu.”

Kiko menatap tajam Bom. “Jiyong harus tau kalau dia pelacur.”

“Lalu? Apa yang kau harapkan? Dengan begitu apakah Jiyong akan memilihmu?”

Kiko berpikir sebentar. “Tidak perlu memilihku, aku hanya ingin Dara hancur.”

Tawa halus Bom terdengar. “Semakin jelas kau iri pada gadis itu. Sudahlah Kiko, jangan memulai sesuatu yang justru menghancurkan citramu, membongkar aib Dara justru terlihat jelas kau licik dan menghalalkan segala cara.” Nasehat Bom, ia lucu melihat gadis ini begitu berambisi melenyapkan Dara. Kenapa baru sekarang sadar ia mencintai Jiyong?

“Aku hanya perlu mengancamnya sampai ia menghentikan sendiri pernikahan itu.” Kiko menjawab tenang. Ia dengan yakinnya memastikan rencananya akan berhasil.

Bom menggedikkan bahunya. Tidak peduli apa yang dilakukan Kiko, tapi rasanya Dara sudah tentu terbiasa menghadapi gadis macam Kiko.

***

Flashback

“Sandy?” Jiyong tersenyum menyapa Sandara pagi ini. Dua gadis kembar itu baru saja keluar dari pagar park’s house.

Rambut Dara di ikat bulat keatas menyerupai apel, sementara Sandy membiarkan rambut cokelat bergelombangnya tergerai lepas. Keduanya sangat mirip tapi kecantikan Sandy lebih lembut, berbeda dengan Dara yang memiliki air muka tegas. Sorot matanya tajam penuh bahaya tapi menenangkan. Sandara justru memiliki sorot mata sendu dan hangat. Mata teduhnya mengerling kala Jiyong mendekat kearah mereka.

“Mau ikut?”

Sandara menoleh kearah kakaknya dan mendapat plototan. Gadis kecil itu menggeleng cepat-cepat saat sadar tak mendapatkan izin dari Dara.

“Bye~ cantik” Jiyong tertawa mengayuh sepedanya meninggalkan sikembar.

Jiyong tersenyum sepanjang jalan. Sandy begitu lembut dan menantang, tidak mudah didekati, sementara Dara sebaliknya, dibalik ketegasannya gadis itu sebenarnya lebih mudah ditebak.

Suatu saat ketika Jiyong memutuskan akan menikah, ia ingin memilih salah satu dari gadis kembar itu.

Flashback End

“Dan pilihanku jatuh pada Dara rupanya.” Senyum Jiyong memudar.

Mencintai adalah sebuah hak. Dicintai adalah beban.

Itu benar tapi juga bisa salah. Kebersamaan menyudahi semuanya, mengikis perlahan hingga tergerus habis. Cintanya kepada Sandy adalah keabadian dan menjadi kisah lalu. Namun cintanya pada Dara baru dimulai.

Sesungguhnya cinta sejati tidak akan pernah mati. Cinta ababi akan selalu bersemi. Sandy ada dilubuk hatinya yang lain yang ia sebut dengan masa lalu. Dan Dara hidup didua waktu sekarang dan selamanya.

Dulu sekali Jiyong mencintai Sandy, dulu sekali gadis manis dengan rambut ikal itu menghiasi harinya. Menghabiskan waktu mengganggunya. Cinta itu cinta pertama dalam hidup Jiyong. Ia sadar bahwa perasaannya terjaga bertahun-tahun sampai akhirnya ia memutuskan menikahi Dara.

Jiyong mengeluarkan foto kecil Sandy dari dompetnya. Senyumnya memudar. Sampai detik ini ia tidak pernah melihatnya lagi, sampai ia mencoba mencintai Kiko, sampai akhirnya Dara muncul mengobati rindunya.

Jiyong meletakkan foto Sandy kedalam laci lalu mengganti foto baru untuk dompetnya dengan foto Dara yang tersenyum manis. Akhirnya ia memilih Dara. Menemukan Dara untuk masa depannya, menyudahi petualangan liarnya.

“Bye Sandy~” lirihnya pelan. Kisah manisnya bersama gadis itu akan tetap tersimpan, tapi kisahnya bersama akan sudah menunggu. Ia membiarkan hatinya utuh untuk Dara.

***

penyesalan selalu berada dibelakang. Dalam 1 minggu kedepan Kiko akan kehilangan kesempatan. Ia perlu menyusun rencana untuk mengubah setiap detik waktu yang terlanjur berjalan meninggalkannya dengan penyesalan.

Inilah hasil dari kesombongannya. Kenapa sekarang? Kenapa harus setelah ada Dara? Kiko mendesah menuruni tangga kampus pelan tanpa semangat.

“Kiko-ssi”

Kiko terkejut. Baru saja ia membayangkan rasa bencinya pada Dara, kini gadis itu berdiri di hadapannya.

Pukul jam 14.20 KST Kiko menerima kunjungan Dara. Ia langsung merasakan aroma perang saat Dara datang dengan senyum tegas tapi menyakitkan.

“Ya Dara-ssi, aku mengerti betul maksud kau. Dan kau tentu juga mengerti bahwa menentukan saat pernikahan bertepatan dengan menemui gadis lain yang dicintai oleh calon suamimu adalah sebuah kesalahan. Sulit dipercaya beberapa hari lagi kalian menikah setelah bertahun-tahun Jiyong mengejarku. Kau beruntung, yah sangat beruntung dalam kurun waktu beberapa minggu berhasil membuatnya melupakanku.”

“Terima kasih,” kata Dara. “Hanya itu yang ingin kau katakan padaku?”

“Kau harus mempersiapkan diri untuk suatu kejutan Dara-ssi,” Kiko tersenyum aneh. “Keadaan menjadi lebih gawat lagi seandainya mereka, hemm maksudku orang tua Jiyong tau siapa kau sebenarnya. menyakitkan pasti, atau lebih sakit dari yang kau bayangkan.”

“Lebih gawat?”

“Ya, tak ada gunanya aku bertele-tele, kujelaskan padamu aku punya semua bukti, punya sumber informasi yang bisa kupastikan kebenarannya, tentang siapa kau dan bagaimana masalalumu. Kau tidak bisa menipu lebih banyak orang lagi sayang.” Senyum Kiko penuh kemenangan. Ia memiliki sejumlah bukti tentang siapa Dara sebetulnya dan itu adalah senjata baginya untuk menghancurkan Dara.

Dara menyipitkan matanya tak suka. Ia tau sebetulnya gadis cantik dihadapannya sekarang adalah rubah betina yang licik. Manis dan baik diluar tapi dia pembunuh sejati.

“Ada banyak hal yang orang lain tau tentangku, tapi tidak semua hal yang mereka tulis dan kau sebut informasi akurat itu adalah benar. Tidak ada orang yang betul-betul tau siapa aku karena akupun tidak tau bagaimana aku dulunya. Jika kau mengatakan kau tau semuanya, maka aku bisa memberitahumu bahwa aku lebih tau siapa kau.” Dara mengulum senyum dengan tenang. Menghadapi orang licik dengan cara yang licik terdengar sangat kejam. Ia bukan tidak ingin mengalah, ia hanya tidak ingin menghancurkan Jiyong dan keluarganya.

Ketika pengancaman Kiko terhadapnya Dara punya seribu akal untuk bisa mematahkan serangan Kiko. Ia tau siapa Kiko dan Kiko akan semakin hancur jika tau apa yang akan ia lakukan.

“Maksudmu?”

“Hancurkan aku maka ibu akan hancur lebih lagi.”

Kiko terbelalak. Apa yang direncanakan Dara untuk ibunya. Apa yang akan Dara lakukan padanya. Ia tidak ingin mengambil langkah gegabah jika ibunya akan menjadi korban.

Flashback

“Aku memiliki putri dikorea, mungkin seumuran denganmu.” Pria keturunan amerika itu mengenakan kancing-kancing kemejanya pagi itu kala Dara -gadis simpanannya- baru saja menyelesaikan servicenya dengan baik.

“Aku tidak peduli tentang putrimu, aku hanya senang dengan fasilitasmu. By the way~ aku harus kembali ke korea, sudahi kisah ini, tapi aku akan datang jika aku sudah menyelesaikan masalahku disana.”

Pria itu mengangguk. Meletakkan selembar cek kosong diranjang dimana Dara tengah berbaring.

“Kau~ yang terbaik, jika kau kembali, aku akan segera menceraikan istriku.” Ia mencium pipi Dara lembut sebelum meninggalkan gadis itu.

Flashback End

Tawa Dara menggema. Kiko terpaku terkejut. Gadis dihadapannya ini yang membuat ayahnya tak pernah pulang, menelantarkan ia dan eommanya. Gadis ini menghancurkan keluarga mereka. Akankah ia mengorbankan ibunya demi Jiyong? Demi kebahagiaannya?

“Biarkan aku menikah dengan Jiyong, atau kau akan melihat ibu dan ayahmu dipersidangan?”

Kiko menyipitkan matanya mempertajam pandangannya pada Dara. Tidak! Ia tidak mungkin membiarkan ibunya hancur, ia tau bagaimana ibunya berjuang mempertahankan rumah tangga mereka karena cinta pada ayahnya, bagaimanapun ibunya lebih berharga daripada Jiyong. “Pelacur kau dara!”

“Ya kau benar. Aku pelacur! Pelacur yang lebih berharga dibanding ibumu, bagaimana bisa ayahmu lebih menginginkan seorang pelacur daripada memilih istri yang memberinya 1 anak. Miris sekali? Aku bisa membuatmu hancur berlipat-lipat jika kau berani melangkah sedikit saja menantangku.”

“Berhenti atau aku akan membunuhmu bitch!” Suara Kiko terdengar lantang. Tangannya terkepal, darahnya mendidih dan matanya berkilat tajam.

“Sebelum kau melakukannya aku akan lebih dulu membuatmu mati.” Dara menghela nafasnya. Kiko tidak mengerti apapun dan gadis itu mencoba bermain dengannya sekarang.

“Aku punya urusan yang lebih penting dari ini, jadi anggap kau tidak tau siapa aku, dan simpanlah segala sesuatu yang kau tau untuk dirimu sendiri.”

“Rasakan kau pelacur!!” Dengan penuh emosi Kiko menerjang kearah Dara, mengejar langkah gadis itu yang sudah hampir mencapai ujung tangga.

Dara baru akan melangkahkan kaki keanak tangga, ketika gadis itu mendorongnya, tubuh Dara melayang jatuh bergulingan dan mendarat sempurna dilantai dua dengan kepala membentur lantai.

“Aahhhhhhhh~” Darah segar mengalir dari selangkangannya. Dara menggelepar setelah tubuhnya terlempar dari lantai dua. Kepalanya berat, perutnya terasa diremas, sakit. cairan amis menusuk hidungnya hingga rasa pening mengaburkan pandangannya,

Kiko terkejut. Menatap nanar tubuh Dara yang bersimba darah. Sungguh ia tak bermaksud mendorong Dara. Dengkulnya gemetaran. Ketika nafas Dara tersengal-sengal. Wajah memucat karena takut.

“KIKO-” Bom yang baru saja datang menatap takjub. lalu matanya menatap kebawah melihat gadis lain lagi dengan keadaan yang lebih mengenaskan. Mata bulat Bom nyaris melompat keluar dari tempatnya ketika menyadari Kiko baru saja melakukan kejahatan.

“Ya Tuhan, Kiko apa yang kau lakukan? Dia- kenapa dia?” Bom menunjuk Dara yang sudah tak sadarkan diri. Ia melihat bagaimana gadis itu oleng dan pingsan sebelum menjawab pertanyaannya.

***

“KYAH~” Sandara menatap jarinya yang terluka dengan mata tak berkedip, ia tidak tau bagaimana bisa pisau yang ia pegang hati-hati bisa memotong jarinya.

“Nona? Kau tidak apa-apa?” Hyo Jin mengecek Sandara. Dan gadis itu menggeleng. “Tolong ambilkan kotak P3K Hyo Jin, jariku terluka.”

“Ya~” dengan cekatan Hyo Jin mengambil benda yang diminta Sandara.

“Teruskan masakanku. Aku pusing.” Titah Sandara sambil berjalan keluar dapur. Kepalanya berdenyut. Apa yang terjadi sebenarnya? Tidak biasanya ia terserang migrain. Dan memang ia tidak mengidap penyakit itu.

“Lain kali hati-hati Sandy.” Park Haelmoni menegur Sandara saat Hyo Jin menceritakan tentang jarinya yang terpotong.

“Sudah kau obati?”

Sandara mengangguk. “Aku melamun tadi.” Jawabnya datar, ia memandangi haelmoninya. Ada yang menjadi pikirannya sekarang. Tapi apa?

“Chaerin bilang dia akan ke seoul, tidakkah kau mau ikut?”

Sandara menggeleng pelan, “Seharusnya memang aku ikut, aku yakin unnie ada di seoul.”

“Sandy, kau harus berhenti memikirkan itu. Kakakmu sudah lama meninggal, haelmoni khawatir pada kesehatan jiwamu.”

“Aku sehat haelmoni.”

“Jika kau sehat, berhentilah memikirkan hal itu. Ada banyak orang yang memiliki wajah sama tapi bukan berarti mereka kembar. Jadi berhentilah berdelusional.” Haelmoninya meninggalkan Sandara, gadis itu termangu. Bayangan gadis yang kemarin ia temui kembali mengganggu.

“Kau baik-baik saja bukan?” Tanya Sandara pada dirinya sendiri.

***

“Bomie, aku ti-tidak membunuhnya.” Kiko berkata gugup. Ketika ia sadar dari pingsannya Jiyong melabraknya.

Kemarahan pria itu lebih dari kata wajar, ia memaki dan menunjuk-nunjuk Kiko sebagai pembunuh bahkan mengancam akan membunuhnya.

‘Seumur hidupku, aku akan membencimu! Kau pembunuh!!’

‘Maafkan aku Ji, aku tidak bermaksud membunuhnya.’

Kiko menangis, memohon dan meratap dihadapan Jiyong tapi pria itu bahkan tidak sedikitpun merasa iba atau menghargai perasaan bersalahnya. Kiko sadar ia salah, ia menyebabkan seseorang kehilangan nyawanya.

Kiko menggigit bibir bawahnya. bayangan wajah marah Jiyong mengganggunya. Bom menghela nafas, ia tidak tau harus menyalahkan dan membela siapa. Tapi Dara -tunangan Jiyong- dinyatakan meninggal akibat pendarahan dan benturan dikepalanya. Dan itu disebabkan oleh Kiko.

“Bom, kau percaya padaku? Tidak. Aku benar-benar tidak ingin membunuhnya, aku emosi. Aku hanya ingin mendorongnya tapi aku tidak sadar bahwa didepannya adalah tangga. A-aku..”

“Sudahlah Kiko, dia meninggal. Dan mau tak mau kau adalah tersangkanya.” Sela Bom. Kiko terperangah. Airmatanya mengalir deras.

“A-aku-“

“Kau hanya perlu mempertanggungjawabkan perbuatanmu.”

Kiko menunduk. Bom merasakan pintu ruangan dibuka. Jiyong masuk bersama orangtuanya dan ibu Kiko.

“Kiko, kau sudah sadar nak.” Nyonya Mizuhara mendekati putrinya. Ia tergesa-gesa kerumah sakit saat Bom menelpon dan menceritakan keadaan yang terjadi.

“Eomma~”

“Aku ingin dia dihukum. Setidaknya penjara adalah tempat yang pas atau aku akan menghabisinya seperti ia melenyapkan Dara?” Potong Jiyong cepat. Kiko membeku, ibunya memejamkan mata sakit. Bom melirik Jiyong takut, wajah Jiyong tertutup aroma gelap, matanya tajam dan penuh kebencian bercampur rasa sakit. Bom mengerti itu, calon istrinya meninggalkan disaat mereka akan melangsungkan pernikahan beberapa hari lagi. Terdengar tragis dan menyakitkan.

“Jiyong, sudahlah. Ini kecelakaan, Kiko tidak sengaja mendorong Dara.” Nyonya Kwon menyela menenangkan putranya. mata wanita paruh baya itu menyimpan pedih, ia baru saja menyukai gadis itu. Rasanya mengharapkan Dara segera menjadi menantunya adalah impian setiap ibu.

“Tapi Dara meninggal eomma, dan dia pembunuhnya. Sudah sewajarnya dia bertanggungjawab. Aku ingin ia mati!” Jiyong menggeram kasar. Ia menatap Kiko tajam penuh kebencian. Kiko menghindari tatapan Jiyong, ia terluka dan sungguh merasa bersalah. Tapi semua sudah terlanjur terjadi, siapapun tentu akan membencinya.

“Sudahlah, kita akan bicarakan ini baik-baik. Kiko~ datanglah kepemakaman Dara besok.” Nyonya Kwon tersenyum tipis kepada Kiko. Sementara Tuan Kwon memicingkan matanya. Ia benci melihat pemandangan ini.

“Tidak! Aku tidak sudi ia datang dipemakaman Dara! Aku membencinya eomma..” Kecam Jiyong marah. Namja itu memutuskan meninggalkan ruangan Kiko. Rasa bencinya semakin menjadi-jadi.

“JIYONG!!” Panggil nyonya Kwon frustasi, sejak tadi sejak Dara dinyatakan meninggalkan karena kehabisan darah dan benturan dikepala bagian belakangnya, putranya tidak pernah berhenti berteriak dan menangis, bahkan ketika Kiko baru sadar jika tidak ada Bom mungkin Kiko juga sudah bernasib sama seperti Dara.

***

Chaerin mendesah frustasi saat melihat Jiyong tak bergeming ketika ia mengajak bicara.

Setelah calon istrinya meninggal bahkan sebelum Chaerin sempat bertemu, Jiyong berubah 100%. Namja itu tidak pernah peduli pada sekitarnya.

“Eomma, aku khawatir tentangnya.” Desah Chaerin. Sudah dua minggu berlalu kakaknya tetap begitu. Sudah dua minggu berturut-turut Kiko menemuinya untuk meminta tak pernah digubris. Tidak ada tuntutan untuk gadis itu, semua dibuat seolah-olah karena kecelakaan, dan Jiyong membenci itu. Ia ingin Kiko dipenjara, tapi orangtua Kiko membuat kesepakatan dengan orangtuanya demi menyelamatkan nama masing-masing. Tentu saja Tuan Kwon menerima kesepakatan itu karena cukup menguntungkan.

“Kita harus segera menikahkan dia dengan Kiko.” Tiba-tiba tuan Kwon bersuara. Chaerin meringis.

“Apa tidak terlalu cepat?” Nyonya Kwon menatap suaminya heran.

“Lagian, apa oppa mau? Kupikir Kiko unnie adalah satu-satunya gadis yang ia benci didunia ini, mungkin saja orang yang sangat ingin ia bunuh.” Chaerin tidak percaya bagaimana bisa appanya menginginkan Kiko menikah dengan Jiyong setelah gadis itu membunuh calon istri kakaknya.

“Kiko gadis yang baik, meskipun dia melakukan pembunuhan itu, tapi itu hanya kecelakaan, ia terlihat sangat menyesal karena menyebabkan Dara meninggal.” Tuan Kwon memberikan pendapat.

“Yeobo, jangan memaksakan. Bagaimana bisa Jiyong menerima Kiko? Dan~ aku tau kau hanya berhasil membuat kesepakatan lagi dengan perusahaan milik orangtua Kiko. Aku tidak ingin berprasangka buruk, tapi mencurigakan berbisnis dengan menyertakan anak-anak. Ingat, Jiyong bukan remaja lagi. Ia termasuk orang yang berwatak keras.” Nasehat nyonya Kwon mengingatkan.

“Jiyong akan bahagia, dan bisnis tetaplah bisnis. Kiko menyebabkan Jiyong begitu, jadi Kiko juga yang harus bertanggungjawab.”

“Bertanggungjawab? Apakah itu artinya ia bisa menebus salahnya dengan menggantikan posisi calon istri Jiyong oppa?? Oh~ beruntung sekali gadis itu. Andaikan yang membunuh calon istri Oppa gadis miskin apa akan bernasib sama ya? Mungkin tidak. Karena tidak menguntungkan sama sekali, appa tetap saja mengambil keuntungan dari masalah ini, tidak pernah benar-benar kasihan dengan Oppa.” Sindir Chaerin tak suka.

“Chae~ kau tidak mengerti, jadi diamlah.” Hardik Tuan Kwon merah padam. Putrinya memang tumbuh dengan baik dan cerdas, tapi pembangkang sejati sama seperti kakaknya.

“Aku harap Appa bisa memikirkan perasaan oppa, jangan melulu tentang uang dan jabatan. Dia sudah hancur, haruskah appa hancurkan lagi dengan memaksanya menikah dengan sipembunuh? Terlebih lagi karena permainan bisnis.” Tuding Chaerin berani.

“Chae.” Nyonya Kwon menegur putrinya.

Sementara wajah tuan Kwon sudah panas karena marah. Ia memicingkan mata menatap putri bungsunya dengan kesal.

“Besok aku akan pulang ke Gamcheon. Rumah ini panas dan penuh dengan kelicikan. Cocok kok, Kiko unnie sama liciknya dengan kalian. Aku berharap Jiyong oppa bisa membebaskan diri dari permainan licik kalian.” Dengan hentakan kaki Chaerin berlalu meninggalkan orang tuanya.

***

To be continue..

<< Back Next >>

67 thoughts on “Good to You : Chap. 8

  1. Dara unnie😭😭😭 nggak mau tau pokoknya kiko ummie harus di penjara, lahh kok nggak dipenjara seh? kalo nggak jiyong oppa harus nikah sama sandy unnie, nggak mau tau harus deh😁

  2. How can they let jiyong married with the evil who kiss his bride….must b crazy..hope jiyong wouldn’t agree…:(

Leave a comment