BE MINE [Chap. 19]

25335697-176-k89752

Story by : mbie07

Link : Meet her on Wattpat & Aff

Indo Trans : DANG

Karakter:

Kwon Jiyong, Sandara Park, Lee Chaerin, Lee Sung Ri, Choi Seung Hyun, Park Bom

—ooo—

Here you go, chapter 19!

Dara menghentakkan kakinya dan berjalan ke dalam rumah sambil menyeka air matanya. “Apa yang salahdenganmu!?” tanyanya sambil berbalik menghadap kakaknya yang baru saja menutup pintu di belakangnya. “Akulah yang seharusnya bertanya! Apa yang salah denganmu !?” Tanya Sanghyun dengan mengertak.“Aku jatuh cinta! Apakah itu salah !?” tanyanya kembali berteriak sebagai air matanya mengalir di pipinya sekali lagi. “Iya!! Terutama jika kau jatuh cinta dengan G-dragon !!”teriaknya kembali sambil menjambak rambutnya sendiri, frustasi. Dara menangis sekali lagi.“Namanya KwonJiyong! Bukan G-Dragon!”Bantahnya sambil menyeka air matanya.

Sanghyun menatapnya sambil menghela napas. “Jadi kau tidak tahu? Bagaimana kau bisa mencintai seseorang tanpa mengetahui sedikitpun tentangnya!?”Sanghyun menggeram padanya membuat isak tangis Dara menjadi-jadi.“Aku tah! Aku tahu dia dulu terlibat perkelahian, balap liar, iamenghabiskan malam-malamnya di kantor polisi dan dia dulu hidup dengan tidak berguna dan ia hidup seakan ia dibuang di tempat sampah,”jawabnya dengan suara berusaha untuk tetap tegarlalu ia menatap kakaknya yang diam oleh kata-katanya. “Dan aku juga tahu bagaimanamanisnya dia, bagaimana lembut dia, bagaimana bijaksana dan bagaimana dia … “katanya sambilmenyeka air matanya tanpa mengalihkan tatapannya dari mata kakaknya. “Kaulah yang tidak tahudia, Dan jika kau selalu menilai orang berdasarkan masa lalu mereka, ketika mereka mencoba untuk berubah kau pasti akan menghapus harapan mereka dan tidak memberikan mereka kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik. Kenapakau seperti itu?” tanyanya menangis lagi.

Sanghyun mengalihkan pandangannya dari Dara lalu ia memejamkan matanya erat dan menenangkan diri. Dia membuka matanya sambil melotot pada Dara dan berjalan ke arahnya sambil memegang lengannya erat. “Kau tidak boleh melihatnya lagi!”katanya dengan pasti, penuh perintah. Dara mendorong Sanghyun. “Kau tidak bisa memberitahuku apa yang harus dilakukan atau siapa yang tidak boleh aku temui atau cintai! Ini adalah hidup ku! “Diaberteriak pada Sanghyun yang berjalan pergi darinya dan menaiki tangga rumahnya.

“Aku akan melakukan apa pun supaya kalian tidak akan pernah bertemu lagi!! Apa pun!” Sanghyun berteriak menatap Dara dan dia berhenti berjalan laluDara hanya melemparkan tatapan padanya. “Lebih baik kau segera berkemas.” katanya dengan suara tegas penuh keyakinan teteapi untuk dara itu adalah usahanya, ia berencana untuk ‘memenjarakan’Dara, ia berencana memisahkannya dengan pria yang paling dicintainya. “Kauakan pergi ke Amerika dengaku,” Sanghyunmengakhiri ‘perbincangannya’ membuat Dara tersentak dan lagi-lagi ia menangis. “Aku tidak mau! Ibu tidak akan membiarkan hal itu!” Dara berteriak padanya lalu ia segera berlari ke kamarnya.

Dara membanting pintu di belakangnya laluia bersandar pada pintu itudan membiarkan dirinya jatuh merosot kelantai ia mulai menangis. Sanghyun harusnya adalah kakak yang baik; iaharusnya berharap untuk kebahagiaannya. Dara tidak bisa mengerti mengapa Sanghyun menjadi seperti ini ketika akhirnya Dara menemukan kebahagiaan. Dia tidak tau kenapa Sanghyun ingin mengambil kebahagiaannyan. Dan dalam hitungan detik dia mendengar ketukan keras di pintu. “Park Sandara kita belum selesaiberbicara !!” teriaknya sambil terus memukul-mukul pintu. “Pergi!” Dara berteriak sambil menutupi telinganya. Lalu matanya tertuju pada tas yang ia lempar ke kasurnya, hanphone nya bordering. Lalu ia mengangkatnya.

Di luar rumah mereka Jiyong berdiri menatap kamar Dara yang gelap, tapi dia bisa mendengar keributan keras yang ada di dalam. Dia menghela napassambil terus menunggu teleponnya di jawab. “Ji,”ia mendengar suara Dara, dengan cepat ia tahu bahwa gadis itu sedang menangis.Tiba-tiba nyeri langsung menyerang dadanya dengan membayangkan Dara yang sedang menangis membuatnya mati rasa, khawatir dan begitu sakit.“Sshh, jangan menangis babe,”katanyamencoba menenangkan Dara menggunakan suara lembut. “Aku minta maaf tentang kakakku,” katanyamasih terisak. “Tidak apa-apa, jangan khawatir … Aku baik-baik saja jadi jangan menangis,” jawabnya lemah. “Aku mencintaimu,” bisiknya sambil menangis lagi. “Dan aku juga mencintaimu … berhenti menangis, tolong.” Pintanya sambil menjambak rambutnya frustrasi laluia duduk hampir tidak peduli jikaia berada di tengah jalan di depan rumahnya tampak seperti penguntit yang frustasi.

Dara mencoba yang terbaik untuk menenangkan diri untuk Jiyong. Dia tahu Jiyong tidak inginmendengarnya menangis dan dia melakukan yang terbaik untuk berhenti memikirkan sikap kakaknya yang sekarang sudah tidak mengetuk pintu. “Ji dengarkan,” dia mulai.”Ya aku mendengarkan,” Jiyong menjawab di jalur lain. “Kakakku—“ dia tidak mampumenyelesaikan kalimatnya ketika pintu mendadak terbuka lalu kakaknya masuk ke kamar dan menyambar hanphone-nya. “Kembalikan itu bukan milikmu!”Teriak Dara saat ia mencoba untuk mendapatkan kembali Handphone-nya, hanphone  yang Jiyong berikan. Sanghyun mendorong Dara ke tempat tidur saat ia menggerutu menekan telepon di telinganya sebagai rahangnya terkatuprapat.

“Dengar, jangan repot-repot menelepon karena ponsel ini akan hancur segera,”Sanghyun menggertak tapi Jiyong tetap diam. “Aku akan melakukan segalanya dengan kekuasaanku untuk membawa Dara lepas dari cengkramanmu, Gdragon.Kaumemilih gadis yang salah untuk ditipu.”tambahnya.“Aa…aku tidak mempermainkannya … aku mencintainya percaya atau tidak Jaksa Park.Aku menyukai adikmu, sangat.”kata Jiyong memecah keheningan. Sanghyun mengeluarkan tawa mengejek. “Cinta?Apa yang kau tahu tentang itu? kau tak tahu apa-apa,” dia menjawab kembali, dingin,tak kenal ampun. Jiyong menutup matanya dan di ambang menyerah tapiia tahu ia tidak bisa hidup tanpa Dara dan menyerah tidak akan menjadi pilihan yang tepatsekarang saat ia menghadapi hukuman dari seorang yang tau akan masa gelapnya, masa di mana dia menjadi iblis.

“Kau tidak akan pernah melihatnya lagi,” kata Sanghyun sambil menekan tombol end danmelemparkan telepon genggam Dara. Menghantam dinding dan pecah berkeping-keping membuat Dara menangislagi.Dara berdiri dan mengangkat telepon nya yang rusak. “Ini adalah hadiah darinya,” Dara terisak. “Kau tidak perlu hadiah dari setan,” kata Sanghyun dingin. Dara berdiridan menghadapi Sanghyun. “Dia bukan setan! Jangan memanggilnya itu! Kau tidak tahu tentangnya !!” dia berteriak. “Kau adalah orang yang tidak mengenalnya! Pernahkah kau melihat dia sebelumnya! kau tidak ada ketika ia hampir membunuh seseorang! “kata Sanghyun mengertakkan gigi.

“Itu semua di masa lalu! Itu bahkan tidak penting lagi!”Bantahnya.”Selalu penting, itu akan selalu penting,” kata Sanghyun dengan suara dingin sambil berjalan keluar dari kamarnya. Dara berlutut lalu ia mulai menangis lebih keras. Dara tahu semua itu, Jiyong sudah mengatakan semuanya, bahkan Jiyong mengambil semua keberaniannya untuk mengatakan hal itu karena mungkin itu akan merubah pikiran Dara terhadapnya. Dara sudah tahu semua hal bahkan yang terkecil di masa lalu Jiyong, dan Jiyong yang menceritakan hal itu. Itu semua dimasa lalu, apa yang penting sekarang adalah ia berusaha untuk mengubah dirinya dan semua orang sudah setuju bahwa sudah berubah untuk selamanya, tapi mengapa kakaknya tidak bisa melihathal-hal itu.

Jiyong menjatuhkan lengannya frustasi sambil masih menatap jendela kamar Dara. Diammenyelimuti rumah mereka sebagai angin dingin bertiup tapi dia tetapberdiri di depan rumahnya, entah menunggu untuk apa. Dia meraup rambutnya frustrasi lalu duduk kembali memeras otaknya untuk apa yang terlihat bisa dilakukan dan masuk akal,apa pun yang bisa membuat kakaknya bukan hanya menyukainya tapi percaya padanya. Tapi bagaimana bisa kau membuat seseorang melakukan itu ketika dia memiliki alasan kenapa ia membuang hidupnya dulu, mengapa ia menginjak kehidupan di neraka dan perlahan melahap jiwanya?Bagaimana bisa iblis meminta malaikat? Bagaimana kau akan percaya iblis yang mengatakanbetapa dia mencintai malaikat itu?Itu hampir tengah malam ketika Yunbin Ibu mereka tiba di rumah mereka setelah menerima panggilandari Dara menggunakan telepon mereka dan dengan kedatangannya argumen lain mencul antaranya dan Sanghyun saat ini. Yunbin merasa baik-baik saja dengan hubungan Dara dan Jiyong karena dia telah menyaksikan semua hal itu tapi kemudian tidak peduli berapa banyak dia mencoba untukmeyakinkan Sanghyun, dia tidak akan mendengarkannya dan akan bersikeras mengambil Dara untuk pergi dengannya ke Amerika.

“Sanghyun kau tahu bahwa aku tidak akan mengijinkanmu untuk mengambil Dara ke Amerika atau pergidariku, “,kata Yunbin mencoba tenangsementara Dara sudah di lantai atas dan mendengarkanpercakapan mereka. “Dan aku tidak bisa membiarkan dia bersama orang yang disebut sebagai pacarnya,”Sanghyunberkata dingin sambil menyilangkan kaki dan meneguk kopi nya.“Sanghyun … kau tidak bisa menahan hidup Dara begitu juga denganku. Yang bisa kita lakukan adalah berharap untuk kebahagiaannya yang semua ia pilih,” Jelasnya membuat Sanghyun meraih majalah dan membukanya. “Dia bisamencintai orang lain tapi bukan DIA!,” desisnya saat ia mulai mencari sebuah artikel untuk membaca.”Kalian berdua tidak mengenalnya,” tambahnya. “Dan kau mengenalnya?” Tanya Yunbin. “Ya,” desisnya yakin.

“Nak, kau membatasi dirimu untuk hal-hal yang kau lihat di masa lalu.Musim berubah dan begitu juga orang-orang, mereka berubah,”katanya menggunakan nada lembutmenghindari pertengkarang. “Tapi tidak, dia tidak akan pernah berubah. Tidak sekarang.Tidak pernah.”katanya seolah-olah itu adalah satu-satunya kebenaran di dunia ini. Dia menghela napas sambilmeletakkan kopi dan majalahnya di meja tengah dan berdiri dengan Yunbinmengikuti setiap gerakannya dengan matanya.

Dia telah tumbuh menjadi seorang pria yang baik, tapi dingin dalam dirinya mengejutkannya. Dia tidak pernahtahu ia bisa menjadi sedingin ini, keputusan ini hampir ke titik yang ia bahkan tidak peduli tentang perasaan adiknya untuk “melindungi” dirinya dari kekasih yang disebutnyaiblis. Yubin mengaku dia tidak pernah ada untuk Sanghyun, tapi dia melakukan yang terbaik untuk membimbingnya,menjadi ibu baginya meski situasi mereka tapi ia berpikir dia gagal. Sanghyuncerdas dan kuat dan dia selalu percaya dia selalu bisa sendiri, ia mengerti bahwa ibunya dengan natural mencurahkan semua perhatiannya kepada adiknya karena situasinya.  Sanghyun mengerti itu tapi ia tumbuh terlalu mandiri. Danmelihat itu sekarang Yubin bahkan tidak menyangka Sanghyun akan tumbuhu sebanyak ini, bahea ia akan menjadi laki-laki dewasa 27 tahun yang adalah seorang jaksa dan semua orang akan mencarinya.

“Aku akan mengambil Dara ke Amerika dan jika kau tidak ingin berpisah dariny, ikutlah dengan kami,”katanya sambil berjalan ke tangga dan Yunbin menatapnya.”Tapi ka-,” Yubin mencoba berpendapat lagi tapi Sanghyun tidak membiarkannya. “Aku tidak pernah meminta satuhal dari mu, Bu. Tidak pernah aku meminta sesuatu padamu walaupun aku sangat ingin … jadi tolong sekali ini saja sekali ini kabulkan keinginanku ini, lagipula ini adalah untuk keselamatannya juga.”katanya tanpa melihatdan dengan itu Yubin mengangguk dan tidak mampu berdebat dengannya lagi mengenai masalah ini danhanya memikirkan cara untuk menjelaskan semuanya kepada putrinya yang sangat menyakitinya sekarang. Dia menghela napas dan menutup matanya saat ia mendengar pintu kamarnyatertutup.Sanghyun benar dia tidak pernah memberinya sesuatu, bahkan sekali pun. Dan melakukan apa yang diadiinginkannya adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk keluar dari rasa bersalah. Dan akhirnya dia memutuskan untuk menuruti permintaannya dan mengorbankan kebahagiaan Dara.

Itu hampir seminggu sejak Dara berhenti sekolah. Dan segala sesuatu kembali ke jalan seperti sebelumnya. Tidak ada yang berbicara dengan Jiyong lagi, tidakada yang bahkan berjalan di dekatnya. Jiyong menjauhkan diri dari semua orang tanpamelakukan sesuatu atau kata-kata dengan hanya melihat dia itu jelas bagaimana hancunya dia, bagaimana iasangat berharap untuk bahkan hanya melihat sekilas kecil darigadis yang dicintainya. Ia hanya pergi ke sekolah dengan harapan bahwa Dara akan tiba-tiba ada di sana, dia akan melihatnya dan ia akan mampu memperjuangkannya lagi.

Jiyong hanyaakan duduk di kursi, tapi dia akan menatap kursi kosong Dara membayangkan senyumannya, suranya dan segala sesuatu tentangnya yang pernah terjadi di kursi kosong itu.Itu membuatnya hancur berkeping-keping, merobeknya dan dia bangun setiap hari, makan,pergi ke sekolah dan hanya melakukan segala sesuatu selalu seperti teka-teki besar yang harusia pecahkan untuk melanjutkan hidup seperti cara hidupnya dulu. Dia tidak bisa berpura-pura seperti tidak ada yangterjadi, ia tidak bisa kembali ke kehidupan lamanya karena ia tahu ia telah menerima satutiket dari Dara dan tidak ada jalan untuknya kembali lagi.

Teman Dara mulai khawatir tidak hanya untuk Dara tetapi juga untuk Jiyong yan gtidak mengatakan satu katapun, yang hanya terus menatap kursi kosong, terus darimenatap kosong dan berpikiran kosong juga. Mereka tidak memiliki petunjuk apapun tentang apa yangterjadi, mengapa Dara tidak menghadiri kelas lagi dan mereka takut untuk bertanyapada Jiyong. Mereka tidak takut bahwa mereka akan dihajar atau itu bisa menyakiti mereka, mereka lebih takut itu akan menyakiti Jiyong dan membuatnya hancur hingga mungkin ia tidak bisa sembuh dari itu.

Itu pagi yang biasa di sekolah karena setiap siswa sedang dalam perjalanan mereka untuk pergi ke kelas. Tapi kemudian bahkan dengan kehidupan mereka yang sibuk, dengan tanpa henti jam berdetik merekaberhenti, mata mereka tertuju pada gerbang sekolah di mana Jiyong sedang berjalan. Setiap mata  melebar dan mulut mereka terbuka. Jiyong berjalan dengan keadaanrapi, tanpa plesteratau perban, tanpaklenik dan tanpa aksesoris runcing, tidak adasarung tangan kulit atau anting-anting. Ia sangat rapi dan dengan seragam sekolah lengkap mereka,rambut panjang yang biasa ia ikat telah hilang dan dipotong dan diwarnai dengan warna merah marun dan itu membuatnya tampak lebih tampan. Kalian mungkin akan menyangka bahwa ia adalah seorang idol. Tapi Jiyong tidak peduli tentang semua orang yang sedang memperhatikannya sekarang.

Jiyong berhenti berjalan dan melihat ke belakang lalu ia melihat mobil asing yang di parker di depan sekolah. Jantungnya berdetak kencang saat ia melihat seorang gadis melangkah keluar dari mobil dan dengan cepat berlari ke arahnya. Dara memeluknya erat-erat lalu Jiyong melakukan hal yang sama, Jiyong memejamkan mata dan memeluk Dara lebih erat memeriksa apakah Dara benar-benar nyata, mencari tahu apakah itu bukan salah satu dari mimpi-mimpinya yang terus ia impikan selama malam-malam terakhir ia bertemu dengannya. Dan itu bukan mimpi, Dara benar-benar ada dan dia memeluknya. “Ji, aku merindukanmu,” Dara berbisik hampir di ambang menangis. “Aku juga merindukanmu … Aku sangat merindukanmu,” Jiyong menjawab karena ia merasa kata-kata itu sangat mencekiknya, menghalangi tenggorokannya.

Kemudian tanpa kata-kata Sanghyun menarik Dara menjauh darinya. “Oppa,” kata Dara membuat air matanya mengalir ke bawah. “Kita tidak datang ke sini untuk itu,” katanya dengan suara dingin sambil memelototi Jiyong yang tetap berdiri. “Kita di sini untuk mengurusi pindahan sekolahmu,” Sanghyun mengingatkan lalu Dara mulai menangis dan setelah itu Jiyong melihat Dara menangis, tanpa sadar ia mendekati Dara dan menyeka air matanya. “Shh … jangan menangis,” katanya lembut menenangkan Dara. Adegan itu membuat Sanghyun membeku di tempat sambil menatap kedua.

Air mata Dara terus mengalir dengan Jiyong menenangkannya, membuatnya berhenti menangis. Sanghyun menggeleng akhirnya ia keluar dari lamunannya. Dia kemudian menarik Dara, tapi Dara tidak bergerak bahkan dia mengibaskan tangan. “Aku tidak akan pergi ke Amerika denganmu,” katanya hampir berbisik membuat Sanghyun memutar matanya. Kata-katanya membuat Jiyong membeku, Jiyong hanya berdiri di sana menatap kosong di udara. Sanghyun akan membawanya pergi darinya dan itu menyakitkan seperti neraka, sakit begitu banyak membuat seluruh tubuhnya gemetar karena perlahan mati rasa.

“Aku tidak meminta pendapatmu,” jawabnya dingin sambil meraih pergelangan tangan Dara dan menariknya bersama-sama dengannya tapi Jiyong menghentikannya saat ia memegang pergelangan tangan lainnya Dara. “Jauhkan tanganmu,” kata Sanghyun dengan suara menyengat. Dalam detik selanjutnya orang-orang terkesiap karena Jiyong orang-orang terkesiap karena Jiyong berlutut di depannya. “Jangan repot-repot, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Bahkan kau berlutut pun tidak akan bisa membawanya hidup kembali,” kata Sanghyun dengan dingin, membuat Jiyong menutup matanya. “dan bawalah dia kembali padaku,” lanjutnya hampir gagap saat ia menarik napas dalam mencoba untuk menenangkan diri bersama-sama sambil menarik Dara dengannya meninggalkan Jiyong yang masih berlutut di tanah tidak bergerak, hampir tidak bernapas dengan setiap kata Sanghyun yang bergema di kepalanya.

Kau hanya perlu beberapa inspirasi! Lihatlah aku memiliki Ji-eun! Kau bisa mengubah hidupmu  Jiyong, Aku tidak akan pernah menyerah padamu,”

—000—

DANG IS BACK !!

Pertama-tama DANG  ingin mengucapkan terima kasih pada Alloh SWT karena atas berkat rahmat-Nya DANG masih bisa update di sini. Kedua terima kasih buat kalian yang masih setia sama Be Mine, semoga kalian tidak bosan. Ketiga DANG mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H kepada Readers dan seluruh jajaran Admin DGI, bagi yang merayakan, mohon maaf lahir dan batin jika DANG punya salah.

Thanks

 

DANG

 

 

29 thoughts on “BE MINE [Chap. 19]

  1. Kenapa? apa masalalu antara jiyong dan sanghyun??? Kenapa dua kyk gthu…
    Semua orang kanbisa berubah…
    Apa ini konfiknya???
    Semangat Dang buat translate ff ini….#hapus ingus…😢😭

  2. Wahh makin lama makin seruu ajaa!!
    Dara pasti sedih amat, kok sanghyun kejam banget! .
    Berharap jiyong berubah dan membuktikan kepada sanghyun dia cinta banget sama dara.

    Author fighting!!! 🙂

  3. Masa lalu yang kelam. Mungkin Jiyong nggak sengaja ngebunuh orang yang dicintai Sanghyun trus SangHyun tau ttg itu(?) ini jelas perkiraan yang ngawur sekali😂😂

Leave a comment