Disguise [Chap. 3]

1522029_773023679379833_1119804122_n

Author : Zhie
Main Cast : Park Sandara (2ne1), Kwon Jiyong (Bigbang), Park Bom (2ne1), Lee Joon (Mblaq)

page

Support Cast  : Choi Seung Hyun (TOP Bigbang), Lee Chaerin (CL 2ne1) Gong Minzy (2ne1), Park Han Byul, Choi Dong Wook (Se7en)
Genre : Drama, Hurt
Length : Chapter
Rating : PG-13

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Omo….cover bayuuuu, gomawo Dilla atas covernya>>>Ngerengek tengah malem minta dibuatin cover krna sadar cover sebelumnya gak ada bang jidi…dan salut ma Dilla yang dgn sabar ngadepiku yg cerewet ini hohoho :P…sekali lagi gomawo Dilla. So tuk Readers setia DGI, Happy Reading Ne! Menganggap ini adalah sebagai hiburan. Hengsho.>.<

Jiyong Pov

‘Kau…tertidur lagi? Disini…kau tertidur lagi? Mengapa kau selalu tertidur, hah?’

‘Jiyong….’ Suara itu-

‘Jiyong!’  Aku mendengarnya….

‘Ji-‘  Dara!

Aku membuka mataku yang masih terasa berat.

Suara itu sangatlah familiar, kuangkat tangan yang menutupi kedua mataku.

“Nuguseyo?” Batinku saat aku samar-samar melihat seorang yeoja berdiri tak jauh dariku. Akupun mulai mengumpulkan penuh kesadaranku, mengerjap-ngerjapkan kembali mataku agar benar-benar terbuka, dan…

“Mwo?” Aku bangkit dari posisi tidurku, memperhatikan keadaan sekitar dan masih tetap sunyi…tak ada siapapun, kecuali…’aku’.

“Apa aku bermimpi lagi?” Tanyaku pada diriku sendiri….”Huft.” Aku kembali mendesah, ini bukanlah yang pertama…ternyata aku benar-benar merindukannya.

“Dara…mengapa hanya tempat ini yang tak kau ingat?” Desisku pasrah.

Aku menatap birunya langit siang ini, ini mengingatkanku akan dirinya yang dulu. Sandara…Park Sandara, sampai kapan aku harus menunggumu untuk kembali mengingat tempat ini? Akupun tersenyum…sungguh kekanak-kanakan memang, tapi aku benar-benar ingin dia dapat mengingat tempat ini dengan sendirinya tanpa harus aku memberitahunya. Dengan itu aku dapat tahu jelas, seberapa penting tempat ini baginya. Argh, sudahlah!

Kuambil tasku yang tadi kugunakan sebagai alas kepalaku, kembali aku merapikan bajuku…aku baru ingat, aku ada jam sekarang. Bergegas aku meninggalkan tempat ini, tapi entah mengapa langkahku terhenti…aku merasa ada yang memperhatikanku. Kembali aku berbalik, mengamati sekelilingku…

‘Gleg’

Tak mungkin ada siapapunkan? Lalu…apa tempat ini mulai berhantu? Cih…singkirkan pikiran horormu itu Ji. Tak lagi aku memperdulikannya, walaupun disatu sisi hatiku mengatakan untuk tinggal tapi pada kenyataannya aku harus segera pergi sekarang. Sigh.

Dara Pov

Aku melihat Jiyong pergi meninggalkan tempat ini dengan terburu-buru, seulas senyum terukir disudut bibirku. Ia tak berubah…ia selalu saja seperti itu, memilih tidur pada saat bosan menunggu kelasnya lalu akan terburu-buru bangun karena dia hampir terlambat masuk kelas dan aku akan selalu mendapat omelannya karena terlambat membangunkannya, yeah…itu karena aku yang terlalu asik memandangi wajahnya saat tertidur. Itu hiburan tersendiri yang sangat memuaskan bagiku.

Kembali aku mendesah, aku sempat terkejut saat ia tiba-tiba terbangun, beruntung aku masih sempat bersembunyi. Karena aku tak tahu harus bagaimana bila tiba-tiba muncul dihadapannya. Dan aku kembali terdiam saat mengingat apa yang ia katakan barusan, walaupun lirih tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas.

‘Dara, mengapa hanya tempat ini yang tak kau ingat?’

Akupun tersenyum miris, “Dia bukan diriku, Ji…dia tak akan pernah mengingat tempat ini dan kau seharusnya menyadari itu.”

—-

2 jam berlalu…kini aku berada disebuah taman yang berada disalah satu sudut universitas, taman ini biasanya digunakan untuk para mahasiswa saling berkumpul untuk menunggu peralihan jam kelas, itu karena mereka tak memiliki tempat rahasia seperti aku dan Jiyong…aku duduk kursi taman dibawah pohon oak yang rindang. Menikmati bagaimana angin membawa bau khas musim semi.

“Omo…kau tahu, Dara dan Jiyong akan bertunangan bulan depan.”

‘Deg’

Seketika tubuhku membeku saat mendengarnya, aku tak perlu melihat keasal suara…karena mereka duduk tepat dibelakangku berada, aku yakin mereka adalah teman satu fakultasku…

“Jinjja? Akhirnya setelah sekian lama berpacaran mereka naik setingkat yang lebih tinggi sekarang.”

“Ne…kau benar. sepertinya Dara sudah dapat bangkit dari dukanya semenjak Bom dinyatakan hilang dan tewas karena mobilnya yang menabrak pembatas jalan dan jatuh kejurang yang terjal hingga akhirnya terbakar dan meledak.”

“Ne…tapi mayatnya tak ditemukan, polisi mencurigai mayatnya terlempar kelaut dibawahnya atau hancur karena ledakan, dan sampai akhirnya ia dinyatakan tewas walau mayatnya tak pernah ditemukan.”

Aku berusaha sekuat tenaga menenangkan diriku, itu membuatku kembali mengingat sesuatu yang berusaha kukubur karena itu merupakan mimpi buruk bagiku.

“Aigo…mengapa kalian kembali membicarakan itu hah?”

“Anio, hanya saja…tiba-tiba aku teringat pada Park Sisters itu, bersyukur Dara terlempar keluar dari mobilnya saat mobil itu menabrak pembatas jalan, dan tak memiliki luka yang serius tapi tidak dengan saudara kembarnya. Aisht….nasib yang malang.”

“Ah, sudahlah…Dara akan kembali terpukul jika kita membahas hal ini, kajja kita masuk kelas sekarang.”

Dan aku merasakan mereka telah pergi menjauh meninggalkan taman ini, tepat saat itu aku mengepalkan kuat kedua tanganku untuk menahan rasa sesak yang menjalar keseluruh tubuhku…ada rasa sakit, sedih, kecewa dan marah. Sakit karena perjuanganku untuk hidup dan kembali ternyata inilah hasilnya, sedih…pada semua yang menatapku seperti orang asing. Kecewa…pada Jiyong yang tidak sepenuhnya bisa merasakan keberadaanku, hingga akhirnya ia juga mengakui bahwa Bom adalah diriku. Dan marah, yah…aku marah, marah pada Bom. Karena aku tak mengerti mengapa ia sampai mengakui dirinya adalah aku…ada apa sebenarnya? Bukankah kita baik-baik saja sebelumnya, bukankah kita sangat dekat dan akrab hingga membuat orang-orang iri dengan keberadaan kita…lalu mengapa?  Mengapa ia harus menjadi diriku? Mengapa ia harus mengambil posisiku?

SHIT!!! Aku benci ini…aku tak suka ini…

Kutinggalkan tempat itu dengan berlari, berlari tanpa melihat arah karena air mata mulai mengaburkan pandanganku. Joon benar aku belum siap dan tak akan pernah siap…jika beginilah kenyataannya, aku tak perlu berjuang untuk hidupkan? Aku….

‘Brugh’ Tabrakan yang keras dengan seseorang itu membuat tubuhku limbung, dan sedetik kemudian aku merasakan pandanganku menjadi gelap.

——–

Author Pov

Seorang namja yang duduk dikursi roda tengah memandang gundukan tanah yang berada dihadapannya, ia meletakkan sebuket bunga tulip. Bunga itu adalah bunga kesukaan yeoja yang ia kunjungi sekarang, bunga yang melambangkan cinta yang sempurna. Tapi kali ini ia tidak membawa bunga tulip berwarna merah yang memiliki arti kepercayaan atau deklarasi cinta seperti biasanya, ia membawa bunga tulip berwarna putih karena itu sebagai simbol permintaan maafnya.

“Annyeong…bagaimana kabarmu, hah? Apa kau telah lebih baik dari sebelumnya? Mianhe…mianheyo lama tak mengunjungimu, aku tahu kau pasti sangat marah padaku. Kau boleh memukul atau memakiku sekarang…memukul karena kau kesal dan memakiku jika aku selalu datang terlambat, tapi kau tahu aku pasti datang.” Tanpa sadar air matanya menetes. Perlu kekuatan untuknya bisa kembali berada disitu…karena suatu perasaan yang tak dapat ia tahan membuatnya selalu merasa seolah dunia berhenti berputar jika ia berada disana. Suatu perasaan yang tak dapat ia hindari atau ia cegah. Perasaan itu adalah….kerinduan.

“Bogoshiepo….Hye Min-ah.” Ucapnya lirih berusaha untuk kuat. “Bogoshiepoyo.” Lanjut namja itu sesak diiringi isak tangisnya. Ia memegang erat batu nisan yang kini terukir dan tertulis dengan sangat jelas dihadapannya… ‘Jung Hye Min’. Bogoshiepoyo.

——–

Dara Pov

Aku membuka mataku perlahan, dan aku cukup terkejut saat aku telah berada disebuah ruangan….ini seperti ruang kesehatan. Aku mencoba untuk bangun dari posisi tidurku, tapi…

“Arrghh.” Kurasakan pusing dikepalaku, aku ingat…aku mengalami tabrakan sebelumnya dengan seseorang. Aigo…

“Kau sudah sadar?” Tanya sebuah suara yang sangat tak asing ditelingaku, aku terkesiap saat tirai yang tadi menutupiku tempatku berada terbuka…mataku terpaku sesaat dengan apa yang kini kulihat. Seorang namja yang beberapa saat lalu kuhindari kini tiba-tiba kembali dan berada dihadapanku dengan menunjukkan wajah khawatirnya yang kurindukan. Aku menundukkan wajahku saat mata kami bertemu. “Kau baik-baik saja?” Lanjutnya kini mulai mendekatiku, dan semakin ia mendekat…aku mencengkram kuat selimut yang menutupi sebagian tubuhku. Jiyong.

Ottoke?

“Ya! Apa kau baik-baik saja?” Tanyanya lagi berusaha menyentuhku dan…

“ANDWAE!!! Pekikku tanpa sadar menangkis tangannya dengan kasar, kekecewaan kembali memenuhi pikiranku. Aku mendongak dan menatap tajam padanya, dan saat itu kurasakan waktu seperti berhenti berputar…pandanganku terkunci, dan aku  tak bisa kembali menghindarinya.

To be continued….

Please leave comment ! By the way, here’s the link to my daragon fanficts others:

Love Dust (Completed)
Fault It’s True (Ongoing)
When I’m Gone (Ongoing)
Look at Me (New)
Witchlove (New)
Saranghae. Babbo!!! (Oneshoot)
Haru-haru (Oneshoot)

Tinggalkan jejak seperti biasa, Hengsho. >.<

<<back next>>

 

66 thoughts on “Disguise [Chap. 3]

Leave a comment