[FESTIVAL_PARADE] DRABBLE: STAY

drabble

Kumpulan drabble yang sengaja ditulis untuk meramaikan DGI FESTIVAL 2016_PARADE. 😀

Dari awal kita tak pernah terikat, mungkin hanya aku yang mengikat.

.

.

Setiap orang di dunia ini pasti memiliki sifat juga karakter yang berbeda. Orang bijak bilang, perbedaan kedua sifat bisa saling menyatukan karena dari sana, kedua insan yang tengah terlena buaian cinta akan berjuang menyelaraskan.

Tapi hal itu tak pernah berlaku untuk Kwon Jiyong.

Ia bukan termasuk pria yang bisa dengan mudah mengesampingkan egonya saat bersama dengan kekasihnya, Park Sandara. Pun sama halnya dengan Dara yang tak pernah bersikap normal sesuai usianya –sikap yang selalu mampu membuat kepala Jiyong terasa bercabang.

Malam itu, baik Jiyong maupun Dara terlibat dalam janji yang sudah mereka buat sejak sebulan lalu. Sang pria yang terasa lebih sering menghabiskan waktunya di ruang musik pribadi, akhirnya membuat Park Sandara cukup jera. Sebagai seorang gadis yang termasuk manja, Dara sangat muak jika selalu merasakan sikap tidak perhatian dari sang kekasih. Jadi, disinilah mereka … berakhir di meja mewah ala restoran bintang lima.

Ya, terkadang Jiyong berhasil pula mengesampingkan egonya untuk tak mengabiskan waktunya di rumah namun justru mengisi waktu kosong bersama kekasihnya.

Oppa, wajahmu terlihat sangat lelah. Apa kau baik-baik saja?”

Steak yang sedari tadi hanya ditatap Jiyong dengan lesu, kini mulai ia sentuh menggunakan garpu dan pisau makan. Melahapnya setelah terpotong kecil tanpa bentuk yang jelas. Membiarkan waktu beberapa detik berselang sampai Jiyong akhirnya berhasil memakan steaknya dengan mulus melewati kerongkongan.

Deadline yang diberikan Yang sajangnim hampir membuat kepalaku pecah. Beliau terlalu memberikan ekspetasi lebih pada karyaku.”

“Eoh, aku mengerti. Kau pasti setengah mati memikirkan perkara comebackmu itu.

Jiyong hanya mengangguk pelan sebagai penyataan yang mengartikan setuju. Sudah menghabiskan waktu satu tahun kiranya untuk ia dan grupnya kembali dengan membawa karya yang lebih menarik. Namun satu hal mutlak yang ia terima adalah kenyataan bahwa sebagai seorang leader juga seseorang yang dipercaya sebagai komposer lagu, Jiyong memegang peran berat untuk comebacknya.

“Kalau begitu, kau harus melupakan beban yang ada di kepalamu sejenak karena kau sedang bersamaku.”

Ah. Bodohnya Jiyong untuk memberikan kebenaran bukanlah hal yang biasa ia lakukan, kebohongan kepada kekasihnya. Rasa lelahnya mungkin membuat otak Jiyong tak mengingat bahwa kekasihnya sangat tidak menyukai mimik wajah yang Jiyong memperlihatkan seolah kencan mereka adalah beban tambahan lain di kehidupannya, dan bukan sebagai secuil hiburan yang dianggap oleh Park Sandara.

“Mian,” akhirnya Jiyong kembali bersua dan menghentikan acara minum wine yang sebelumnya ia lakukan.

Melihat secara singkat kelakuan Dara yang berubah drastis, sedikit membuat harga dirinya sebagai seorang pasangan gadis ini bergetar. Ia salah, dan ia langsung menyadarinya.

Park Sandara, gadis itu hanya tersenyum dengan memperlihatkan sederet gigi putihnya yang rapi. Anting berlian berukuran sedang itu sangat cocok sekali mengangkat kecantikannya malam ini, ditambah dengan gaun berwarna merah darah kian membuatnya menjadi wanita berkelas. Itulah yang tengah Jiyong simpulkan dalam pikirannya.

“Kau menyukai gaunku malam ini, eoh?”

“Ani,”

Begitulah perkataan tiba-tiba yang Dara berikan. Gadis manja nyatanya memiliki sisi misterius yang bahkan dapat dikategorikan sebagai suatu hal yang sulit ditebak, lagipula mengapa bisa dengan mudahnya Dara membaca apa yang ada dipikiran Jiyong sebelumnya.

Maka untuk Jiyong, memberikan penyataan bohong yang langsung saja keluar dari mulutnya adalah hal yang patut ia banggakan pada kerefleksan dirinya. Malu? Ya, mungkin ia tengah tersipu sendiri dengan perkataan Dara yang sudah membuat jantungnya berdentum nyaring sekali.

“Nah, ini yang aku maksudkan. Kau harus bersikap lucu seperti ini jika tengah menghabiskan waktu berkencan denganku.”

Tak banyak yang dilakukan Jiyong setelahnya. Pria itu hanya tertawa kecil mengikuti happy virus yang telah Park Sandara berikan di udara yang sama dengannya.

‘Lucu’ katanya?

Bodoh, entah apa yang Dara deskrepsikan dari kata ‘lucu’ namun gadis itu sangat sering mengatakan hal yang sama seolah keluar dari mulutnya sebagai tradisi khusus. Sayangnya setiap kali mereka berkencan, Dara tak pernah mengatakan kata ‘lucu’ itu pada koala yang mereka temui secara khusus setiap minggunya di kebun binatang.

“Aku tidak pernah bosan dengan sikap lucumu itu,” lagi-lagi Park Sandara mengatakan kata yang membuat dahi Jiyong berkerut walaupun samar terlihat.

“Ya, aku tahu …. kata lucumu itu memang hanya ditujukan padaku seorang.”

*

*

**

*

*

Jiyong tak berhenti memandang handphonenya dengan pandangan tak percaya. Pesan singkat itu jelas ditujukan padanya namun terlewat enam jam kebelakang. Ya, Jiyong kini terkaget dan hanya mampu membatu melihat layar ponselnya.

Kiranya sudah hampir empat bulan Jiyong tidak menghabiskan waktu bersama kekasihnya. Sebelum akhir pertemuan mereka, Jiyong sudah berkata jujur bahwa ia akan disibukan dengan agenda comebacknya sedangkan Park Sandara sendiri menyatakan tak perlu khawatir pada renggang waktu yang tidak dapat dipenuhi oleh Kwon Jiyong.

“Lagipula aku juga akan disibukkan dengan drama baruku.”

Jiyong mengingat jelas bahwa Dara memberikan pernyataan untuk tak mengkhawatirkan perkara waktu kencan mereka yang tidak akan terlaksana dalam beberapa bulan kedepan. Lagipula, bagaimanapun mereka harus fokus dengan karir masing-masing. Hal itu sudah mutlak diberlakukan sejak mereka baru memulai hubungan yang sudah berlangsung dua tahun ini.

Jadi, apa maksud dari pesan singkat yang Dara tujukan padanya?

Well, Jiyong memang lupa untuk mengabari bahwa ia ternyata memiliki agenda dadakan bersama teman-teman agensinya yang memaksakan Jiyong untuk menyerahkan handphonenya pada sang manager.

Apakah Dara marah karena hal sepele seperti itu?

Hanya itu yang Jiyong pikirkan dalam kepalanya, namun sekali lagi rasa kantuk membuatnya menyerah lebih awal. Ia tak membalas pesan atau bahkan balik menghubungi kekasihnya. Toh dari awal seharusnya Dara bisa saling percaya bahwa dikesibukan Jiyong, mencari pengganti untuk Dara adalah hal yang sangat kecil dalam kemungkinan yang ada.

Jiyong menyerah. Biarlah gadis itu memiliki waktunya sendiri untuk berpikir agar tak percaya pada gosip murahan yang mengisi secara bergantian di acara gosip televisi.

Ah ya, sangat jelas bukan apa isi pesan yang kini memenuhi pikiran Jiyong?

Kekasihnya itu memang kadang berlebihan mengenai kabar Jiyong dan salah satu model dalam music video yang sering disamakan kemiripan dengan mantan kekasih Jiyong, terlebih salah satu reality show yang kemarin mereka lakukan bersama semakin membuat gosip lainnya.

Sudahlah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tanggap Jiyong sebelum akhirnya mengambil bantal tidur dan mematikan lampu di sampingnya.

*

*

**

*

*

Sebuah kebohongan yang dilakukan seseorang secara terus menerus, pada akhirnya akan menjadi sebuah kebenaran yang tak tersadar telah diungkapkan.

Salah satu kutipan pada artikel online membuat Jiyong merengut dalam diam sedangkan otaknya terus berpikir bahkan menyimpulkan bahwa kutipan itu jelas sama ditujukan untuknya. Ya, ia sudah berbohong kepada publik terlebih pada penggemarnya tentang hubungannya dengan seseorang.

“Semoga hidup kalian berlangsung dengan nyaman,” oceh Jiyong dengan tawa garing yang dihiasi setelahnya.

Semula memang hanya berita online namun tak lama waktu berselang sudah menjadi tranding topic dan hanya menunggu waktu untuk akhirnya agensi membuka suara bersama orang yang tersangkut dalam scandal percintaan.

Kwon Jiyong membayangkan masalah rumit itu hanya bisa membuang waktunya. Lagipula, saat belum siap menghadapi reaksi penggemarnya yang sulit untuk diduga, mengapa tidak dilakukan lebih lihai kebohongan yang telah dilakukan sebelumnya.

Hal itu berlaku pada Jiyong sendiri. Ia dan juga Dara masih menutupi hubungan mereka jadi jika adanya gosip mengenai Jiyong dengan oranglain atau sebaliknya, seharunya mereka sudah saling memaklumi bahwa hal tersebut tidak benar adanya.

Siang ini, Jiyong tengah berada di cafeteria YG dan menyeruput kopi hitam kesukaanya. Agendanya sudah mulai senggang jadi setidaknya Jiyong memiliki waktu lebih banyak untuk menghabiskan waktu seorang diri.

“Yo, leader …. apa yang kau lakukan dengan handphonemu, eoh?”

Jiyong sedikit terkaget saat Seungri tiba-tiba menepuk bahunya dari belakang dan mengambil kursi di depan Jiyong.

“Tidak banyak, hanya melihat sosial mediaku dan sedikit menyapa penggemarku.” Ungkap Jiyong secara gamblang.

Diam.

Diliriknya sosok Seungri yang tengah memakan sandwich hanya diam tak bergeming. Tidak seperti biasa untuk pria seaktif Seungri namun bersyukurlah untuk Jiyong bisa meminum kopinya dengan nyaman.

“Bisakah kau menjauhkan handphonemu, eoh?”

“Huh? Waeyo? Apa kau merasa terganggu?”

“Hanya saja, kau terlihat seperti idiot dengan barang mati yang terus membuatmu tersenyum aneh.”

“YA! Jika kau merasa terganggu, kau hanya perlu meninggalkanku.”

Jiyong mengeluarkan tawa setelahnya. Sepertinya pria itu tidak lihai untuk menghirup aura yang hendak disampaikan secara tidak langsung dari Seungri padanya.

“Apa kau sudah menghubungi kekasihmu, eoh?”

Jiyong menghentikan kegiatannya untuk sejenak. Ia terdiam beberapa saat tanpa meninggalkan fokus di matanya pada layar handphone.

Jika diingat sejak Jiyong memutuskan memberikan Dara waktu berpikir, hal itu sudah berlangsung cukup lama, mungkin sudah seminggu. Apakah Jiyong terlalu berlebihan tanpa memberikan kabar pada kekasihnya?

“Jadi belum, baiklah aku hanya mengingatkanmu bahwa kau sudah memiliki waktu luang. Berkencanlah karena terlihat di wajahmu bahwa kau membutuhkannya.”

Lagi, Seungri menepuk bahu Jiyong sebelum kepergiannya. Sebuah tepukan yang membuatnya mengartikan bahwa selama ini temannya pun memperhatikan gerak-gerik Jiyong. Well, seminggu ini rasanya cukup kacau bagi Jiyong dan kadang yang ia lakukan hanya memarahi salah satu member jika kedapatan tidak fokus pada latihan mereka.

“Apakah aku terlihat begitu menyedihkan?” tanya Jiyong sendiri. Tak memungkiri perkataan dari Seungri, akhirnya ia memutuskan untuk memberi pesan pada kekasihnya, Park Sandara.

Kau punya waktu sore ini? Aku akan menunggumu di tempat biasa, kurasa ‘dia’ sudah merindukan orangtua asuhnya.

*

*

**

*

*

“Bagaimana dengan dramamu? Sepertinya berjalan sukses bahkan setiap minggunya rating selalu naik, kan?”

Dara hanya diam dan hal itu membuat Jiyong semakin canggung. Jika diingat, mereka sudah lama tak bertemu terlebih Dara sudah melepaskan diri dari YG dan lihatlah saat keduanya bertemu …. Dara sedingin es di kutub utara.

“Mianhae karena aku tidak menghubungimu beberapa hari ini. Kau tahu, aku sedikit memiliki kesibukkan dan juga…”

“Bahkan untuk memberikan aku kepastian kau tidak sempat, eoh?”

“Eh, maksudmu antara aku dan juga Hye Rim Noona? Tenanglah, kami tidak memiliki hubungan selain keluarga dalam agensi yang sama.”

“Kau terlalu terlambat untuk mengatakannya.”

Jiyong hanya diam. Entahlah mengapa akhir-akhir ini pria itu selalu diam tanpa mampu membalas perkataan lawan bicaranya. Mungkin waktu yang ia miliki terlalu diforsir pada pekerjaannya dan membuat ia tak pandai untuk membalas perkataan yang ditujukan oranglain padanya.

“Mian,” hanya itu yang bisa Jiyong ungkapkan.

Waktu yang berselang hanya sunyi yang menggelayut di antara keduanya. Jiyong terus diam seolah kesunyian menjadi pelindung baginya sedangkan Dara memilih untuk mengelus-elus koala yang ada di pangkuannya.

“Tidak perlu meminta maaf, aku tahu kalau kita memang tidak pernah terikat.” Ungkap Dara yang entah mengapa Jiyong mendengar suara getar tertahan yang timbul setelahnya.

“Apa yang kau maksud? Apakah kau sudah menyerah dengan hubungan ini?” Jiyong tak bisa diam kali ini. Jika bisa jujur, pria itu marah saat Dara berusaha dengan keras menahan tangis yang kini air mata itu sudah mengalir di pipinya.

“Dari awal kita tak pernah terikat, mungkin hanya aku yang mengikat.” Ungkap Dara sekali lagi.

Berterima kasihlah Park Sandara yang telah diberikan waktu bagi dirinya untuk berpikir mengenai hubungannya bersama Jiyong. Bodohnya gadis itu, setelah waktu berselang cukup lama, ia baru menyadari bahwa dari awal hanya dirinyalah yang memusatkan diri pada hubungannya bersama Jiyong. Mengikat Jiyong seolah enggan melepaskan namun pria itu tak pernah terlihat melakukan hal yang sama sepertinya.

“Aku tidak mengerti mengapa kau mengatakan kata-kata aneh seperti itu jika ingin mengakhiri hubungan kita?!” tanya Jiyong dengan suara yang sedikit meninggi.

“Aku hanya tidak ingin bersikap egois, lagipula kita masih muda dan banyak hal lain yang akan dilakukan di masa ini.” Saat itu Dara menghapus jejak airmatanya sendiri, tidak seperti biasanya karena Jiyong lah yang biasa melakukan tugas seperti yang ia lakukan. “Di masa muda, seseorang yang membuat hubungan pasti tidak akan mau terlalu serius kan, jadi aku akan memutuskan untuk memberikan kebebasanmu. Aku hanya tidak ingin mengikatmu terlalu erat. Itu sangat egois.”

Jiyong kembali diam. Ia menatap lekat sosok gadis yang sangat ia cintai. Sikap manjanya yang membuat kepala Jiyong terasa bercabang bahkan sekarang mengatakan hal yang membingungkan bagi Jiyong sendiri.

Tidak. Park Sandara adalah gadis yang bisa membuat egonya dikesampingkan. Gadis itu tidak pernah mencoba menggurui namun justru membuat Jiyong belajar banyak untuk mengubah sikap buruk yang ada dalam dirinya. Ya, Jiyong adalah termasuk pria egois yang ada di muka bumi ini, namun perlahan ia belajar dengan baik dan membuat sifat baik sebagai leader karena Park Sandara.

“Apakah kau sudah mau mencoba berhenti mengikatku?” tanya Jiyong setelah melepaskan pandangannya dan memilih rerumputan sebagai pengalihan pandangannya.

“Jika itu yang kau harapkan, aku akan melakukannya.”

Keduanya saling beradu pandang. Iris coklat menyala Dara adalah hal pertama yang dinantikan Jiyong dalam pertemuan mereka setelah sekian lama. Gadis itu penuh dengan aura yang bisa membuat Jiyong bahagia tanpa hal yang jelas. Namun saat bekas air mata itu menyilaukan pandangan Jiyong, ada hal yang mendorong pria itu merasakan kesesakan pada dirinya.

“Aku ingin kau selalu mengikatku karena hal itupun yang akan aku lakukan padamu.” Katanya sebelum menarik Dara dalam ciuman mereka yang kian dalam.

Rasa frustasi Jiyong semakin menjadi namun ciuman lembut mereka membuat hal itu perlahan memudar begitu saja. Kini Jiyong menyadari bahwa kekasihnya pun akan melakukan apa yang diharapkannya. Dalam hubungan mereka yang semula memang berlangsung mengikat, bukan pada salah satu namun keduanya sama-sama saling membutuhkan.

END

Note : Sempat diposting di blog berbeda dgn cast dan judul yang berbeda >,<

Selamat membaca dan berparade ria :p

11 thoughts on “[FESTIVAL_PARADE] DRABBLE: STAY

Leave a comment