The Couple Next Door [Chapter 11] : Taking Someone’s Advice

author      : silentapathy
source      : TCND on AFF
indotrans : dillatiffa

 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

 

 

Jiyong mengetukkan jemarinya di roda kemudi mengikuti irama musik didalam mobilnya, kemudian menatap pintu utama gedung Onystyle dengan seksama – dia sedang menunggu Dara keluar. Dia menerima pesan Dara siang tadi setelah dia mengunjungi Jaejoong dan langsung kembali ke markas untuk menyelesaikan laporan yang dibutuhkan untuk kasus yang sedang mereka selidiki.

“Aisht, apa yang membuat mereka begitu lama?” tanya Jiyong, namun tak lama matanya langsung menyipit begitu melihat Dara tertawa bersama CL dan…

Dan…

“Apa yang— Bukankah itu… D*mn!” Jiyong langsung membuka pintu dan melangkah keluar dari mobilnya. Dia sudah setengah jalan ke tempat mereka saat dia mengingat percakapannya dengan Jaejoong siang tadi.

 

“Apa yang membuatmu menyerah untuk mendekatinya?”

 

“Dia.”

 

“Oke… Harus tenang… Tarik nafas… Hembuskan…” tapi sebagaimana layaknya si Naga pencemburu, yang keluar dari lubang hidungnya bukanlah karbon dioksida melainkan asap, dan dalam kepalanya sudah tersusun rencana tersadis untuk membunuh pria yang sekarang sedang merangkul pundak Dara.

 

“Ji-ji-jiyong…” Dara pasti sudah merasakan kehadirannya.

Jiyong mencoba mengembalikan kepercayaan dirinya. Dia hanya berdiri diam ditempat. Tidak… Dia tidak akan menarik Dara dari pria itu.

“Apa maksudmu alasannya adalah dia?”

 

“Biarkan dia menunjukkan pada pria itu, dia tidak punya kesempatan melawanmu… Itu yang membuatku mundur dulu…” suara Jaejoong terngiang di kepalanya.

“Oppa! Halo!” CL melambaikan tangannya dan Dara langsung berlari menghampirinya tanpa mempedulika Joongki. Jiyong memandang pria itu dengan wajah puas saat Dara sampai disisinya namun pria itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun.

“Hei CL! What’s up?” sapanya pada si gadis pirang tapi CL justru menatapnya dengan seringai sebelum gentian menatap Dara yang sekarang wajahnya merona merah.

“Kamu nakal sekali oppa! Kenapa kamu melakukan itu pada Dara unnie? Apa kamu tidak tahu, aku harus mengobrak-abrik ruang penyimpanan untuk menemukan syal yang cocok dengan pakaiannya? Aisht! Lain kali cari berhati-hatilah dan jangan meninggalkan hick— UMPPPHHH!!!”

 

Dara dengan cepat menutup mulut CL, tahu apa betapa cepals-ceplosnya gadis itu. Wajahnya sekarang sudah semerah tomat, menyadari ada orang lain didekat mereka, dia mungkin mendengar apa yang CL katakan.

“Aku minta maaf… Tapi aku tidak bisa mencegahnya… Dia ini tidak bisa ditolak.” Jawab Jiyong dengan senyum lebar dan Dara hanya bisa merasakan jiwanya terbang meninggalkan raganya.

“Y-y-ah!” dia mendelik marah, memperingatkan, dan CL menggunakan kesempatan itu untuk kabur dari Dara.

“Apa?” Jiyong menyeringai padanya.

“Kamu tidak boleh bilang seperti itu kepadanya!”

 

“Sepertinya, baru kulakukan.”

 

“Kamu—“

 

 

“Permisi, tapi kami harus segera pergi.” Joongki menyela.

“Oppa…” Dara baru akan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka namun Jiyong memotongnya.

“Hei hyung!” Jiyong memanggil pria itu. “Aku ingin meminta maaf atas sikapku semalam. Aku tahu itu tidak sopan dan tidak seharusnya aku bersikap seperti itu… Aku benar-benar meminta maaf hyung.”

 

 

Dara ternganga. Apa ini benar-benar Jiyong? Apa dia benar-benar meminta maaf pada Joongki?”

“Oh… Itu… Nah… Itu bukan masalah. Tenang saja… Tidak ada yang terluka, man.” Balas Joongki cool, tapi kentara sekali, dia kaget dengan sikap Jiyong yang tiba-tiba.

“Kalau begitu, kami pergi dulu hyung.” Kata Jiyong sambil menepuk lengan Joongki.

“Bye unnie! Oppa! Sampai jumpa besok!” kata CL dan Dara hanya melambaikan tangan sambil berjalan ke mobil mereka.

“Aigoo… Kita mungkin akan kena marah…” kata Jiyong sambil menggosok-gosok tengkuknya begitu mereka sudah masuk kedalam mobil.

“Ani… Mereka tahu kalau kita akan datang terlambat. Lagi pula… Aku punya kejutan untuk kalian semua.”

 

“Yeah… Aku terkejut melihatmu bersama dengan pria itu lagi.” Gumam Jiyong sambil menyalakan mesin mobil.

“Sorry?”

 

 

“Bukan apa-apa jagiya! Aku bilang aku terkejut CL menyadari tanda cinta di lehermu.” Katanya sambil menaik-turunkan alisnya.

“Aisht! Kamu harus membayar ini Jiyong. Tidak ada eksperimen apapun sampai semua ini hilang!”

 

“Yah! Baby???”

 

 

==========

“Seunghyun…”

 

“Hmm?” jawab TOP sambil mengelus rambut panjang Bom pelan.

“Apa aku bisa bertanya sesuatu padamu… maksudku… aku hanya penasaran tentang ini…”

 

“Tentu, hon… Katakan saja…”

 

 

Bom tengkurap dengan siku tertahan agar kepalanya terangkat dan menatap TOP.

“Apa Jiyong pernah mengatakan padamu tentang dia akan melamar Dara? Maksudku, kalian dekat. Kalian sudah seperti saudara…”

 

TOP terkejut mendengar pertanyaan istrinya. Dia tidak menduga dia akan bertanya tentang masalah hidup orang lain saat mereka sedang berada di Paris – sedang berbulan madu.

“Hmm… Sebenarnya, dia tidak mengatakan apapun padaku soal itu… Itu bukan berarti dia tidak merencanakannya. Aku tahu dia punya simpanan, tapi hanya itu dia katakan padaku. Kamu tahu situasinya kan hon… Dia punya beban berat.” Jawab TOP setahunya. “Kenapa?”

 

“Tidak apa-apa…” jawab Bom sebelum mengistirahatkan kepalanya di dada TOP yang langsung memeluknya. “Hanya saja aku dengar dari CL kalau Dara mengatakan sesuatu tentang menikan dan memiliki anak.”

 

“Huh? Dara?”

 

“Ingat pesta kalian yang kami ganggu?” tanya Bom pada TOP.

“Neh, siapa yang bisa melupakannya?” TOP tertawa.

“CL, Dara, Seungri, dan Jiyong meneruskan minum setelah kita pulang. Dara bukan peminum. Aku mengenalnya dengan baik. Tapi CL membiarkannya, hanya untuk bersenang-senang. Dara mengatakan kalau dia sudah siap untuk menikah dan dia bertanya-tanya kenapa Jiyong belum melamarnya. Dia juga bilang dia iri padaku… Dia bilang dia juga ingin punya anak…” kata Bom cemas.

“Sh*t! Dia bilang begitu? Aigoo… Mungkin itulah sebabnya mereka pergi begitu saja saat pesta resepsi kita.” TOP mengingat cerita Seungri.

“Aku tahu. Itulah yang membuatku khawatir. Mereka mulai bermasalah. Maksudku, itu normal dalam sebuah hubungan tapi… Bagi Dara, sampai bisa berkata seperti itu, dia pasti sangat frustasi.”

 

 

“Hei… Jiyong mungkin juga sedang kesulitan. Kamu tahu kan, dia ini jadi tulang punggung keluarga. Tidah mudah untuk melamar kalau kamu tidak siap. Belum lagi Dara sedang mejadi pusat perhatian akhir-akhir ini. Tidak mudah menikahi anggota keluarga Park.”

 

 

“YAH!” Bom duduk dan langsung memukul dadanya.

“OUCH! OUCH! YAH HENTIKAN!” TOP memegang pergelangan tangan Bom untuk menghentikan istrinya itu memukulinya. “UNTUK APA ITU TADI?”

 

 

“Kamu… Kamu… Waaaaaaaaaah!” Bom merengek seperti rengekan banshee di malam hari.

“Bommie hentikan! Apa yang aku lakukan kali ini?”

 

“Kamu berteriak padaku!”

 

“Itu karena kamu tiba-tiba memukulku!”

 

Bom terus terisak dan TOP hanya bisa mengelus punggungnya untuk menenangkannya.

“Hei, hor… Aku minta maaf… Aisht! Tenanglah… Pikirkan tentang bayi kita… Kenapa kamu memukulku tadi?”

 

“Kenapa kamu bilang begitu tentang keluarga Park? Aku juga seorang Park tahu, dasar b*str*d!”

 

TOP ternganga. Apa dia mengatakan sesuatu yang salah?

“Hon, dengar. Aku tidak bermaksud seperti itu. Maksudku, kalian keluarga Park berasal dari kalangan atas. Kalian itu agak sulit untuk diraih… Aku tahu bagaimana perasaan Jiyong karena aku juga sudah pernah merasakan itu. Aku ini hanya anggota polisi biasa. Walaupun ibuku punya sebuah bisnis, tapi itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan milik kalian.”

 

Bom menghapus air matanya dan kemudian menarik-narik ujung selimut sambil mengerucutkan bibir. “Apa kamu sungguh bermaksud seperti itu?”

 

“Tentu saja, apa menurutmu aku mau mati di tanganmu atau Teddy hyung atau harabeoji? Aku masih ingin melihat anak kita, tahu! Lagi pula, kamu sudah bukan keluarga Park lagi. Kamu sekarang adalah seorang Choi, arasso?”

 

 

Bom mengedip-ngedipkan matanya cepat. “Aku minta maaf… Aku minta maaf hon…”

 

“Aigoo… Salahkan hormonmu itu.” TOP tertawa dan menarik Bom kedalam pelukannya. “Bagaimana kalau aku menenangkan hormonmu?”

 

 

“Yah. Hentikan… Apa kamu masih belum merasa cukup?

 

“Ah-uhh…” kata TOP mendorong Bom hingga berbaring di ranjang.

“Yah! Bayi kita bisa jadi mesum sepertimu, idiot!” Bom memukul lengannya.

TOP mengedipkan sebelah matanya sebelum mencium perut Bom yang masih rata.

“Hei baby… Mom dan Dad akan melakukannya lagi, arasso? Sebaiknya tutup mata dan telingamu. Bersabarlah pada kami, please?

 

“Kamu gila Seunghyun!” Bom menertawakan keanehan suaminya hingga dia merasakan tangan besarnya bergerilya di tubuhnya.

“Hanya untukmu, yeobo…”

 

 

==========

“Oke pekerjaan bagus semuanya! Ayo kita istirahat dulu.” Kata sang sutradara.

Seluruh kru acara KNTM sedang shooting episode perdana untuk musim mendatang. Itu termasuk teaser dan proses audisi hari pertama. Dara banyak mengalami karena harus berpose didepan kamera dan dia merasa sangat canggung saat diwawancarai dan ditanyai pendapatnya tentang acara itu. Yang terburuk adalah, dia tidak bisa menyampaikan apa yang ingin dia ucapkan karena merasa kasihan pada para pendaftar. Untungnya, CL dan Joongki selalu ada untuk membantunya.

Juri panel terdiri dari empat orang – CL sang model terkenal, Dara yang seorang desainer kenamaan, Joongki yang merupakan fotografer terbaik Korea yang berbasis di Amerika Serikat, dan Jang Yoongju yang merupakan penyelenggara acara dan bertindak sebagai juri.

“Unnie, ayo pergi. Kita harus kembali untuk audisi.” Kata CL sambil menarik pergelangan tangan Dara.

“CL… kupikir aku tidak bisa melakukannya. Sulit rasanya bicara didepan para pendaftar. Aku merasa bersalah saat melihat mereka keluar ruangna. Kurasa aku tidak bisa melakukannya.” Kata Dara dengan wajah cemas.

“Tapi unnie, ini adalah bagian dari acara. Kita harus memilih 24 kandidat dari 50. Aku yakin kamu bisa melakukannya.” CL mencoba menenangkannya.

“Tapi setiap orang berhak untuk menang…” kata Dara sedih.

“Hei hoodie!” Joongki muncul dibelakang mereka lalu langsung merangkulnya dan mengacak rambutnya. “Yah, ayolah, ayo kita makan siang bersama. Ppalli!”

 

“Aisht oppa!” Dara mengernyit dan merapikan rambunya. “Bagaimana bisa kamu merasa senang seperti itu padahal kita harus mengeliminasi sebagian kontestan? Aku bahkan tidak bisa memilih.”

 

“Hei, saat kamu menandatangani kontrak, itu artinya kamu sudah tahu apa yang harus kamu lakuakan. Kamu tidak bisa mundur sekarang.” Joongki memberitahunya.

“Oppa benar.” Kata CL sambil menyilangkan lengan. “Sekarang ayo pergi, karena aku benar-benar kelaparan!”

 

“Arasso, arasso… Kalian duluan… Aku perlu menelepon.” Kata Dara dengan senyuman malu.

“Aigoo. Aku tahu, pasti itu Mr. Hickeys! Hahaha!” goda CL sebelum menarik tangan Joongki dan langsung kabur.

“Y-y-ah! Aisht!” Dara mengeryit putus asa, tidak menyadari kesedihan terpancar dari mata Joongki.

==========

“Neh, jagiya.” Jiyong merunduk dan melangkah keluar dari garis polisi yang membatasi lokasi kejadian saat mendapat telepon dari Dara.

“Aku minta maaf babe, aku bisa… Aku masih tertahan disini… Neh… dengan yang lain… Kami, yeah… Sedikit sibuk…” wajahnya mengerut saat dia melirik ke jam tangannya.

“Malam ini? Uhm… Sebenarnya aku sedang menangani kasus baru… Sepertinya aku tidak bisa makan malam di rumah. Bagaimana hari pertamamu shooting dengan para kru?” dia mengalihkan pembicaraan saat mendengar nada kecewa dari gadisnya.

“Bagus bagus… Aku tidak sabar untuk melihatmu di TV jagiya. Aku sangat bangga padamu… Aku mencintaimu babe… Selalu berhati-hati… Neh…”

 

 

Dia mengakhiri sambungan telepon dan menoleh pada Yongbae dan Daesung yang sedang berbicara kepada para saksi kasus perampokan bank yang lain. Melihat kondisinya, itu seperti salah satu gang berada dibalik serentetan kasus ini. Dia menggelengkan kepalanya dan menghampiri anak buahnya dan kembali ke tempatnya semula. Dia perlu menyelesaikan ini secepat mungkin jadi pikirannya bisa tenang dan fokus pada masalah yang lebih serius.

==========

Joongki POV

 

 

Aku menatapnya saat dia terus saja memainkan teleponnya begitu keluar dari bangunan gedung Onstyle. Gadis itu mungkin sedang menunggu telepon atau pesan. Dan tidak butuh orang jenius untuk tahu siapa orang yang menelepon atau mengiriminya pesan yang ditunggunya. Aku hanya bisa mendesah.

 

Dia telihat sangat cemas seharian ini, kurasa mereka kembali bertengkar.

 

Jujur saja, aku merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada pesta pernikahan Bom lalu. Aku mencoba memiliki sesuatu – lebih tepatnya seseorang – yang sejak awal memang bukan untukku. Tapi aku mencintainya lebih dulu. Aku menemukannya lebih dulu. Aku mengenalnya lebih dulu. Aku mencoba melupakannya, pernah. Tapi aku sudah berkeliling dunia dan tidak ada gadis sepertinya.

 

Kedengarannya memang tidak mungkin memiliki perasaan seperti ini dan menyimpannya selama bertahun lamanya. Aku datang kemari untuk membuktikan diriku bahwa aku tidak menyukainya seperti cara seorang kakak menyukai adiknya.

 

Tapi kenapa aku merasa perasaanku ini salah?

 

Dia itu seperti misteri. Ada sesuatu tentangnya yang tidak bisa ditemukan pada gadis lain.

 

 

Tapi dia membuatku sadar bahwa aku sudah sangat terlambat. Jiyong memilikinya sekarang. Pria itu memiliki hatinya. Dan Dara sudah menunjukkannya padaku. Dia menunjukkannya padaku malam itu saat dia meninggalkanku begitu saja dan mengikuti Jiyong… B*j*ng*n itu benar-benar beruntung.

 

Dan aku seperti pecundang yang menyedihkan.

 

 

 

“Hei, Dee… Apa kamu baik-baik saja?” tanyaku sambil mengelus punggungnya. Dia mungkin lelah karena aktivitas seharian ini.

 

“N-n-eh… Aku baik-baik saja…” jawabnya singkat.

 

“Kalian belum pulang?” tanya Yoonju noona begitu dia melewati kami bersama dengan asistennya.

 

“Kami sudah akan segera pulang.” Jawab CL.

 

“Aku duluan kalau begitu. Sampai jumpa besok pagi.” Katanya sebelum berjalan ke mobilnya.

 

 

 

“Unnie, apa Jiyong oppa menjemputmu?” kudengar CL bertanya dan tanpa kusadari aku menunggu jawaban darinya.

 

“Ani… Aku akan pulang dengan taksi.” Jawab Dee dengan senyum lemah, aku tidak bisa mencegah diriku bertanya-tanya apa ada yang salah dengan mereka. “Jiyong sedang sibuk sekarang. Dia akan pulang terlambat.”

 

“Omo… Kuharap aku bisa mengantarkanmu unnie. Tapi Seungri sudah menungguku. Ibunya mengundang kami untuk makan malam.” Kata CL dengan nada meminta maaf.

 

“Nah, itu tidak masalah CL-roo. Pergilah, aku akan baik-baik saja.” Jawabnya, namun aku tidak bisa membiarkannya pulang dengan taksi.

 

 

“Aku akan mengantarkannya, Chaerin… Jangan khawatir.” Kataku menawarkan diri.

 

“Bagus kalau begitu!” sepupuku yang enerjik itu bertepuk tangan mendengar ucapanku.

 

“O-o-ppa, tidak periu… Aku baik-baik saja. Chincha…” dia mencoba menolak, tapi aku sedang tidak ingin ditolak.

 

“Tidak unnie. Jiyong oppa mungkin akan membunuh kami jika membiarkanmu pulang sendirian.” Kata CL dan aku hanya mendengus mendengarnya.

 

Serius? Dia sama sekali tidak peduli kalau Dara pulang sendirian malam-malam begini. Seharusnya dia bisa menyuruh orang untuk menjemputnya jika memang dia peduli. Tapi dia tidak melakukannya.

 

 

“Aku memaksa, Dee. Ayo pergi.” Kataku dan menarik pergelangan tangannya pelan, membawanya ke mobilku.

 

“Y-y-ah oppa… Kubilang aku baik-baik saja… Aku akan naik taksi… Yah…” dia terus saja merengek dan aku berhenti, tapi tidak melihatnya, tapi menoleh pada CL.

 

“Hei, kamu hati-hati dijalan, arasso? Sampaikan salamku pada Seungri!” kataku dengan senyum lebar terpasang di wajahku. Aku tidak bisa menahan rasa senangku karena akan menghabiskan waktu sedikit lebih lama dengannya.

 

“Neh! Bye oppa, unnie!” kata CL sambil melambaikan tangannya sebelum masuk kedalam mobil. Aku menoleh pada Dara dan melihatnya memberengut. Aku membukakan pintu untuknya dan menyuruhnya masuk.

 

“Hei… Apa kamu baik-baik saja?” tanyaku begitu masuk kedalam mobil. Dia sepertinya sedang bad mood dan aku jadi penasaran kenapa.

 

“N-eh… Tidak perlu mengkhawatirkanku oppa. Aku baik-baik saja.” Katanya berusaha tersenyum mencoba meyakinkanku, tapi matanya bilang sebaliknya.

 

 

“Kamu boleh bicara bohong, tapi aku tidak buta, Dee.” Ujarku dengan nada serius sambil menyalakan mesin mobil. “Bagaimana kalau kita makan malam dulu sebelum aku mengantarkanmu pulang?”

 

“Maafkan aku… Tapi aku ingin segera pulang oppa, aku lelah.” Katanya tanpa memandangku.

 

 

Aku mendesah putus asa lalu menginjak gas dan mobil pun bergerak meninggalkan tempat itu. Aku ingin memaksanya tapi aku tahu dia pasti sangat lelah. Mungkin lain kali kami bisa lebih punya waktu untuk sekedar minum kopi atau makan malam.

 

 

Mungkin lain kali.

==========

Jiyong menggosok tengkuknya dan memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri saat dia melewati koridor menuju apartemennya. Sekarang sudah pukul 2 dini hari dan dia sangat yakin Dara sudah tidur sekarang. Dia tahu gadis itu pasti kelelahan karena proses shooting yang sama sekali asing baginya dan lagi dia masih belum begitu terbiasa dengan keberadaan banyak orang. Dia tidak bisa untuk tidak merasa khawatir.

Dia memasukkan kunci dan mendorong pintunya terbuka lalu menyalakan lampu, sebelum melepas sepatunya dan mengenakan sandal rumah yang nyaman. Dia melepas jaketnya dan meletakkan kunci mobil di meja rendah dan langsung beranjak menuju kamar mereka. Dia mendesah lega begitu melihat sosok kekasihnya tidur nyenyak. Tubuhnya bergelung seperti bayi.

Dia menggelengkan-gelengkan kepalanya dan perlahan keluar untuk masuk ke kamar mandi dan berendam dengan air hangat.

Dia tersenyum begitu air tergelincir berjatuhan dari tubuhnya. Ini adalah hari yang panjang dan sangat melelahkan, belum lagi tugas baru yang diterimanya. Tapi dia puas dengan semua yang sudah dilakukannya hari itu. Entah kenapa, dia merasa lega karena sudah memulai sesuatu.

Merencakan sebuah pernikahan itu mudah. Tapi memberikan hidup yang gadis itu layak dapatkan itu berat. Bukan hanya masalah harga diri. Namun adalah bagaimana dia menghargai wanitanya, calon istrinya, dan calon ibu bagi anak-anaknya. Dalam usianya yang 26 tahun ini, dia sudah banyak belajar tentang tanggung jawab. Praktisnya dia tumbuh besar tanpa ibunya memberitahunya bagaimana seharusnya memperlakukan seorang wanita. Dia lulus dari akademi tanpa ayahnya menepuk bahunya dengan bangga.

Dan dia tahu Dara hidup sendirian hampir seumur hidupnya. Ditengah-tengah itu semua, gadis itu belajar menghadapi semua itu. Gadis itu sudah melewati banyak hal. Jiyong hanya ingin semuanya sempurnya bagi mereka karena sekarang akhirnya mereka saling menemukan satu sama lain.

“Bersabarlah baby… Sebentar lagi… Kita akan segera sampai sana…” katanya membiarkan air menghanyutkan semua stress dan tekanan dari pikirannya yang keruh, hanya menyisakan pikiran tentang Dara dan masa depan mereka.

==========

……………………………………………………………..

Tbc…

<< Back Next >>

61 thoughts on “The Couple Next Door [Chapter 11] : Taking Someone’s Advice

  1. Ihi. Naga sudah bisa mengontrol emosi… Bagus, joongki emmm…. Duh, ngga ada cewek lagi nih haha sama aku aja mau? Kkk dara kenapa ya kayaknya bete bgt…. Gegara jiyong bakal pulang telat? Aihoooo sabar sabar kkk kan lagi disuruh puasa eksperimen hoho. Adegan topbom manis sekali haha walaupun teriak2an tapi menggemaskan endingnya kkk

  2. kyaaaaa……ternyata jiyong udah ngerencana’in sebuah lamaran end pernikahn buat dara eonni…sabar lah dara eonni. sebentar lagi dara eonni jga akan menyusul TopBom.

  3. Waahhh,,,ji oppa udh mrencanakan s’buah kjutan bwd ngelamar dara eonni,,
    Sabar ya eon,,klian akan sgra smpai sana ,,
    Smangat ji oppa bwd nyari duit yg banyak,, 😀

  4. Wihh, jiyong oppa mau ngelamar dara unnie nih rencananya, nggak boleh rencana, itu harus pasti, tapi gtw kapan😂 nyari orang yg kayak dara unnie ya gk bakalan nemu lah, kan dara unnie itu limited edition😄

Leave a comment