My Life As An X-Agent : Chapter 11

PhotoGrid_1420605702817

1420593275715

Author’s POV

mobil audi yang dikemudikan sanghyun dengan kecepatan tinggi akhirnya terpakir dengan sempurna di sebuah lapangan parkir. Ban dari mobil itu berdecit nyaring dan ia bisa merasakan bagian bawah dari mobil itu ikut menggesek lapangan parkir yang terbuat dari semen sehingga memercikan kilatan api yang tidak sedikit. Sanghyun langsung membuka pintu dan berlari sekuat tenaga menuju pintu masuk apartement sementara TOP langsung menerobos masuk saat sanghyun membuka pintunya tanpa memperdulikan kalau tubuhnya sedikit menabrak salah satu sisi pintu. Jiyong masih berlari bersama dara dalam pelukkannya. Setelah mereka berhasil melarikan diri dari pesta tersebut, di dalam mobil dara langsung kehilangan kesadarannya. Ia pingsan karena kelelahan dan shock.
“cepat, hyung! Cepat!” sanghyun masih menunggu di depan pintu masuk apartement dan buru-buru mengunci pintu tersebut saat jiyong berhasil masuk. Ia lalu mengaktifkan semua sistem keamanan yang telah terpasang dan berlari menaikki tangga mengikuti jiyong. Mereka semua akhirnya telah kembali berada di kamar apartement sambil menghirup udara sepuas-puasnya. Tubuh mereka penuh keringat dan dada mereka naik turun karena kehabisan nafas saat berlari-lari tadi. Jiyong langsung merebahkan tubuh dara diatas sofa dan ia terjatuh ke lantai karena kelelahan.
“kalian baik-baik saja?” jiyong berseru dibawah nafasnya yang masih terengah-engah.
Sanghyun yang telah terbaring di lantai mengangkat jempolnya ke udara sementara TOP yang duduk di sofa hanya menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil terus mengatur nafas.
“hyung?” sanghyun menoleh kearah TOP.
“sanghyun cepat pulihkan dirimu dan bantu aku mengamankan tempat ini…”
TOP berdiri dan segera menghidupkan komputer rancangannya yang berada dalam sebuah koper berwarna silver. Dengan gerakan tangan yang cepat ia menekan tombol-tombol keyboard dan setelah ia menekan tombol “enter”, banyak sekali cahaya laser berwarna merah muncul di area tangga. Laser-laser itu saling terhubung satu sama lain dan terlihat menempel antara sisi dinding yang satu dengan yang lain. Sebelum menutup pintu kamar apartement, TOP mengambil sebuah bunga mawar dari dalam vas dan menggoreskan ujung tangkainya pada salah satu laser merah yang perlahan-lahan mulai bersinar dengan temaram hingga ujung tangkai itu putus dengan sempurna dalam satu gerakan. Seolah-olah ia ingin memberitahu kalau, siapapun yang melewati garis-garis laser ini akan terbelah menjadi potongan-potongan kecil.
“klasik dan berkelas…ini akan melindungi kita dengan sempurna…kau tidak lupa untuk mengaktifkan sistem keamanan di lantai dasar kan?” TOP menyenggol dengkul sanghyun yang masih terbaring di lantai dengan kakinya.
“semua aman, hyung….sistem keamanan di bawah akan menghancurkan siapa saja yang memberikan ancaman…telah dilindungi dengan password yang hanya kau dan aku yang mengetahuinya…” sanghyun membalas.
“anak pintar…” TOP kembali duduk di sofa setelah memasukkan setangkai mawar yang ia ambil tadi ke dalam kantung saku tuxedonya.
Jiyong hanya bisa menatap takjub pada 2 orang genius dihadapannya itu, ia tak tahu apa yang akan ia lakukan tanpa kedua orang yang telah membantunya selama ini melewati berbagai macam skenario kematian. Sanghyun dan TOP masih mengatur nafas. Kini semua telah berubah menjadi sunyi. Tak ada suara apapun kecuali bunyi nafas mereka yang saling berbalasan. Sistem kedap suara telah diaktifkan dan kini apartement itu sudah menyerupai penjara kegelapan.
“kapan kalian memasang ini semua?” jiyong berseru saat ia mencoba membuka salah satu jendela apartement namun ternyata sistem keamanan telah menyegel kuat jendela itu dengan segel besi murni.
“dan aku heran kenapa assassin selalu jadi yang lebih baik di mata mereka dibandingkan analyst…” TOP memutar bola matanya dan tersenyum mengejek pada jiyong.
“uhh…karena kami pandai membunuh dan kalian tidak?” jiyong membalas sambil kembali duduk di sofa tempat dara berbaring. Dengan hati-hati ia mengangkat kepala dara dan merebahkannya diatas kedua pahanya. Ia menggenggam tangan dara kuat-kuat dan meletakkan satu lengan di samping kepala dara untuk berjaga-jaga.
Suasana menjadi hening.
Hanya suara nafas mereka saja yang terdengar. Apa yang sudah dan tengah terjadi di pesta itu mereka tak ingin memperdulikannya lagi. Yang mereka tahu sekarang, bukan hanya shades yang ingin membunuh mereka namun ada pihak lain juga. Tiba-tiba TOP memejamkan matanya dan merogoh sesuatu dari balik jas tuxedo. Sebuah lencana berbentuk ukiran matahari.
“kalian ingat ini?”
Sanghyun dan jiyong melihat pada lencana yang TOP pegang dan sebuah perasaan yang sangat tidak mengenakkan mulai menjalari hati mereka berdua.
“aku menemukannya saat tengah menggeledah gedung pesta tadi atau yang lebih dikenal dengan “rumah para petinggi shades”…aku mendapatkan akses ke dalam kantor utama saat semuanya tengah sibuk berpesta dan kalian harus tahu butuh lebih dari sebotol penuh anggur untuk menghilangkan kemarahanku saat menemukan lencana itu…” TOP melanjutkan.
Buru-buru sanghyun mengambil dompetnya dan mengeluarkan sebuah lempengan besi tebal yang ia dapatkan dari sean-ssi. Lempengan itu memiliki ukiran gambar matahari yang sama persis dengan lencana yang TOP temukan di markas shades. Ukiran matahari milik orang-orang yang telah membunuh istri sean-ssi. Membunuh orang-orang yang tak bersalah untuk kesenangan.
“shades…” sanghyun berseru dengan lemah. Seperti baru mengetahui kebenaran yang menyakitkan.
“keparat!!!” jiyong berteriak marah dan meremas rambut pirangnya kuat-kuat lalu menyisirnya ke belakang seraya menghembuskan nafas berat dari hidung.
“mereka telah merencanakan ini sejak awal, hyung….shades menjebak kita…” sanghyun bergumam pelan sambil meremas lempengan besi yang ada ditangannya itu.
“sudah jelas sekarang…semua sudah jelas…” TOP meremas rambutnya dengan kedua tangan. “kita harus segera keluar dari sini…”
“sanghyun…bawa dara ke kamar…” tiba-tiba dengan suara berat jiyong memerintahkan sanghyun dan pria itu langsung menurutinya.
Jiyong berdiri saat dara sudah diangkat oleh sanghyun dan ia mulai berjalan menuju TOP.
“apakah semua ini ada hubungannya denganmu, hyung?” jiyong berseru dengan dingin.
“apa maksudmu?”
Jiyong langsung menyambar kerah baju TOP dan tanpa pikir panjang melayangkan sebuah tinju pada pipi kirinya. TOP mundur beberapa langkah dan perlahan ia menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya.
“APA KAU SENGAJA MEMBAWA KAMI KEMARI!? MEMBAWA AKU KEMBALI KE SHADES DAN AKAN MENGORBANKAN DARA DAN SANGHYUN, IYA!?”
TOP langsung berjalan cepat menuju jiyong dan menghantamkan tinjunya kuat-kuat pada pipi juniornya itu. Jiyong jatuh ke lantai dan tanpa menghapus darah yang keluar ia menatap TOP dengan tatapan marah.
“h-hey!!! Apa yang kalian lakukan, huh!?” mendengar kegaduhan, sanghyun buru-buru berlari keluar kamar dan menahan tubuh TOP. Kini ia berada diantara jiyong dan TOP yang sepertinya sudah siap untuk saling membunuh.
“LIHAT SIAPA YANG JADI BODOH SEKARANG!!! APAKAH RASA PUTUS ASA SUDAH MENGALAHKANMU, HUH!? KWON JIYONG!? JIKA AKU TIDAK ADA DISANA SAAT ITU! MAKA AKU JAMIN KAU SUDAH JADI MAYAT BUSUK!!!” TOP balas berteriak pada jiyong yang masih terduduk di lantai.
“hyung…” sanghyun mendorong dada TOP menjauh dan menggeleng padanya. “kalian hanya lelah….kumohon…bertengkar hanya akan memperburuk keadaan…”
“katakan itu pada kakak iparmu yang bodoh…” TOP menepis tangan sanghyun dan langsung pergi menuju kamar tempat ia tidur. Dengan keras TOP membanting pintu kamar dan seketika ruangan kembali sunyi.
Sanghyun menghela nafas melalui hidung dan buru-buru menghampiri jiyong.
“kau tak apa-apa, hyung?” sanghyun memegang pundak jiyong namun tiba-tiba ia langsung berdiri dan menyisir rambut pirangnya ke belakang.
“maafkan aku…”
Sanghyun menggigit bibirnya saat melihat jiyong perlahan berjalan menuju kamar tidurnya dan akhirnya meninggalkan dia sendirian di ruang tamu. Sanghyun menghempaskan tubuhnya pada sofa dan mulai memijat dahinya dengan satu tangan lalu mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Ia lalu melihat pada cermin dan terlihat wajah seorang pria muda yang kelelahan dengan rambut pink yang menyala. Ia tertawa kecil.
“bodoh sekali…”
Ia menutup cermin dengan tirai dan melepas sepatu, tuxedo dan tali pinggangnya satu persatu hingga hanya menyisakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Sanghyun menghempaskan tubuhnya pada sebuah sofa panjang dan menghela nafas panjang dari mulutnya. Ia melihat pada langit-langit kamar dan merasakan perlahan-lahan air matanya mulai membuat pengelihatannya buram.
“oh tidak…tidak…jangan sekarang…jangan…”
Ia buru-buru menghapus air mata itu dan menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dari mulut. Ia tak boleh lemah saat semuanya mulai satu persatu kehilangan kekuatan mereka. Jiyong dan TOP selama ini selalu melindunginya dan menjaganya…dan ini saatnya ia membalas itu semua. Ia harus melindungi mereka dan jadi kuat untuk mereka. Sanghyun berusaha mengistirahatkan dirinya…namun sia-sia saja. Sepertinya ia akan terjaga hingga pagi menjelang.
Ia jelas-jelas sudah tak bisa kembali ke seoul, polisi sudah menjadikan mereka kriminal yang paling dicari karena tuduhan membunuh kepala polisi. Ya si gila choi dong wook. Karena hal itu group idol yang telah membesarkan namanya, MBLAQ. Langsung dibubarkan dan tidak ada yang pernah membicarakan sanghyun lagi. Dirinya sudah di hapus dan ia hampir mati tertembak beberapa jam yang lalu. Ini sungguh gila. Ia tersenyum kecut dan dalam hatinya paling dalam ada sebuah rasa penyesalan. Penyesalah mengapa ia tak menuruti kata-kata jiyong dulu untuk menjauhi shades.
***
Jiyong masih terduduk di dalam kamar mandi tepatnya di bawah guyuran air shower yang dingin. Ia telah berfikiran terlalu buruk terhadap orang yang seharusnya tak perlu ia ragukan lagi. Jiyong meremas rambutnya yang sudah basah lalu membiarkan kepala belakangnya menghantam dinding kamar mandi. Ia tak tahu apa yang ia rasakan sekarang…lebih tepatnya apa yang harus ia lakukan, setelah sebuah kebenaran pahit telah ia ketahui. Ia merasa sangat lemah….sungguh lemah hingga rasanya memuakkan. Setelah menghembuskan nafas dari mulut untuk kesekian kalinya jiyong berdiri dan mematikan shower ia lalu melepaskan tuxedo dan kemeja putih yang masih terpasang selama ia duduk di bawah shower dan melemparkannya sembarangan di dalam kamar mandi, ia juga melepaskan celana panjang berwarna hitam yang telah sama basahnya dengan kemeja dan tuxedonya lalu mengambil handuk berwarna putih dari dalam lemari berukuran sedang di dalam kamar mandi. Setelah mengeringkan tubuh ia mendapatkan sebuah celana training hitam di dalam lemari pakaian dan langsung memakainya tanpa memperdulikan milik siapa training itu.
Seluruh tubuhnya nyeri dan pegal, ia bahkan menemukan beberapa memar pada punggung dan dadanya saat memutuskan untuk melihat pada cermin. Seorang pemuda berwajah lelah dengan lingkaran hitam di bawah matanya memandang balik pada jiyong dengan tatapan datar dari sebuah cermin berbentuk oval yang terpasang pada sebuah meja rias. Jiyong menundukkan kepala sebentar lalu melihat lagi pada bayangannya sendiri. Benar-benar pria menyedihkan yang perlahan-lahan mulai kehilangan akal sehatnya. Ia melirik pada meja dan menemukan hand-gun hitam yang ia letakkan sebelum memasuki kamar mandi beberapa menit yang lalu. Dengan tangan gemetar ia meraih hand-gun tersebut lalu menarik platuknya, mengaktifkan senjata berbahaya yang dapat membunuhnya saat itu juga. Ia melihat lagi pada wajanya di cermin dan menempelkan hand-gun itu pada pelipis kanannya. Dahinya berkerut dan seluruh pertahanannya hancur hal berikutnya yang ia ketahui adalah air mata sudah tak bisa lagi ia bendung.
“lemah…kau sungguh lemah…lemah…” jiyong menjatuhkan hand-gun ke lantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia masih berusaha menahan isakan tangis walaupun air mata sudah membasahi kedua tangannya.
“ba-bagaimana kau bisa jadi selemah ini? bagaimana!?”
Dengan satu pukulan jiyong menghantamkan tinjunya pada cermin hingga benda itu pecah dan hancur berantakan. Ia tak memperdulikan darah segar yang sudah keluar dari kepalan tangannya karena rasa sakit hatinya sudah mengalahkan semua rasa sakit pada tubuhnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pada malam hari dan hanya keheningan yang terasa menyebar di udara yang dingin dan kering. Setelah menutup luka dan membersihkan dirinya jiyong menarik sebuah sweater tebal abu-abu yang lagi-lagi ia temukan dalam lemari pakaian. Ia berusaha memejamkan matanya dan beristirahat tapi percuma karena jantungnya masih berdetak dengan cepat, apa yang dia pikirkan? seharusnya ia tak tidur dalam keadaan seperti ini setelah semua hal yang terjadi dan semua fakta yang ia ketahui bagaimana ia bisa tertidur dengan tenang dalam kawasan yang sangat berbahaya ini.
Dara.
Dara bisa menenangkannya. Ia harus melihat dara. Ia harus selalu bersama dara sekarang.
Jiyong membuka pintu kamarnya perlahan dan melihat keadaan di luar cukup gelap. Hanya sebuah lampu dengan cahaya temaram yang menjadi sumber penerangan berada tepat di samping sofa tempat sanghyun tengah tertidur. Jiyong lalu memalingkan pandangan pada kamar TOP. Tidak terdengar apa-apa dari sana, entah karena memang TOP sudah tertidur atau kamarnya telah dipasang sistem kedap suara paling canggih sehingga teriakan paling kencang pun tak akan terdengar keluar, jiyong pun tak memperdulikannya. Ia hanya akan bicara dan minta maaf langsung pada seniornya itu besok pagi. Dengan langkah gontai jiyong menyerat kakinya yang pegal menuju kamar yang berada tepat di samping kamarnya. Pintunya tidak tertutup dengan benar sehingga, sebelum benar-benar membuka pintu jiyong dapat melihat sosok dara yang tengah tertidur. Gaun pesta serta perhiasan masih terpasang sementara dara tertidur dengan damainya. Jiyong tersenyum lalu menutup pintu kamar dengan hati-hati.
“aigoo…dara…dara…my baby dara…”
jiyong lalu melepaskan anting-anting dari telinga dara dan kalung dari lehernya lalu meletakkanya diatas sebuah meja. Ia tak bisa berhenti tersenyum, melihat dara yang tertidur dengan pulas seolah tidak ada yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia lalu meraih tangan dara dan menciumnya dalam-dalam.
“jiyong?”
Mata jiyong terbuka perlahan dan sebuah mata coklat yang indah telah mengunci pandangannya. Dara tersenyum dan menyentuh pipi jiyong dengan ibu jari dan telunjuknya.
“hey…babe…maaf aku membangunkanmu…” jiyong tersenyum lebar dan mencium telapak tangan dara. “kau baik-baik saja?”
Dara mengangguk lalu menarik tubuh jiyong untuk mendekatinya dan memeluk pinggang suaminya itu erat-erat.
“apa kau baik-baik saja, ji?” dara mengubur wajahnya pada dada jiyong sementara pria itu sudah memeluk tubuh mungilnya erat-erat.
“yeah…lumayan…” jiyong mencium kepala dara dan merebahkan pipinya disana.
“ji…”
“yeah, babe?”
Tiba-tiba dara mengangkat wajahnya dan menyetarakan posisinya dengan wajah jiyong.
“kau tahu, kau bisa katakan apa saja padaku, kan?” ibu jari dara bergerak memutar perlahan pada pipi jiyong. Ia berusaha menenangkan suaminya itu.
Jiyong mengunci pandangannya pada dara dan dara pun masih terus memandang lelaki pujaannya itu. Ia tahu kondisi jiyong saat ini dan ia hanya ingin membantu, setidaknya melegakan perasaan jiyong yang masih tertahan.
“kau tahu, aku tak akan meninggalkanmu kan?” dara bicara lagi karena jiyong belum membalas perkataannya. Pria itu hanya makin mengeratkan pelukannya pada dara. Jiyong lalu mengubur wajahnya pada leher dara dan menarik perempuan itu makin dekat dan erat.
“oh, ji…”
“aku takut…”
Dara langsung memeluk kepala jiyong dan menciumnya berkali-kali. Jantungnya berdetak kuat dan cepat hingga ia bisa merasakan sakit yang menghujam seluruh tubuhnya.
“aku takut kehilangan semuanya…dee…aku sungguh….aku…” samar-samar dara mendengar suara isakan. “aku takut kehilanganmu…..aku rasa…aku bahkan tak bisa membayangkannya….itu..sungguh…mengerikan…dan aku sungguh ketakutan…”
Dara menggigit bibirnya dan mempererat pelukannya pada jiyong sementara ia sudah merasakan jiyong mulai menangis pada gaun pinknya. Baru kali ini ia menyaksikan sisi dari diri jiyong yang rapuh…sisi diri suaminya yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Selama ini jiyong akan selalu tersenyum dan menghadapi semuanya dengan berani. Namun, malam itu dara bahkan tak bisa mempercayai apapun.
“ji….ji…hey…aku juga…aku juga ketakutan…” suara dara mulai bergetar dan ia juga merasa akan ikut menangis sebentar lagi.
“tapi….aku bisa melupakan ketakutanku karena aku tahu aku bersamamu, ji….kau berada di dekatku dan hanya itu yang penting…ya kan? Mmmhhh…ja-jadi…*hic*….kumohon…aku akan berikan semua yang aku miliki…aku mohon…jangan takut, jiyong….*hic* jadilah berani untuk kita….aku…”
Dara lalu menggenggam erat kedua tangan jiyong dan menciumnya dalam-dalam.
“aku…aku akan jadi kekuatanmu…karena itu, kau juga harus jadi kekuatanku…neh? aku sungguh…sungguh…” dara meraih wajah jiyong dan perlahan dengan tangan yang bergetar ia menghapus air mata yang sudah membasahi wajah suaminya itu.
“aku sungguh mencintaimu, kwon jiyong…”
Jiyong memejamkan mata lalu tertawa kecil dan langsung mencium bibir dara. Ia mengangkat tubuh dara agar menindihnya dan mereka melanjutkan ciuman itu. Bibir mereka saling bersentuhan dengan hati-hati sehingga setiap gerakan dan sentuhan sungguh berarti dan mengirimkan sensasi yang menenangkan. Dara menyisir rambut jiyong ke belakang dengan jari-jemarinya sementara menikmati sensasi dari bibir mereka yang masih bergerak dengan lembut dan perlahan.
“lebih baik?” dara tiba-tiba menghentikan ciumannya dan tersenyum lebar.
Jiyong hanya bisa menggigit bibir sambil tersenyum dan memejamkan matanya. Ia lalu bangun dan membawa dara ke pangkuannya.
“terima kasih, dee…” jiyong memberikan ciuman terakhir pada dahi dara lalu menyentuh perut dara. Ia menggerakkan ibu jarinya dengan gerakan melingkar pada perut dara dan mengelusnya perlahan.
“hai…ini appa…kau harus kuat ya seperti eomma…” jiyong berseru lembut dan tersenyum saat dara tertawa kecil. Lalu dara menyentuh tangan jiyong dan mereka mengelus perutnya bersama-sama.
“ani…jadilah kuat seperti appa dan eomma…karena eomma tak akan jadi kuat kalau tidak ada appa…kami berdua sangat mencintaimu…tetaplah kuat ya, sayang….”
Jiyong lalu menunduk dan memberikan ciuman yang dalam pada perut dara. Ia bisa merasakan perut dara mulai terlihat membesar dan sejujurnya cukup heran. Setelah apa yang terjadi…setelah semua luka yang dara dapatkan…mereka masih memiliki bayi ini.
“aku yakin….anak kita pasti sangat kuat…dia masih bertahan setelah apa yang terjadi…setelah apa yang sudah kita lewati….dia masih bertahan…dia pasti ingin berjuang juga demi appa dan eomma nya….”
“anak kita akan jadi bayi paling luar biasa dan paling kuat! Karena eomma selalu makan makanan yang bergizi…kkkkkkk^^”
Jiyong mendongak dan menatap pada dara yang masih tersenyum lebar. Ia lalu menyentuh pipi istrinya itu dan mengelusnya dengan lembut.
“dara…berjanjilah padaku…kau akan bahagia…neh?”
“apa maksudmu, ji?”
Jiyong tersenyum kecil dan kini memerangkap wajah dara dengan kedua tangannya yang hangat.
“berjanjilah padaku…kau akan bahagia…dengan atau tanpa diriku….”

***

Dara’s POV

Aku mengeratkan cengkraman pada dadaku. Apa yang jiyong katakan barusan? Aku harus bahagia dengan atau tanpa dia? Yang benar saja. Aku baru akan protes tentang pernyataannya itu saat ia memanduku kembali ke tempat tidur dan memelukku erat-erat dari belakang. Kini ia tengah tertidur tepat dibelakangku dan aku bisa merasakan nafasnya yang tenang pada leherku. Aku senang akhirnya jiyong bisa tertidur dengan tenang malam ini karena aku yakin selama kami berada disini ia pasti telah melewati malam-malam dengan mimpi buruk yang selalu membuatnya terjaga. Aku berbalik menghadapnya dan melihat lekat-lekat pada wajahnya yang sedang tertidur. Ia tampak tenang sementara dadanya naik dan turun dengan teratur. Aku lalu menyentuh pipinya dan memberikan sebuah ciuman kecil pada bibirnya.
“hey, ji…apakah menurutmu aku melakukan kesalahan?”
Aku berbisik lirih dan jiyong masih tetap bernafas dengan tenang dalam tidurnya. Jantungku mulai berdebar saat memperhatikan wajah lelahnya itu. Ia manis sekali.
“kenapa kau selalu bisa membuat aku berdebar-debar, sih? Bahkan setelah sekian lama ini…kau tahu, ji? aku tak akan peduli pada masa lalumu…siapa dirimu sebelum kita bersama…kwon jiyong…g dragon….aku akan belajar untuk mencintai kedua orang itu dalam dirimu…jadi percayalah padaku…” aku meraih tangan jiyong dan mencium punggung tangannya dalam-dalam.
“bagaimana aku bisa bahagia…kalau tidak ada dirimu disana?”
Aku menghela nafas melalui hidung lalu memutuskan untuk memejamkan mataku. Berusaha untuk mengistirahatkan semuanya dan menikmati waktu singkat yang berharga bersama orang yang paling aku kasihi. Aku masih berharap kalau waktu akan berhenti dan membiarkan kami seperti ini selamanya. Karena saat matahari pagi mulai muncul kami tidak akan bisa sedekat ini lagi.

***

Aku berakhir tidak bisa tidur dan memutuskan untuk menjernihkan pikiranku saja. Mungkin mengambil air atau sekedar berjalan-jalan kecil dapat membuatku mengantuk. Perlahan aku turun dari tempat tidur dan menarik selimut untuk menyelimuti tubuh jiyong. Aku tersenyum melihat dirinya yang masih tertidur pulas ia pasti sangat kelelahan. lalu aku membuka gaun pink yang masih aku pakai dan mengambil sweater hitam sanghyun yang ia letakkan di lemari pakaian. Adikku itu benar-benar sudah sangat besar sekarang karena sweaternya itu menutupi tubuhku hingga mencapai dengkul jadi aku tak perlu repot-repot mencari training atau apapun.
Pelan-pelan aku membuka pintu dan tersentak kaget. Ruangan di hadapanku sangat gelap dan sungguh sunyi…a-apakah sedang mati lampu? Apa yang terjadi? Aku benar-benar harus lebih cepat dan menguatkan diriku atau aku akan ketinggalan seperti ini dan berakhir tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Aku melirik pada cahaya lampu temaram yang menerangi ruangan ini dan melihat sanghyun tengah tertidur diatas sofa.
“oh tuhan…” aku tersenyum dan mengelus kepala sanghyun “adikku yang gila tidak mendengkur malam ini…aigoo…pantas saja sangat tenang…”
Aku mengamati wajahnya lekat-lekat. Lama-kelamaan dia jadi mirip dengan jiyong mungkin karena mereka sudah lama bekerja bersama tanpa aku mengetahuinya. Aku jadi tertawa sendiri saat berfikir kalau suatu hari nanti anakku akan punya ayah dan paman yang merupakan seorang gangster dan agent rahasia. Ini sungguh gila, aku bahkan tak pernah sekalipun membayangkan hidup seperti ini sebelumnya. Maksudku, kejadian-kejadian yang sudah kami alami akhir-akhir ini 99% hanya mungkin terjadi dalam novel atau film james bond dan sepertinya kemungkinan 1% itu benar-benar nyata dan…well…terjadi padaku. Aku rasa tuhan punya sebuah alasan bagus untuk membawaku pada jiyong dan membiarkan kami bertemu dalam sebuah skenario yang awalnya sederhana hingga akhirnya ia menunjukkan alasan nyata mengapa aku yang terpilih untuk menjalani hidup seperti ini bersama jiyong. Mungkin memang karena hanya wanita gila seperti aku yang sanggup bertahan sejauh ini. walaupun terkadang ada rasa penyesalan dalam lubuk hatiku namun sejak awal pula aku sudah siap untuk mengorbankan semuanya.
“noona….maafkan aku…”
Pandanganku kembali lagi pada sanghyun yang tiba-tiba bergumam dalam tidurnya, lantas aku menggigit ibu jariku dan tersenyum lebar.
“iya..sanghyunie…noona sudah memaafkanmu…noona akan berusaha untuk tidak jadi beban kalian…karena itu maafkan noona juga, ya?”
Sanghyun lalu menggerakkan tubuhnya untuk berpindah posisi tidur sementara aku masih tertawa kecil melihat tubuhnya yang besar dan tinggi itu. Aku baru mau mengelus kepala merah jambu adikku itu sampai tiba-tiba…
“GROOOOOOK….hmmmh….GROOOOOOKH….”
Dia mendengkur seperti babi hutan.
Aku memejamkan mataku dalam-dalam dan menarik tanganku yang sudah berjarak 5 cm saja dari kepalanya. Aku rasa jika aku terus menggerakkan tanganku hingga menyentuh kepala merah jambunya tadi pasti keinginan untuk menjambak rambutnya hingga rontok sudah tak bisa kutahan lagi. Apa yang aku pikirkan…kurasa keluarga park memang mewarisi gen gila dan bodoh sejak dahulu…aku hanya berharap anakku nanti akan lebih mirip jiyong. Tenang dan tidak gila.
Aku baru akan berdiri dari sofa saat aku mendengar suara pintu terbuka. Ternyata TOP-ssi membuka pintu kamarnya dan berjalan gontai menuju lemari es untuk mengambil sesuatu, bir mungkin. Ia hanya memakai kaus hitam dan celana pendek abu-abu yang panjangnya mencapai lutut sementara wajahnya yang menahan kantuk tak begitu terlihat dengan jelas karena ruangan di sekitar lemari es cukup gelap. Ia masih sibuk mengubur wajahnya dalam lemari es sampai-sampai tidak menyadari kehadiranku yang berada tidak jauh dari dirinya. Aku melihat pada jam digital yang terpasang di dinding dan waktu masih menunjukkan pukul 00.30.
“kau sulit tidur juga ya?”
“SON OF A….shit!”
Aku mengerjap kaget dan refleks mundur satu langkah saat tiba-tiba kepala TOP-ssi membentur sisi dalam bagian kulkas. Seberapa dalam dia memasukkan kepalanya ke dalam sana!? Sambil mengelus kepalanya yang terbentur ia mendongak dan menatap jengkel padaku.
“kau pasti sudah gila, kecil…membuatku kaget seperti itu…apa yang kau lakukan malam-malam begini, huh!?”
“apa yang kau lakukan malam-malam begini mengubur kepalamu dalam lemari es!?” aku membalas kata-katanya dengan pertanyaan yang sama dan TOP-ssi langsung memutar bola matanya sambil menyesap bir yang ada ditangannya dengan malas. Ia lalu bersiap untuk pergi dan masuk kembali ke dalam kamarnya.
“hey…TOP-ssi….bisakah kita bicara?”
TOP-ssi langsung menghentikan langkahnya dan kembali menatapku. Terlihat sebuah lebam dan goresan pada pipi dan sudut bibirnya.
“oh tuhan…apa yang terjadi pada wajahmu? Siapa yang….”
“itu tak penting kecil….saat kau pingsan tadi ada sedikit salah paham dengan jiyong tapi itu bukan masalah besar…kami semua kelelahan…jadi apa yang ingin kau bicarakan?”
TOP-ssi lalu berjalan menuju salah satu sofa yang kosong sementara aku kembali duduk pada sofa tempat sanghyun masih tertidur. Kami saling berhadapan sekarang.
“jadi kau dan jiyong bertengkar?”
“aku bilang itu bukan masalah besar, kecil….demi tuhan aku akan pergi jika kau masih bertanya tentang itu…”
“okay…okay baik….ummhh…aku hanya ingin bertanya….apakah kita…dalam situasi yang aman sekarang?”
TOP-ssi tertawa pelan sambil mengacak-acak rambut birunya. Aku langsung menegakkan punggungku dan duduk dengan tegang. Aku benci ketika orang tertawa seperti itu, itu jelas-jelas bukan pertanda baik.
“selama tak ada yang bisa menembus sistem keamanan yang telah terpasang…aku rasa kita aman…tapi kau tahu kita berada di dalam kawasan paling berbahaya sekarang…mereka jelas-jelas bukan sahabat kita…mereka hanya menunggu saat yang tepat untuk membunuh kita semua…”
Aku menelan ludah dan bernafas melalui hidung dengan cepat. Oh tidak, aku panik…aku benci diriku ketika aku panik.
“a-apakah ada yang bisa aku lakukan, TOP-ssi?” air mata sudah menggenangi mataku dan aku masih menahannya sekuat tenaga agar tidak tumpah. Jantungku kembali berdebar-debar dan keringat dingin mulai keluar dari dahiku.
“jangan panik, kecil….semua akan baik-baik saja…kau aman bersama kami, okay?”
Aku benci kalimat penenang itu. Ini bukan tentang aku tapi ini tentang mereka. Mereka selalu melindungi aku dan yang bisa aku lakukan hanya lari dan pingsan. Ini sungguh menyebalkan…aku benci diriku sendiri.
“t-tidak maksudku…apakah ada yang bisa aku lakukan untuk setidaknya menguntungkan kita saat ini? aku mohon…ini sungguh menyebalkan aku selalu dilindungi oleh kalian…aku…aku juga ingin berguna…lakukan apa saja…kau pasti punya rencana genius di dalam kepalamu kan, TOP-ssi?” suaraku sudah bergetar dan tanpa sadar aku menghapus air mata yang bahkan belum tumpah ke pipiku. Aku hanya tak ingin terlihat takut dan lemah.
TOP-ssi terdiam dan menatapku dengan tatapan sedih. Ia lalu menghela nafas panjang dan menenggak birnya.
“oh percayalah, kecil….aku punya…tapi itu hanya seperti rencana cadangan yang tidak sengaja terpikirkan….dan sejujurnya itu cukup gila…”
“katakan saja padaku….aku mohon…”
“aku sudah memikirkan skenario penyerangan shades…mereka cenderung untuk melakukan penyiksaan dalam urusan pembunuhan jika telah menetapkan terget. Jika pemikiranku tidak salah….setelah kejadian di pesta kemarin, aku yakin mereka akan mendatangi kita…apakah besok atau minggu depan aku tak tahu yang jelas mereka akan datang untuk kita…dan aku takut….kau dan sanghyun akan dipisahkan dari kami jika memang benar kita tertangkap…”
Aku mengeluarkan nafas tercekat dari hidung dan menatap pada sanghyun. Ya…itu sudah jelas…terutama aku…aku tidak berarti apa-apa dibandingkan sanghyun yang mungkin bisa mereka manfaatkan. Aku pasti akan dibunuh duluan.
“baiklah…kau mengatakan ini bukan tentang dirimu atau kami….tapi kenyataannya ini memang tentang dirimu, kecil….jika kami bertiga tertangkap, shades masih akan membiarkan kami hidup karena mereka masih bisa memanfaatkan kami…apalagi aku dan jiyong adalah orang-orang terbaik shades yang kemampuannya sudah tak perlu diragukan lagi. Tapi…kau yang kami khawatirkan….kami sungguh takut kau akan terbunuh dan itu semua salah kami….”
Aku menutup wajahku dengan kedua tangan dan menyisir rambut pendekku ke belakang kepala.
“jadi apa yang bisa kita lakukan?” tanyaku lagi padanya.
“aku ingin kau membiarkan aku membunuhmu…”
Mataku terbelalak dan aku menatap ngeri pada TOP-ssi.
“ini hanya diantara kita, kecil…jiyong dan sanghyun tak mengetahui ini…sudah kubilang kan ini rencana gila…tapi perasaan takut ini tak bisa berhenti menjalariku jadi aku benar-benar telah membuat persiapan yang matang untuk menjalankan rencana ini. jika kau tertangkap maka kau akan ditembak mati di depan umum. Disaksikan oleh seluruh anggota shades…dan salah satu diantara kami yang harus melakukannya…jadi aku yang akan menembakmu apabila hari eksekusi itu tiba…”
Aku berusaha mengangguk dengan mantap dan berusaha mengabaikan rasa takutku. Lalu TOP-ssi mengeluarkan sebuah peluru berwarna biru dari saku celananya.
“ini adalah peluru khusus yang sedang aku kembangkan dan selama disini aku sudah berhasil menyempurnakannya. Fungsinya akan sama dengan peluru kebanyakan ia akan melukaimu dan akan membunuhmu…namun…saat peluru ini bersarang di tubuhmu ia akan perlahan-lahan menyebarkan semacam serum penyembuh dan dalam beberapa jam kau akan hidup kembali tanpa luka….oke baiklah…akan ada luka disana-sini tapi tidak akan terlalu parah…”
Aku meraih peluru berwarna biru yang diletakkan TOP-ssi diatas meja diantara kami. Peluru itu sungguh cantik warnanya biru bercampur warna tembaga lebih mirip batu mulia daripada peluru senjata api.
“dan setelah itu?”
“shades akan membuang mayat hasil eksekusi ke laut dan membiarkannya tenggelam….aku akan melakukan sandiwara….membuat seolah-olah aku ingin bergabung kembali bersama shades….lagipula mereka memang membutuhkanku untuk mengembangkan beberapa penemuan….ini akan membuatku mudah untuk memanipulasi mereka….setelah semuanya selesai…aku akan memastikan kau sudah diselamatkan dan dibawa pergi keluar dari kawasan ini…”
“h-huh!? dan meninggalkan kalian disini? I-ini sama saja dengan skenario penyelamatan hidupku….bukan kalian…aku…tidak..TOP-ssi…tidak…aku tidak akan meninggalkan jiyong…”
“hanya ini rencana yang kita punya, kecil….apa kau lebih suka melihat jiyong menyaksikan kematianmu, huh!? geez…ini rencana terbaik yang bisa kita lakukan….ini untuk yang terburuk…kau…” TOP terdiam sebentar dan menutup dahinya dengan tangan “kau memang seharusnya tidak berada bersama kami…kau hanya orang biasa yang pasti akan diremehkan oleh shades…aku mohon…kau pergi keluar dari sini…dan memulai hidup baru…kau masih punya kesempatan sementara kami tidak…”
“apa kau….apakah kita…tidak bisa bicara dengan pihak tertinggi shades? Ke-kepada nona mizuhara?” aku mulai terdengar putus asa saat menyebutkan nama wanita yang paling aku benci itu.
“hahhahahahah…apa kau gila? Meminta bantuan pada wanita itu? Dia….dia yang sudah melakukan ini pada kita….ledakan di rumah kita, polisi-polisi gila itu bahkan kediaman sean-ssi…..itu semua rencana mereka…itu cara mereka untuk menggiring kami kembali ke markas shades untuk kembali menjadi boneka mereka….dan sialnya kau dan sanghyun malah melibatkan diri dalam ini semua….kalau kau mau membantu…maka lakukanlah apa yang harus kau lakukan meskipun itu menyakitkan…”
Aku terdiam dan menatap lekat-lekat pada TOP-ssi dengan pandangan penuh ketakutan. Peluru biru itu masih berada ditanganku dan aku menggenggamnya erat-erat. Air mata akhirnya mengalir ke pipiku dan aku mengangguk dengan mantap.

“baik. Aku akan lakukan semuanya…”

***

Ia melangkah dengan susah payah sementara luka di pinggangnya terus mengalirkan darah segar menuju kakinya. Hujan yang sangat deras membasahi tubuhnya yang juga penuh dengan luka dan memar dan ia bernafas dengan susah payah sementara masih berjalan memasuki sebuah lorong gelap yang sunyi dan dingin. Lorong itu terletak diantara dua bangunan yang sudah hancur yang merupakan kawasan diluar pagar shades. Kawasan yang sudah tidak dijamah sama sekali oleh orang-orang. Saat mobil yang ia kendarai dikejar oleh beberapa orang dengan senjata api, mereka melemparkan peledak hingga menghancurkan mobil tersebut. setelah melihat mobil itu meledak di luar pagar mereka segera meninggalkannya sambil berteriak lantang. Itu yang paling ia ketahui mengenai shades, mereka kejam namun tidak melakukan pekerjaan mereka dengan teliti.
Ia juga sudah tak memperdulikan seungri yang tertangkap dan telah dibawa ke penjara oleh para petinggi dan anggota shades. Misi ini gagal. Gagal karena dirinya…karena dirinya lemah. Orang yang memberikan perintah pembunuhan ini pun tidak memberikan konfirmasi apa-apa jika misi gagal. Persetan, ia bahkan tidak mengenal orang yang memberikan perintah ini. Untunglah ia berhasil melompat saat ledakan itu terjadi dan terlempar cukup jauh menuju semak-semak. Kini ia bisa merasakan tubuhnya hancur dengan sempurna dan hatinya juga sama hancurnya.
Ia telah melihat pria itu…dan betapa ia ingin berlari sekuat-kuatnya menuju pelukan lelaki itu.
“seunghyun…”
Tubuhnya sudah tidak kuat untuk berjalan lebih jauh lagi dan langsung menjatuhkan tubuhnya pada jalanan yang sudah digenangi air. Ia rasa ia sudah cukup aman disini. Di lorong gelap diantara bangunan-bangunan tua yang sudah hancur dan lama ditinggalkan ini. Ia hanya akan memikirkan dirinya sendiri mulai sekarang. Itu kalaupun ia masih memiliki kesempatan untuk bangun dan sadar sepenuhnya.

***

 

 

NOTES :

Wohooooo!
Bisa juga loh update secepat ini kkkkk^^
Yah baguslah ini inspirasi lagi naik-naiknya jadi temen-temen pembaca nggak perlu menunggu ribuan ratus juta milyaran tahun buat next updatenya….kkkkk
Mungkin sekarang akan rajin update tiap weekend yaaa xD
Biar ceritanya cepet nyambung soalnya ini endingnya udah terlanjur ketulis hahahhahahahhahahahahahah xD

Well!!! Guess what!?
Author iseng-iseng buat fanfic trailernya X-agent loohh kekekkekekekekkeke asooooy
Temen-temen bisa liat di youtube yaaa…ini linknya….

Leave a comment dan kasih tahu author pendapat kalian tentang videonya yaa
Dan oh dapet banner baru dari mbak titaa xD
Semoga update-an kali ini berkenan yaaaa

Love you all!!!
Salam maknyosss

-habibanono-

22 thoughts on “My Life As An X-Agent : Chapter 11

  1. aduh kenapa begini kenapa harus begini 😩 jangan pisahin daragon pleaseee
    bisa gak si ikan lalu tiba2 serangan jantung dan meninggal *LOL terus jidong sama tabi bebas haha maafkan hayalan absurd ini
    thor ini bakal happy ending kan ya kan ????
    semangat ditunggu chap selanjutnya

  2. apa gk ada rencana lainnya… berarti nanti ji sama dara bakalan kepisah..andwae.
    itu bom kan. semoga ada yg nyelametin dia.
    next chap thor…semakin menegangkan.
    FIGHTING.

    karena kuotanya sekarat jdi aku nonton+komen fanfic trailernya nanti aja ya kak… 😀

  3. authoor mau kau bawa kemana alur cerita iniii oh my gooossshhhh…..
    aku nggak sanggup bayangin setelah part ini,, setelahnya dan setelahnyqa ..
    pleasee jangan jadi akhir yg menyedihkaaan,,, percintaan asli daragon sudah penuh drama please kali ini happy…..

  4. Eonii. Mianhe aqu bru nnton video nya sekrng. Tp keren bgt video nya. Udh bca ff. Trus liat video nya. Wah. Brsa member bigbang jd agent bneran.
    Eonii jjang

  5. TOP gx ada rencana lain kah,, duh hidup mereka semakin banyak rintangan.y,,, jan sampe hal” terburuk terjadi sama mereka,,,oh god itu Bom kah pliiss siapa pun bantu dia, semoga Bom selamat nd balik k.TOP lagi

  6. Huwaaa….aqu dah bca ff ni bbrapa x tp ttep nangis bombai .😭😭😭
    Sedih byangin ji ppa nangis gga mau pisah ma dara unie+baby nya .
    Smoga bom unie cpet” ktmu lagi sma tabi oppa trus balikan lagi .
    Unie .kpan next.a mau d.update udah klmaan nunggu dah pnsran ma lnjutan.a .
    Tp aqu ttep setia nunggu .

  7. Ya ampuuunnn…aku akuin top emang genius yang punya rencana cemerlang dan menciptakan hal yang menakjubkan seperti peluru itu tapi…ayolah….. itu sama aja daragon akan berpisah
    Bisa gak si ikan amis kejedot tembok trus geger otak serius hingga mengakibatkan ikan amis mati???
    Aigooo….aku Benar2 frustasi

  8. Tegang bgt baca chapter yg ini.. Pas adegan dara ma top entah knpa tegang bertambah n pengen nangis. Mereka seolah tdk ada masa depan.. Ngeliat sisi jiyong yg udah mulai lemah. Rasanya pengen nangis jg.. Chapter ni kesannya mencekam. Berharap semoga mrka semua memiliki akhir bahagia.. Semangat trs author.. Andai ni ff selesai trs d buat dlm bntuk buku pasti aq pesan dluan deh… Fighting.. By Maya andalia

Leave a comment