The Couple Next Door [Chapter 18] : His Mission

author      : silentapathy
source      : TCND on AFF
indotrans : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

His Mission

 

“Kita sama sekali tidak bisa menghubungi satu pun dari mereka…” kata Minzy sembari duduk di sofa.

“Kurasa sebaiknya unnie beristirahat terlebih dahulu. Dia kelihatannya sangat lemah.” Usul CL masih dengan mengetik di ponselnya, mengirim pesan kepada pria-pria mereka. Bantuan mereka dibutuhkan agar acara lamaran Dara bisa sukses. “Bom unnie…”

 

 

“Hmmm…”

 

 

“Unnie kemarilah, lihat menunya… dan haruskan kita memasukkan cincinnya kedalam sushi? Atau didalam kue? Atau di gelas wine, atau… Atau Dara unnie sendiri menyerahkannya secara langsung?” tanya Minzy sambil mengetik di ipadnya.

“Hmmmm…”

 

 

“Unnie???”

 

 

“/Chomp chomp chomp/ Hmm? Yeah… /chomp chomp chomp/ tinggal… /chom/ biarkan dia menyerahkannya langsung saja… Tidak perlu menggunakan cara yang /chomp/ neko-neko.”

 

 

“Aku tidak percaya ini! Itu sudah jagungmu yang kedelapan!” CL berdiri, memasukkan teleponnya kedalam saku.

“Dokter bilang aku butuh banyak karbohidrat.” Kata Bom mengusap mulutnya lalu meraih sebotol air. “Dengar kalian berdua… Darong ingin lamarannya dilakukan sesederhana mungkin, arasso? Sudah cukup makan malam dan Jiyong sama sekali tidak punya ide bahwa Dara akan melamar. Dan Dara juga ingin semua orang yang penting dalam hidupnya ada saat Jiyong menjawab ‘ya’. Begitu intruksinya.” Bom menjelaskan sambil menunjuk sosok Dara yang sudah tidur.

“Siap unnie!” kata Minzy. “Aku pergi dulu. Aku perlu bertemu dengan stafku. Jika Daesung oppa bisa memutuskan apapun tanpa pendapatku, aku juga bisa melakukan hal yang sama!”

 

 

“Aisht! Kenapa para pabo ini tidak ada yang mengangkat teleponnya?” tanya Cl setelah mencoba mengontak para polisi itu.

“Omo! Paman Hyunsuk menelepon Dara!!! Otteoke???” seru Bom melempar jagungnya.

“Yah kamu tidak boleh memberi tahu mereka!” kata CL merebut telepon Dara dari tangan Bom.

“Yoboseyo?” CL berusaha membuat suaranya tenang dan terdengar normal.

“Halo? Chaerin?”

 

“N-n-eh, paman. Dara unnie… Dara unnie sedang berada di kamar kecil! Neh… Kami sedang makan malam bersama sekarang paman.” Kata CL memejamkan mata.

“Oh, begitu? Hmm… Aku hanya ingin memberitahunya kalau Jiyong dan yang lain sedang dalam operasi penting. Aku takut dia kelewat cemas lagi. Katakan padanya untuk tidak perlu cemas. Arasso? Atau nanti aku akan meneleponnya lagi.”

 

 

“TIDAK PERLU PAMAN!!!”

 

 

“Bwoh?”

 

 

CL menutup mulutnya dan menatap Minzy dan Bom, tapi kedua temannya hanya menggigit bibir.

“Maksudku, aku akan memberitahukan pada unnie. Jangan khawatir paman. Ehe… Neh… Neh… Arasso! Annyeong!” kata CL akhirnya mendesah lega bagitu ayah Dara sudah menutup teleponnya.

“F*ck!!! Kita harus segera menyelesaikan ini! Rasanya sulit menyimpan rahasia, d*mn it!”

 

 

==========

“Kita sudah mengepung seluruh area, Jiyong.” Suara TOP terdengar keras di telinga Jiyong, menandakan bahwa Jiyong sudah bisa menyusup masuk. Dengan memasukkan tangan kedalam saku hoody-nya, dia berjalan santai di gang gelap sementara pria-pria ber jas hitam rapi mulai berdatangan satu per satu. Seungri berjalan lurus dengan membawa tas, menyatu dengan keramaian sementara Daesung dan Yongbae melindungi mereka dari belakang.

 

“Kalian berdua jangan sampai menunjukkan wajah kalian, kemungkinan saja orang-orang itu sudah ada yang mengenali kalian berdua.” TOP mengingatkan keduanya karena mereka termasuk dalam tim yang dikirim untuk mengusut perampokan bank di Mapo-Gu.

Yongbae dan Daesung saling lirik, memberikan sinyal, kemudian diam-diam menyerang dua pria yang berada di sudut jalan dengan memukul tengkuk mereka. Keduanya langsung menggeledah tubuh dua pria yang baru saja mereka lumpuhkan, mencari tiket merah yang mereka perlukan sebagai kunci masuk.

 

 

“Hei…” pria berbadan tinggi dengan bekas luka di wajahnya menghampiri Seugri dan mengankat tangannya, memintanya berhenti.

“Ya?”

 

“Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, nak.”

 

“Oh, itu… Sebenarnya ini baru kedua kalinya aku kemari. Sayang sekali kamu tidak melihatku waktu pertama kali.” Kata Seungri menyeringai.

“Apa yang kamu lakukan disini?”

 

Seungri menoleh ke balakang dan melihat Jiyong memiringkan kepalanya, matanya mengamati tiga penjaga dihadapannya.

“Bos, mereka bilang dia tidak mengenali kita.” Lapor Seungri.

“Aiyoo… Ada yang ingin kehilangan kepala rupanya. Dimana tanda merahnya?” Jiyong bertanya pada Seungri.

“Bos!” Daesung dan Yongbae datang dengan tanda merah mereka.

Penjaga yang tadi bertanya pada Seungri itu merebut tanda itu dari mereka dan mengeceknya, sebelum mengangguk pada dua penjaga yang lain.

Keempat pria itu hanya bisa saling lirik saat para penjaga menggeledah badan mereka sebelum mengijinkan mereka masuk. Seungri adalah yang terakhir digeledah dan semuanya langsung mendesah lega begitu pintu dibukakan untuk mereka.

“Tunggu!!!” salah seorang penjaga memanggil dan berlari menghampiri mereka, membuat keempatnya berhenti.

“Buka tasnya.”

 

Seungri memutar bola matanya dan membuka resleting tas, mengeluarkan dua gepok uang dan melemparkannya pada si penjaga.

“Mau lagi?” tanyanya membuat orang itu menganggukkan kepala bodoh. “Kurasa sebaiknya aku memberitahukan hal ini kepada bosmu.” Tambahnya membuat ketiga penjaga ketakutan dan langsung menggelengkan kepala mereka.

“M-m-mianhe! Silakan masuk!”

 

 

 

 

“Kita tidak boleh membuang waktu!” kata Jiyong kepada yang lainnya begitu mereka melangkah keluar dari lift. “Seungri, masuklah kedalam arena dan beri kami informasi semua yang terjadi disana. Bro, kamu pergi ke sebelah sana, dan Daesung kearah sana… Aku akan mencari area VIP.” Kata Jiyong dan mereka segera berpencar.

“F*ck hyung! Hyunbin sudah berada didalam ring!” ungkap Seungri begitu dia bisa melihat dengan jelas. “Dan lawannya adalah anak yang sangat-sangat besar, yah!”

 

 

Jiyong tidak menjawab, tetap berlari kearah papan penunjuk menuju ke ruang VIP. Dia tidak perlu diberitahu. Suara komentator pertandingan cukup keras bergema diseluruh tempat itu.

“Aku sudah mengamankan ruang kendali. Mereka sangat mudah dilumpuhkan.” Kata Yongbae, dengan terengah melalui alam komunikasinya. “What’s up Dae?”

 

 

 

“Aku menemukan jalan keluar alternatif… Aku tidak tahu apa yang ada dibalik sana… Akan kucoba menghubungi TOP hyung, jadi mereka bisa masuk lewat sini.” Kata Daesung sebelum berbalik dan melihat segerombolan pria berjalan menuju kearahnya. “D*mn!” umpatnya berlari menuju ke pintu dan berusaha membukanya – tidak ada pilihan lain.

“Wae? Oh sh*t sh*t sh*t!!!” Yongbae panic begitu melihat segerombolan pria mendekat kearah Daesung melalui kamera.

“Ada masalah apa?” tanya TOP diujung satunya.

“Hyun, pergi bagian barat daya dan bawa orang sebanyak yang kamu bisa! Ada gerbang masuk disana, dan Daesung terpojok!”

 

 

=========

“Aisht, unnie, kamu keras kepala sekali!” Minzy mendelik pada Dara.

“Aku harus berada di rumah. Bagaimana kalau Jiyong tiba-tiba pulang dan aku masih berada di rumah sakit? Lagi pula, dokter Kim bilang segalanya baik-baik saja. Aku hanya perlu beristirahat, itu saja.” Kata Dara saat Joongki membantunya duduk di sofa.

“Yeah, yeah… Jiyong oppa ini, Jiiyong oppa itu… Aiyoo unnie.” CL mendecakkan bibir. “Antara kamu dan Bom unnie, aku lebih sulit berurusan denganmu. Kamu sangat keras kepala.”

 

“CL-roo…”

 

“Yeah, kamu hanya tidak ingin oppa merasa cemas, benar kan?” CL memutar bola matanya.

“Dan kamu ingin memberinya kejutan… iya kan?” lanjut Minzy.

Saat Dara bangun, dia langsung memaksa ingin pulang. Teman-temannya menentang tapi Joongki, yang tahu seberapa keras kepalanya Dara, membawa mereka ke apartemen Dara.

“Yah, Darong! Tempat tidurmu sudah siap, ayo cepat tidur.” Bommie keluar dari kamar dan memanggil Dara.

“Aiyoo, aku bukan anak kecil, kenapa kalian jadi seperti ini?”

 

“Kami tidak mau mengambil resiko!!!” teriak ketiga gadis itu bersamaan.


“Jika sesuatu terjadi padamu, semua usaha kita untuh hari H akan sia-saia!”
ungkap Bom.

“Aiyoo… Kupikir kalian peduli padaku.” Balas Dara.

“Aku… Aku… Sebaiknya aku pulang ke rumah.” Joongki menggelus tengkuknya dan tersenyum. “Ini sudah larut.” Tambahnya sebelum beralih ke Dara.

“Besok tidak ada shooting. Aku yakin co-owner DB & Co. pasti tidak masalah kalau membolos kan?” kata Joongki pada Dara.

“Neh, oppa.” Dara tertawa. “Aku tidak punya rencana untuk pergi bekerja besok. Kami sudah punya rencana, dan mungkin besok kami akan sibuk dengan hal lain.”

 

Joongki tersenyum mengerti. Dia menganggik dan mendesah sebelum berkata sekali lagi.

“Aku pergi dulu. Selamat malam.” Katanya membuat gadis-gadis itu mengangguk kepadaya.

“Hati-hati oppa!” kata CL pada sepupunya dan dia hanya bisa merasa bersimpati padanya.

==========

“AAAAAH!!!” Hyunbin meringis kesakitan saat menerima pukulan di rahangnya dari lawannya.

 

“Yah!!! Bangun!!! Jangan membuang-buang uang kami!” seru orang-orang kepadanya.

Hyunbin berpegangan pada ring dan perlahan bangkit. Lututnya gemetaran, matanya lebam, dan bibirnya bengkak karena dipukuli, tapi tidak, dia tidak mau balas memukul. Dia tahu anak itu juga sama-sama menjadi korban seperti dirinya.

“Ahjussi…” air matanya mulai mengalir merasa putus asa atas situasinya sekarang.

==========

“TOP hyung dan pasukannya sudah masuk, hyung. Kita harus bergerak cepat, Hyunbin sudah mulai limbung! Yah hyung!!!” suara Seungri bergema di telinga Jiyong.

“Kalian siap?” tanya Jiyong, memotong kabel listrik utama – membuat semua orang terkesiap kaget.

 

“Aisht!!! Kamu harusnya memberitahuku dulu! Sekarang aku jadi kebingungan di tengah kege—- OUCCCCH!!!” Seungri menggelengkan kepalanya merasakan ada orang yang memukulnya dari belakang. Dia menyikut pria dibelakangnya dan memberikan tendangan putar yang memukul tulang kering lawannya keras, berkelahi dalam gelap. “D*mn hyung, mereka menyerangku!”

 

 

“Itu akibatnya karena kamu terlalu berisik, rat!”

 

 

Suasana berubah kacau karena semua orang berhamburan dari tempat duduk mereka begitu pasukan kepolisian dari Seoul PD menggerebek masuk, mencari anak-anak yang menjadi korban dari gang.

“Hyunbin… Seungri cari Hyunbin!!!” seru Jiyong sambil berlari ke podium. Dia melihat ada lampu yang masih menyala di sebuah ruangan disudut, memberikan penerangan di seluruh arena hingga dia tahu apa yang sedang terjadi.

“DIam di tempat! Jangan bergerak!” kata Jiyong menendang pintu hingga terbuka. Yongbae berlari menghampiri dengan senjata api siap di tangan.

“Jatuhkan senjata dan angkat tangan kalian!!!” seru Yongbae pada keempat sosok dihadapannya yang patuh mengangkat tangan mereka gemetaran.

“Apa-apaan ini???!!!” alis Jiyong berkerut begitu melangkah mendekati mereka.

“Oh sialan mereka masih dibawah umur!!!”

 

 

==========

“Bro, kita kehilangan mereka!” kata Jiyong sambil melongok jarak mereka dengan mobil hitam.

“Aku tahu! Aku sedang berusaha disini!” kata Yongbae.

Keduanya tidak percaya mereka bisa dibodohi begitu saja.

Jadi gang yang satu ini benar-benar memanfaatkan anak dibawah umur demi kepentingan mereka.

Perlahan Jiyong perlahan mengeluarkan tubuhnya dari jendela mobil dan mengarahkan pistolnya ke mobil hitam didepan mereka, tapi mereka masih terlalu jauh.

“Bro, maju sedi— AAAAHH!!!”

 

Jiyong kembali masuk kedalam mobil begitu rentetan tembakan diarahkan kepada mereka.

“D*mn dimana pasukan yang harusnya melindungi kita?” Jiyong memukul dashboard sebelum kembali keluar dari jendela dan menembaki para gangster yang kabur dari mereka.

“Mereka disana, disana!!! Jiyong kita sudah dekat!!!” seru Yongbae, melakukan maneuver tajam untuk memburu mobil kejaran mereka. Jiyong terus menembak, mengarahkan pada ban mobil, namun gagal.

“AISHT!!! AKU BISA KARATAN KALAU BEGINI, D*MN*T!” katanya. Dia mencoba kembali menembak dan kali ini berhasil mengenai ban, membuat mobil terbanting dan hilang kendali, terlempar menabrak tiang beton di pinggir jalan.

“Aiyoo… Akhirnya tertangkap juga!” kata Yongbae, melompat turun dari mobil.

Jiyong berbalik dan melihat mobil polisi lain dari Seoul PD sampai dan tidak bisa merasa tidak cemas saat hanya Seungri dan TOP yang kelihatan, tapi langsung mengenyahkan pikiran negatifnya. Dia masih bisa bertanya nanti. Mereka harus menahan para penjahat sebelum menyelesaikan kasus ini.

==========

“Oppa… oppa…” Eunbi memanggil Hyunbin, mencoba membangunkannya yang tertidur di ranjang. “Oppa…”

 

 

“Hei gadis kecil, oppamu masih tidur. Dia baik-baik saja… Jangan cemas.” Kata Daesung mengelus rambut gadis itu.

“Aku bermimpi tentang oppa. Aku sangat takut.”

 

“Dia sudah aman sekarang… Kalian sudah aman, Eunbi-yah.” Daesung menenangkan gadis kecil itu lalu menggendongnya. “Sekarang berhenti menangis, arasso? Kita tidak mau membangunkan oppa-mu, kan?”

 

Eunbi mengangguk dan menghapus air matanya sebelum memeluk Daesung.

==========

Mata Dara terbuka begitu hidungnya mencium bau yang familiar.

Dia duduk dan menyipitkan mata karena penerangan kamar mereka yang minim, melihat Jiyong duduk di tepi ranjang dengan hanya berbalut handuk dan air masih menetes dari rambut basahnya ke badan.

“Ji?” perlahan dia bergerak maju dan mengalungkan kedua lengannya ke leher Jiyong, memeluknya dari belakang, tidak peduli dengan tubuhnya yang masih basah.

“Hei…” katanya memegang tangan Dara, mengelusnya dan menciumnya. “Bagaimana kabar baby-ku?”

 

 

Dara tersentak mendengar perkataan Jiyong. Dia menggigit bibirnya untuk menahan diri agar tidak membocorkan kejutan mengenai ‘baby’ lain yang sekarang sedang tumbuh dalam rahimnya.

“Jagiya?”

 

“N-n-eh?”

 

“Aku bertanya padamu… Bagaimana harimu?”

 

“B-b-aik… Tapi jauh lebih baik sekarang, setelah kamu disini. Aku sangat cemas tadi.” Kata Dara memperat pelukannya pada Jiyong.

“Aaaacck!!! Sulit… Bernafas… babe…”

 

“Omo! Maafkan aku!” kata Dara langsung menarik diri. Jiyong hanya tersenyum dan berbaring.

“Aiyoo, itu tidak apa-apa baby. Kemari.” Katanya membuka lengan untuk baby girl-nya.

Dara tersenyum dan membaringkan tubuhnya diatas Jiyong, menikmati kehangatan saat keduanya sedekat ini, setelah semua yang terjadi sejak kemarin.

“Ji, apa kamu sempat melihat Bom, CL, dan MInzy tadi?” tanya Dara begitu ingat mereka berencana menginap disini.

“Neh… Yang lain datang bersamaku tadi dan CL memutuskan untuk menginap di apartemen sebelah milik Seungri sementara Daesung mengantarkan Minzy pulang. TOP hyung tentu saja membawa Bom noona pulang. Kenapa mereka disini, ngomong-ngomong?” tanya Jiyong.

“Oh itu… Itu karena kami sedang mengerjakan sebuah proyek… benar… hehe…”

 

“Berhenti bekerja terlalu keras babe, aku merasa sedih setiap kali kamu melakukannya.”

 

“M-m-aaf… Hmm… Ji…”

 

“Hmmm?”

 

“A-a-pa kamu masih marah soal… Joongki oppa?”

 

 

Jiyong mendesah sebelum menjawab pertanyaan Dara. Dia hampir lupa tentang si b*j*ng*n itu, pikirnya.

“Ani… Itu hanya karena aku melihat berita tentang kalian, dan bahkan aku sudah selesai menonton acaramu. Aku merasa iri jagiya… Kupikir dia menghabiskan waktu lebih banyak denganmu daripada aku… dan seperti yang kubilang semalam, baby percayalah padaku… dia menyukaimu lebih dari sekedar—“

 

“Tapi apa itu jadi masalah?”

 

“Hmm?”

 

“Apa itu jadi masalah jika dia menyukaiku? Aku juga menyukainya, ya…”

 

 

“YAH!” suara Jiyong meninggi dan bangkit duduk, membuat Dara kaget dengan reaksinya.

 

“Biarkan aku menyelesaikannya dulu, bisa kan? Maksudku, aku menyukainya sama seperti aku menyukai Teddi dan Se7en oppa.. Aku menyukainya sebagai teman… sebagai kakak laki-laki. Tidak lebih dari itu, Jiyong. Jadi kumohon, berhenti membencinya.”

 

 

“Siapa tahu dia mengambil kesempatan darimu. Dara kamu it u terllau naïf untuk menyadari tentang hal seperti itu.”

 

“Yah!” Dara ikut-ikutan duduk dan menatap Jiyong.

“Omo!  Mukamu memar!” kata Dara begitu menyadari setelah melihat muka Jiyong dari dekat.

“Oh jangan dipikirkan. Para b*j*ng*n itu mencoba melawan meskipun sudah terkepung. Aku tidak memperhatikan tadi karena pikiranku teralihkan.”

 

“Oleh?”

 

“Kamu.”

 

Dara memutar bola matanya dan mendecakkan lidah. “Dasar gombal, Jiyongie… Aiyoo.”

 

 

“Tapi kamu suka, kan?” Jiyong menaik-turunkan alisnya pada Dara.

“Berhenti melakukan hal seperti itu, kamu kelihatan seperti orang bodoh!”

 

“Si bodoh yang imut… Yang seksi, benar kan Jagiya?”

 

“Pscht! Yang besar kepala, itu dia!” Dara tertawa dan mencoba menjauh tapi Jiyong memeluk pinggangnya dan membawanya kembali berbaring.

“Baby, tetap seperti ini, kumohon. Aku merindukanmu…” Dara hanya bisa tertawa atas sikap kekanakan Jiyong saat ini. Dia membuang pandangan dan tertawa sebelum kembali menatap prianya itu, menangkup wajahnya dan menciumi lebam di atas bibirnya.

“Oh boy… Ini adalah pengobatan yang paling manis.” Kata Jiyong memejamkan matanya, merasakan bibir manis Dara sanggup melakukan keajaibannya tersendiri pada bibir Jiyong.

Oh lupakan tentang Joongki, pikirnya. Dia perlu banyak dosis dari jagiya-nya sekarang.

==========

“BWOOOOHHHH!!!” Seungri tersedak kopi panasnya keesokan paginya, kemudian memukuli dadanya keras, mencoba bernafas. Dia berdeham sebelum berbicara sekali lagi, tapi CL sudah balas berteriak padanya.

“BISAKAH KAMU DIAM!!! AISHT!!!” CL memukul pundak Seungri dan berdiri dari tempat duduknya.

“Tapi… Tapi… Yah! Katakana sekali lagi! Aku sama sekali tidak bisa mempercayainya!” kata Seungri mengikuti CL ke ruang tamu.

“Dasar bodoh! Kubilang Dara unnie akan melamar Jiyong oppa pada hari jumat dan aku membutuhkan bantuanmu, jadi lakukan seperti yang kukatakan! Arasso???”

 

“TIDAK BISA BEGITU KITTY CAT!!!”

 

 

“W-w-ae?”

 

 

“Karena Jiyong hyung akan melamar pada hari sabtu!!!”

 

 

==========

“Aku minta maaf karena menelepon pagi-pagi… Bagaimana keadaan Dara?”

 

Jiyong mendelik tidak percaya pada pria dihadapannya. Dia kurang tidur dan Joongki meneleponnya pagi-pagi, memintanya bertemu di kafe terdekat. Dia bahkan sampai harus membuat alasan pada Dara, karena tidak ingin gadisnya tahu dia bertemu dengan Joongki. Dan sekarang pria itu menanyakan tentang Dara dengan entengnya.

“Hyung, katakan terus terang saja. Aku sama sekali tidak punya keinginan menjawab pertanyaanmu jika itu menyangkut tentang Dara.”

 

 

Joongki menggigit bagian dalam pipinya dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. “Sayang sekali, aku datang kemari untuk membicarakan tentang Dara.”

 

“Hyung…”

 

“Kamu benar… Selama ini kamu benar. Aku menyukainya… well kupikir itu bahkan terlalu meremehkan.”

 

 

Jiyong memejamkan matanya dan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan. “Sekarang akhirnya kamu bicara selayaknya pria!”

 

“Jiyong dengar…”

 

 

“Tidak, kamu yang harus mendengarkanku hyung.” Jiyong memajukan badannya menyeberangi meja. “Mundur.” Kata Jiyong menunjukkan jarinya pada Joongki. Dia lalu pergi dari sana secepatnya, keluar dari kafe.

Joonki menggebrakkan tangannya ke meja karena frustasi sebelum berdiri dan mengikuti Jiyong ke parkiran mobil.

==========

“Hei… Aku masih berbicara padamu.” Joongki menahan pundak Jiyong dan memaksanya berbalik, tapi malah disambut oleh sebuah pukulan di wajahnya.

“AAAAGHHH!” Joongki terpental dan menahan rahangnya. “Apa-apaan kamu!”

 

Joongki berdiri dan meninju Jiyong, kali ini mengenai lengannya. Jiyong lalu mengikuti dengan pukulan lain di wajah membuat Joongki kembali terjatuh ke tanah.

“Terima itu, dasar pengkhianat! Kamu tidak akan pernah bisa memiliki Dara, arasso? Huh!!!” kata Jiyong, kembali mendaratkan pukulan di wajah Joongki.

Kali ini Joongki tidak melawan. Dia menerima rasa sakit menjalari sistemnya, agar membangunkannya dan membuatnya sadar bahwa pertarungan telah berakhir dan dia telah kalah. Tapi dia sanggup melakukan banyak hal untuk Dara.

Dia tidak akan pernah membiarkan Dara merendahkan diri seperti itu.

“Kamu… tidak… tahu… betapa… beruntungnya… kamu… memiliki… Dara!” kata Joongki disela-sela nafasnya. “Aku tahu sesuatu yang tidak kamu ketahui, dasar b*j*ng*n!”

 

 

Jiyong berhenti memukuli Joongki dan menariknya berdiri tegak, menarik kerah kemejanya.

“Apa yang kamu katakana?”

 

 

Joongki menyeringai, meludahkan ludah bercampur darah dan mengusap wajahnya yang kini berubah babak belur.

“Aku menghormatinya… sebagai seorang wanita…”

 

 

“YAHH!!!” Jiyong baru akan kembali menyerangnya sekali lagi tapi Joongki mengatakan sesuatu yang membuat dunia Jiyong berhenti berputar.

“Dara berniat melamarmu, dasar bodoh!”

 

 

“Bwoh?”

 

 

“Jumat malam… di restoran Minzy dan Daesung… dia akan melamarmu karena kamu terlalu lamban dan dia berpikir kamu tidak punya rencana untuk segera menikahinya!”

 

 

“I-itu tidak benar.”

 

 

“Itu benar… kuharap itu pun tidak benar, dasar *ssh*l*! Dia bahkan menunjukkan cincin jutaan dolar kedepan wajahku. Apa kamu memang layak mendapatkannya? Kamu akan segera menjadi seorang ayah dan kamu malah tidak memberinya perhatian!!!”

 

 

Jiyong mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepala, tidak bisa mencerna perkataan Joongki.

“B-b-b-woh? A-k-ku? Seorang ayah?” Jiyong berdiri membeku di tanah, mulutnya ternganga tidak percaya.

“Dia pingsan kemarin… Dan harusnya kamu yang berada disisinya, iya kan? Dara meminta hal itu dirahasiakan… Dia bilang dia ingin memberimu kejutan. Semua yang dia lakukan, semua yang dia pikirkan, itu selalu tentangmu lebih dulu dan kamu masih merasa tidak aman? D*mn you Jiyong! Just d*mn!!!”

 

 

 

Jiyong memejamkan mata karena bingung. Berapa lama dia tidak berada disisi Dara? Sejak kapan Dara merencanakan ini semua?

Dan Dara… dia sedang hamil…

Dia sedang mengandung… Anak mereka.

Jiyong tidak menyadari air mata mengalir turun dari matanya. Dia tersenyum dan menghapus air matanya. Dia mendekat kearah Joongki dan kembali mencengkeram kerah kemejanya lagi.

“Kamu tidak sedang bercanda, kan?”

 

 

“Apa menurutmu aku akan membiarkanmu memukuli wajah tampanku hanya untuk candaan? Sama sekali tidak bisa dipercaya!”

 

 

Jiyong menggigit bibirnya untuk menahan suara tawanya, tapi gagal, sehingga…

“Yah, yah!!! Jangan berani-berani Jiyong, aku bersumpah aku—“

 

 

 

“KYAAAAHAHAHAHA!!! AKU AKAN MENJADI SEORANG AYAH!!!” Jiyong melompat-lompat senang.

“Oh f*ck!” Joongki menutupi wajah babak belurnya karena malu.

“Apa dia masih bisa lebih gila lagi?” Joongki mengintip dari sela-sela jarinya, melihat Jiyong bertindak seperti orang gila.

“YAH, YAH, AHJUMMA! HYUNG BILANG AKU AKAN SEGERA MENJADI SEORANG AYAH!!! HAHAHAHA!!! KWON KECIL-KU AKAN SEGERA HADIR!!!” Jiyong berbicara kepada seorang ahjumma yang kebetulan lewat dihadapan mereka, seperti seorang pria gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Joongki menggeleng-gelengkan kepala dan berjalan menjauh, menuju ke mobilnya saat Jiyong menyadari hal itu.

“Yah hyung!”

 

 

“Apa lagi sekarang???”

 

 

“Yah, kamu pikir kamu mau pergi kemana?”

 

 

“Pulang? Apa, kamu ingin aku menontonmu hilang akal di tempat ini sepanjang hari?”

 

 

“Ani… Kamu tidak boleh pulang.”

 

 

“Yah. Sudah cukup aku berurusan denganmu hari ini! Apa yang sebenarnya sedang kamu bicarakan?”

 

 

 

“Kamu akan membantuku mempersiapkan lamaranku dengan yang lain.”

 

 

“BWOOOH???”

 

 

==========

A/N:

Aiyoo… Mianhe untuk update-an yang memalukan ini, kadang aku berpikir, kenapa aku masih punya pembaca setia… TT_TT

 

Tapi tentu saja aku sangat menghargai segenap pembaca yang mendukung sejak Ahjumma Next Door, dan berlanjut ke sequel yang gila ini. Terima kasih untuk yang sudah memberikan komentar dan mendongkrak kepercayaan diriku dalam menulis dan juga memberiku inspirasi untuk terus melanjutkan.

 

 

Tinggal dua chapter lagi… Entah harus merasa sedih atau senang TT_TT

 

Terima kasih semuanya… Sampai ketemu di dua chapter terakhir!

 

 

silentapathy

para pengguna twitter follow aku >> @silentapathy18

 

……………………………………………………………..

Tbc…

<< Back Next >>

56 thoughts on “The Couple Next Door [Chapter 18] : His Mission

  1. Kasian bgt hyunbin smpe babak belur gtu, demi m’bantu ji oppa dkk agar ayah’a bsa bebas krn prmpok sbnr’a bakal k’tangkep,
    Ji oppa kaya org gila saking seneng’a,,
    Hihihi 😀
    Selamat oppa kau akan jd s’org ayah

  2. Weh orang gila yg tampan😄 yaahh, dibocorin deh rahasianya dara unnie, padahal dara unnie mau kasi kejutan ke jiyong oppa😁 yaaa biarin jiyong oppa aja yg ngelamar dara unnie, joongki oppa bantuin yaaa.

Leave a comment