HELLO BITCHES [Part. 14]

20_zps785da780

Author: Zhie | Main Cast: Sandara Park (2Ne1), Kwon Jiyong (Bigbang) | Support Cast: Lee Junki (Actor), Goo Junhee (Actress), All Member 2Ne1, All Member Bigbang, Lee Soohyuk (Model), Kwon Dami, Kim Yoojung (Actress) a.k.a Choi Yoojung, Gummy | Genre: Romance, Adult| Rating: NC-17 (Maybe 😛 | Lenght: Series

 

Matahari pagi telah bersinar, Dara dengan malas membuka matanya- ia mengerjap- menyadari bahwa kini ia tak lagi berada di apartemennya.

“Hooooammm, ini aneh. Aku tak melakukan apapun semalam… tapi kenapa aku merasa lelah?” Dara bergumam dengan sesekali meregangkan badannya, ini tak biasa baginya. Tidur lebih awal malah membuat badannya benar-benar tak fit sekarang.

Dengan langkah gontai ia pun keluar kamar, dan ia mulai mendesah- mengingat tak ada Bom Cs yang menyambutnya.

“Huft. Sepinya.” batinnya mulai menelusuri apartemen dan terhenti di depan kamar pria yang telah membeli waktu dan statusnya untuk beberapa waktu ke depan.

Tok… tok… tok…

Dara mengetuk kamar Jiyong, namun tak ada jawaban.

“Ya! Jiyong… kau ada di dalam? Apa kau sudah bangun? Aku lapar- buatkan aku sesuatu.” panggil Dara- tetap tak ada jawaban, “Aigo. Apa dia masih tidur?” batinnya kali ini seraya memegang knop pintu kamar Jiyong- membukanya, tak terlihat siapapun di sana.

Namun saat ia berniat kembali menutupnya- pintu kamar mandi  yang ada di kamar itu terbuka, dan terlihatlah sesosok pria yang hanya mengenakan handuk untuk menutupi bagian pinggang ke bawahnya sementara tubuh bagian atasnya- dibiarkan terekspos sempurna, tengah menunduk- mengusap kasar rambutnya yang basah.

“Omo!” pekik batin Dara seketika menutup kedua mulutnya untuk tidak berteriak tapi tidak dengan kedua matanya yang kini malah terbuka lebar- menatap fokus ke dada bidang yang begitu menggoda iman, sementara Jiyong yang belum menyadari kehadiran Dara dengan santainya melepas handuk yang melilit erat di pinggangnya hingga akhirnya ia berbalik dan melihat sosok yang terpaku di pintu kamarnya yang kini setengah terbuka.

Jiyong tersentak, meraih kembali handuknya- mengeratkannya, dan… “YA! APA YANG KAU LIHAT, DARA???”

Jiyong Pov

Cih! Sungguh mengejutkan disaat kau harusnya dapat mengawali aktivitas pagimu dengan tenang namun ada seseorang yang dengan mudah mengacaukannya.

Sigh.

“Apa itu masih lama? Aku lapar.” cuap Dara mulai terdengar- membuatku kembali menatap tajam padanya.

“Diamlah, maka aku akan dengan cepat menyelesaikannya.” jawabku tegas, terlihat ia mengerucutkan bibirnya.

“Mengapa kau marah padaku, hah? Itu salahmu sendiri karena tidak menguncinya.” ucapnya kemudian dengan ekspresi yang datar.

Aku pun berdecak- tak habis pikir dengannya, “Tapi bukan berarti kau dapat membuka itu seenaknya, Dara… bagaimana jika saat itu aku tidak menggunakan apapun, hah?” sungutku akhirnya- merasa beruntung karena sebelumnya aku telah mengenakan celana dalam.

“Cih! Maka itu artinya aku dapat melihat naga kecil, bukan?”

WHAAATTT??? Apa dia bilang? Naga kecil?

“YA!!!”

Ia terkekeh, “Waeyo? Aku hanya berniat membangunkanmu tadi. Aku juga tak melewati batas teritorial yang kau buat, kan? Jadi harusnya itu tak masalah.” ucapnya kini dengan pembelaan.

Aku pun kembali melihatnya, dan ia membalas tatapanku padanya sekarang. Sejenak aku menghela nafas panjang… “Tak usah memiliki niat untuk membangunkanku lagi, Dara. Aku selalu bangun tepat waktu jadi tak lagi melakukannya, neh.”

Ia terdiam sesaat, dan mengangguk setelahnya… “Ok. Kalau itu yang kau mau, lagipula aku juga sudah sering melihat yang seperti itu, jadi sudahlah… walaupun sangat disayangkan aku gagal melihat milikmu hari ini, tapi mungkin aku bisa melihatnya lain kali.” ucapnya lagi tak lepas dari cengiran yang membuatku hanya mampu menghela nafas panjang- menahanku untuk tak menumpahkan segala makianku padanya.

“Teruslah bermimpi, Park Sandara.” ucapku akhirnya, disusul seringai yang terlihat jelas dari wajahnya.

“Neh… dan sudah seharusnya untukku mewujudkan mimpi itu, Kwon Jiyong.” balasnya membuatku lagi-lagi hanya mampu berdecak.

Dara Pov

Kini aku tengah menikmati sarapan yang telah dibuat oleh pria suci- Kwon Jiyong, tapi jujur… aku benar-benar tak bisa menyembunyikan senyumku setiap kali melihatnya. Sungguh lucu mengingat bagaimana ekpresinya saat aku tak sengaja melihat sesuatu yang merupakan bagian dari masa depannya, walaupun itu telah tertutup- tapi tetap saja… kau bisa membayangkannya, bukan?

Ke ke ke.

“Ya! Jangan menakuti, Dara. Senyummu itu benar-benar membuatku tak bisa makan dengan tenang.” sungutnya kemudian.

“Aigo. Apa tersenyum pun aku tak bisa? Kau telah melarangku untuk banyak bicara, Kwon Jiyong… jadi paling tidak kau membiarkanku untuk ini. Cih.” balasku tak akan kalah darinya, dan saat itu ponselnya berbunyi.

“Ne. Yeobseyo… ah, araesso. Aku akan segera datang.” ucapnya saat menerima panggilan yang masuk- kurasa.

“Wae?” tanyaku saat melihat ia tiba-tiba menyudahi makannya.

“Ada panggilan mendadak dari agensi.”

“Ah.” gumamku- mengangguk.

Terlihat ia kembali masuk ke kamarnya dan keluar telah siap dengan setelan sporty nya.

Yup. Itu keren.

“Dara. Aku pergi, neh.” pamitnya- membuatku menghentikan makanku seketika.

“Ah. Tunggu, Jiyong.”

Segera aku berlari kecil menuju ke arahnya yang telah menggapai pintu.

“Wae-” Ia berbalik dan…

Cup

Dengan cepat aku mendaratkan ciuman itu di bibirnya- membuatnya kembali membulatkan mata.

Aku pun tersenyum, “Pulanglah lebih awal. Bukankah ini yang harus dilakukan dan dikatakan sepasang kekasih yang tinggal bersama?”

“Mwo?”

“Hanya membiasakannya, Jiyong. Kita harus melakukan ini dari sekarang agar itu terlihat natural.” ucapku menjelaskan, “Lagipula itu bukanlah sesuatu yang intimkan? Itu hanya kecupan singkat- atau… kau ingin sesuatu yang lebih, neh.” lanjutku dengan sengaja memperlihatkan senyum menggodaku padanya, namun terdengar helaan nafas panjang darinya.

“Ya! Berapa kali kukatakan- berhenti untuk menggodaku, Dara. Itu tak akan berhasil, araesso?” ucapnya kemudian- kembali menggapai pintu, dan menghilang di baliknya.

Aku mencibir, “Cih. Kita lihat- sampai kapan kau akan mampu bertahan, Jiyong… atau dugaanku semua orang benar, kau bukanlah pria yang normal.” batinku kembali berucap dan saat itu aku mendangar suara ponselku berbunyi, “Omo. Dimana dia?” dengan cepat aku menuju ponselku yang masih tergeletak di meja makan. Ah. Bommie!

.

.

.

Bag… bug… bag…

bug… bag … bug…

“Oppaaaaaa… oppaaaaa… !!!“ Seorang yeoja tengah berusaha membangunkan pria berambut biru dengan seluruh tenaganya memukul dan menendang pintu yang terkunci dan hingga kini masih berdiri kokoh di hadapannya, “Bangunlah Oppaaaaaaaaa… coba lihat rambutku, ini akan menjadi bencana. Hiks.” ucapnya mulai terisak.

Pria berambut biru- Choi Seunghyun a.k.a Top yang sedari tadi berusaha mengabaikannya, akhirnya pun menyerah.

“Argghhh! Apalagi kali ini?” batinnya mulai berucap, “Wae?” tanyanya saat pintu itu telah terbuka tapi sedetik kemudian ia tersentak… “Omo! Yoojung-ah, apa yang terjadi dengan rambutmu?” pekiknya kali ini benar-benar terkejut dengan rambut adiknya yang telah berubah dengan berbagai warna.

Tangis Choi Yoojung pun pecah, “Huwaaaaaaaaaaaaaaaaa. Oppaaaa… aku- aku hanya mencobanya, aku melihat di youtube- menirunya, agar itu terlihat lebih keren tapi ini tak berhasil Oppaaaa… ottoke?” ucapnya disela tangisnya yang semakin menjadi-jadi membuat Top memijat pelipisnya pelan- adik perempuannya itu selalu berhasil memberinya sakit kepala.

Sigh

“Kajja. Kita pergi ke salon sekarang.” ucap Top akhirnya.

“ANDWAE!!!” Yoojung dengan tegas menolaknya.

“Wae?”

“Ini memalukan Oppa, bagaimana kau bisa memintaku pergi keluar dengan kondisiku yang seperti ini?” ucap Yoojung mulai mendramatisir sekarang dan itu berhasil membuat Top kembali mendesah- berusaha keras menahan emosinya yang kini telah memuncak.

“Ya! Yoojung-ah, kita harus pergi kesana untuk memperbaikinya. Apa kau mau tetap seperti itu, hah?”

“ANIO, OPPAAAA!!!” Yoojung kembali merengek- membayangkan rambut berwarna pelangi itu yang akan menghiasi hari-harinya.

“Karena itu… kajja.” Top meraih tangannya, namun dengan cepat Yoojung menepisnya… “YA!” bentak Top tanpa sadar- berhasil membuat Yoojung membeku seketika dan untuk kesekian kali Top selalu merasa bersalah karenanya. Akhirnya ia pun menghela nafas panjang, “Yoojung-ah. Apa yang bisa kulakukan untukmu, eoh?” Top bertanya dengan lembut kali ini- bagaimana pun tak bisa dipungkiri, ia begitu menyayangi adik perempuan satu-satunya itu, walaupun Choi Yoojung terkadang berhasil menghisap habis seluruh kesabarannya namun pada akhirnya ia akan kembali mengalah- Yeah, itulah  sifat dasar dari seseorang kakak.

“Hanya membelikannya, Oppa.” jawab Yoojung kemudian, setelah lama ia terdiam.

Top mengerutkan keningnya, “Mwo?”

“Membelikanku pewarna rambut yang netral- aku hanya butuh itu. Jadi pergilah sekarang, Oppa… jangan membuatku menunggu lama. Araesso?” ucap Yoojung kemudian seraya berbalik- pergi- meninggalkannya, dan tepat saat itu cengiran nakalnya kembali terlihat.

Sementara Top- tak lagi mampu untuk berkata-kata… Choi Yoojung telah berhasil kembali memanfaatkannya.

.

.

.

Bom Pov

“Ehm… ehm… ehmm… yang mana yang harus aku pilih?” gumamku bingung dengan dua bra yang kini berada di tangan kanan dan kiriku, aku kembali melihat pada penjaga minimarket wanita yang kini memang berada di hadapanku- menungguku untuk mengambil keputusan, “Hei. Menurutmu mana yang cocok untukku?” tanyaku padanya dengan menempelkan kedua bra itu di dadaku secara bergantian.

“Ah. Itu-“ Menunjuk bra berwarna hitam dengan model renda di tangan kiriku, “Itu kurasa tak akan pas untukmu, itu terlalu kecil Eonni dan tak ada lagi ukuran besar yang tersisa. Jadi mungkin kau harus memilih yang satunya.” lanjutnya kemudian menunjuk bra dengan warna merah di tangan kananku, aku pun kembali memperhatikannya– menimbang-nimbang– mengamatinya dengan seksama lalu akhirnya… “Ah. Aku baru sadar telah memiliki keduanya, jadi ini- ambilah… aku tak jadi untuk membelinya.” ucapku dengan acuh- memberikan dua bra itu kembali padanya, dan berlalu pergi meninggalkannya. Bisa kupastikan makian indah kini tengah tertahan ditenggorokannya, namun aku tak perlu memperdulikannya bukan? Karena pembeli wanita adalah seorang ratu di toko manapun ia berada. Ke ke ke…

Langkahku kini kembali terhenti, mengingat-ingat apa sebenarnya yang ingin kubeli… “Ah. Pewarna rambut, hanya itu yang kuperlukan.” ucapku menuju stand dimana itu berada- aku telah bosan dengan rambut merah yang membuat image ku sangat liar, jadi aku berniat mengubahnya dengan warna netral sekarang.

“Ck… ck… bagaimana aku mengambilnya?” ucapku mendongak, karena apa yang kuinginkan berada jauh di atas sana- menyesal aku tak memakai heels 15 sentiku karena dengan heels 5 senti yang kupakai sekarang- itu sama sekali tak berguna…

Sigh

Aku menghela nafas panjang, “Kau harus melompat Bom, yakinlah hanya dengan satu lompatan kau dapat meraihnya.” batinku- meyakinkan.

Satu

Dua

Tiga

Dan…

Hup. Lompat.

“KYAAAAA!!!” Kakiku tergelincir dan kusiapkan diri untuk merasakan sakit yang pastinya akan kurasakan tapi… “Omo.” Aku tak merasakan apapun- seketika aku kembali membuka mataku yang secara reflek telah menutup, bahkan aku tetap berada pada posisiku- aku masih berdiri sekarang… hanya bedanya seseorang telah membuatku bersandar sementara satu tangannya telah berada dipinggangku- membantuku untuk kembali mendapatkan keseimbangan.

“Kau baik-baik saja?” suara yang begitu berat namun terdengar sexy  itu kembali menyadarkanku.

“Ah. Ne, gwaenchana.” jawabku akhirnya, dan terlihat ia mengarahkan tangannya yang lain untuk mengambil apa sebelumnya yang ingin kuambil- itu hanya tinggal satu-satunya… “Gyaaahhh! Betapa baiknya ia.” batinku kini bersorak, “Aigo. Gomawo, kau telah mengambilkannya untukku.” seruku akan meraih pewarna rambut itu darinya namun dengan cepat ia kembali mengangkat tangannya tinggi.

“Aku tidak mengambilkannya untukmu, nona.” ucapnya kini- membuatku mengerutkan keningku.

“Mwo?” Seketika aku pun berbalik untuk melihatnya dan… “YA!” Bola mataku hampir keluar saat melihatnya- melihat pria berambut biru dengan tampang bingu nya yang masih kuingat jelas, kini tengah memperlihatkan seringainya- membalas tatapanku dengan penuh kemenangan. Cih! Apa-apan dia, hah? Kenapa aku bisa kembali bertemu dengannya. Sialan! Ia pastinya masih memiliki dendam, bukan?

“Kau juga menginginkan ini?” tanyanya kemudian menggoyang-goyangkan sekotak pewarna rambut itu tepat di depan mataku.

Aku pun menggeram kesal, “Apa maksudmu juga, hah? Aku yang melihatnya lebih dulu. Jadi berikan- berikan itu padaku, rambut alien.” ucapku benar-benar tak rela jika ia yang memilikinya- tidak, untuk kalah dari pria yang telah masuk daftar hitam di buku harianku dengan caption Pengganggu Bom.

“Omo. Siapa yang kau maksud dengan rambut alien, nona? Aku?” Ia menunjuk dirinya sendiri tak percaya, dan akhirnya tergelak… “Kau menderita rabun ayam sepertinya, ini warna yang tengah menjadi trend sekarang… dan itu sangat berbeda dengan rambut berwarna merahmu yang kusam, kau seperti- ehm… Chimcar-?”

“Mwo? Chimcar? Apa itu, hah?” tanyaku yang bahkan tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan- aku benar, bukan? Ia memang berasal dari planet antah berantah. Cuih- menyedihkan.

“Itu sejenis hewan lucu yang pandai melompat kurasa, benar-benar mirip denganmu… kau akan terkejut bila mengetahui apa dia.” ucapnya masih dengan senyum memuakannya.

“Ya! Aku tidak perduli dengan apapun yang kau sebutkan untukku, hanya- memberikan kembali itu padaku.”

“Memberikan ini? Padamu? Owh… mengapa kau begitu berharap, nona?” ucapnya dengan nada paling menyebalkan yang pernah kudengar, terlihat ia kini berjalan mendekatiku- membuatku tersudut- meletakkan ke dua tangannya di setiap sisiku… hingga dipastikan aku tak dapat menghindar. Wajahnya benar-benar begitu jelas- entah mengapa itu berhasil membuatku sulit bernapas sekarang.

Glek

“Ya… ya… ya… apa yang kau lakukan, hah? Tak sadarkan dirimu ini di mana? Kau akan membalasku? Apa kau ingin aku berteriak hingga membuatmu menjadi tersangka sebagai pria mesum yang gila?” rutukku kemudian saat ia tak juga melepaskan tatapan intens nya padaku, namun sedetik kemudian… ia membuatku membeku dengan sentuhannya yang tiba-tiba dipipiku- menelusuri leher jenjangku- berlanjut dibahu dan juga tanganku, lalu…

Grap

Mwo? Aku tersentak- tersadar ia tengah mendapatkan dompet yang sebelumnya berada di tanganku.

“Kau memiliki uang yang cukup untuk membayar pewarna rambut ini.” selorohnya kemudian mengambil beberapa lembar won dari dompetku dan melemparkannya kembali kemudian.

Dengan sigap aku menangkapnya.

“Uruslah kembali dirimu sendiri, Nona Chimcar… karena aku bisa menebak kau pasti telah sedikit basah di sana.” ucapnya membuatku membulatkan mata saat tahu kemana arah matanya tertuju sekarang.

SHIT! BAJINGAN! BRENGSEK! PERVERT! SIALAN! GYAAAHHHH!

Makianku telah terkumpul sempurna sekarang, ditambah seringainya yang seketika membuat tanganku mengepal, terlihat ia tersenyum puas- berbalik- beranjak pergi dengan santainya.

Tapi tunggu…

Bukan Bom namanya jika membiarkannya pergi semudah itu, dan akhirnya… aku meraih apapun di sampingku dan melemparkan itu tepat padanya.

Dug

“YEAH! 100 Point!” batinku saat itu dengan tepat mengenainya kepalanya, beruntung itu hanya sekotak tissue hingga ia tak perlu mendapat memar di sana.

Namun kini ia kembali berbalik- melihat ke arahku dengan mata berapi-apinya, melipat kedua lengan bajunya dan kini meraih sekotak tissue yang lebih besar di sampingnya.

Aku pun berdesis.

Cih. Ia pikir aku takut? Ayo kita buktikan, siapa yang harusnya kalah sekarang.

.

.

.

Dara dengan tergesa, keluar dari taksi setelah membayarnya- ia cukup terkejut saat Bom tiba-tiba menelponnya mengatakan bahwa ia membutuhkan jaminan agar ia dapat segera bebas.

“Omo. Apa yang sebenarnya terjadi, hah?” batin Dara, terlihat kekhawatiran yang sangat di wajahnya… karena mereka pernah mengalami itu sebelumnya- mengalami saat dimana mereka terjebak oleh lintah darat dan perlu waktu yang cukup lama untuk bisa terlepas dari mereka.

Drap… drap… draap…

Dara menambah kecepatannya saat pintu sebuah minimarket yang ia tuju mulai terlihat, namun langkahnya seketika terhenti saat ia berpapasan dengan pria yang baru tadi pagi mendapatkan ciuman singkat darinya.

“Mwo? Jiyong? Kau di sini? Wae?”

“Kau juga? Kenapa ada di sini, Dara?”

Mereka saling menatap bingung sekarang, namun sedetik kemudian…

“DARA! CEPAT KEMARILAH.”

“YA! JIYONG! BEBASKAN AKU, PPALI!”

Mereka menoleh ke asal suara, dan saat itu terlihat tak jauh dari mereka- seorang wanita dengan rambut merahnya yang kini berantakan dan seorang pria rambut biru yang kini tak lagi berbentuk, tengah disandera oleh dua orang petugas keamanan yang masing-masing memegangi mereka.

“Bommie-yah.”

“Top Hyung?”

Dengan masih menatap bingung, Jiyong dan Dara pun segera menghampiri mereka.

Dara Pov

Aku tak percaya dengan apa yang kudengar, Bom dan teman Jiyong yang bernama Top itu membuat kekacauan di minimarket- mereka membuatnya sebagai arena pertempuran hingga akhirnya mereka menghancurkan beberapa barang.

Sungguh aku tak mengerti dimana akal sehat mereka, bukankah itu kekanak-kanakan ditambah penampilan mereka kini lebih terlihat- Ah. Aku tak mampu mengungkapkannya.

Flashback

“Jadi, kalian sebagai penjamin mereka?” tanya manajer di minimarket tersebut- menatap Dara dan Jiyong bergantian.

“Neh.” Jiyong menjawab tegas, sementara Dara hanya mengangguk- mengiyakan.

“Kalian tahu- berapa kerugian dari yang mereka timbulkan? Dan mengapa aku sampai meminta penjamin untuk kebebasan mereka? Itu karena aku masih berbaik hati tak mengirim mereka kekepolisian lagipula bukankah ini sulit dipercaya… alasan mereka awalnya memulai pertengkaran hanya karena- ini.” Manager minimarket tersebut pun mengeluarkan sekotak pewarna rambut yang tak terlalu mahal sebenarnya tapi itu ternyata dapat memberikan dampak yang cukup besar bagi ke dua rekan mereka, Jiyong dan Dara pun kini hanya mampu menghela nafas panjang- berusaha kembali mencerna- dan kembali memahami situasi yang ada.

“Jadi, berapa yang harus kami bayar untuk membebaskan mereka?” tanya Jiyong langsung pada intinya.

Manager minimarket itu pun memperlihatkan kalkulator besarnya dengan segala rincian yang telah ia buat di beberapa kertas.

Dara menelan ludah.

“Bom. Kau benar-benar menghabiskan seluruh tabunganmu untuknya.” batin Dara berucap saat tahu berapa nominal yang tertera di sana namun ia melihat Jiyong dengan tenang mengambil dompetnya dan meraih secarik kertas yang terselip di sana, menuliskan nominal sesuai apa yang baru kami lihat dan memberikannya.

“Jadi ini telah selesai, bukan?” tanya Jiyong masih tetap dengan wajah datarnya, manager minimarket itu mengangguk cepat.

“Neh. Tentu, kami tidak akan lagi mempermasalahkannya. Sampai Jumpa.” jawabnya cepat dengan senyuman yang mengembang diantara kumis lebatnya- membuat Dara hanya bergidik melihatnya.

“Cih! Siapa yang kau pikir ingin berjumpa denganmu lagi, ahjussi tua?” sungutnya dalam hati- mengikuti langkah Jiyong- meninggalkannya.

Flashback End

“Dara, apa aku harus menggantikannya?” tanya Bom kemudian yang duduk di belakangku- menyadarkanku dari lamunan.

“Eoh? Entahlah- kau bisa tanya Jiyong nanti.” jawabku menunjuk Jiyong yang kini masih berada di luar mobilnya- berbicara dengan Top.

“Omo. Itu sama saja aku menguras semua isi tabunganku, Dara? Ottoke?” rengek Bom kali ini- membuatku hanya bisa menghela nafas panjang, dan tak lama Jiyong pun mengakhiri pembicaraannya dan masuk ke dalam mobil dimana aku dan Bom telah menunggunya.

“Jadi kemana aku harus mengantar kalian? Aku hanya bisa singgah di satu tempat sekarang? Aku masih memiliki pertemuan.” ucap Jiyong seraya memasang sabuk pengamannya.

“Ah. Ke apartemen kita saja, Jiyong. Bommie perlu menenangkan dirinya dulu sekarang.” jawabku cepat- membuatnya sesaat melihat ke arahku.

“Apartemen kita?” ulangnya- membuatku meringis.

“Itulah bagaimana aku menyebutnya, karena aku kini tinggal di sana secara tak langsung aku juga menjadi pemiliknya bukan? Yah. Walaupun itu hanya untuk satu minggu ke depan.” jawabku- membuatnya tak lagi berkomentar.

“Jiyong.” panggil Bom kemudian setelah kami berada di setengah perjalanan.

“Ne. Noona.”  jawabnya- membuatku seketika menatapnya tajam.

“Ya! Kau memanggilnya, Noona?” tanyaku kemudian.

“Wae? Bukankah ia seumuran denganmu.” jawabnya datar.

“Lalu mengapa kau juga tidak memanggilku itu?”

“Kita berperan sebagai sepasang kekasih, Dara. Akan aneh jika aku memanggilmu sama dengannya.”

“Tapikan, Ji-“

“Ya… ya… ya… tidak bisakah kalian melanjutkan pertengkaran kalian nanti, aku juga ingin bicara.” sungut Bom kemudian, membuatku menahan ketidakterimaanku kali ini.

“Neh. Mianhe, bicaralah Bom.” ucapku- memberinya kesempatan.

“Jiyong. Apa aku harus membayar kembali uangmu? Jika iya, bisakah aku menyicilnya… karena jujur uangku-“

“Anio, Noona.”  potong Jiyong cepat, membuatku kembali melihatnya.

“Mwo?” tanya Bom mengerutkan keningnya.

“Kau tidak perlu membayar apapun denganku.”

Eh? Aku juga ikut terkejut sekarang.

“Apa kau bilang? Kau serius?”

“Neh. Karena Top Hyung telah melunasi semuanya sesaat setelah kita keluar, jadi bukan denganku kau harus membayarnya tapi dengannya.” jawabnya dengan jelas kali ini, membuatku seketika melihat ke arah Bom yang wajahnya seperti tak lagi di aliri oleh Darah- namun beberapa detik kemudian.

“YAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!! APA MAKSUDMU, JIYONG? DARA KATAKAN PADANYA JANGAN BERMAIN-MAIN DENGANKU!!! AKU TAK INGIN LAGI BERHUBUNGAN DENGAN PRIA BERAMBUT ALIEN ITU, KATAKAN ITU PADANYA, DARAAAAAAAAAAA!!!”

.

.

.

Dara dan Bom kini telah berada di apartemen Jiyong, Dara tengah merebahkan tubuhnya di sofa sementara Bom masih meratapi nasib buruk yang baru saja menimpanya.

“Dara, haruskan aku menghubunginya?” tanyanya kemudian masih memperhatikan secarik kartu nama yang Jiyong berikan padanya.

“Hubungi dia jika kau tak ingin merasa berhutang padanya, tapi Jiyong tadi juga sempat mengatakan Top tidak akan lagi mempermasalahkannya bukan? Jadi kau juga bisa mengabaikannya kurasa.” jawab Dara membuat Bom hanya mampu kembali mengacak-ngacak rambutnya yang telah berantakan menjadi lebih berantakan dari sebelumnya.

“Argh. Aku ingin minum sekarang, bisakah kita memesannya?”

“Anio. Jiyong tak suka bila ada yang minum di apartemennya, Bommie-yah. Coba kau lihat itu- ia bahkan menuliskannya dengan jelas di sana.” jawab Dara menunjuk sebuah gambar lengkap dengan tulisannya.

3668 E + K

Bom mendesah, “Cih! Bagaimana kau akan tahan tinggalnya, eoh? Ia benar-benar berbeda denganmu, Dara.” ucapnya kemudian, Dara pun sekilas menyunggingkan seringainya.

“Karena berbeda- itu membuatku jadi tertantang.” jawab Dara, dan tepat saat itu ponselnya berbunyi… “Yeoboseyo, Ne… Eomma. Ah. Aku baik-baik saja. Araesso… aku akan mengirimnya, Eomma. Tidak usah mengkhawatirkan aku-” jawab Dara dengan nada cerianya- Bom yang kini memperhatikannya pun hanya mampu tersenyum miris, Dara begitu baik menutupi semuanya namun sedetik kemudian wajah Dara telah berubah- itu menjadi kaku, tak ada lagi kehangatan yang terlihat di sana dan kali ini Bom pun dapat kembali menebak dengan siapa dia berbicara.

“Dara-yah. Kau harus kuat, neh. Tidak lagi meneteskan air mata karenanya, araesso?” batin Bom selalu berharap sahabat seperjuangannya itu akan selalu kuat dan lebih kuat hingga akhirnya jika waktu itu telah tiba, ia akan mampu kembali bertemu dengan kepala yang terangkat.

Bom Pov

“Ya! Dara- berhenti minum. Bukankah kau katakan Jiyong tak suka, tapi mengapa kau memesan minuman begitu banyak, hah?” ucapku saat ia terus mengisi gelasnya tanpa henti.

“Aigo. Bukankah ia tahu siapa aku? Harusnya ia bisa memaklumi ini, Bom… sudahlah ayo minum. Kau tak mau?”

“Anio- bukan begitu. Aku ada janji dengan pelanggan malam ini, jadi aku tak bisa minum banyak dan harus segera pulang untuk bersiap-siap ini sudah jam 7 malam. Kajja, aku akan mengantarmu- beristirahat di kamar.” ucapku- berusaha keras mengangkat tubuhnya untuk berdiri, tapi ia lagi-lagi kembali merebahkan tubuhnya di sofa.

“Anio. Anio. Aku ingin di sini saja, aku akan tidur di sini… jadi kau bisa pergi sekarang, pergilan Bom.” ceracaunya kemudian, membuatku bimbang… apa ia akan baik-baik saja? Namun tak lama aku melihatnya telah tertidur pulas sekarang.

Sungguh. Terlalu menyesakkan bila kembali melihatnya seperti ini, minuman adalah sesuatu yang dapat dengan cepat melupakan akan sesuatu yang tak ingin ia ingat… namun aku tak akan lagi khawatir, karena besok… kau akan kembali seperti semulakan, Dara? Kau pasti akan marah jika aku masih mencemaskanmu seperti ini.

Tes

Entah mengapa air mataku jatuh tanpa bisa kucegah, apa yang ia derita atau aku derita sebelumnya- kami merasa telah berhasil membagi sakitnya dan kini saat melihatnya kembali merasakannya… aku pun turut merasa sesak.

“Ah. Berhenti, Bom… Dara akan baik-baik saja, sekarang pergilah. Kau harus kembali pada pekerjaanmu seperti biasa.” batinku dengan cepat meraih dompetku, dan pergi meninggalkannya.

 .

.

.

Jiyong Pov

Aku pulang cukup larut hari ini, berharap Dara tak terlalu bosan dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Aku pun menekan bel apartemenku- berharap ia akan membukanya… karena bagaimanapun kita harus membiasakannya, bukan?

“Cih! Apa ia telah tidur?” batinku saat tak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka, aku pun akhirnya memasukkan pin apartemenku- meraih knop- membukanya.

Lalu saat aku baru beberapa langkah masuk ke dalam- kekacauan telah kembali terlihat.

“Apa yang ia lakukan, hah?” batinku geram, bagaimana ia begitu tidak mematuhi peraturan yang ada… baru aku akan meneriakkan namanya- tiba-tiba seseorang kurasakan memelukku dari belakang, “Ya! Dara, apa-apaan ini hah? Bukankah sudah kubilang padamu untuk-“

Deg

Aku tak lagi melanjutkan ucapanku, aku dapat merasakan ia tengah terisak sekarang.

“Waeyo? Kau menangis?  Dara?” Aku baru akan berbalik- saat ia dengan kuat menahanku untuk tak melakukannya.

“Ya! Apa sesuatu terjadi, hah? Apa keluargaku telah datang? Apa mereka menyakitimu? Atau kau bertengkar dengan Bom?” rentetan pertanyaanku itu dijawabnya dengan gelengan kepala yang dapat jelas kurasakan- menggesek punggungku pelan.

Aku pun diam- tak lagi mencoba mengubah posisiku dan tak lagi bertanya. Setidaknya aku bisa merasa ia lebih tenang sekarang, dan setelah beberapa saat tak lagi kurasakan isakan tangis darinya, aku mencoba berbalik perlahan dan saat itu aku cukup terkejut dengan apa yang kulihat.

“Omo. Bahkan kau bisa tidur dalam posisi seperti ini, eoh?” gumamku benar-benar tak menyangkanya sebelumnya, dan dengan hati-hati aku mengangkat tubuhnya- membawanya dengan aman di sofa.

Kembali kuamati dirinya, yang kini memiliki lingkaran mata yang sedikit membengkak.

“Berapa lama kau telah menangis, hah?” ucapku padanya yang kutahu tak akan lagi bisa menjawab.

Aku pun beranjak dari posisiku yang baru saja menidurkannya, namun belum sempat aku menjauh darinya- ia telah berhasil menangkup leherku dan kembali menahan wajahku untuk tepat berada di hadapannya dan samar-samar matanya kembali terbuka.

“Cium aku.” ucapnya lirih membuatku tersentak- “Kumohon cium aku.”

“Ya!”

“Bantu aku melupakannya.”

“Mwo?”

Air matanya kembali menetes sekarang, “Aku ingin melupakannya, jadi-“

“Eummmm… mmmm…. mmmm.”

Aku menurutinya- tak lagi kuberikan kesempatan ia untuk bicara.

“Emmmmm… emmmmm…” Ia mencengkram tengkukku kuat dengan nafas yang telah memburu sekarang… memaksaku untuk bermain lidah seperti dirinya, sempat kulihat ia memejamkan matanya- menikmatinya, dan aku pun akhirnya melakukan hal yang sama- memejamkan mata untuk mengikutinya.

.

.

.

=To be continued=

Prolog | | 2 | 3 | 4 | 5 | 6| 7 8 | 9 | 10 | 11| 12|13

<<back  next>>

 I’m Chimcar ^.^/Chimchar_XY

 

Ini panjangkan??? Membayar hari2 yang telah terlewat sebelumnya ^.^, dan tanggal 8 Maret 2016 ini adalah hari jadiku yang ke 3 di DGI (Horeeee >.<)- hari tepat dimana aku bergabung- menshare FF awalku yaitu Haru Haru dan Love Dust (8 Maret 2013), tidak terasa… dan kembali ingat ke masa2 itu jadi kangen ma Chichan Eonni yang waktu itu dengan sabar dan telaten ngajari ini itu dari buat, buka, and share FF sendiri di WP, lalu tak lupa Jeni… maknae kami saat itu di DGI yang selalu support tiap aku mandek buat lanjutin LD, tak lupa dari sini pula aku bertemu dengan Dilla… yang alhamdulilah sampai sekarangpun masih contact2an, dan juga VA lalu author2 DGI yang lainnya but jujur… kangen bgt ma Chichan Eonni yang telah memutuskan untuk benar-benar kembali ke real life nya mungkin- karena tak ada lagi kabar and tak ada tempat untuk menghubungi. Hiks. Napa jadi sedih saya T_T, Eonni bogoshieppoyo. So untuk readers setia DGI… makasih juga selama ini dah selalu nyempetin baca apalagi FF2ku yang telah lama tersendat, ada beberapa yang masih gak bosen nanya kapan lanjut… jeongmal mianhe, akan lebih berusaha tuk bisa update ke depannya and tuk para readers baru… welcome to DGI, semoga kalian terhibur dengan FF2 kami yang ada di sini and tak lelah untuk mendukung Daragon kita, Shipper yang kita harap nyata dan pasti nyata. So… segini aja kali ya cuapan saya yang pastinya pingin buat kalian nutup laptop hoho… dengan ini saya akhiri, dan tak lupa selalu diharapkan jejak chingu-deul sekalian, sepatah-dua patah >>> bolehkah aku berharap??? Wink. ^.~

Sampai berjumpa di update-an selanjutnya. Hengsho. ^.^/

78 thoughts on “HELLO BITCHES [Part. 14]

  1. Authornya lagi sibuk ya? Semoga semua kegiatan author yg sangat sibuk segera selesai agar bisa melanjutkan cerita hello bitches ini. Semoga author sehat selalu. Aamiin…..

    Aku selalu menunggu updatean darimu thor. Hahaha

  2. Astaga kak zhie aku geregetan…kenapa digantung begini hehehe…baru moment romantis dari Daragon nih wkwwkw 😃😄😃😄😃😄😃😢😢😢😢😢😢😢😨😨😨😨
    Aku mohon cepat dlanjut ya kak kalau bakalan di PW ksih tau aku yaaa hehehehe 😄😄😄

  3. ngakak liat tingkah bom n top…
    jadi penasaran apa yang sebenarnya ingin dilupakan dara…dan mungkin itu penyebab hingga dia bekerja seperti itu…

Leave a comment