Why You [Oneshoot]

Why you

Author : Zhie
Main Cast : Park Sandara, Kwon Jiyong
Support Cast : Choi Seung Hyun (TOP) a.k.a Kwon Seunghyun, Park Hanbyul
Genre : Hurt, Sad, Romance
Length : Oneshoot

~~~~~~~~~~~~~~

Note : Sebelumnya aku buat ini dalam versi TopBom, so…bagi yang udah baca di my blog and FB tak disarankan untuk baca ulang karena ini adalah cerita yang sama dan hanya merubah cast hohoho. Sementara bagi yang belum baca…monggo dibaca versi Daragonnya.^^

Missing You By 2ne1

Malam yang dingin membuatku terpaku

Menusuk dalam relung hatiku

Saat inilah kembali terbayang wajahmu

Kau jauh…aku menunggu!

Tapi mengapa kau kini bersikap seperti itu?

Kau diamkan aku disaat dekat

Kau acuhkan aku disaat kita saling berhadapan

Dan saat itulah aku tahu…

Kau telah berubah.

~~~~~

Kriiing…..kriiiing!

Terdengar dering telepon dari ruang tengah membuatku menutup buku harian bersampul biru itu…rumah sepi dan aku sendiri. Dengan berat kulangkahkan kaki meninggalkan kamar untuk membuat telepon itu berhenti berdering dan ternyata Eomma yang menelpon, mengabarkan kalau akan pulang larut dengan Appa karena ada undangan yang sangat spesial, itu katanya.

Huh..menyebalkan! Beginilah menjadi anak tunggal, tanpa teman disaat Appa dan Eomma pergi. Akupun kembali ke kamar dan merebahkan tubuhku kekasur yang empuk. Lebih lengkapnya sebagai permulaan namaku Park Sandara dan Dara adalah panggilan akrabku, dengan usia yang beranjak 20 tahun…disinilah awal kisah cintaku yang masih dalam tanda tanya ???

—–whyyou—-

“Dara…kau sudah dengar, Jiyong-ah….Jiyong-ah-“

“Omo…tak bisakah kau mengatakannya dengan tenang, Hanbyul? Ada apa dengannya, hah?” Tanyaku pada yeoja berambut ikal dihadapanku ini…ia adalah Park Hanbyul, sahabat baikku.

“Namjachingumu itu-Ah…ani, anio. Maksudku namja tengik yang mengacuhkanmu itu…namja brengsek tak tahu diri itu, ia kini berpacaran dengan yeoja dari jurusan modeling.”

“Mwo? Jinjja?” Aku tersentak saat mendengarnya, Hanbyulpun mengangguk cepat meyakinkan.

Shit!!! Cukup sudah, aku muak dengan semua ini. Ada apa sebenarnya, hah? Ada apa dengan hubungan kami ini? Apakah selama ini ada yang salah? Kwon Jiyong, apa yang terjadi denganmu? Bukankah kita sebelumnya baik-baik saja? Bukankah seharusnya kau menepati janjimu yang akan selalu berada disampingku bila kita kembali bertemu…tapi apa yang terjadi sekarang, hah? Bahkan kau tidak berusaha untuk melihatku dan menyapaku.

Yeah, kami memulai hubungan ini 4 tahun lalu…saat kami sama-sama bersekolah di Chungju High School tapi setahun kemudian orang tuanya dipindah tugaskan ke Jepang dan itu membuat ia harus mengikutinya. Dan saat itu kami memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungan ini walaupun itu artinya kami harus melakukan pacaran jarak jauh. Aku pikir, kami berhasil melewatinya…karena tak ada masalah yang berarti dalam hubungan kami. Sampai akhirnya 2 tahun berlalu, ia memberiku kabar yang menggembirakan saat itu…ia akan kembali ke Korea, dan memutuskan untuk kuliah disini bersamaku…ditempat yang sama, Universitas yang kami pilih bersama. Tapi setelah itu, ia tiba-tiba menghilang….beberapa bulan tak ada kabar, sampai akhirnya 2 bulan yang lalu. Ia mengejutkanku…ia datang, ia kembali…dan ia terdaftar sebagai salah satu mahasiswa di Universitasku tanpa memberitahuku dan tanpa mengabariku. Aku tak mengerti…sama sekali tak mengerti, aku ingin bertanya langsung dengannya dan juga melepaskan kerinduanku pastinya…tapi bagaimana bisa aku melakukannya? Karena saat berpapasanpun ia seolah tak melihatku, aku bagaikan sebuah objek yang tembus pandang dan tak terlihat olehnya…

“Dara? Kau baik-baik saja?” Hanbyul kembali menyadarkanku, akupun berusaha mengembangkan senyumku.

“Entahlah, apa aku masih terlihat baik-baik saja? Aku tak mengerti, Hanbyul…bagaimana sebenarnya hubungan ini? Apakah ini tak lagi berarti apa-apa…Kwon Jiyong yang dulu kita kenal, sekarang bagaikan orang asing. Apakah mungkin di dunia ini…terdapat 2 orang dengan nama dan wajah yang sama? Jawabannya pasti tidak bukan? Cih, ini sudah jelas…ia mencampakkanku begitu saja.” Jawabku akhirnya berusaha untuk mengakui…bahwa diantara aku dan dia, kini tak lagi ada hubungan apa-apa.

—-whyyou—–

Hujan deras kembali mengguyur Kota Seoul hari ini, aku hanya bisa mendesah…menyesal tak menuruti saran Eomma untuk selalu membawa payung. Kulirik jam ditanganku…ah, aku akan ketinggalan kereta bila harus menunggu hujan reda.

“Ottoke?” Gumanku hanya bisa mendesah, memandangi hujan yang turun semakin deras.

“Sendirian?” Tanya sebuah suara yang sangat familiar.

“Ah, Ne…Sunbaenim.” Refleks aku membungkukkan badan padanya, namja ini…adalah seniorku dijurusan seni. Ia adalah Kwon Seunghyun, sosok Sunbae yang cukup populer di Universitas ini…sikapnya yang ramah dan selalu tersenyum, membuat ia digilai para yeoja. Bohong bila aku tidak terpikat dengan pesonanya, aku wanita normal…tapi, itu masih dalam batas wajar. Karena mengaguminya bukan berarti menyukainya bukan? Lagipula kami sudah pernah beberapa kali terlibat dalam obrolan yang panjang saat berdiskusi tentang seni…dan itu membuat kami tak terlalu canggung satu sama lain.

“Aku biasa melihatmu bersama Hanbyul-shi, dimana dia?”

“Ah…Hanbyul telah  pulang lebih dulu bersama Seven Oppa.” Jawabku seadanya, yeah…yeoja itu memang pulang lebih dulu, bahkan ia sengaja tak mengikuti kelas terakhir karena Seven Oppa telah menjemputnya. Mereka adalah pasangan baru, wajar kalau setiap detik ingin bersama…sementara aku? Sigh.

“Waeyo?” Tanya Seunghyun Sunbae kemudian, membuatku kembali melihat kearahnya.

“Mwo?” Entah kenapa aku malah balik bertanya…dan iapun mengembangkan senyumnya.

“Ada yang kau pikirkan, hah? Apa kau tidak sadar? Kau mendesah seolah menunjukkan kebosanan atau sejenisnya…dan kau ada disini, tapi tidak dengan pikiranmu yang entah  mengembara kemana?” Ucapannya itu seakan dapat menebak seluruh kegalauan hatiku. Cih…mengapa kau begitu mudah menampakkannya Dara? Aku merutuki diriku sendiri yang memang tidak pintar dalam menyembunyikan perasaan.

“Ani…anio, hanya saja…mungkin aku terlalu lelah dengan tugas-tugas yang menumpuk saat ini. Bukankah Sunbaenim pasti pernah merasakannnya? Merasakan saat tugas-tugas yang diberikan itu seakan memanggil-manggilmu dan membuat beban dipundak dan dikepala semakin berat. Oh…dan itulah yang kualami sekarang, ini benar-benar menguras seluruh pikiranku.”…”Mereka seperti berteriak ditelingaku…Dara-yah, Dara-yah…ayo kerjakan kami, kami menunggumu…kerjakanlah kami Dara-yah~~~…seperti itulah mereka memanggilku Sunbaenim, bukankah itu menakutkan?” Dan terlihat Sunbae yang kini berada disampingku kini tertawa, yeah…good job Dara. Kau berhasil mengalihkan perhatiannya…

“Hahahahaha….Ne…Ne, itu sangat menakutkan Dara. Bahkan itu terdengar seperti panggilan-panggilan difilm horror.” Jawab Seunghyun Sunbae disela-sela tawanya, dan tiba-tiba pandanganku terhenti…aku melihat sosok yang sangat kukenal berdiri tak jauh dari tempatku berada. Walaupun sosok itu diburamkan dengan hujan yang berjatuhan tapi aku tahu jelas…Jiyong, yah…dia Jiyong. Sosok yang tengah menatap kearahku…tidak terlihat jelas bagaimana sorot matanya. Walaupun jujur…aku ingin tahu bagaimana cara dia kini menatapku, apa ia ada kerinduan dimatanya, atau kemarahan? Atau  akankah dia cemburu…atau ia seolah-olah kembali tak melihatku? Dan seketika aku mengepalkan erat tanganku saat kulihat, seorang yeoja yang tiba-tiba datang mendekati sosoknya dan memeluknya mesra. Aku semakin kuat menahan emosiku saat kutahu pasti mereka kini tengah berciuman. Kupalingkan segera wajahku. SHIT! Kau benar-benar dicampakkan Dara…kau benar-benar tak lagi terlihat. Bagaimana….bagaimana bisa dia melakukan ini padaku???? Dan entah bagaimana, kurasakan pundakku bergetar…aku tak bisa lagi menahannya. Tepat saat itu…Sunbaenim menarikku kepelukannya, dan lagi-lagi aku tak dapat mengerti…bagaimana bisa aku menumpahkan seluruh airmataku dipelukan namja yang kupanggil Sunbae ini.

—–whyyou—–

“Kamsahamnida.” Ucapku pada Seunghyun Sunbae sebelum aku keluar dari mobilnya, ia bersikeras mengantarku walaupun hujan telah reda…ia memang namja yang sangat baik, bahkan ia tak menanyakan sedikitpun tentang alasanku menangis. Ia hanya diam, menunggu hingga tangisku mereda.

“Ne…masuklah, dan beristirahatlah.” Jawabnya kubalas dengan anggukkan, tapi saat aku beranjak keluar tiba-tiba ia menahan tanganku…membuatku kembali melihat kearahnya. “Lupakan!”

“Mwo?” Aku mengerutkan keningku tak mengerti.

“Lupakanlah segala sesuatu yang dapat membuatmu menangis Dara, lupakanlah…karena itu pasti akan membuatmu jauh lebih baik.” Ucap Seunghyun Sunbae kemudian, akupun kembali berusaha mengembangkan senyumku dan mengangguk.

“Araesso…aku pasti akan melupakannya, aku akan melupakannya.” Jawabku akhirnya dan akupun segera keluar dari mobil itu.

—-whyyou—-

Missing You
Naui jeormeun narui sarangeun ireoke kkeuchi naneyo
Geudae kkok haengbokhaeya haeyo, oraen sigani jinagado uri seoro gieokhaeyo
Geuttaen seoroga isseosseumeul, geuttaen seoroga isseosseumeu

Trans
Cinta dihari mudaku berakhir seperti ini. Kau pasti senang
Bahkan jika waktu yang lama berlalu, kita masih akan mengingat satu sama lain
Saat-saat ketika masih ada kata “kita”, Saat-saat ketika masih ada kata “kita”

Tes

Airmataku kembali jatuh tepat saat lagu yang berputar dikamarku ini berakhir…

“Apakah benar berakhir seperti ini? Apakah kau senang? Tidakkah kau mengingatku?” Batinku terus bertanya. “Ani…anio, aku tidak bisa terus seperti ini…aku harus menanyakan langsung padanya. Ada apa sebenarnya? Ada apa dengannya? Sungguhkah ini telah berakhir? Ya, aku butuh kejelasan…Ji, kau benar-benar harus menjelaskannya!”

—-whyyou—-

“Dara-yah…apa yang kau lakukan, hah? Jangan buat temanmu menunggu lama.” Ucap Eomma dari balik pintu kamarku, membuatku mengerutkan keningku. Teman? Kusudahi polesan make up natural diwajahku dan menyambar tas dan beannieku…sejak kapan Hanbyul berbaik hati untuk menjemputku?

“Eomma, aku berangkat ya atau Hanbyul akan mengomeliku sepanjang perjalanan.” Ucapku kemudian sambil mencium pipi Eommaku.

“Omo…bukan Hanbyul-yah yang menjemputmu.”

“Mwo?”

Dan pertanyaanku terjawab saat kulihat mobil yang sama dengan yang mengantarku semalam terparkir dihalaman rumahku…akupun melangkahkan kaki mendekati sang pemiliki mobil yang membelakangiku.

“Sunbaenim.” Ucapku membuat ia berbalik melihatku.

“Ah…Selamat Pagi, Dara.” Sapanya dengan tersenyum.

“Ne, selamat pagi…Sunbae.”

“Apa aku mengagetkanmu?”

“Ah…Ne.”

“Mianhe, aku tadi kebetulan ada keperluan disekitar sini…dan karena hari ini kita memiliki jadwal kelas yang sama, aku berpikir mungkin tak ada salahnya bila menjemputmu.”

“Ah…Ne, tapi mungkin lain kali kau dapat menghubungiku terlebih dahulu Sunbaenim agar aku tak membuatmu menunggu.” Ucapku kemudian membuatnya tersenyum.

“Bagaimana bisa aku menghubungimu? Bukankah kita belum pernah bertukar nomor telepon sebelumnya?”

“Omo, kau benar Sunbaenim….aigo.”

“Hahaha…sudahlah, mungkin kita bisa bertukar nomor nanti. Kajja…kita berangkat sekarang.”

“Ah…Ne.”

Sepanjang perjalanan Seunghyun Sunbae banyak bercerita tentang banyak hal, tidak seperti semalam yang lebih banyak diam. Tapi kini ia terlihat sangat bersemangat…ia menceritakan tentang sepupunya yang berbeda 2 tahun dengannya, terlihat bahwa hubungan mereka teramat dekat hingga tak jarang Sunbae tersenyum bahkan tertawa saat menceritakan sosoknya yang telah ia anggap seperti adik baginya. Ia menyebutnya GD, aku dapat membayangkan sosok sepupunya itulah sosok namja yang memiliki tubuh besar dengan banyak timbunan lemak dan selalu bertingkah aneh seperti orang gila…karena Seunghyun Sunbae benar-benar tak berhenti tertawa saat menceritakannya, ia mengatakan sosok GD itu tidak akan pernah mampu untuk mengejarnya, dan ditambah ia selalu berjalan ala kepiting untuk mencari perhatian…bukankah itu aneh?

“Sunbae terlihat sangat dekat dengannya, bukankah begitu?”

“Ne…kau benar, kami sangat dekat…walaupun begitu dia kadang menyebalkan, membuatku ingin sekali memukulnya.”

“Mwo?”

“Ne, apalagi bila ia selalu menyombongkan diri dan selalu membangga-banggakan yeoja yang sangat dicintainya…Ais, terlihat jelas dia berusaha untuk membuatku merasa kalah darinya.”

“Hahahha…benarkah? Lalu apa kini kau telah benar-benar merasa kalah, Sunbaenim? Bukankah kau bisa saja menang darinya? Karena setahuku kau tipe pria yang akan mudah untuk mendapatkan seorang wanita.”

“Ah, benarkah aku terlihat seperti itu?” Dan aku mengangguk cepat, “Ais…kau salah Dara, aku bukan pria yang ahli dalam mendekati wanita…jika untuk urusan itu, aku akui…aku harus belajar banyak darinya.”

“Waaaahh…waaaah…waaah, dia terlihat seperti pria si penakluk wanita.”

“Kekeke…Ne, dia memang akan mudah menaklukan wanita bahkan ia bisa melakukan itu hanya dengan matanya…tapi pada kenyataanya kini ia hanya takluk dengan satu wanita, dan wanita itu bagaikan oksigen yang akan membuatnya terus merasa hidup. Dan bila ia matipun, ia yakin…ia akan tetap merasa hidup bila melihat yeoja yang dicintainya bahagia.” Ucap Seunghyun Sunbae kemudian, membuatku sekilas menatapnya, karena entah kenapa aku merasa ia mengatakan itu dengan nada yang berbeda…aku tidak tahu pasti, tapi yang jelas kini terlihat raut kesedihan menyelimuti wajahnya.

—-whyyou—

“Kajja…katakan padaku, mengapa kau bisa datang bersama dengan Seunghyun Sunbae?” Tanya Hanbyul yang terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan, semenjak ia melihatku turun dari mobil seorang Kwon Seunghyun…yeah, walaupun aku tahu bukan hanya Hanybul tapi kuyakin seluruh yeoja yang kini tengah diam-diam mengamatiku dari atas ke bawah juga ingin menanyakan atau meneriaki hal yang sama, akupun hanya bisa kembali mendesah.

“Aigo, ia hanya kebetulan lewat di depan rumahku dan mengajakku untuk pergi ke kampus bersama…itu saja.” Jawabku seadanya.

“Tapi bagaimana bisa, sejak kapan ia tahu rumahmu? Apakah ia sering datang? Atau diam-diam kau tengah menjalin hubungan dengan Sunbaenim?”

“Omona…tidak seperti itu. Tidak ada apa-apa diantara kami, kemarin aku menunggu hujan reda dan saat itulah Sunbae menawariku untuk pulang dengannya.”

“Ah, Jinjja? Hanya itu?”

“Ne…hanya itu.” Jawabku pasti.

“Hmm, tapi kupikir tak ada salahnya jika kau memiliki hubungan yang lebih pada Seunghyun Sunbae kedepannya…kulihat ia lebih baik dari pada namja brengsek yang tak tahu diri itu.” Ucap Hanbyul kemudian membuatku teringat akan sesuatu. Yeah…rencananya hari ini aku akan menemui namja itu…namja brengsek Kwon Jiyong, menemuinya untuk meminta penjelasan. Dan tepat saat itu secara kebetulan…aku melihatnya tengah berjalan dengan yeoja yang bergelayut mesra disampingnya. “Cih…lihat itu, dia-” Aku tak lagi memperdulikan apa yang dikatakan Hanbyul, karena yang kutahu kini aku melangkahkan kakiku menghadang jalan mereka.

“Ya! Ada apa, hah?” Tanya yeoja yang kutahu bernama Kiko, ia adalah mahasiswi dari jurusan modeling…dan kuakui ia cukup punya nama dikampus ini karena telah beberapa kali wajahnya menghiasi sampul majalah yang cukup terkenal.

“Kita perlu bicara!” Ucapku akhirnya tanpa memperdulikan Kiko disampingnya, sementara namja dihadapanku ini hanya membalas tatapan tajamku padanya tanpa memberikan jawaban. Dan aku tersentak saat ia melewatiku dengan menabrak bahuku tanpa memperdulikanku sedikitpun…aku tak percaya, aku benar-benar tak percaya.

“Dara-yah.” Hanbyul mendekatiku dan berusaha menenangkanku, tapi terlambat…aku benar-benar tak mampu lagi menahan emosiku.

“Brengsek!” Geramku mengepalkan tanganku erat-erat, dan aku kembali berbalik melihat ia dan Kiko yang berjalan menjauh. “YA! BERHENTI DISITU KAU…KWON JIYONG!!!” Teriakku tak lagi memperdulikan tatapan-tatapan aneh padaku, dan akhirnya iapun menghentikan langkahnya dengan cepat aku menghampirinya. “Ternyata benar…kau adalah Kwon Jiyong, kau adalah Jiyong.” Ucapku bergetar mencoba menahan seluruh rasa sesak yang kurasakan saat berada dihadapannnya.

“Ya! Kau lihat, ia tak ingin bicara padamu…jadi-“

“Diamlah Bitch!” Ucapku tegas membuat yeoja itu kembali menelan apa yang ingin ia katakan.

“Dara-yah, semua memperhatikanmu…sudahlah, hentikan ini.” Hanbyul kembali mendekatiku, dan ia benar…kini kami telah menjadi tontonan gratis. Akupun mendesah beranjak berbalik pergi untuk mengikuti Hanbyul tapi itu terhenti saat ia menahan lenganku.

“Ikut aku!” Ucap namja dihadapanku ini akhirnya membuka suara, tanpa menunggu jawabanku…ia telah menarikku untuk mengikutinya.

“Omo…Jiyong-ah?” Terdengar gumanan Kiko yang tak mengerti sementara Hanbyul terlihat bersusah payah menahannya agar tak mengikuti kami.

Dan kini kami telah berada di atap, keheningan menyelimuti kami….

“Ji.”

“Dara.”

Kami saling berpandangan saat memanggil satu sama lain secara bersamaan, dan entah mengapa air mataku jatuh saat mendengarnya…mendengarnya kembali menyebut namaku, itu adalah salah satu yang sangat kurindukan.

“Kau…tahu siapa diriku bukan? Kau jelas masih sangat mengingatku bukan? Tapi kenapa…kenapa kau tak pernah melihatku? Kenapa kau tak berbicara denganku? Apa yang salah, hah? Jelaskan padaku?” Ucapku akhirnya, dan terlihat ia berusaha untuk menghindari tatapanku padanya.

“Tidak ada yang salah, Dara.”…”Hanya saja, aku tidak butuh lagi dirimu disisiku.”

“Mwo?”

“Aku sudah memilih Kiko, jadi berhentilah…lupakan aku. Mungkin aku telah bosan dan benar-benar melupakanmu. Jadi mianheyo kalau selama ini aku selalu tak menganggapmu ada karena memang seperti itulah…aku sama sekali tak ingin mengingatmu bahkan dimimpiku sekalipun, aku telah benar-benar melupakanmu.”

Plaaaak

Aku membuatnya berhenti bicara dengan sebuah tamparan…

“Aku sudah mendengarnya dengan jelas, tidakkah lebih baik kau mengatakannya dari dulu? Hingga aku tak perlu menunggumu dan selalu bertanya-tanya apa alasanmu? Jiyong…apapun alasan yang kau ucapkan, aku akan berusaha untuk menerimanya. Walaupun itu menyakitiku…tapi itu lebih baik daripada kau terus mengacuhkanku. Kau tahu, saat ini melihatmu berada dihadapanku…itu sangat menyakitkan. Tapi apa kau tahu, saat aku tak melihatmu berada dihadapanku….itu juga menyakitkan. Saat kau kini berbicara denganku, ini juga menyakitkan dan saat kau tak ingin lagi berbicara padaku…itu juga menyakitkan. Tapi jika aku diharuskan memilih, aku lebih baik sakit karena melihatmu dan berbicara denganmu. Aku yeoja yang menyedihkan, bukan?” Ucapku akhirnya mengasihaniku diriku sendiri, dan akhirnya akupun berusaha mengembangkan senyumku…”Baiklah, kurasa ini sudah cukup…gomawo telah memberiku penjelasan, walaupun aku tetap tak mengerti. Aku akan berusaha menerima…jadi berbahagialah dengan Kiko. Annyeong.” Ucapku segera berlalu pergi dari tempat itu…karena detik berikutnya kupastikan, aku tak akan mampu lagi membendung air mataku.

—–whyyou—-

Beberapa waktu berlalu sejak hari itu, aku berusaha untuk dapat menerima kenyataan bahwa aku telah dicampakkan…dan saat ini aku mulai membuka hatiku untuk seseorang. Yah…kalian pasti dapat menebaknya, dia adalah Sunbaeku di kelas seni…Kwon Seunghyun. Namja baik yang selalu memberikan perhatiannya padaku ditambah Hanbyul yang sangat mendukungku untuk mulai memberinya kesempatan. Dan hari ini seperti biasa aku akan pulang bersama Seunghyun Oppa. Ops, jangan terkejut karena aku kini mulai merubah panggilanku padanya karena tidak dipungkiri kami lebih dekat dari sebelumnya.

“Omo…dimana dia? Bukankah dia yang harusnya menungguku?” Gerutuku kesal saat tak juga melihat kehadiran Seunghyun Oppa, dan akhirnya kuputuskan untuk menyusulnya….seingatku ia hari ini ada kelas pengembangan diri. “Ah…itu dia kelasnya.” Gumanku menuju kelas yang setengah tertutup itu dan langkahku terhenti saat kudengar suara yang sangat kukenal…

“Dia baik-baik saja, Hyung?”

“Ne…kau tidak usah mencemaskannya.”

“Ah, aresso…aku tahu ia telah bersama orang yang tepat.” Aku mengerutkan keningku…masih tak mengerti dengan pembicaraan itu.

“Bukankah seharusnya kau mulai  mencemaskan dirimu sendiri? Memaksa tubuhmu seperti itu…bukanlah sesuatu yang baik.” Terdengar tawa kecil yang sangat dipaksakan.

“Kekeke…aku cukup kuat Hyung, tenanglah…1 atau 2 jam bisa bebas dari ruangan mengerikan itu, aku sudah sangat bersyukur dan menikmatinya. Lagipula…kau tahukan? Aku selalu membutuhkan asupan oksigen untukku tetap bisa hidup…dan disinilah aku hanya bisa mendapatkannya.”

“Cih, bahkan hanya karena untuk melihatnya kau sampai seperti ini.”

“Selama masih bisa dan masih ada kesempatan…aku akan selalu melakukannya, Hyung. Melihatnya dari jauh, mengamatinya…apalagi berkatmu, aku sudah dapat kembali melihat senyumnya…itu benar-benar membuatku tenang.”

“Jiyong-ah.”

Deg

Jiyong?

“Yah! Aku mengatakannya tulus Hyung, bukan untuk menggodamu atau apapun…jadi jangan menatapku seperti itu. Karena jujur…aku sangat berterima kasih karena kau telah mau menggantikan posisiku untuknya.”

Braaaak

Sekuat tenaga aku buka pintu yang menutupi pandanganku, dan aku bisa melihat mereka terkejut dengan kehadiranku…ternyata benar Seunghyun Oppa dan Kwon Jiyong yang berada diruangan itu.

“Apa-apaan ini?” Tanyaku bergetar.

“Dara-yah.” Seunghyun Oppa mendekatiku.

“Oppa…kau~” Aku tak mampu lagi mengatakan apapun, sekilas aku juga melihat Jiyong yang hanya terdiam melihat kearahku. Jiyong? Tanpa memperdulikan mereka aku berlari meninggalkan ruangan itu, terdengar langkah Seunghyun Oppa yang berusaha mengejarku. Percakapan mereka kembali terngiang-ngiang dikepalaku…ada apa ini? Apa yang mereka buat? Apa mereka mempermainkanku? Dan langkahku terhenti saat Seunghyun Oppa berhasil menahan tanganku.

“Dara-yah, dengarkan…dengarkanlah penjelasanku.” Ucapnya memohon.

“Mwo? Penjelasan? Penjelasan apa, Oppa? Penjelasan bahwa kalian bersepakat untuk mempermainkanku begitu?” Tanyaku berusaha keras untuk menahan air mataku…karena ini sekali lagi, telah menyakitiku.

“Anio…anio, tidak seperti itu Dara.” Ucapnya pelan.

“Biar aku yang menjelaskannya, Hyung.” Dan tepat saat itu terlihat Jiyong telah berada diantara kami, terlihat ia banyak berkeringat dengan nafasnya yang memburu…dan aku juga dapat melihat, wajahnya yang terlihat pucat. Omo…ada apa dengannya?

“GD…kau baik-baik saja?” Tanya Seunghyun Oppa terlihat khawatir.

“GD?” Gumanku pelan dan terlihat Jiyong mengembangkan senyumnya.

“Ne…Seunghyun Hyung biasa memanggilku seperti itu.” Ucap Jiyong membuatku melihat mereka bergantian.

“Dia adalah sepupuku, Dara.” Lanjut Seunghyun Oppa membuatku merasa lebih bodoh dari sebelumnya, Kwon Seunghyun…Kwon Jiyong. Mengapa aku tak menduga sebelumnya…dan saat aku ingin bertanya, Jiyong tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri membuatku semakin tak mengerti, ada apa sebenarnya.

—-whyyou—-

Kini aku berada diruangan yang didominasi warna putih, tapi ini bukanlah sebuah kamar disalah satu rumah sakit atau sejenisnya…ini adalah kamar pribadi Jiyong yang telah disulap sedemikian rupa sehingga lebih terlihat seperti ruang unit gawat darurat yang lengkap dengan peralatan medis dan lainnya. Terlihat Jiyong belum juga sadarkan diri, ia terlihat memakai alat bantu pernapasan. Dan mataku tertuju dengan sebuah bingkai foto yang terpajang dimeja tepat disamping ia terbaring….

“Omona.” Seketika itu airmataku berjatuhan, saat kulihat fotoku dan dirinyalah yang terpajang jelas disitu…foto kami 4 tahun lalu, foto kami yang diambil sebelum kepergiannya ke Jepang. Aku memukul pelan dadaku, karena ini sangat menyesakkan…bukankah saat itu ia mengatakan bosan padaku, bukankah ia telah melupakanku…tapi apa ini, dan aku kembali tersentak saat Seunghyun Oppa membuka sebuah lemari yang berada dikamar itu dan terlihat banyaknya gambar diriku dan juga foto-fotoku yang tersimpan rapi ditempat itu. “Ini?”

“Ne…dia mengambil fotomu diam-diam, selalu…setiap saat, setiap hari…dia melakukannya. Apapun yang terjadi, walaupun hanya bisa melihatmu dari jauh…ia akan melakukannya. Mianhe…karena menyembunyikan ini darimu, GD…tak pernah melupakanmu Dara, sedetikpun ia tak pernah melupakannya dan apa yang dia lakukan selama ini…itu karena ia sangat mencintaimu.”

“Apa maksudmu, Oppa?”

“Aku ingat jelas hari itu, hari saat ia mengabarkan akan kembali ke Korea…dia terdengar sangat senang dan bersemangat, dan dia berjanji untuk mengenalkan yeoja yang sangat dicintainya padaku. Tapi beberapa minggu kemudian, aku mendapat kabar bahwa ia mengalami koma karena jatuh saat ia tengah berutinitas seperti biasa…dan  disitulah kami baru tahu bahwa ia mengalami kelainan dijantungnya dan itu sebenarnya sudah lama ia rasakan, tapi ia tak perduli dan mengabaikannya…hingga akhirnya Dokter memvonis tak ada lagi yang bisa dilakukan dan ia mungkin tak akan bertahan lama. Tapi sebuah keajaiban datang, ia bangun dari tidur panjangnya dan satu yang ia katakan…ia hanya ingin melihatmu. Tapi banyak pertimbangan yang ia pikirkan…dan itulah yang membuatnya menahan diri untuk tak lagi menghubungimu, karena ia ingin kau bisa terbiasa tanpa kehadirannya…hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Seoul dan melihatmu. Kau tahu….bagaimana bahagianya dia saat itu? Saat pertama kali melihatmu, dia mengatakan ingin sekali memelukmu dan mencubit pipi gemukmu…tapi apa daya, ia telah memutuskan untuk menjaga jarak. Ia mengatakan itu akan lebih baik kedepannya…sampai suatu saat ia memintaku untuk menjagamu, untuk selalu berada disampingmu, dan untuk menghapus seluruh airmata yang disebabkan olehnya. Dia tak ingin melihatmu menangis, apalagi disaat nanti ia pergi…ia ingin kau selalu dipenuhi dengan senyuman. Karena itu…dia melakukan semua ini, dia sangat mencintaimu Dara…tak ada yang berubah dengannya, sejak dulu hingga sekarang.” Ucap Seunghyun Oppa menjelaskan dan kini aku hanya bisa terduduk dengan isak tangisku yang semakin deras.

—-whyyou—

“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….disini sangat sejuk, benarkan?” Tanyaku pada namja yang duduk dikursi roda, kami tengah ada disebuah bukit dimana seluruh Kota Seoul dapat terlihat dari sini.

“Ne, kau suka?” Tanya kemudian, akupun mendekatinya.

“Tentu saja…aku sangat sangat suka.” Jawabku cepat menatap dalam namja dihadapanku ini. Namja yang sangat kucintai dan mencintaiku sepenuh hati…dia adalah Kwon Jiyong, namja yang tak pernah mencampakkanku ataupun meninggalkanku. “Kau sudah lebih baik?” Tanyaku kemudian mensejajarkan diriku dihadapannya, terlihat ia menyunggingkan senyumnya.

“Aku sangat sangat baik, Suster Park…ini karena dirimulah yang selalu merawatku.” Jawabnya membuatku tersipu, apalagi kini ia secara perlahan mendekatkan bibirnya ke bibirku.

“Ehem…ehem.” Sebuah suara mau tak mau membuat kami mengurungkan niat kami sebelumnya, kuhunuskan tatapan membunuhku pada yeoja yang tanpa dosa menyunggingkan senyum nakalnya itu. Cih…awas kau, Hanbyul. Ingatkan aku untuk membalasnya nanti…

“Waeyo?” Tanyaku kemudian.

“Makanan telah siap, jadi kajja…kami menunggumu untuk makan bersama.” Jawabnya membuatku hanya bisa mendesah, ia telah menghancurkan saat-saat romantisku…akupun memajukan bibirku kesal.

“Tenanglah, kita akan kembali melanjutkannya nanti.” Bisik Jiyong dan kali ini berhasil kembali membuat pipiku memerah.

Ini adalah piknik pertama kami…Jiyong yang memintanya, ia mengatakan…ia jenuh berada dikamarnya itu dan butuh udara segar. Seunghyun Oppa sempat melarangnya tapi akhirnya iapun menurutinya…aku tahu Seunghyun Oppa tak benar-benar bisa melarang keinginan seorang Kwon Jiyong dan terlihat jelas Seunghyun Oppa sangat menyayanginya, jadi disinilah kami…aku, Jiyong, Seunghyun Oppa, Hanbyul dan juga Seven Oppa….kami sangat menikmati hari ini dan aku selalu berharap kebahagiaan ini tak akan pernah berakhir.

“Ah..tunggu, aku membawakan ini untuk kalian.” Ucap Hanbyul kemudian mencari sesuatu ditasnya dan…”Tadaaaa.” Lanjutnya menyerahkan sebuah album berwarna putih padaku. “Eits, bukalah itu sesudah kita makan…araesso.” Ucapnya mengingatkan.

“Ais, jika begitu…seharusnya kau tak usah memberikannya sekarang, babbo.” Sungutku kesal.

“Yah! Siapa yang kau katakan babbo, hah? Opppaaaaaaa…lihat dia, kau dengar…ia mengatakan pacarmu ini babbo. Hikz.” Hanbyul mulai mendramatisir sekarang.

“Ya! Dara-yah…apa yang kau katakan itu, hah?” Ucap Seven Oppa akhinya, tapi belum sempat aku menjawab ia kembali melanjutkan ucapannya, “Seharusnya kau sudah menyadarinya sejak awal.”

“YA!” Pekik Hanbyul tak terima ternyata Seven Oppa tak membelanya.

“HAHAHAHAHA.” Suara tawapun mulai menggema saat Hanbyul terlihat kesal dan menggembungkan pipinya.

—–whyyou—-

“Kami akan menunggumu di mobil.” Seru Seunghyun Oppa padaku dan Jiyong.

“Ne…Oppa.” Jawabku cepat, karena Jiyong masih ingin memandang Kota Seoul di malam hari. Akupun melepaskan syalku dan melingkarkan dilehernya. “Ini akan membuatmu lebih hangat.” Ucapku tanpa meminta persetujuan darinya. Dan aku teringat dengan album putih pemberian Hanbyul, segera kuambil dari tasku…

“Apa itu?” Tanyanya kemudian, akupun mengambil posisi disampingnya dengan berlutut untuk dapat melihat album itu bersama dengan ditemani pencahayaan lampu yang temaram dibukit ini. “Foto kita dulu ya?”

“Ne…ini foto saat kita SMA dulu, Hanbyul pernah tercebur ke kolam karena terlalu bersemangat mencari posisi yang pas untuk memfoto kita.” Jawabku membuat ia tertawa saat mengingatnya.

“Dara-yah.” Panggil Jiyong membuatku beralih untuk melihatnya dan tepat saat itu aku merasakan bibirnya yang hangat menyentuh  lembut bibirku dan semakin lama kamipun memperdalam ciuman kami…hingga akhirnya kami menyudahi itu untuk mengambil napas, dan kami sama-sama tersenyum seperti orang bodoh mengingat apa yang terjadi barusan. Aigo…aku yakin wajahku memerah seperti kepiting rebus sekarang.  Dan kurasakan Jiyong menggenggam tanganku erat.

“Gomawo.”

“Mwo?”

“Gomawo…karena sudah hadir dihidupku, dan kau tahu…kehadiranmu sangatlah berarti untukku, Dara.” Ucapnya yang kutahu ia mengatakannya dengan sangat tulus, akupun mengembangkan senyumku membalas tatapannya padaku.

“Ne, Aku tahu…dan kau juga perlu tahu, kehadiranmu dihidupku juga sangatlah berarti Ji.” Jawabku membuat ia mengangguk mengerti. Dan terlihat ia kembali memandang jauh kedepan…

“Dara, lihatlah….bintang jatuh.” Reflek akupun melihat ke langit malam, dan benar saja…segera aku memanjatkan doa dengan kedua tangan yang kukepalkan, berharap doaku untuk selalu bersamanya dapat terkabul tapi seketika aku membuka mata saat kurasakan Jiyong menyandarkan kepalanya dibahuku. Aneh…kenapa tiba-tiba saja dia diam, apa ia tertidur?

“Ji…Jiyong, yah…bangunlah. Kita harus pulang sekarang, mereka menunggu kita…Jiyong-ah.” Dan aku terdiam saat kusadari ada sesuatu yang salah. “Anio, anio….Jiyong, Jiyong…ani…anio. OPPPAAAAAAAAAAA….. OPAAAAAAAAAAAA!!” Teriakku disela isak tangisku yang mulai pecah, dan tak lama merekapun berdatangan dan aku tak sanggup lagi menopang tubuhku saat Seunghyun Oppa yang memeriksa detak nadinya dan menyatakan bahwa ia telah tiada. Ottoke…ottoke???

“Ji….Jiyong…Jiyong.” Panggilku terisak yang kutahu ia tak akan lagi bisa menjawab, kurengkuh tubuhnya kepelukanku…dan dengan berbisik kukatakan padanya lembut. “Ji, tidurlah yang nyenyak ne…bermimpilah yang indah, dengan cintaku yang akan mencintaimu…selamanya.”

—–END—-

Tinggalkan komentar ya chingudeul….Gomawo sebelumnya dah nyempetin baca. *Bow*. >.<

41 thoughts on “Why You [Oneshoot]

  1. Daaaaannnn….baru baca ini. Oke fix, sedih yah sedih. Gimana gak sedih kalo Jidi yg di buat ninggal T^T Poor Jidi /puk..puk/

Leave a comment