My Lovely PRETTY BOY : 007

little-sun

Author : Little Sun

Genre : Romance

Ratting : T

Long : 7/10 chapter

Cast : Park Sandara, Kwon Jiyong, Jang Wooyoung, Ahn Sohee

**

Chapter 7

“Ya~! Seungrat! Apa yang kau lakukan?” teriak Chaerin sambil mencoba melepaskan tangan Seungri yang melingkar di pinggangnya, “Lepaskan!”

Wae? Aku tidak mau namja ini mengambil kesempatan darimu,” gumam Seungri. Dia melirik ke arah Wooyoung dengan tatapan tidak bersahabat.

Wooyoung terkekeh saat melihat tingkah Seungri, “Sepertinya namja chingu-mu cemburu padaku,”

Chaerin menoleh pada Wooyoung, “MWO? Dia bukan namja chingu-ku!”

Aigoo~! Baby cat! Kenapa kau berkata seperti itu?” tanya Seungri sambil mengeratkan pelukannya pada Chaerin.

“Ya~! Ya~! Ya~!”

Wooyoung kembali tertawa saat melihat Chaerin berusaha melepaskan tangan Seungri dari tubuhnya tetapi Seungri malah semakin mengeratkan pelukannya pada Chaerin.

“Apakah yang lain ada di sini?” tanya Wooyoung.

Chaerin menoleh ke arah Wooyoung, “Ne,” jawab Chaerin, “Dara eonni, Bom eonni, dan Minzy,”

“Dara?”

“Dia ada di meja di sekitar sini. Aku juga akan ke sana,” jawab Chaerin lalu kembali menolehkan pandangannya pada Seungri, “Ya~! Lepaskan! Aku tidak bisa berjalan!”

PLAKK!

Chaerin memukul kepala Seungri menggunakan tas tangannya.

Aigoo~! Baby cat! Apayo!” kata Seungri sambil mengelus kepalanya.

“Makanya jangan berbuat macam-macam,” kata Chaerin.

Seungri hanya diam dan mengendus kesal sambil mengelus kepalanya.

“Ayo oppa, kita cari Dara eonni,” kata Chaerin sambil melingkarkan tangannya pada Wooyoung.

“Ya~!” teriak Seungri tetapi Chaerin dan Wooyoung telah pergi meninggalkan tempat itu, “Ck! Kau meninggalkanku untuk namja seperti dia? Aku lebih tampan darinya,” gerutu Seungri.

**

Bom melangkah dengan cepat mendekati yeoja itu. Bom menarik napas lalu menghembusakannya lagi dengan kuat saat dia melihat apa yang dilakukan oleh yeoja itu.

“Ya~! Neol michigesseo?” teriak Bom lalu menarik rambut yeoja itu.

“YAA~!” teriak yeoja itu sambil memegangi rambutnya yang ditarik oleh Bom.

Bom membenturkan tubuh yeoja itu ke dinding lalu menarik rambutnya kuat-kuat.

“Ya~! Bagaimana bisa kau melakukan hal tidak bermoral seperti itu pada namja yang tidak sadarkan diri?” bentak Bom lalu menoleh ke arah Seunghyun.

Seunghyun duduk bersandar di dinding seperti tadi, tak bergerak. Kedua matanya terpejam.

“Ya~! Itu urusanku! Bukan urusanmu! Lagi pula Seunghyun oppa juga menyukainya!” teriak yeoja itu.

PLAKKK!

Bom mendaratkan tangan kanannya di pipi kiri yeoja itu.

“Kau benar-benar gila ya?” tanya Bom sambil kembali menarik rambut yeoja itu, “Kau tidak lihat dia tidak sadarkan diri dan kau masih melakukan hal bejat itu padanya?”

Yeoja itu menatap Bom tajam dengan kedua matanya, “Wae? Aku mencintai Seunghyun oppa!”

MWO?” tanya Bom, tidak percaya dengan kata-kata yang baru didengarnya.

Seunghyun oppa juga mencintaiku!” tambah yeoja itu.

Bom melepaskan rambut yeoja itu, “Well, apapun hubunganmu dengan namja sialan itu, aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal tak bermoral di depan umum! Paling tidak bawalah dia ke kamar hotel atau rumahmu itu!”

B*tch!” kata yeoja itu.

MWO? Kau masih bisa mengataiku?” Bom meletakkan kedua tangannya di pinggang, “Lihat apa yang baru saja kau lakukan dan katakan sekarang siapa yang b*tch!”

Yeoja itu menatap Bom dengan bengis lalu membetulkan letak bajunya dan meninggalkan tempat itu.

Bom mendesah tak percaya, “Huh! Bagaimana bisa seorang yeoja memperkosa namja?” Bom menoleh ke arah Seunghyun yang tidak sadarkan diri, “Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan padamu? Apakah aku harus membuangmu ke tempat sampah?”

**

Eonni!” teriak Chaerin saat dia, Wooyoung, dan Seungri hanya beberapa langkah lagi sampai di meja Dara, Jiyong, Yongbae, Daesung, Minzy, dan.. seorang yeoja yang tidak dikenali oleh Chaerin.

Chaerin sedikit mengerutkan alisnya saat melihat yeoja itu duduk di dekat Jiyong dan menempelkan tubuhnya pada Jiyong dengan lekat meski Jiyong telah duduk bersama Dara.

Chaerin eonni!” teriak Minzy, “Oh! Wooyoung oppa!” teriak Minzy saat dia melihat seorang namja berjalan di belakang Chaerin.

Dara langsung menoleh saat dia mendengar nama Wooyoung.

Chaerin berdiri di samping Wooyoung sedangkan Seungri langsung duduk di samping Daesung dan Yongbae.

“Siapa dia?” bisik Daesung pada Seungri.

“Serangga pengganggu,” jawab Seungri dengan nada sebal. Dia langsung mengambil bir yang ada di depannya dan meneguknya.

Daesung dan Yongbae bertukar pandangan saat mendegar jawaban Seungri.

Annyeong haseyo!” kata Wooyoung, mengedarkan pandangannya ke semua orang yang duduk di meja lalu pandangannya berhenti pada Dara yang duduk tepat di samping Jiyong. Wooyoung memandang Dara dengan tatapan yang tidak biasa. Hal itu tidak lepas dari mata Jiyong dan Jiyong merasa tidak nyaman dengan tatapan namja itu pada Dara.

Oppa,” gumam Dara, lalu sebuah senyum muncul di wajahnya.

Aigoo~! Uri ssantoki sudah sebesar ini,” kata Wooyoung.

“Ya~! Aku bukan kelinci!” kata Dara, sebal.

Wooyoung terkekeh, “Meski begitu kau tetap ssantoki kecilku,” kata Wooyoung.

Jiyong menatap namja Wooyoung itu dengan tajam.

“Nah, oppa, aku akan mengenalkan oppa pada teman-teman baru kami di universitas,” kata Chaerin.

Wooyoung mengangguk.

“Semuanya, ini adalah Jang Wooyoung. Dia adalah sahabatku, Dara eonni, Bom eonni, dan Minzy sejak kami di sekolah menengah dan dia adalah sahabat kecil Dara eonni,” kata Chaerin.

Jiyong langsung menoleh ke arah Dara dan melihat Dara dan namja itu saling bertatapan satu sama lain.

“Dua tahun yang lalu dia pindah ke Tokyo karena ayahnya dipindah tugaskan ke Tokyo,” jelas Chaerin.

Annyeong haseyo,” kata Wooyoung.

“Lalu mereka adalah..,” Chaerin menoleh ke sebelah kiri, “Lee Seungri,” kata Chaerin sambil menunjuk Seungri yang sedang sibuk meminum bir-nya.

“Oh, namja chingu-mu?” tanya Wooyoung.

Aniyo, oppa!” kata Chaerin sambil menatap Wooyoung tajam.

“Arra.,”

“Lalu itu adalah Kang Daesung,” kata Chaerin sambil menunjuk Daesung.

Annyeong,” kata Daesung.

Annyeong,” kata Wooyoung.

“Dong Yongbae,” kata Chaerin, “Kwon Jiyong,” kata Chaerin sambil menunjuk Jiyong, “Dan aku tidak tau siapa dia,” kata Chaerin sambil menunjuk yeoja yang duduk di sebelah Jiyong.

Yeoja itu tersenyum lalu berdiri dan mengulurkan tangannya pada Wooyoung, “Ahn Sohee, aku kekasih Kwon Jiyong,”

Wooyoung menerima uluran tangan itu.

MWO?” tanya Chaerin lalu menatap Dara, Minzy, kemudian Jiyong bergantian.

Minzy hanya mengangkat bahunya, sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini.

Jiyong menoleh ke arah Sohee, “Aku bukan namja chingu-mu,” desis Jiyong.

Sohee menoleh ke arah Jiyong dan menampakkan wajah sedihnya, “Wae? Jagiya, kenapa kau berkata seperti itu?” kata Sohee dengan nada manisnya.

“Karena aku memang bukan namja chingu-mu!” kata Jiyong dengan memberikan penekanan dalam setiap katanya.

Jagiyaa~!” kata Sohee sambil melingkarkan tangannya di lengan Jiyong.

“Lepaskan!” kata Jiyong sambil melepas tangan Sohee yang melingkar di lengannya.

Waaee..?” kata Sohee.

Chaerin berdehem, mencoba mengembalikan perhatian mereka padanya,  “Apakah ada yang bisa menjelaskan padaku apa yang sedang terjadi sini?” tanya Chaerin sambil melipat kedua tangannya di dada.

“Emm.. Chaerin-ah,” kata Daesung, “Tidak ada yan perlu dijelaskan di sini karena mereka berdua sudah putus sejak tiga tahun yang lalu. Jadi sekarang mereka tidak punya hubungan apa-apa,”

Yeoja itu tersenyum, “Daesung oppa, sepertinya kau salah,” kata yeoja itu.

Semua yang ada di meja menoleh ke arahnya.

“Kalau Daesung oppa salah, bisakah kau menjelaskan padaku selengkapnya, Ahn Sohee-ssi?” tanya Chaerin.

“Baiklah,” jawab yeoja itu, “Kami sudah menjadi sepasang kekasih sejak tujuh tahun yang lalu. Tiga tahun yang lalu aku harus pergi karena aku mendapatkan beasiswa ke London dan sekarang aku kembali,”

Chaerin meletakkan kedua tangannya di meja, “Jadi.. kau masih kekasihnya?” tanya Chaerin sambil menunjuk Jiyong yang hanya diam sejak tadi.

Yeoja itu mengangguk sambil tersenyum.

Jiyong mendesah kesal.

“Apakah kau tidak tau kalau Kwon Jiyong-ssi dan yeoja di sampingnya, Sandara Park adalah sepasang kekasih?”

Yeoja itu menoleh ke arah Dara, “Oh.. jinjayo?” tanya yeoja itu.

“Aku turut menyesal tetapi aku harus mengatakan bahwa sepertinya Jiyong oppa hanya memanfaatkanmu karena dia terlalu lama memungguku,”

Semua orang yang ada di meja itu –kecuali Jiyong–  memelalakan matanya saat mendengar jawaban Sohee. Daesung, Yongbae, dan Seungri saling bertukar pandang. Dara menundukkan kepalanya.

MWO?” tanya Chaerin, “NEOL MICHEOTA?”

Aniyo,” jawab Sohee.

“Hahahahaa,” Chaerin tertawa sinis sambil menarik tangannya dan melipatnya di depan dada, “Kau gila! Jika memang kau kekasih Jiyong oppa, bagaimana bisa kau membiarkannya memiliki kekasih yang lain selama kau tidak ada di sampingnya?”

“Aku yang memberinya ijin,” jawab Sohee, santai.

Chaerin semakin membelalaknya kedua matanya, tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja didengarnya.

“Bukankan ini akan memperlihatkan seberapa kuat ikatan di antara kami?” tanya Sohee.

Neol..,”  Chaerin sudah tidak tahan dengan yeoja itu. Dia langsung berjalan mendekati Dara dan menarik tangannya, “Kita pulang,” kata Chaerin.

Dara berdiri, “Chaerin-ah,”

“Mwo?” tanya Chaerin.

Sohee tiba-tiba saja berdiri lalu meletakkan kedua tangannya di kedua pipi Jiyong. Semua orang menoleh ke arah mereka berdua, menunggu apa yang akan dilakukan oleh Sohee. Dia merendahkan tubuhnya, memperkecil jarak yang memisahkan dirinya dan Jiyong lalu menyampukan bibirnya ke atas bibir Jiyong.

Semua orang yang ada di tempat itu membelalakkan matanya saat menyaksikan kejadian itu. Dara menutup bibirnya dengan sebelah tangannya.

Oh my God!,” bisik Chaerin.

Jiyong mendorong tubuh Sohee, “Kau gila?”

Sohee yang terdorong ke belakang berusaha menjaga keseimbangannya dengan berpegangan pada meja yang ada di belakangnya.

Jagiyaa,” kata Sohee.

“Pergi!” kata Jiyong.

Sohee memutar kedua bola matanya lalu menegakkan tubuhnya, “Baiklah, aku akan pergi. Jika kau ingin datang ke tempatku nanti malam, password-nya masih sama,” kata Sohee lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

Dara menunduk, memandangi jemarinya yang dia letakkan di atas pangkuannya.

Chaerin menoleh ke arah Dara, “Kau masih ingin di sini dengannya? Huh! Eonni! Dia berselingkuh di belakangmu!” teriak Chaerin, “Ani.. dia memanfaatkanmu eonni!”

Dara menoleh ke arah Chaerin lalu menunduk.

Dara-ah,” kata Wooyoung lalu berjalan mendekat pada Dara. Wooyoung melepas jasnya lalu mengenakannya pada Dara, “Ayo pulang,” bisik Wooyoung.

Jiyong berdiri lalu menarik Dara ke dalam pelukannya, “Aku yang akan mengantarnya pulang,” kata Jiyong.

Jiyong dan Wooyoung saling melemparkan tatapannya satu sama lain. Setiap orang yang ada di tempat itu bisa merasakan aura yang kuat yang ada di sekitar mereka.

Wooyoung menarik tubuh Dara. Dara menoleh ke arah Jiyong. Jiyong menggenggam Dara dengan kuat.

Wooyoung menunduk ke arah Dara,  “Ssantoki,” panggil Wooyoung.

Dara menoleh ke arahnya.

“Ayo pulang,” kata Wooyoung sambil tersenyum padanya.

Wooyoung menarik tubuh Dara dari rengkuhan tangan Jiyong.

Baby,” kata Jiyong.

Dara menoleh pada Jiyong.

Eonni, ayo pulang,” kata Chaerin sambil menarik tubuh Dara.

Chaerin berhasil melepaskan tubuh Dara dari rengkuhan Jiyong. Saat Dara mulai berjalan genggaman tangan antara dirinya dan Jiyong terlepas. Dara lalu menundukkan kepalanya dan mengikuti Wooyoung yang menuntunnya keluar dari tempat itu. Mata Jiyong terus mengikuti Dara bergerak meninggalkan tempat itu.

Minzy-ah, ayo pulang,” kata Chaerin.

Minzy berdiri.

Chaerin melemparkan tatapan kemarahannya pada Jiyong sebentar lalu melangkah pergi.

**

Chaerin menutup pintu apartement mereka dengan keras.

“Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku lihat dan aku dengar!” kata Chaerin.

Dara duduk di sofa dengan Minzy. Dara hanya menundukkan kepalanya.

Wooyoung berdiri, menyandarkan tubuhnya di dinding.

“Mulai hari ini tidak ada lagi hubungan Jiyong-Dara. Kita semua tidak mengenal namja bernama Kwon Jiyong,”

Chaerin-ah,” kata Dara, mendongak menatap dongsaeng-nya itu.

Eonni! Dia hanya seorang pengecut! Apakah eonni tidak melihat? Yeoja itu terus menempel di tumbuhnya seperti seekor lintah! Demi Tuhan, eonni! Dia telah berbohong pada eonni!”

“Tapi..,”

Aniyo! Aku sudah tidak mau dengar. Sebaiknya kita tidur,” kata Chaerin lalu berjalan memasuki kamarnya.

**

Dara berdiri di balkon kamarnya. Memandangi pemandangan Kota Seoul di malam hari. Lampu-lampu bergerak di bawah, mengikuti lika-liku jalanan Kota Seoul. Langit malam tak berbintang dan hanya menampakkan kegelapan malam.

Kejadian yang baru saja terjadi benar-benar di luar dugaan. Jika mereka semua terkejut, Dara-lah yang paling terkejut. Jika mereka semua kecewa, Dara-lah yang paling kecewa. Jika semua merasa dikhianati, Dara-lah yang merasa paling dikhianati. Namun, jika mereka semua marah pada Jiyong, entah kenapa Dara tidak bisa merasakan perasaan itu. Ya, Dara sangan ingin marah. Sangat-sangat ingin. Namun entah kenapa perasaan itu tidak muncul. Hanya rasa sakit yang muncul dan menusuk-nusuk jantungnya. Meremasnya dengan kuat.

Dara tidak ingin menangis. Ya, Dara tidak ingin menangis demi seorang namja. Sejak kejadian itu Dara benar-benar tidak ingin menangis demi seorang namja. Namun, entah kenapa dia merasakan pipinya mulai basah. Matanya mulai buram.. dan dia ingin berteriak sekeras-kerasnya. Mengeluarkan semua rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya.

Dara mencoba mengerjapkan matanya tetapi air mata itu tidak berhenti. Dara menggenggam besi pagar di depannya dengan kuat.

Tanpa dia sadari, perlahan mulai terdengar suara isakan. Isak tangis yang menyakitkan. Suara parau yang terdengar, mengelilinginya. Dan dia tidak suka dengan perasaan ini.

Dara mengerjapkan-ngerjapkan matanya, menghapus air mata yang mengalir di pipinya dengan tangan kanannya tetapi air mata itu tidak mau berhenti. Dara mencoba memukul-mukul dadanya, mencoba mengurangi rasa sakit yang telah menggerogoti dadanya. Namun, rasa itu tidak pergi.

Dara berbalik dan menyandarkan tubuhnya ke pagar. Menenggelamkan wajahnya dibalik tangannya. Menyandarkan kepalanya di atas kedua tangannya yang terlipat di atas lututnya.

Dara mencoba berteriak. Berteriak mengeluarkan semua perasaan tidak menyenangkan itu tetapi tidak ada satu suara pun yang keluar. Dan hal itu semakin menyiksa batinnya. Ya.. dia tersiksa.

Naneun.. paboya?

**

Chaerin dan Minzy telah masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Sejak Dara masuk ke dalam kamarnya, Wooyoung bermaksud masuk ke dalam kamar Dara dan menenangkannya tetapi dia tidak jadi melakukan hal itu.

Wooyoung berdiri di balik pintu kamar Dara. Sebelah tangannya memegang knop pintu. Pintu itu telah terbuka sedikit dan Wooyoung bisa melihat dengan jelas semua kejadian yang terjadi di dalam kamar itu.  Dan apa yang dilihatnya benar-benar mengingatkannya kembali pada peristiwa beberapa tahun yang lalu.. Peristiwa manyakitkan itu. Ya, dia tau semuanya.

Dara itu seperti kerang. Ya, begitulah Wooyoung mengibaratkan Dara. Sejak kecil, Dara adalah yeoja yang terlihat kuat di luar tetapi sebenarnya dia sangat lunak dan lemah.

Wooyoung telah menjadi sabahat kecil Dara sejak mereka masih dalam rahim Eomma mereka masing-masing. Dulu saat Dara belum pindah ke apartement mewah mereka, keluarga Dara dan Wooyoung tinggal bersebelahan. Kedua Eomma mereka bersahabat dengan baik.

Saat itu, kehidupan ekonomi keluarga Dara sedikit mengalami masalah sehingga kedua orang tuanya harus bekerja hingga larut malam untuk memenuhi kebutukan keluarga mereka. Dara akan tinggal di rumah sendiri dan menunggu kedua orang tua mereka.

Wooyoung masih ingat, suatu hari dia datang ke rumah Dara. Eomma-nya memintanya mengajak Dara makan di rumah karena Eomma ­Wooyoung tau bahwa Dara selalu makan malam sendirian…

 

Wooyoung memasuki rumah Dara. Wooyoung memanggil-manggil nama Dara dan mencoba menemukan keberadaan sahabatnya itu. Namun tidak ada suara yang menjawab. Wooyoung menyurusi semua ruangan di rumah itu. Kamar Dara, kamar kedua orang tua Dara, ruang keluarga, taman belakang, tetapi Dara tidak ada di sana.

Saat Wooyoung tiba di ruang keluarga di rumah Dara. Wooyoung mencium bau makanan saat dia memasuki ruangan itu. Dan benar.. di atas meja makan telah tertata berbagai macam masakan yang telah Dara masak.

Wooyoung berjalan mendekat. Di salah satu kursi Wooyoung melihat ada seorang yeoja yang tertidur sambil menenggelamkan wajahnya di balik kedua tangannya. Wooyoung mendekat.

“Ssantoki,” panggil Wooyoung sambil menggerakkan tubuh Dara pelan.

Dara tidak bergeming dan tertidur dengan lelap.

“Ssantoki,” panggil Wooyoung lagi.

Tetapi Dara kembali tidak bergeming.

Wooyoung menyibakkan rambut Dara yang menutupi wajah Dara.

“Kau sangat lelah ya?” tanya Wooyoung.

Wooyoung menoleh dan melihat semua makanan yang telah di sajikan di meja itu.

“Mereka tidak akan pulang, kenapa kau harus menyiapkan semua ini?” gumam Wooyoung.

Wooyoung menoleh ke arah Dara, “Neol.. paboya?”

Wooyoung terkekeh pelan lalu menarik tubuh Dara. Menggendongnya dan membawanya ke kamar Dara. Wooyoung menyelimuti Dara dengan selimut tebal pink favorit Dara. Menutup pintu tirai jendela kamar Dara dan mematikan lampu kamarnya.

“Eomma.. Appa,” gumam Dara dalam tidurnya.

Wooyoung berjalan mendekati ranjang Dara. Dia tersenyum, senyum tipis yang tak bisa diartikan sebagai sebuah senyum yang menyaratkan kebahagiaan. Lebih pada rasa pedih yang juga Wooyoung rasakan. Sama seperti yeoja yang sedang tertidur di balik selimutnya itu, “Kau sangat merindukan mereka ya?”

“Eomma.. Appa..,” Dara kembali memanggil kedua orang tuanya.

Sesaat kemudian Wooyoung bisa mendengar suara isak tangis yang keluar dari bibir mungil Dara.

“Ya~! Diam lah.. uljimayoo,” gumam Wooyoung sambil memeluk tubuh Dara. Dia merengkuh tubuh Dara dalam pelukannya.

Dara menenggelamkan wajahnya di dada Wooyoung.

“Uljimayoo.. ne? Aku di  sini,” gumam Wooyoung, “Jangan khawatir. Aku akan selalu menjagamu,”

Setelah beberapa saat Dara kembali tertidur dengan nyenyak.

Wooyoung keluar dari kamar itu dan menutup pintunya perlahan. Dia kembali ke ruang makan dan membereskan semua makanan yang telah Dara siapkan. Menyimpannya dengan rapi di dalam lemari penyimpanan.

  

Dari tempatnya berdiri, Wooyoung kembali mendengar suara tangisan itu lagi dan hatinya ikut merasakan rasa sakit saat dia mengedar isakan itu. Wooyoung menunggu hingga isakan Dara sudah tak terdengar lagi lalu berjalan memasuki kamar Dara.

Wooyoung berjalan ke beranda. Mendekati sesosok tubuh kecil tak berdaya yang duduk di tepi pagar. Wooyoung mengangkat tubuh kecil itu lalu membawanya ke dalam. Membaringkan tubuh itu di ranjangnya lalu menyelimutinya dengan selimut. Wooyoung berbalik lalu menutup pintu balkon di kamar Dara. Mematikan semua lampunya lalu berjalan keluar.

Saat Wooyoung sampai di ambang pintu, dia berhenti lalu menoleh pada Dara, “Jaljayo, ssantoki,”

**

Langkah-langkah kaki terdengar menyusuri lorong apartement Jiyong dan Seungri. Seungri dan Daesung berjalan menyusuri lorong itu sambil memapah Jiyong yang telah kehilangan kesadarannya. Yongbae berjalan di depan mereka. Saat mereka sampai di depan kamar Jiyong, Yongbae membukakan pintu untuk mereka. Membiarkan tubuh Jiyong yang dipapah oleh Seungri dan Daesung berjalan memasuki pintu.

Daesung dan Seungri langsung merebahkan Jiyong ke atas ranjang.

Daesung menghembuskan napasnya, “Aku tidak menyangka dia akan kembali dengan cara seperti ini,” kata Daesung.

“Aku lebih tidak menyangka, kenapa dia harus kembali,” kata Seungri.

Yongbae berdiri menghadap ke jendela kamar Jiyong yang menampakkan pemandangan malam Kota Seoul, “Sepertinya kita harus bertindak agar kegilaan ini tidak menjadi semakin gila,” gumam Yongbae.

**

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar Jiyong. Menerpa tubuh Jiyong yang terbaring tak sadar di atas ranjangnya, menghangatkan ruangan yang semula gelap. Jiyong mengerjapkan matanya, mencoba menghalau sinar mentari yang menerpa wajahnya dengan sebelah tangannya.

Jiyong menggeram dan menengadahkan tubuhnya, menghadap langit-langit kamarnya. Jiyong menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri, mencoba menganali tempat itu.

“Ahh,”

Jiyong mengerang saat merasakan kepalanya mulai berdenyut karena efek alcohol yang diminumnya semalam. Setelah Dara pergi dengan namja itu, Jiyong menghabiskan sisa malam itu di bar dan terus meminum alcohol tanpa henti. Seungri, Daesung, dan Yongbae telah mencoba menghentikannya tetapi dia tetap saja tidak berhenti.

Jiyong menegakkan tubuhnya. Dia duduk di tepi ranjang, menyadarkan kepalanya pada tangan kirinya. Dia diam, matanya menerawang memandang lantai. Sesaat kemudian dia berdiri, setengah berlari ke arah balkon kamarnya lalu membukanya dengan keras. Daun pintu itu membentur dinding dengan keras. Suaranya memenuhi ruangan itu.

Jiyong berhenti di ambang pintu lalu menoleh ke sebelah kiri. Pintu apartement yang terletak tepat di sebelah kirinya terbuka. Menampakkan tirai putih yang melayang terbawa angin pagi yang berhembus. Jiyong langsung berjalan ke tepi pagar, memanjat pagar itu perlahan. Dengan hati-hati Jiyong melangkah di antara dua balkon yang berjarak satu meter itu.

Tangan kirinya berpegangan pada pagar besi di balkonnya sedangkan tangan kanannya berpegangan pada pagar besi di balkon sebelah. Jiyong melangkahkan kakinya ke balkon sebelah lalu melompati pagar besi itu.

Ssantoki, ayo makan,”

Jiyong mendengar suara itu dari dalam ruangan yang kini berada di depannya. Jiyong melangkah memasuki ruangan itu. Langkahnya langsung terhenti saat Jiyong melihat dua orang yang berdiri di dalam ruangan itu. Kedua matanya melebar. Dadanya sesak, seolah jantungnya telah ditarik paksa keluar dari rongga dadanya.

“Ya~! Oppa, ada di sini. Kau tidak perlu khawatir,” kata namja itu yang kini sedang berdiri sambil memeluk sebuah tubuh kecil dalam pelukannya.

 

 

to be continue ..


see you next time!

©2012Littlesun

Please read, like, and comments! 😀


33 thoughts on “My Lovely PRETTY BOY : 007

Leave a comment