FATE [Chap. 12]

12346798_1016594028383065_2142506412_n

Author : dinasptvd

Main Characters:

Kwon Jiyong [26th] ; Sandara Park [28th].

Support Characters:

Dina Park [22th] ;Song Daehan [2th] ; Kiko Mizuhara [26th] ; Kim Jaejoong [26th] ; 2NE1 Members ; BIGBANG Members.

******

Hi!

Mianhaeyo, karena baru posting hari ini. Demam tinggi sialan ini menyerang disaat yang ngga terduga TT

Enjoy, my fate.

—-

 

“Kiko datang kemari hari ini.”

“Baiklah.. ceritakan padaku semuanya, Jiyong.”

“Seunghyun? Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?”

“Anida.”

“Kurasa memang kau bukanlah takdirku. Kwon Jiyong… annyeong.”

‘Jiyong menginginkan seorang putri, aku pernah melihat wawancaranya. Hm..aku juga ingin seorang putri.. pasti dia akan mirip sekali dengan Jiyong. Dia pasti cantik sekali..’

“Ji.. Saranghae.”

“Gwenchanha. Aku akan tangani masalah ini. Kita hanya perlu melakukan yang terbaik agar ini tidak merusak citra anak-anakku. Angeurae? Lagipula.. Sudah kuduga mereka akan bersama.”

Namja berambut hitam pekat dengan manik mata coklat hazel yang terang tengah tersenyum lebar sembari tertawa kecil seperti orang kurang waras di dalam studionya. Beberapa pasang mata mengamatinya dengan bingung, heran, penasaran, namun tidak dapat menemukan jawaban pasti atas sikapnya. Choi Seunghyun menyesap kopinya perlahan, masih mengamati perilaku aneh sahabat jeniusnya itubersamaPark Bom disisinya.

“Apa yang kau pikirkan tentang ini, Jagiya?” tanya kekasih cantiknya, membuat kedua mata tajamnya seketika membentuk satu garis tapis ke arah Jiyong.

“Dia sedang jatuh cinta.”

Bom tersenyum, “Aku juga berpikir begitu! Maksutku, itu terlihat jelas kan?”

“Uh-uh. Jelas sekali. Dia seperti seorang idiot sekarang. Sangat idiot.”

“Sejak kapan dia.. tertawa seperti itu, hyeong?” Kali ini Youngbae, menatap Seunghyun dengan alis berkerut, membuat namja berambut putih silver itu menoleh.

“Sejak aku memasuki ruangan ini pagi tadi, dia sudah seperti itu. Menggingit jari seperti biasa, tersenyum.. lalu tertawa, tersenyum lagi dan tertawa lagi. Oh. Dia bahkan menggelengkan kepalanya beberapa kali.”

Daesung dan Seungri yang turut mendengarkan pun hanya dapat bertukar pandangan satu sama lain, “Heol…”

Kwon Jiyongduduk di depan layar komputer dengan beberapa tumpukan kertas berisikan lirik lagu yang berserakan di atas meja,masih tidak berkutik. Itu karena dirinya terlalu sibuk dengan pikirannya  sendiri yang melayang mengingat kata-kata noona-nya, baby girl-nya, kemarin.

Flashback

 

“Ji..” suara lembut Dara memanggilnya, membuatnya menoleh dan tersenyum.

“Saranghae..”

DEG

Dirinya mencoba untuk menguasai seluruh kesadarannya namun terlambat, kalimat itu sukses membuat jantungnya berdegup kencang sekali, cukup kencang hingga tanpa sadar kakinya menginjak rem dengan satu gerakan cepat. Kemudian terdengar suara decitan yang menandakan mobil mewahnya itu telah berhenti secara tiba-tiba.

“Jiyong?! Itu berbahaya.”

Dara Park menatapnya cemas, lalu memandang putranya yang nampak sedikit ketakutan di pelukannya. Oh, ia merasa bersalah akan hal itu. Tapi apa yang dapat ia lakukan karena hal yang luar biasa ini?

“Dassi marhaebwa.” Ucapnya pertama kali, setelah memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain di belakang mobilnya. Keberuntungan, tepatnya. *katakan itu lagi

Yeojanya kembali menatap kedua matanya, berkedip dengan wajah yang mulai memerah. “E-eoh?”

“Dassi marhaebw, jebal..”

Dara menelan ludahnya, lalu berdeham canggung.

“Saranghantago.. Saranghae, Kwon Jiyong. ” *kubilang aku mencintaimu.

Melihat Dara tersenyum di hadapannya seperti itu, mendengarnya mengucapkan kalimat sederhana yang telah lama ia impikan, secara otomatis membuat matanya berkaca-kaca. Ia sangat bahagia. Ia bahagia lebih dari siapapun.

Sesaat kemudian, yang Jiyong ketahui tubuhnya telah mendekat dan bibirnya mencium bibir Dara dengan lembut.. singkat, namun sangat menyiratkan ketulusan di dalamnya.

Dan disaat keduanya melepas ciuman mereka dan terengah, kedua mata Dara terbelalak karena baru saja menyadari bahwa Daehan masih disini, bersama mereka. Namja kecil itu kini menutup kedua matanya dengan tangannya yang mungil.

“Apa sudah selesai, eomma?”

Alis Dara berkerut, “Kau menutup matamu sejak tadi, baby?”

Putranya tersenyum sembari mengangguk. “Ne. Bommie imoh bilang padaku untuk segera menutup mata ketika melihat eomma dan Jiyong ahjeossi sedang bermesraan. Saling memakan bibir.”

“Pfft.” Jiyong tertawa kecil sebelum pada akhirnya bersiap melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda. Sedangkan Dara hanya dapat membuka mulutnya dengan eskpresi tak percaya.

Flashback End

“KWON JIYOOOOONG!”

“Ah Kamjagiya! Bom noona! Aish..”

Akhirnya. Suara Park Bom yang luar biasa mampu memecah lamunannya hanya dengan satu kali percobaan.

“Ada apa dengamu, eoh?!” tanya yeoja itu lagi, namun kali ini Jiyong segera memutar kursinya. Menghadap ke arah seluruh sahabatnya di ruangan itu.

“Dia bilang dia mencintaiku.”

Seunghyun menaikkan alis tebalnya, begitu pula dengan yang lain.

“Mwo?” Youngbae maju selangkah, berjongkok di hadapannya.

“Dara.. dia bilang dia mencintaiku.” Jawab Jiyong dengan suara lirih, namun masih dapat didengar oleh sahabatnya.

Youngbae memeluknya, mengucapkan selamat kepadanya. Begitu juga Seunghyun, Daesung dan juga Seungri. Tanpa Bom yang masih berdiri bersandar pada dinding, tersenyum tulus mengamati, lalu berkata, “Takdir selalu memberimu kejutan yang tak terduga, geji? Selamat, Jiyong. Dan pastikan kau akan menyelesaikan tugas Jaejoong yang tidak sempat ia selesaikan. Bahagian Dara dan Daehan, ng? Selamanya.”

***

Stardust

 

Beberapa bulan pun berlalu..

Kini Dara dan Jiyong telah menjalanisecret-dating selama kurang-lebih 6 bulan.  Tentu, ini juga berkat bantuan dari Sajangnim mereka yang dengan sigap menutup mulut para wartawan sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan untuk sementara waktu.

Babe..”

Dara menoleh, melupakan sejenak potongan sandwich tunanya.

“Hmmmm?”

“Neo wae ireohke yeppo?” bisik Jiyong lagi, sangat dekat hingga bibirnya menyapu lembut daun telinga yeojanya. *kenapa kau secantik ini

“Jiyoooong?!”

GASP

Dina Park, memutar bola matanya sembari menutup kedua mata Daehan dipangkuannya, memastikan namja kecil itu tidak melihat peristiwa tadi.“Auuuuuh, eonni oppa jebal juuuum!”

Kedua idola yang sangat berpengaruh di Seoul itu pun tersenyum  kikuk.

“Biarkan saja mereka, Dina-ya. Itu sudah menjadi kebiasaan yang hampir selalu membuatku ingin muntah.” Ucap Park Bom tersenyum, masih bersandar di dada Seunghyun dan saling berbagi earphone untuk mendengarkan lagu.

Jiyong mengerutkan kening, “Lalu bagaimana dengan kalian, eoh? Kalian bahkan lebih, l-lebih daripada apa yang kami lakukan.”

Seunghyun menghela nafas kemudian menaikkan alisnya, “Lebih? Oh jebal, setidaknya aku tidak sepuitis dirimu. Bom tidak suka itu.”

Dara hanya mengedikkan bahunya dan merasakan kedua sisi pipinya memanas karena malu.

“Geunde hyeong, bukankah kalian berencana liburan bersama hari ini?” tanya Seungri tiba-tiba, membuat semua pandangan beralih kepadanya.

Chaerin menoleh, “Liburan?”

“Kalian akan berlibur? Kau tidak ada jadwal, Dara?”sela Bom, memicingkan mata.

Sahabat cantiknya menggeleng, “Eobseo.. Jiyong juga sedang tidak ada jadwal, jadi kami hanya akan meluangkan waktu bersama untuk beberapa hari.”

Youngbae menegakkan posisi duduknya, “Lalu bagaimana dengan Daehan? Kalian akan berlibur bertiga?”

“Seperti.. pengantin baru?” timpal Daesung, tersenyum pada Minzy disisinya.

“Ooooh. Tentu saja aku yang mengurusnya, geji eonni-aaaa?” saut Dina Park dengan sudut bibirnya yang terangkat naik, mengedipkan sebelah mata pada kakak perempuannya yang seketika memberi kan pandangan bisakah-kau-tolong-aku-ng?

“Aigoo, arasseo eonni. Lagipula aku sudah terbiasa. Jadi.. kemana sebenarnya kalian berdua akan pergi untuk berlibur?”

Dara dan Jiyong saling berpandangan, sebelum Jiyong menjawab dengan senyuman khasnya. “Jeju.”

***

Disinilah mereka, baru saja tiba di villa pribadi Jiyong untuk beristirahat sebelum keduanya akan mengunjungi Monsant besok pagi. Dolce Vita. Nama indah yang dipilih oleh sang leader charismatic itu memang mencerminkan suasana berbeda dibandingkan dengan villa lain yang ada disekitarnya. Villa ini terlihat mewah dari luar dengan design arsitekturnya yang sederhana namun berkelas, dan juga terlihat hidup dengan warna-warna cerah di dalamnya.

Ini sudah lama sekali sejak terakhir kali Jiyong berkunjung kemari, karena jadwalnya yang sangat sibuk di Seoul ia memutuskan untuk menyewakan hunian minimalis ini sebagai tempat wisata yang dibuka untuk umum. Dan khusus untuk hari ini, ia sengaja mempersiapkan semuanya hanya untuk Dara.

“Kau suka?”

Dara merasakan sentuhan hangat Jiyong yang kini memeluk pinggangnya erat, dagu namja itu bersandar di bahunya.

“Joha. Ini indah sekali, Ji. Kau benar-benar luar biasa.”

Jiyong tersenyum, “Aku sendiri tidak pernah menyangka aku akan menjadi seseorang yang dipuja seperti saat ini. Kau tau, dulu aku hanya namja biasa yang tidak begitu tampan, ditolak yeoja yang kusukai, dan juga pemalu.”

Dara tertawa kecil, menoleh dan mengecup pipi namjanya. “Jeongmal? Ah.. benar, aku mengingat bagaimana dirimu saat trainee.”

“Jadi kau juga berpikir aku ini tidak begitu tampan?”

“Tidak juga.”

“Kau berpikir aku seseorang yang sangat pemalu?”

“Pemalu? Ya, kurasa begitu.”

“Benarkah?” tanya Jiyong lagi, sembari melepas pelukannya dan memandang Dara dengan lembut. Yeoja itu hanya tersenyum sebelum menangkup kedua sisi pipinya.

“Kau sangat jarang berbicara. Kau hanya mengungkapkan segala pikiranmu melalui lagu-lagu yang kau tulis.”

Jiyong memasukkan tangannya ke dalam saku celana dan mendesah pelan, “Ya. Kau benar, babe. Aku.. tidak memiliki keberanian untuk berbicara padamu saat itu.”

Keduanya terdiam.

“Ji..”

Namja itu kembali menatap kekasihnya, mendapati Dara kini tengah memeluknya erat. Menenggelamkan wajah di dadanya. “Kita sudah kehilangan banyak waktu.. angeurae?”

“Geurae. Tapi. kau tau kita masih dapat mengganti semua waktu yang hilang itu, bukan?” jawab Jiyong.

Mendengar kalimat itu, Dara menatapnya dengan senyuman yang sangat cantik. Senyuman yang masih dapat membuat Jiyong berdebar seperti saat-saat pertama mereka bertemu. Dengan satu gerakan cepat, Dara menarik jaket yang dikenakan Jiyong, mempersempit jarak keduanya sebelum bibirnya menyentuh bibir namja itu dengan sempurna. Mata Jiyong terbelalak sesaat, namun sebuah seringai tergambar jelas di sudut bibirnya dan mulai menjawab ciuman Dara dengan rakus.

Secara perlahan, Dara melingkarkan kedua tangannya di leher namja itu. Ciuman keduanya semakin dalam diiringi dengan desahan panjang.

“Kau membuatku gila, Dara.. kau ingin aku menahan ini eoh?” suara Jiyong terdengar lirih dan parau, masih terengah di sela-sela ciuman mereka.

Dara tersenyum menggoda, “K-kau t-tidak perlu menahannya bila…kau mau.”

Jiyong menyeringai, “Kau tau aku tidak akan membiarkanmu tidur sepanjang malam, geji?”

Dara mengangguk di hadapan Jiyong, merasakan pipinya merona karena ia bukanlah tipe yeoja yang bersikap seperti itu sebelumnya.

“Kau yakin, babe? Kita akan saaangat kelelahan. Kita bahkan baru saja sampai”

Tatapan namja itu, hidungnya, bibirnya, segala tentangnya telah menghipnotinya. Membuatnya ingin memiliki namja itu seutuhnya. Hanya untuk dirinya.

“Aku..t-tidak masalah.”

Smirk

Sesaat kemudian, Dara merasa Jiyong telah menciumnya lagi untuk kesekian kali sebelum akhirnya namja itu membawa dirinya jatuh ke atas tempat tidur.

***

“Eomma?!”

Dina Park terkejut, masih menggenggam spatula di tangan kanan sembari memandang lurus ke arah layar interkom rumahnya. “Aish,pagi-pagi begini.. Ah! Bagaimana kalau eommabertanya tentang eonni?!Aku bahkan belum menceritakan apapun.”

Well. Sebenarnya, seluruh keluarganya berasal dari Busan. Sejak appa meninggalkannya, Dara, Sanghyun, Durami dan juga Dina harus menjalani hidup mereka dengan setegar mungkin. Berusaha lebih keras jauh dibandingkan dengan siapapun. Dari mereka yang telah terlahir dengan kekayaan dan keberuntungan. Namun, nasib baik memang telah memilih mereka dari hari ke hari. Eonni dan juga oppanya menjadi sukses di dunia entertainment Korea hingga saat ini dan itu sangat membantu ekonomi keluarga. Dina merasa begitu bahagia. Karena ia juga memiliki bakat yang tidak semua orang miliki. Ia mencintai fashion. Dan ia telah mencoba untuk melatih bakatnya setiap hari. Tanpa mengurangi semangatnya sedikit pun, ia berhasil memperoleh beasiswa dan kuliah di New York untuk memperdalam bidang yang dicintainya itu. Sungguh. Tidak ada yang lebih patut ia syukuri lebih dari ini.

klek

Setelah berbagai pertimbangan, Dina Park memutuskan untuk menyambut kedatangan eommanya yang tiba-tiba ini.

“Oh! Nae dall, bogosipeosseo..” ucap wanita paruh baya yang langsung memeluk tubuhnya erat-erat.

“Eo.. eomma! Nado bogosippeosseoyong.. Geunde, kenapa eomma tidak menelpon terlebih dulu? Aku, Sanghyun oppa, atau Dara eonni bisa saja menjemputmu di bandara.” Jawab Dina seraya menuntun eommanya masuk menuju ke ruang makan.

“Aigoo, oppa dan eonni-mu itu sangat sibuk. Eomma tidak ingin merepotkan mereka, dan kau tentunya. Eomma masih sanggup bepergian seorang diri.”

Dina mengerutkan kening, “Bahkan Durami eonni tidak menemanimu?”

Eommanya menggeleng,“Durami masih harus bekerja besok jadi aku tidak mengizinkannya meski dia merengek sekalipun.”

Jawaban eomma-nya membuat Dina mengerucutkan bibir. “Geuraedo..”

“Sst. Eomma gwenchantanikka. Geureohke ggogjonghajima. Aigoo, igae nuguya? ” Eommanya itu lantas mengalihkan pandangan pada Daehan yang tengah memainkan ujung celemek Dina.

“Halmeoni?” ucap namja kecil itu dengan sangat menggemaskan.

“Omoya, uri Daehani! Halmeoni wasseoyo.. “

Eommanya membawa Daehan dalam gendongannya, berbicara beberapa patah kata sebelum pada akhirnya Dina menjadi gugup dan kekhawatiran yang ditakutinya pun terjadi.

“Ah..”

GULP.

“Apa Dara ada dikamarnya, Dina-ya?”

Dina berkedip beberapa kali. ‘Eottohke, eottohke, eottohke, eottohke?!’-pikirnya.

“Mm.. eonni ada di.. di kantornya! Ya. Dikantornya, eomma. Menemui sajangnim.” Jawabnya sembari tersenyum.

“Oh, geurae?”

Dina mengangguk cepat dan melihat eomma-nya tersenyum. “Arasseo, kalau begitu aku hanya akan menghabiskan waktu denganmu dan cucuku ini sampai besok. Ne?”

“Ne, eomma.”

Kemudian selang beberapa waktu.. disaat eomma dan keponakannya tidak terlihat dimana pun,Dina segera mencari kesempatan untuk berlari menuju kamarnya. Meraih ponsel di atas tempat tidur dan baru saja akan menghubungi seseorang ketika ia mendengar suara pintu yang terbuka.

Dina keluar.. apa ia tidak salah lihat? Apa yang eommanya lakukan di dalam kamar kakak perempuannya?

GULP. ANDWEEEE!

“Eomma!”

Uh-oh.

Wanita paruh baya itu berbalik, masih menggandeng tangan mungil keponakannya.

“Igeo..” ucap eommanya, menunjukkan berbagai potongan kain familiar yang Dina yakini adalah milik Jiyong.

“Dina-ya? Apa eonnimu sedang berkencan?”

***

Sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai tipis di dalam ruangan itu.

Sandara Park terbangun dari tidurnya, menarik lebih dekat selimut tebal yang membungkus tubuh telanjangnya sembari mendongak. Ia melihat kekasih tampannya masih tertidur pulas dengan sangat sempurna di hadapannya.‘Ah, apa dia nyata?’– pikirnya.

“Nggh..” Jiyong bergumam, menenggelamkan wajah di puncak kepala Dara yang hanya dapat berkedip polos menikmati aroma maskulinnya.

Semalam, mereka melakukan ‘itu’ untuk kesekian kalinya. Bahkan ia pun masih tidak dapat mempercayai apa yang telah dilakukannya. Kwon Jiyong, telah sukses membuat Dara haus untuk kembali disentuh dan dicintai dengan sebagaimana mestinya. Namja ini juga telah sukses membuatnya yakin, bahwa ia layak untuk mencintai seseorang sekali lagi. Membuatnya tau bahwa dunianya belum berakhir. Membuatnya tau bahwa masih ada seseorang yang tulus, yang akan setia memberikan kebahagiaan sepanjang hidupnya.

“Ji..” bisik Dara lembut. Menyentuh setiap sudut wajah Jiyong untuk mengagumi segala yang namja itu miliki. Alisnya, matanya, hidungnya, bibirnya. Semuanya.

“Ireona..”

Jiyong perlahan membuka kedua matanya. “Morning, babe..” ucapnya serak. Dan itu sangat.. sexy.

Dara tersenyum,kemudian menoleh ke arah meja sisi tempat tidur.

08:00

“Aku akan membuatkanmu sarapan.”

Disaat yeoja itu berusaha bangkit, tangan Jiyong menahannya. Lalu menggeleng. “Kita sarapan di Monsant saja, ng? Cuaca pagi disana sangat indah. Kau akan menyukainya.”

Kedua mata Dara berbinar senang, “Jeongmal?”

“Ng. Kalau begitu.. bagaimana kalau kita mandi bersama saja? Kau tau itu akan mempersingkat waktu, angeurae?” ucap Jiyong lagi, kali ini sembari menggigit bibir bawahnya dan mendekat. Rambut hitamnya yang dibiarkan berantakan, dada bidangnya yang kontras dengan  berbagai tato, mata tajamnya yang sempurna.

“M-m-m-mwo?”

“Kaja..”

Namja itu tersenyum lebar, menyingkap selimut mereka dan segera membawa Dara dalam gendongannya menuju ke kamar mandi.

“Jiyooooong!”

-KWON JIYONG : WIN.-

***

YG Building

 

“Mereka berada di Jeju?” suara Yang Hyun Suk mengisi ruangan kedap suara itu.

Park Bom, Choi Seunghyun, Dong Youngbae, Kang Daesung dan Lee Seungri hanya dapat saling berpandangan sembari mengangguk.

“Hm, dan mereka hanya berdua?”

Choi Seunghyun menjawab, “Ne.. itu yang mereka katakan sebelum mereka pergi. Aku sudah mencoba untuk menasehatinya agar lebih berhati-hati tapi seperti biasa..”

CEO mereka membenarkan letak topinya, menghela nafas perlahan.. “Dia tidak mendengarkanmu, geji?”

Seunghyun menjentikkan jarinya.

“Aku baru saja menelpon Dara, sajangim.” Bom mengangkat tangannya, membuat seluruh sahabatnya, juga kekasihnya menoleh.

Hyun Suk mengerutkan kening, menunggu kalimat selanjutnya.

“Dia mengatakan mereka sedang mengunjungi Monsant. Ini pertama kalinya Dara kesana.”

Seungri membentuk huruf ‘O’ melalui  mulutnya, memandang para hyeong-nya yang terdiam di tempat duduk mereka masing-masing.

“Geurae? Hm.. aku akan meminta Soon Ho menyusul Dara dan Jiyong. Tidak mungkin aku membiarkan mereka berdua berkencan secara terbuka seperti itu meski dengan masker dan topi sekalipun. Anak itu.. sungguh membuat kepalaku sakit. Berapa banyak uang yang harus kukeluarkan untuk menutupi semua ini.” Komentar Hyun Suk lagi, sembari menekan beberapa angka di layar ponsel sebelum menempelkannya di telinga.

‘Yeoboseyo, sajangnim?”

“Soon Ho-ya. Jeongmal mianhaneunde, ada tugas untukmu. Monsant. Penerbangan pertama. Sekarang juga.”

‘Ne?! Geunde, sajangnim.. jo jigeum-“-suara kaget manager tampan itu terdengar di ujung sana.

“Ah, ah, ah.. Jigeum danjang!”

Tut

Dan senyum Yang Hyun Suk pun mengembang sebelum melakukan wink kepada seluruh anak-anaknya.

Bom pun menelan ludah.

Seunghyun memijat pelan pelipisnya.

Seungri hanya memandang sekeliling seperti idiot.

Sedangkan Daesung bersandar di pundak Youngbae dengan ekspresi keduanya yang menunjukkan rasa prihatin.

“Jagiya..” Bom menggenggam tangan Seunghyun lembut, namja itu menoleh.

“Hm?”

“Kuharap mereka akan lebih berhati-hati.”

Seunghyun tersenyum menenangkan. “Na do. Ya.. aku cukup memahaminya. Ini pertama kalinya aku melihat Jiyong sebebas ini. Untuk pertama kalinya setelah beberapa taun. Ggogjongma, semua akan baik-baik saja. Kita, maupun mereka. Ng?”

Kemudian ia mencium singkat punggung tangan Bom dan berdiri.. menghampiri CEO yang telah membesarkan namanya. Keduanya kini tengah memandang pemandangan Seoul dari dinding kaca besar. Yang Hyun Suk menoleh dan tersenyum, “Wae?”

“Animida. Geunyang.. kau terlihat begitu khawatir, abeoji.”

“Aku memang mencemaskannya. Jiyong, dia sangat keras kepala. Tidak pernah mau mendengarkan orang lain. Kau tau aku hanya ingin melindunginya, Seunghyun.”

Namja berambut putih silver itu pun tersenyum tipis. “Amnida. Dia memang keras, abeoji. Tapi.. aku ikut bahagia untuknya. Maksudku, dia mendapatkan cintanya.”

Hyun Suk menoleh, menaikan alisnya. “Dara?”

Seunghyun mengangguk. “Kau tau dengan jelas, abeoji.. bagaimana Jiyong menunggu Dara untuk melihatnya. Menyaksikannya dengan Jae  hampir di sepanjang hidupnya itu sangat menyiksa.”

“Geurae.. dia, memang terlihat tegar dan bersinar sebagai seorang G-Dragon. Tapi tidak sama sekali bila semua orang memandangnya sebagai Jiyong. Hanya sebagai dirinya yang sebenarnya.”

“Dan dia hanya dapat merasa sepenuhnya bahagia sebagai seorang Kwon Jiyong bila bersama Dara. Itu yang kupikirkan, abeoji.”

 “Na do geureohke saenggakhae.”

Keduanya pun tertawa, kemudian CEO kelas atas itu kembali bersuara.. “Maka dari itu, aku telah berpikir bahwa.. tidak ada salahnya bila aku membantu mereka secara perlahan.”

“Mwusunsurieyo, abeoji?” timpal Seunghyun dengan raut wajah penuh rasa penasaran dan kaget. Hyun Suk pun menggerakkan telunjuknya, menunjuk ke arah meja kerja di sudut ruangan.

Dengan satu gerakan cepat, Seunghyun segera melakukan instruksi ‘abeoji’nya itu dan menemukan sebuah dokumen di atas meja.

M O O N S H O T K O R E A

Dan kemudian, kerutan samar muncul di dahi namja itu ketika membaca isi di dalamnya. Sembari menoleh, ia melihat Hyun Suk menaik-turunkan alisnya dengan sangat innocent sebelum berkata, “Keduanya akan menjadi brand’s model untuk itu jadi.. bukankah ini awal yang menarik?”

Seunghyun mendekat, dan keduanya pun saling tersenyum lebar, memandang langit Seoul yang cerah.. tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

“Sangat menarik, abeoji.”

To be Continued…

P.S: maybe, just maybe.. it’s 3 chapter left before epilog! Dan mungkin, akan aku berikan ‘sedikit’ sentuhan fantasy di bagian akhir. Hanya..sedikit. Untuk mendukung cerita hihi J

Thanks for the comments so far! Soooo happy!

  Next>>

27 thoughts on “FATE [Chap. 12]

  1. ini bukan pertama kalinya? jd mereka udh sering begituan? kyaaaa kenapa ga diterusin thor ko cuma di taruh di kasur doang?? wkwkw
    Yahhhh ff ini tinggal 3 chapter lagi 😦 cepat sekaliiiiiii

  2. Wowww mreka udh sekian kali bgituan ? Kok aku gak tau ? Hahahahahaha . Makin sweet aja ahh . Buruan nikah dehh , punya anak lagi kasian daehan sndirian dia jga pngen punya sodara wkwkw…

  3. ehm mereka uda kek lgy bulan madu aja , hahaha
    omona eomma nya dara dateng , apa dya tau ya kl dara punya pacar kira” ngizinin gg ya ???!

  4. woah mereka melakukan ‘itu’ padahal belum menikah. Dasar jiyong ga pernah bisa nahan napsu wkwk tapi seneng bgt ceo bisa merestui hubungannya.
    Next chapt.. hwaiting thor^^

Leave a comment