She is Sandara Park #3

Untitled-1

Author : Cyscha
Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong, Yang Seung Ho
Support cast : Park Bom, Lee chaerin, Lee Seunghyun

^Happy Reading^

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dara Pov

Rintik ujan menderu membuatku harus berlari cepat sebelum dia berhasil mengejar langkah kecilku. Aku mencoba menerobos masuk kesebuah gang kecil sempit untuk mencari tempat berteduh.

Aku menghembuskan nafas lega saat menemukan sebuah bangku kecil dipinggir jalan dengan atap tanpa dinding. Mungkin ini sebuah lapak pedagang kaki lima. Tapi setidaknya tempat ini menyelamatkanku dari guyuran hujan. Aku mengelap air yang sempat merembes membasahi separuh tubuhku.

Mendung menggantung. Aku tidak melihat 1 bus pun lewat. Sementara jarum jam ditanganku sudah menunjuk angka 6. Aku mungkin akan terlambat sampai kerumah dan bersiap-siap terbang menuju negara asalku.

Seungho telah mengirimiku sms. Bahwa dia akan terbang dari kota lain menggunakan pesawat dengan jadwal tercepat. Aku setuju saja saat orangtuaku memaksa aku untuk berangkat malam ini dengan jadwal pesawat yang sudah ditentukan.

Hujan tak kunjung reda. Bahkan semakin menjadi. Aku memainkan ujung sepatuku dengan aliran air hujan. Ini akan memakan waktu lama. Haruskah aku menerobos hujan agar sampai dirumah lebih cepat? Tapi bus ataupun taxi tidak terlihat disekitar sini.

Baru saja aku hendak bangkit dari dudukku. Seseorang dengan motor butut dan penampilan culunnya datang mendekat, dia terlihat menggigil kedinginan.

Aku tersenyum kaku saat dia men-standarkan motornya lalu berlari perlahan kearahku. Air hujan menetes dari pakaiannya. Wajah tirusnya pucat juga bibirnya membiru. Aku melihat Dia mengeringkan sisa air dipakaiannya lalu mengambil sebuah jaket dari tasnya dan lalu melepas pakaian basahnya.

aku merasakan kenyamanan saat dia sudah mengenakan jaketnya dengan tenang. Aku merogoh tas kecilku mencari sesuatu.

“Ini.. Agar lebih hangat. Mukamu pucat sekali.” Aku menyodorkan sebuah minyak telon kepadanya.

Dengan ragu dia meraih benda tersebut lalu membungkuk mengucapkan terimakasih. Aku membalasnya dengan senyum tipis.

“Kamsahamnida..” Dia tersenyum. Pipinya merona. Aku mengambil botol minyak telon yang diulurkannya perlahan.

Kami kembali diam. Aku menatap nanar kearah hujan yang tak kunjung berhenti. Aku mungkin harus membatalkan penerbangan malam ini.

Kuhela nafas berat lalu memperhatikan sosok disebelahku sekali lagi. Wajah tirusnya mengingatkanku pada Jiyong. Juga matanya yang menghilang ketika tertawa lalu bagaimana sudut bibirnya tertarik saat dia tersenyum. Aku baru benar-benar memperhatikan dia sekarang meskipun teramat sering kami bertemu dikampus dan berbagai tempat secara tidak sengaja.

“Kita sering bertemu kan?” Aku membuka obrolan. Dia menoleh kearahku. Mataku membentur bolamata hitam dibalik kacamata tebalnya.

“Kupikir juga begitu. Karena kita 1 kampus.” Jawabnya singkat. Dan mengalihkan pandangan dengan kikuk.

“Bukannya karena kau memang selalu menguntitku?”
Apa? Aku baru saja menuduhnya! Benar-benar tidak bisa berbasa-basi. Aku meringis jika saja dia terlalu sensitif aku pastikan dia akan balik menuduhku terlalu GR!

“Oh apakah terlihat seperti itu?” Pria itu tersenyum aneh kearahku. Aku menjadi tidak enak.

“Oh aku salah paham.. Seoul kan tidak terlalu besar, kupikir tidak heran juga kita selalu bertemu dengan tidak sengaja. Aku melupakan bahwa kita 1 kampus dan 1 kota. Seharusnya aku tidak menyimpulkan kau menguntitku.. Mianhae..” Ralatku dengan cepat. Aku berpaling mencoba mencari sesuatu yang lebih menarik untuk kupandang.

Dia tertawa pelan. Dan tawanya mengingatkanku pada sosok masa lalu itu. Aku mengatur nafas dan merubah posisi dudukku ketika jantungku mulai berdebar halus. Ada perasaan tidak nyaman dengan keadaan ini.

Aku berharap hujan segera berhenti agar aku bisa meninggalkan pria ini. Tapi kenapa? Aku melihat banyak masalah di dirinya? Ya Tuhan.. Bukankah kami tidak saling mengenal?

“Dara..” Desisnya perlahan. Aku tercengang saat telingaku menangkap dia menyebut namaku. Dia mengenalku? Oh tidak kupikir itu hanya karena kami 1 kampus. Bukankah semua biodata mahasiswa bisa dicari.

Aku tidak berani menatapnya. Pria itu tidak menakutkan tapi kenapa aku merasa tidak nyaman berada disebelahnya dan mencoba berbicara dengannya. Meskipun itu sudah kulakukan.

“Kau tidak pernah berubah..” Desisnya lagi. Darahku berdesir. Ucapannya seperti seseorang yang dengan baik mengenalku.

“Emm.. Aku seperti mengenalmu.” Lirihku pelan sambil menggigit bibir bawahku. Aku tidak mau bertingkah konyol seperti pertama kali kami memulai percakapan, tentu saja ada banyak orang yang memiliki postur tubuh sama, senyum sama dan suara yang sama.

Dia tidak menjawab. Hanya tertawa kecil. Dan hanya itu respon yang dia berikan setiap mendengar kali sesuatu terucap dari bibirku.

Aku baru hendak bersuara lagi saat ponselku berdering. Kuraih dengan tergesa benda tersebut dari tasku. Foto manis Seungho terpampang dilayar.

“Yeoboseyo chagi-ah?” Sapaku pelan. Jantungku bergemuruh saat melirik kearah pria disebelahku yang menatapku tak berkedip. Aku memejamkan mataku sebentar mencoba menenangkan jantungku.

“Chagi-ah? Aku akan melakukan penerbangan besok pagi. Apakah kau akan berangkat malam ini juga?” Suara Seungho menggema. Aku melihat kejalanan dan ada kelegaan menyusup ketika rintik hujan sudah mengecil. Aku melirik jam ditangan kiriku. Masih memiliki waktu untuk memastikan keberangkatanku malam ini.

“Oh ne babe.. Sepertinya iya, aku masih dijalan pulang sekarang.” Jawabku lega.

“Baiklah.. Hati-hati ne? Saranghae Dee..” Sebuah kecupan jauh dari Seungho merasuki rongga telingaku. Aku tersenyum simpul dan memasukkan kembali ponselku ke tas.

“Sudah berhenti.. Ayo kita pulang.” Pria disebelahku menggamit lenganku lalu melangkah menuju motor bututnya.

“Emm.. Ta-tapi..” Aku terbata-bata menjawab ajakannya.

“Tenang saja rumah kita searah. Naiklah! tidak ada taxi yang lewat sepertinya. Bukankah kau tidak mau terlambat kebandara.” Dia berkata sembari menggunakan helmnya.

Aku sekali lagi dibuat tercengang. Dia tahu rumahku? Dan dia membahas tentang bandara.Aku menatap tajam pria itu. Apakah kami memang pernah kenal sebelumnya? Tapi tidak. aku memang tidak mengenalnya?

“Naiklah..” Suaranya terdengar lagi. Aku dengan ragu melangkah kearahnya. Dia mulai mengengkol motor bututnya. Aku bergegas naik keboncengan saat motornya sudah menyala.

tanganku perlahan memeluk pinggangnya. Ketika dengan kecepatan sedang dia menerobos rintik kecil hujan yang menerpa halus kulit wajahku.

Aroma tubuhnya tercium. Aku menghirupnya dalam-dalam. Wangi tubuhnya sangat nyaman dan kembali mengingatkanku pada seseorang. Tapi tentu saja aku harus realistis. Parfum kan bisa dibeli oleh siapa saja.

Aku menyandarkan tubuhku dengan lembut merapat ketubuhnya. Aku ingin menghirup aroma lembut yang berasal dari lehernya.

“Dara..”

Panggilannya menyadarkanku. Aku cepat-cepat melepaskan pelukanku dan melihat ke sekeliling. Ternyata kami sudah sampai didepan apartemenku.

“Gomawo..” Aku membungkukkan badanku berterimakasih saat sudah turun dari motornya. Wajahku memanas. Dan aku menjadi keki saat mata kami bertemu. Sudut bibirnya terangkat menampilkan senyum manis yang membuatku terpana. Ya Tuhan aku pastikan ini benar Jiyong! Tapi itu hanya mimpi. Aku mengutuk diriku sendiri. Jiyong sudah mati. Setidaknya itu yang kutanamkan diotakku saat beberapa infotaiment menayangkan tentang kencannya bersama model jepang tersebut.

Oh Dara lupakan! Aku tersenyum tipis kepada pria itu sebelum memutar tubuhku untuk melangkah masuk.

“Masihkah kau yakin meneruskan pernikahan itu?”

Suara itu menghentikan langkahku. Aku menggenggam erat ujung bajuku berharap hanya sebuah ilusi. Aku mencoba mengangkat kakiku untuk meneruskan langkahku yang terhenti.

“Dara…”

Suara itu terbawa angin dengan lembut dan mengelus perlahan daun telingaku hingga menyusup kedalam rongga telingaku.
Itu suara Jiyong. Aku bisa merasakannya. kuputarkan tubuhku perlahan.

Sosok pria culun tadi berdiri tegap. Tangannya bergerak melepaskan seluruh atribut penyamarannya hingga dengan jelas aku menemukan sosok Jiyong. Pandanganku tak berkedip bahkan ketika Jiyong melangkah kearahku.

“Ka-kau??”

Mataku mengecil. Jadi? Aku tidak bisa berpikir tentang ini. Tentang apa yang kulihat dan tentang kecurigaanku selama ini. Tentang banyak persamaan yang membuatku menilai bahwa siculun yang menjadi penguntitku memang memiliki banyak hal yang mirip dengan Jiyong. Tapi tidak sedikitpun otakku mampu menebak bahwa itu benar dia. Benar Jiyong! G Dragon yang dielu-elukan.

“Biarkan otakmu berpikir tentang ini. Aku hanya ingin meyakinkanmu bahwa aku tidak pernah benar-benar meninggalkanmu.”

Aku membeku. Bahkan saat Jiyong sudah berada didepanku.
“Jangan menyiksa dirimu sendiri untuk mengatakan aku telah mati dihatimu. Aku tau Dara, sangat tau bahwa sampai detik ini kau tak bisa melenyapkanku.”

Kepalaku menggeleng perlahan.”Aku akan jujur. Aku akan berusaha membuatmu mengerti bahwa cinta untukmu selalu terjaga. Aku tau, aku mengerti dan aku memahami, Tapi aku memiliki hal berharga lainnya yang tidak bisa aku korbankan untuk mempertahankan cinta ini. Tidak G Dragon! Aku memilihnya dan tidak bisa meninggalkannya setelah dia menemukanku terlebih dahulu dalam keadaan hancur. Dia berharga untukku. Jadi berhentilah!”
Dadaku sesak. Aku tidak pernah mengerti jika akan seperti ini.

“Aku tidak pernah berharap dan berpikir bahwa kenyataannya aku harus menghentikan langkahmu. Haruskah kurelakan itu? Atau bisakah kau memberiku 1 kesempatan untuk saat ini? Kali ini aku berjanji sandara, bahwa apapun tidak bisa mengalahkan perasaan cintaku! Aku akan meninggalkan G dragon. Aku akan kembali menjadi Jiyong! Kwon Jiyong yang kau cintai.” Ini adalah sebuah janji dan harapan. Aku tau Jiyong berharap besar pada setiap ucapannya untuk mempengaruhiku. Tapi Seungho? Seungho bukan seorang penuntut, dia memberiku banyak kebebasan, dia mempercayaiku. Haruskah kukhianati dengan mengatakan aku kembali pada Jiyong? Pada seseorang yang memberikanku luka dan disembuhkan olehnya? Seungho bisa menerima dan merelakan. Tapi karena kebaikannya aku tidak bisa menyakiti dia.

Kugigit bibir bawahku menahan rembesan airmata yang mulai mengalir perlahan. Tidak aku tidak boleh egois. Aku tidak akan membiarkan keegoisan menghancurkan Seungho seperti ia menghancurkanku dahulu.

“Maafkan aku.. Aku mencintaimu! Masih. Tapi ini bukan keputusan yang benar jika aku meninggalkan dia demi kau.. Biarkan Jiyong, biarkan aku dengan pilihanku. Dan mulailah hidupmu bersama gadis itu.” Kutundukkan wajahku. Kesakitan kedua yang kuterima karena ulah Jiyong. Ini perih! Ini menyakitkan dan ini akan membuat lukaku semakin terkoyak. Tapi biarlah. Aku bisa mengatasi ini dulu dan aku akan bisa sekali lagi membenahi pertahananku dengan selalu berada disebelah Seungho.

Aku memutar tubuhku membelakangi Jiyong. Perlahan tapi pasti kulangkahkan kakiku meninggalkannya. Ini sudah jelas! Aku memilih Seungho bukan dia. Bukan karena ingin membalas perbuatannya terdahulu tapi karena aku tidak bisa menyakiti Seungho seperti Jiyong menyakitiku saat itu. Luka ini masih terasa segar, dan Jiyong menyiramnya kembali setelah nyaris mampu kulayukan.

Ini keputusan tepat. Mungkin keputusan yang paling kuyakini benar selama aku membuat banyak pilihan.
saat kulihat foto Seungho dilayar ponselku tak terasa buliran bening jatuh perlahan. Oh tidak, haruskah aku menyakiti malaikat ini? Dia sangat manis dan menenangkan. Aku mencintainya. Seungho-ya seperti permintaanmu, aku mampu menjaga hati ini untuk selalu memilihmu.

*** 

to be continue…

Mewek 😥 maafkan aku readers aku terlalu mencintai Seungho untuk membuatnya sakit hati karena ditinggal Dara. Tapi tenang saja Daragon tetaplah 1 hanya saja mereka memiliki cara yang unik untuk bersatu tanpa harus menyakiti pihak lain. Aku tidak bisa membuat Seungho kecewa disini. Kyaaa aku gak adil banget! Malah sekarang aku bikin GD yang kecewa -_- tapi aku janji ini akan happy ending. 😀

<< Back Next >>

58 thoughts on “She is Sandara Park #3

  1. Nyesek thor….Dara eonni tolong yakinkan dirimu bahwa cintamu hanya 1. Yaitu KWON JI YONG dan aku pikir perasaanmu ke Seungho itu cuma sekedar ucapan terimakasih atas kehadirannya slama ini deh -,-

Leave a comment