Ahjumma Next Door [Chapter 26] : Changes

Author        : silentapathy
link            : asianfanfics
Indotrans   : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

 

“Kita sudah sampai,”

 

“Bom? Kita sudah sampai.”

 

“Bom?” Panggil TOP untuk kesekian kalinya, tapi gadis itu masih melamun.

TOP memandang keluar jendela dan menggosok bibirnya dengan jari. Dia sudah tahu. Sejak Dara melangkah keluar dari tempat pesta dan bersikap dingin, Bom menjadi seperti ini. Dia melihat gadis itu sedikit memiliki harapan saat Jiyong muncul. Bom kemudian mulai menceritakan Jiyong semua yang terjadi. Tidak secara mendetail memang, tapi TOP memastikan bahwa dia juga mendengarkan setiap detail yang bisa dia cerna.

TOP kembali menoleh pada Bom.

TOP menghela nafas dan mengendurkan dasinya sebelum menyalakan kembali mesin mobil.

TOP melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tidak memungkinkan Bom untuk kembali mengacuhkannya kali ini.

“Y-y-ah…”

 

TOP mendengarnya, tapi dia sama sekali tidak melirik.

“Seunghyun!” Bom mencoba memanggil namanya untuk yang kesekian kali.

“Yah!”

 

“Hentikan mobilnya.”

 

TOP melirik kearah Bom melalui sudut matanya, tapi langsung kembali menatap jalanan.

“Hentikan mobilnya! Sekarang!”

 

“Aku bukan sopirmu. Dan kuingatkan padamu, ini adalah mobilku.”

 

 

“Kamu!!!” Bom mendelik marah. “Hentikan mobil sialan ini atau aku akan melompat keluar!” ancamnya.

“Coba saja… Aku mau lihat.”

 

“Yaaaaah!!!” Bom memukuli lengannya, membuat mobil yang mereka tumpangi agak berbelok sedikit dari jalur yang seharusnya.

“Sh*t! Berhenti memukuliku jikan kamu masih belum mau mati!” bentak TOP. “Jika aku jadi kamu, akan kusimpan energiku untuk nanti! Sekarang duduk yang benar dan tenanglah!”

 

 

Bom tertegun sejenak.

Apa pria itu baru saja berteriak padanya?

Apa yang akan terjadi?

Bom berhenti merengek sesaat dan melihat keluar jendela.

Dia tidak mau berpikir lagi.

Dia lelah.

Amat sangat lelah.

==========

“Yoboseyo?” Eunju menjepit teleponnya diantara telinga dan bahunya saat merapikan pakaiannya di lemari.

“Aku minta maaf semuanya jadi seperti. Kami tidak pernah berpikir akan jadi begini.” Kata orang di seberang.

“I-itu tidak masalah, sayang. Kita tidak pernah bisa memastikan semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana kan.” Eunju menutup pintu lemarinya dan mengambil teleponnya lalu memegangnya dengan kedua tangan. “Jadi… B-ba-gaimana keadaannya?” dia bertanya.

“Berita terakhir yang kudengar… Dia sudah sampai dirumahnya. Aku minta maaf karena kami sangat terlambat memberi tahumu. Seharusnya kami menceritakan padamu sebelumnya.”

 

“Ani… Kamu menceritakan semuanya di waktu yang tepat. Siapa yang pernah mengira hal itu? Aku datang kemari untuk memberi kejutan pada semua orang dan malah aku sendiri yang terkejut pada akhirnya?” dia tertawa dengan pahit. “Dimana Teddy? Aigoo. Dia sudah banyak mengalami masa-masa sulit, benarkan?”

 

“Tidak juga…” gadis di ujung sambungan tersenyum. “Maksudku, aku selalu senang bisa membantunya. Dia sedang bersama harabeoji sekarang dan dia sedang mencoba untuk berbicara padanya.”

 

“Appa-ku… Hatiku langsung hancur saat melihat wajahnya. Aku pikir dia akan langsung mengatakannya padaku… Tapi anak itu… Aku merasa aku mendapat kekuatan saat aku melihat anak itu…” kata Eunju sambil mengingat kembali momen yang hampir mengguncang kewarasannya. “Sejak kapan kamu tahu tentang rahasia keluarga kami, sayang?”

 

“Teddy menceritakannya padaku… Saat aku… Aku minta maaf! Aku hanya ingin  tahu tentang keluarga kalian. Aku hanya ingin meringankan sedikit bebannya.”

 

“Panggil aku bibi, kumohon… Kamu sudah banyak membantu…” Eunju menenangkan gadis itu. “Kamu orang yang baik, aku tahu itu. Tidak heran Teddy jatuh cinta padamu.”

 

“Well… Itu semua masih dirahasiakan tapi…”

 

“Sayang sekali kita hanya memiliki waktu singkat untuk bertemu saat pesta tadi. Tapi terima kasih sudah lebih dulu datang menemuiku untuk menjelaskan semuanya.” Kata Eunju padanya.

“Kamu tidak tahu betapa bahagianya aku sekarang… Terima kasih.”

 

 

“Itu semua rencana Teddy, b-bibi…”

 

“Oh bagaimana lagi caranya aku bisa berterima kasih? Tapi maaf… Kurasa aku masih harus beristirahat dan memikirkan semua ini. Aku masih belum bisa percaya ini semua terjadi.” Kata Eunju jujur.

Perlahan Eunju meletakkan teleponnya, dan air mata yang sudah dia tahan sejak tadi, akhirnya – seperti seolah sudah mendapat sinyal, menetes dari sudut matanya.

“Apa… Kenapa?” katanya sambil mencengkeram dadanya erat, seolah tarikan nafasnya tergantung pada hal itu.

“Selama hampir 30 tahun… Kenapa?” tanyanya dan tubuhnya merosot ke lantai.

==========

“Harabeoji, dengarkan aku. Itu tadi adalah kesempatanmu!” teriak Teddy pada kakeknya.

“Aku tahu.”

 

“Dan sekarang apa lagi? Aku tidak akan membiarkan semua ini jadi semakin memburuk! Karena Anda sudah kembali berbohong! Dan jangan salahkan Dara karena tidak mau mengakui kebenarannya! Mungkin gadis itu hanya takut!”

 

“Aku akan mencoba untuk bicara pada Eunju…”

 

“Tidak! Anda terus saja berkata akan mencoba, hentikan itu. Hanya lakukan. Harabeoji, aku sudah sangat lelah dengan semua kebohongna ini saat seharusnya kita bisa mengambil langkah mudah untuk membuka semua kebenaran yang ada.”

 

Orang tua itu berdiri memandang ke luar dinding kaca dan menghela nafas dalam lalu memejamkan matanya.

“Aku sangat lelah, Teddy. Sangat, sangat lelah. Aku mempercayaimu… Kali ini, katakan padaku apa yang harus kulakukan.”

 

 

==========

“K-k-emana kita akan pergi? I-i-ni bukan jalan ke rumahku.” Kata Bom, dengan suara bergetar.

Masih tidak mendapat jawaban apapun dari pria disampingnya, Bom mengambil nafas dalam-dalam sebelum mengepalkan tangannya dan menatap kedepan.

“Hentikan mobilnya.” Katanya tapi TOP bersikap seolah-olah tidak mendengarnya.

“KUBILANG HENTIKAN MOBIL SIALAN INI!!!” Teriak Bom pada akhisnya, membuat TOP menginjak pedal rem dan mobil berhenti dengan suara decitan keras.

“Apa yang salah denganmu?! Aku memintamu untuk mengantarkanku pulang apa yang—-“

 

“Kita sudah sampai sana, yang mulia.” TOP berkata dengan nada mengejek. “… dan saya sudah mencoba untuk memecahkan balon pikiranmu sepanjang waktu dan Anda sama sekali tidak bergeming.” Perkataan TOP membuat mulut Bom terbuka lebar.

TOP kemudian melangkah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang untuk Bom. Tanpa berkata apapun, dia menarik tangan Bom untuk keluar dari mobil.

“Yaaaah!!! Dimana kita sekarang??? A-a-apa yang akan kita lakukan disini? Apa yang akan kamu lakukan padaku???” Bom melihat ke sekeliling dan menyilangkan lengan di dadanya.

Disana, dia melihat sebuah rumah tua, tidak terurus, dengan pagar yang telah rusak. Dia kembali mengedarkan pandangan dan menyadari mereka ada di daerah yang lebih tinggi dari kota, mungkin mereka berada diatas bukit. Disana gelap, tapi beberapa lampu jalan masih menyala, memberikan cahaya redup. “K-ke-napa kamu melihatku seperti itu? K-ke-napa kamu membawaku kemari??? Kamu tidak mencoba untuk… Untuk… Untuk memperkosaku, kan?!”

 

TOP memandangi Bom dari ujung kepala hingga unjung kaki dan menyeringai mendengar pemikiran gila gadis itu.

“Sekarang kamu takut? Dengar. Jangan pernah berpikiran seperti itu, Park Bom. Apa aku terlihat seperti pemerkosa? Kumohon! Aku masih mencintai hidupku dan aku masih ingin berkeluarga dan aku tidak ingin Teddy dan Se7en hyung membunuhku.” Kata TOP dengan nada serius. “Sekarang kamu katakana padaku apa yang kamu pikirkan tadi karena sunggung, sikapmu itu seperti alien menurutku.”

 

“Aku seperti alien? Tadi??? Hah! Daripada kamu yang selalu terlihat seperti alien.”

 

“Dengar, sayang, aku tidak punya banyak waktu untuk hal ini. Sekarang lakukanlah.” Kata TOP sambil menarik tangannya lalu menempatkan diri dibelakang gadis itu. Dia kemudian mendorong bahu Bom maju kedepan, hanya beberapa jengkal dari pohon di tepian, memberinya pemandangan indah lampu-lampu di kota.

“A-apa…”

 

“Bicaralah…”

 

“Apa…”

 

“Bicaralah. Katakan pada dunia… Hanya ada kamu dan aku disini. Kamu tidak perlu menutupi aoa yang kamu rasakan sekarang.”

 

“Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.” Kata Bom dan berbalik untuk meninggalkan tempat itu, hendak kembali kedalam mobil.

Apakah dia setransparan itu?

“Aigoo… Aku ini sudah menginterogasi banyak penjahat dan aku bisa mengatakan orang berkata jujur atau tidak, katakan saja, delapan dari sepuluh, selalu tepat, meskipun tanpa alat pendeteksi kebohongan.” Katanya sebelum menyilangkan lengan di dadanya.

“Apa kamu serius? Penjahat, baik, aku bisa menjadi penjahat. Memangnya aku terlihat seperti penjahat?”

 

“Pertanyaan bagus… Hmm, kamu memang tidak tampak seperti seorang penjahat, tapi bukankah mayoritas penjahat selalu seperti itu? Mereka terlihat tidak bersalah. Tapi kamu seperti penjahat amatir, aku bisa menebaknya, kamu dibebani oleh rasa bersalah.”

 

Bom menelan ludah mendengar perkataannya. Tanpa dia sadari nafasnya menjadi sesak nafas.

 “Hentikan omong kosong ini, aku mau pulang…” Bom berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kamu bagian dari kebohongan itu, kan?” Bom bisa mendengarnya bertanya, mereka berdua masih melihat kearah berlawanan.

Bom menoleh kearah TOP dan kemudian menatap langit gelap dihadapannya. Dia lalu memandang kebawah, seolah gravitasi telah menarik jatuh air matanya.

“Ini menggelikan. Ayo pulang.” Kata Bom dan baru akan berjalan menjauh saat dia mendengar TOP berkata sekali lagi.

“Diam tidak akan menyelamatkanmu.” Kata TOP.

“Berhenti bermain-main denganku Seunghyun. Aku tidak sedang mood.” Katanya mencoba untuk menjaga suaranya tetap tenang.

“Tunggu sebentar.” Kata TOP lalu berbalik dan berdiri di belakang Bom.

Bom merinding, merasakan sekali lagi tangan TOP memegang bahunya. Dia mencoba untuk tidak bertahan di posisinya, tapi pria itu jauh lebih kuat. “A-a-apa yang kamu lakukan?!” tanyanya saat sekali dia digiring menuju ke tepian.

TOP melepaskan pegangan tangannya setelah dia yakin Bom berada di posisi yang tepat dan pindah kesisinya.

 

“PAAAAARK BOOOOOOOM!!!”

 

 

TOP meneriakkan namanya hingga menggema di kegelapan.

“Yah! Hentikan itu. Ini bodoh!” kata Bom hendak berbalik pergi.

“PAAAAAARK BOOOOOM KAMUUUU GIIIIIILAAAAA!!!”

 

 

“YAHHHH!” teriak Bom memukul lengan TOP, tapi pria itu menghiraukannya.

“PAAAAAARK BOOOOOM, KAAAAAAMUUU SEORAAAANG PEENGEEECUUUUUT!!!”

 

 

Bom membuang pandangannya dan menggingit pipi bagian dalam, mencegah dirinya melakukan tindakan kasar yang mungkin saja akan dia lakukan pada pria disampingnya ini.

“CHOI SEUNGHYUN ADALAH SEORANG IDIOOOOOOOOT!!!” Bom beranjak kesisi TOP dan berteriak pada seluruh dunia. Bom menyeringai. “Hmm… Tidak buruk…”

 

 

TOP melihat ke gadis disebelahnya dan pada saat normal, dia pasti akan kesal dan marah padanya tapi sekrang, yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya mengembalikan Bom ke dirinya yang semula.

“Menggunakan namaku untuk bersenang-senang?” TOP mencoba untuk terdengar kesal tapi Bom hanya memandangnya sekilas.

“CHOI SEUNGHYUUUUUN! AKU BUKAN SEORANG PENGECUUUUUT!!!” Bom menjawab pernyataan TOP beberapa saat yang lalu.

TOP baru akan menjawab pernyataannya, tapi dilihatnya Bom menundukkan kepala.

“Saat kamu merasa takut… Saat kamu merasa ragu… Bukankah itu sudah membuatmu menjadi seorang pengecut?” TOP mendengar Bom bertanya.

Dan kemudian, dilihatnya Bom menutupi mukanya dan bahunya bergetar dengan suara isakan terdengar jelas.

“Bom…”

 

 

“Kamu benar. Aku ini seorang pengecut seperti Teddy oppa. Aku hanya merasa bersalah seperti harabeoji di berbagai hal. Aku tidak bisa membenarkan keadaan tapi aku menutup mulutku… Itu karena aku takut… Aku takut pada apa yang akan orang-orang pikirkan tentangku… Aku takut itu hanya akan memperburuk keadaan. Aku takut pada harabeoji. Tapi itu semua hanya menambah rasa bersalahku. Aku tidak bisa menahan itu semua lagi!” ungkap Bom, meneriakkan isi hatinya.

“Bom…” TOP baru akan menenangkan Bom, tapi dilihatnya gadis itu sudah memandang kedepan lagi, cahaya kerlap-kerlip dari penjuru Seoul tercermin dalam matanya yang masih basah oleh air mata.

“DARAAAAAAAAAA!!!” Bom berteriak dengan suara bergetar. “DARAAA AKU MINTA MAAAAAAFFF!!!” dia mengusap air mata dari wajahnya, angin malam menyingkirkan helaian rambut dari wajahnya.

“DARAAAAA! KAMU BISA MENDENGAAAARRKUUU???” Dia masih berteriak lagi, mendengarkan gema suaranya sendiri.

“AKU TIDAK AKAN MENJADI PENGECUT LAGI! AYO JANGAN MENJADI PENGECUT LAGIIIIII!!!” katanya sebelum jatuh pada lututnya.

“Bom!” Top langsung mendatanginya tapi Bom mengentikannya dengan intruksi dari tangannya, memintanya berhenti.

“Aku membencimu, kamu tahu itu?” tanyanya sebelum menghapus air matanya yang masih terus berjatuhan dari sudut matanya. Dahi TOP berkerut mendengarnya.

“Bagaimana kamu bisa?” tanya Bom pada TOP sebelum memukuli dadanya. “Bagaimana kamu bisa dengan mudah melihat apa yang kuarasakan?” tanyanya lagi sebelum menghujani dadanya dengan pukulan bertubi-tubi.

TOP menangkap tangannya dan menarik tubuh gadis itu kedalam pelukan.

“Sudah kubilang… Aku ini lebih baik dari pada alat pendeteksi kebohongan.” Kata TOP, memperoleh isakan lain dari Bom.

==========

“Ini sudah larut, Chaerin. Biarkan dia menginap mala mini.” Ibu CL meminta pada CL.

“Princess?” ayahnya memanggilnya sekali lagi.

Secara ajaib, CL menjadi sangat diam sejak mereka kembali ke rumah. Pikirannya dipenuhi oleh kejadian yang baru saja terjadi dan melihat Dara bersikap seperti itu saat bertemu dengan ibu kandungnya. Dia tahu unnie-nya itu sangat terluka, tapi mereka bahkan tidak cukup untuk menenangkannya.

Tapi lebih dari pada itu semua, ketakutan menyeruak dari dalam dirinya. Takut pada perubahan yang mungkin akan terjadi dimasa mendatang.

Takut akan berpisah jalan dengan teman-temannya, yang mungkin pada akhirnya akan menemukan jalan hidup mereka masing-masing.

“Ani, ini tidak apa-apa abeoji, omoni… Lebih baik aku pulang…” Seungri memberi tahu orang tua CL dan berdiri membungkuk hormat.

“Kumohon tinggallah.” Kata CL, tatapan matanya masih kosong.

Seungri menegakkan badannya dan melihat CL yang masih duduk di sofa. Dia kemudian menoleh menatap orang tua gadis itu yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh.

 

“Apa terjadi sesuatu diantara kalian?” tanya ibu CL membuat Seungri menelan ludah – atau apapun lah itu karena mulutnya benar-benar kering sekarang ini.

“Apa kalian berdua bertengkar?” kali ini ayahnya yang bertanya, membuatnya semakin menelan – apapun itu yang bisa ditelannya.

“Kami tidak bertengkaromma, appa. Aku minta maaf. Kami hanya lelah. Selamat malam.” CL berdiri dan menarik pergelangan tangan Seungri, menariknya keluar dari ruangan itu.

“Ack!” Seungri memejamkan matanya, merasakan paksaan CL. “S-s-elamat malam omoni, abeoji.” Katanya membungkukkan badan – masih dengan ditarik oleh CL naik ke tangga.

“Aigooo!” ibu CL mengatupkan kedua tangannya sambil menatap kedua anak muda itu.

“Aku hanya berharap dia tidak mengambil kesempatan pada kepolosan putri kita.” Kata Mr. Lee dengan wajah muram.

“Yah! Itu hal yang normal untuk dilakukan oleh padangan…”

 

“Jangan katakana padaku, yeobo. Putriku akhirnya… Aisht! Terima kasih pada anak muda itu!” Mr. Lee berkata sambil menghapus setitik air mata yang jatuh dari sudut matanya.

“Aaaaah! Lenganku! Aku tidak butuh luka yang lain! Aku akan kembali bertugas sebentar lagi! Aaaargh!” Seungri berteriak kesakitan karena pegangan tangan CL.

CL kemudian membuka pintu kamarnya dan menarik kerah jasnya. Dia menendang pintu hingga tertutup dan memberikan Seungri kejutan yang paling mengejutkan sepanjang hidupnya.

Gadis itu memeluknya. Lengannya mendekap kuat pinggang Seungri, wajahnya disembunyikan di dadanya.

“Y-y-ah…” Seungri mencoba untuk bergerak. “A-a-apa…”

 

“Kumohon… Jangan…” didengarnya gadis itu berkata, dan dia yakin sekarang gadis itu menangis.

“Kamu harus melihat wajahnya, rat… Kamu harusnya melihat bagaimana wajah unnie.” Katanya sambil mencengkeram jas Seungri erat.

“Shhh…” Seungri mendekapkan lengannya pada tubuh CL yang selama ini dikenalnya sangat galak.

Gadis ini sungguh peduli pada teman-temannya.

Siapa yang tidak akan bersikap seperti ini jika pada dasarnya mereka tumbuh bersama?

“Aku takut… Semuanya akan berubah. Bagaimana jika mereka membawa unnie pergi? Bagaimana jika bibi Eunju membawa unnie ke Eropa bersamanya?” tanyanya disela-sela isak tangisnya.

“Sudah kubilang padamu, kamu tidak bisa mengira mereka akan selalu bersamamu selamanya. Sekarang ini, pikirkan tentang perasaan noona. Dia sudah menunggu saat-saat ini sepanjang hidupnya. Paling tidak berbahagialah untuknya, neh?”

 

Seungri merasakan gadis itu semakin menguatkan pelukannya disaat tangisannya semakin keras.

==========

Dara bergerak dalam tidurnya dan mengernyitkan hidung.

“HACHOOOOOO!!!” dia bersin dan hal itu langsung membuatnya duduk tegak. Dia mengucek matanya, dia melihat sekeliling dan menemukan Dadoong berada disampingnya.

“Aiyoo, Dadoongie… Kamu sangat bau.” Katanya pada si kucing yang kembali tidur.

Dara cemberut pada kucingnya dan perlahan dia bangkit berdiri. Dia mengambil rajutan baju bayo dari lantai dan kemudian mengelusnya perlahan. Semalam dia kembali tidur dengan memeluk benda itu lagi, satu-satunya benda yang sangat berarti baginya sejak kecil. Satu-satunya benda yang kata halmeoni berasal dari omma-nya. Dia kemudian menggantung itu disalah satu sudut jendela.

Dia berbalik, dan mengedarkan pandangan di penjuru ruangan paniknya.

Disana gelap.  Boneka dengan berbagai bentuk dan ukuran. Boneka-boneka yang menemani masa kecilnya. Ini adalah surganya, dan yang tetap menjaga kewarasannya selama dia terkurung di kamarnya di mansion besar – tempat tinggalnya sebelumnya.

Dia menutup mata dan mencoba mengingat kekagetan di wajah harabeoji-nya semalam… kebimbangan… rasa bersalah… rasa sakit…

Kakeknya sudah terlalu tua untuk hal seperti ini.

Tapi dia ingin membebaskan diri dari masa lalu yang terus menghantuinya.

Dia ingin bersama dengan ibunya… dan dia ingin tahu siapa ayahnya.

Dan dia tidak akan pernah menemukan jawaban semua pertanyaannya didalam ruangan segi empat yang gelap dan suram ini.

‘Jiyong memang benar,’ pikirnya.

Untuk sekali saja, dia harus membiarkan dunia tahu apa yang dia rasakan.

Untuk sekali saja, dia harus memberi kesempatan pada dirinya.

Untuk sekali saja, dia harus mencobanya.

==========

………………………………………………….……

~TBC~

<<back   next>>

54 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 26] : Changes

  1. Dan akhirnya aku menangis…Bom, CL….bisakah aku memiliki seseorang seperti kalian??? >>>Semakin gaje ne commentku…so abaikan. 1 lagi ah 😛

  2. di chap ini banyak moment TOPBOM.

    pengen deh punya sahabat dan saudara kaya cl sama bom. mereka sampe nangis gitu liat keadaan dara sebelum niggalin tempat pesta.

  3. yah,, tidak eka ingin darhanya dara yang tersakiti disini
    di sisi lain mereka ingin dara dan ibunya saling mengenal bahwa mereka adalah ibu dan anak,,disisi lain mereka takut berpisah dengan dara

  4. Persahabatan di cerita ini luar biasa, karna mereka semua peduli satu sama lain dan saya sampai terharu kalau di lihat dari sisi persahabatannya xoxo
    .. T_T..

  5. Tuhan, ciptakan satu orang teman yg sifatnya kek bom unnie ato cl unnie dehhh😄 aissh part ini maksa aku ato para readers yg baca part ini ngeluarin air mata😳

Leave a comment