FATE [Chap. 15-END]

12346798_1016594028383065_2142506412_n

Author: dinasptvd [Ig: dinaseptavida]

Main Characters:권지용, 박산다라

Support Characters:박디나, 송대한, 김재중, 水原きこ, 2NE1, BIGBANG

***

Note:

Hello again!

So, this is the Last Chapter before Epilog. Do you hate my sister? ㅋㅋㅋDo you hate Kiko? ㅋㅋㅋ

Tapi tidak perlu khawatir, dia tidak berniat jahat. Karena aku mencocokkan karakternya dengan sosok Kiko yang kutau di dunia nyata ^^

Well enjoy my story! I think i’ll write another stories when i officially END my hell-life-study.

SMOOCH. I Love You.

 

“Mereka tidak menikah dalam waktu dekat ini?”

“Dibalik keegoisannya, anak itu tentu telah memikirkan segala sesuatunya dengan baik. Aku yang membesarkannya sehingga aku sangat tau bagaimana dia. Jiyong, ia tidak akan membuat karirnya dan karir kalian semua hancur berantakan. Jadi, hingga moment bahagia itu tiba, kalian harus selalu mendukung dan menyemangatinya. Menyemangati mereka.”

“…Setelah aku menjadikanmu milikku sepenuhnya, kau akan melahirkan anak-anakku yang lucu dan aku bersumpah akan selalu melindungi dan mencintai kalian seumur hidupku.”

“Kiko, kore yonde! Ano onna.. Jaejoong niisan no otsuma dattayo!”

“Bagaimana mungkin.. Jiyong..”

Kwon Jiyong menatap yeoja di hadapannya dengan tatapan malas, membuat lawan bicaranya memaksakan seulas senyum tipis. Lantunan keras musik di sekitar seolah meredup, cahaya ruangan yang remang seolah menyempurnakan suasana tegang yang mereka rasakan. Keduanya kini berada di sebuah pub, di dalam sebuah ruangan tertutup yang telah disewa secara khusus. Xin, yang selalu menemani Jiyong kapanpun namja itu pergi berpesta hanya dapat mengelus tengkuknya mengamati teman-temannya. Pada akhirnya ia menunduk, membisikkan sesuatu pada Jiyong. “Aku akan berada di bar.”

Setelah ia mendapatkan sebuah anggukan singkat, stylist YG itu pun keluar dari ruangan.

“Ada apa, Kiko? Kenapa kau sampai harus datang ke Korea?

Yeoja itu menatapnya terluka, “Ada yang ingin kukatakan, Jiyong.” Jawabnya. Setelah itu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, sebuah majalah.

Kening Jiyong  berkerut. “Mwoya igae?”

Tanpa basa-basi, Kiko segera membuka halaman demi halaman hingga menampilkan artikel berita yang telah dilihatnya beberapa hari lalu. Sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman. “Igeon.. Sandara Kim, maji?”

Jiyong mengikuti arah pandangnya, lalu meremas jeans-nya dengan kasar. Sebersit kenangan mulai berputar di kepalanya seperti sebuah film setelah Kiko menyebut marga sahabatnya.

Park.”

Kiko terkejut.

“Sandara Park.” Ucap Jiyong dingin.

“She WAS Kim, Jiyong.. dan apa kau tau apa artinya semua ini?!”

Namja itu menatap lurus ke manik matanya. “Ini tidak ada hubungannya denganmu.”

“Ini tentang Jae, Jiyong! Dia miliknya. Kau tau? Ini sama saja dengan kau mengkhianatinya!” Tanpa sadar Kiko menaikkan volume suaranya beriringan dengan raut wajahnya yang gelisah, marah, shock.. yang bercampur menjadi satu. Yang telah ditahannya sekuat tenaga. “bukan begitu.. uh?”

Rahang Jiyong mengeras, namja itu menghela nafasnya sesaat sebelum menjawab. “..Aniya. Kau, tidak tau apapun.”

Kiko mencengkram erat lengannya, “Dia sahabatmu. Jiyong, kau tau siapa Sandara. Kau yang paling tau! Kau juga tau Jae sangat mencintainya. Kau tau bagaimana ia tersenyum setiap kali ia bercerita padamu soal Sandara! Aku menyaksikan kalian berdua! Selalu, dan.. aku.. aku bahkan tidak menyangka ini. Aku bahkan baru saja mengetahui tentang ini.”

Yeoja itu menatapnya dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

“Kiko.”

“Kenapa, kenapa harus dia dan bukan aku? Aku selalu disini. Aku bisa memperbaiki semuanya, Jiyong..”

Air mata Kiko yang bergulir turun.

Sudah hampir satu tahun, sejak ia dan Dara akhirnya bersama.. sudah hampir satu tahun pula ia bahagia setelah begitu lama menahan perasaan dan rasa bersalah yang begitu besar. Sangat singkat. Sangat singkat dan tidak sebanding dengan penderitaan dan perjuangannya. Namun, kini Jiyong memahami, masa depan masih menantinya. Ia dan Dara masih memiliki begitu banyak waktu. Dan dengan memikirkan itu saja, sudah lebih dari cukup baginya untuk menghapus luka yang diberikan oleh yeoja dihadapannya ini. Luka masa lalunya.

“Dan kenapa kau harus memintaku kembali? Setelah semua ini.. setelah sekian lama, setelah aku telah mencoba untuk memintamu untuk tinggal? Kenapa harus sekarang? Disaat aku telah mendapatkan yeoja yang kucintai, yeoja yang dulu berusaha kulepaskan setelah aku menemukanmu. Kiko.. ini sudah lebih dari terlambat. Lepaskan aku.”

Yeoja itu tersentak. Genggaman tangannya di lengan Jiyong mulai mengendur secara perlahan. Kemudian, ia merasakan sentuhan lembut di pipinya, menghapus jejak air matanya.

“Lepaskan aku. Kumohon.”

“Jiyo-“

“Kenapa harus dia? Aku akan menjawabnya.” Namja itu menangkup kedua sisi pipi Kiko, menatapnya lekat. “..karena aku mencintainya. Aku sangat mencintainya, Kiko. Perasaan itu kembali. Kembali dan semakin kuat, lebih dari sebelumnya. Bahkan kau.. dan Jaejoong, kalian tidak pernah tau betapa besarnya rasa itu.”

DEG

Hatinya patah. Sisa-sisa harapannya hancur. Kiko tidak lagi dapat menahan air mata yang kini semakin deras mengalir turun, dadanya sesak. Segala penyesalan yang dirasakannya telah membuatnya sadar bahwa kini saatnya, sungguh telah saatnya, untuk dirinya pergi. Pergi. Dan tidak lagi menoleh ke belakang. Sepenuhnya merelakan namja luar biasa ini bahagia dengan pilihannya. Dengan cintanya yang sesungguhnya.

Yeoja itu hanya belum mengerti, bahwa takdir telah memiliki caranya sendiri.  Bahwa setelah tangisannya malam ini, seseorang yang lain akan datang kepadanya. Seorang pengganti yang akan mencintainya dengan tulus. Yang akan membuat hari-harinya kembali berwarna sekali lagi. Ya. Begitulah takdir. Penuh kejutan. Dan selalu memberikanmu yang terbaik. Lebih.. dari kau ketahui.

***

Several Months Later..

 

Choi Soon Ho dan Yang Hyun Suk tengah duduk berhadapan dengan beberapa wartawan malam itu. Keputusan final yang akan disampaikan CEO ternama kepada mereka setelah ini telah disetujui setelah berbagai pertimbangan dan rencana telah disusunnya. Hyun Suk mengelus dagunya dengan kening berkerut, menyimak setiap pertanyaan yang diajukan. Sesekali ia menghela nafasnya panjang, kemudian mengangguk.

“Apa berita ini benar, Yang Hyun Suk sajangnim?” tanya salah seorang dari mereka, jemarinya siap  bergerak lincah dibalik layar laptopnya. Kacamata tebalnya seolah berseru Akhirnya-cepat-kau-beberkan-itu-sekarang-juga-agar-aku-bisa-segera-naik-jabatan.

CEO YG itu mengangguk, “Ne. Ini berita yang sebenarnya. Tolong ditulis tanpa ada yang harus dikurangi ataupun dilebih-lebihkan. Maaf karena harus membuat kalian semua menunggu begitu lama.”

Beberapa wartawan nampak antusias dan mengetik dengan kecepatan luar biasa melalui keyboard mereka.

“Jadi, apa mereka berdua telah memulai hubungan mereka sejak masa trainee?” tanya seorang wartawan wanita yang ia ketahui berasal dari SBS.

“Oh, tidak tidak. Mereka telah bersahabat sejak berada di universitas. Namun mereka tentu tidak menjadi dekat saat itu.”

Klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik

“Kwon Jiyong-ssi juga bersahabat baik dengan Kim Jaejoong, benar begitu Yang Hyun Suk sajangnim?”

Topik ini tentu akan keluar. Dan tentu sangat mengkhawatirkan.

“Oh, tentu. Keduanya bersahabat baik. Jiyong dan Jaejoong sudah saling mengenal sejak mereka masih kecil.”

Klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik

“Ada berbagai asumsi mengenai Kwon Jiyong-ssi yang sengaja merebut Sandara-ssi, apakah itu benar?”

Soon Ho terlihat cemas, namun Hyun Suk hanya memberi isyarat untuk tenang.

“Tidak. Itu tidak benar. Jiyong sangat menjaga persahabatannya dan bahkan dengan tulus mendukung hubungan Jaejoong dan Sandara.”

Klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik

“Lalu sejak kapankah Kwon Jiyong-ssi dan Sandara-ssi mulai dekat?”

Hyun Suk mengusap kedua tangannya dengan senyuman yang masih mengembang. Berbagai pertanyaan dan pernyataan telah diajukannya dirasa cukup untuk menetralkan segala rumor dan asumsi media mengenai reputasi Jiyong. Ini saat untuknya untuk pada akhirnya membuka hubungan ‘anak-anak’nya. Siapa lagi? Untuk sekarang, ia memutuskan untuk fokus pada Jiyong dan Dara terlebih dulu sebelum nantinya sudah pasti akan menjadi dua Seunghyun-nya bersama pasangan mereka masing-masing. Oh. Park Bom tidak boleh membuka hubungannya saat ini.

“Yang Hyun Suk sajangnim, apa menurut anda judul yang tepat untuk artikel pertama yang keluar? Kami akan memastikan ini akan memuaskan anda.” Wartawan lainnya mencoba untuk bernegosiasi.

Pria paruh baya itu pun tersenyum, melirik Soon Ho yang duduk tenang di sampingnya lalu berpikir sejenak dalam beberapa waktu. “Hm.. mwoji? Kau ada ide, Soon Ho-ya?”

Manager tampan itu terkejut, dan menggeleng dengan canggung. Tentu saja, masalah seperti ini sama sekali bukanlah sesuatu yang patut untuk ia ajukan pendapat. Ini terlalu serius.

“…Yang Hyun Suk sajangnim?”

“…”

Karena Soon Ho hanya terdiam di tempat duduknya, Hyun Suk pun duduk sedikit lebih tegak dan mengarahkan bibirnya di depan microphone. Ruangan luas itu mendadak sunyi.

“Aku rasa cukup dengan sesuatu yang sederhana. Jadi, bagaimana dengan.. ‘G-DRAGON DAN SANDARA PARK, KEDUA BINTANG PAPAN ATAS DARI YG ENTERTAINMENT KOREA DIKONFIRMASI TELAH BERKENCAN SELAMA 2 TAHUN!’ ? Hm, sisanya.. akan aku konfirmasikan lebih lanjut.”

“Sisanya? Apakah itu, Yang Hyun Suk sajangnim?” Kali ini seorang wartawan dengan kepala botak terlihat begitu penasaran.

“…” Hyun Suk mengangkat jari telunjuknya, menggerakkannya ke kanan dan ke kiri. “Ah itu rahasia. Tidak sekarang. Tapi nanti, akan kupastikan kalian akan sangat menyukainya.”

Klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik klik

“Ehm, baiklah. Sepertinya ini cukup baik. Kamsamnida.”

***

 

Stardust

 

Hari demi hari telah berlalu.

Tidak banyak hal yang berubah selain tawaran shootingdan host untuk Dara yang semakin padat, juga jadwal Bom baru saja akan memulai debut sebagai soloist dengan lagu-lagu indah karangannya dulu. Seluruh member Bigbang bahkan telah memiliki waktu pribadi mereka masing-masing sekarang. Jiyong dengan kegiatan party animal-nya, sesekali pula berkencan dengan Dara saat yeojanya itu sedang libur, bahkan sebagai pengasuh Daehan saat calon-adik-ipar-nya sedang tidak ada dirumah. Kedua idola paling berpengaruh itu nampak lebih lega sekarang setelah hubungan mereka resmi dipublikasikan. Membuat Bom selalu ingin berteriak kegirangan setiap kali sahabatnya itu mencoba berani untuk ‘lebih terbuka’ di depan umum.

“Annyeooooooong!” Dina Park berseru dengan semangat sembari menggandeng erat tangan Hyun Woo disisinya. Berjalan menuju salah satu meja dengan beberapa sosok familiar yang tengah berkumpul menikmati makan siang.Sahabatnya, Minzy dan juga Daesung, menyambutnya pertama kali dari meja bar bersama Bobby.“Aigoo. Igeo nuguji? Pasangan-tidak-tau-waktu sudah datang, eoh?” Minzy menggelengkan kepalanya.

Smack!

Dina memukul punggung Minzy dari belakang dengan cukup keras, membuat yeoja itu mengernyit.“YA!”

Seunghyun tertawa kecil bersama Bom di sofa mereka. “Kencan kalian menyenangkan?” tanya yeoja berwajah boneka itu.

Dina mengangguk, “Geurom! Kali ini kami mengunjungi pulau Nami dan bersepeda dan.. bermalam dan-hmmpph!”

Hyun Woo merona, segera menutup bibir kekasihnya. Namja itu memang tipe yang tidak terlalu banyak bicara, namun sangat keren. Itulah yang membuat seorang Park ini jatuh cinta.

“HEOL.” Ucap Chaerin dari balik cangkir berisi Americano-nya. Menatap Dina dengan mata terbelalak.  “Kemana perginya Dina Park kecilku?!”

Seungri tersenyum, sedangkan Dina hanya membentuk “V” dengan kedua jemarinya sembari menjulurkan lidah.

“Bom noona, debut chukkhahaeyo.” Ucap Hyun Woo, memberikan sebuah bingkisan sebagai hadiah.

Dina mengangkat bahunya kegirangan. “Semoga kau suka! Aku memesan khusus dari sahabatku di New York. Kualitas terbaik.”

Bom mengerutkan keningnya, lalu membuka bingkisan itu perlahan. Kemudian kedua matanya pun berbinar. Sebuah Mic. Mic berwarna hijau metalik, warna kesukannya, dengan ukiran silver unik yang melingkar mengelilingnya. Lengkap dengan tulisan ‘Park Bom’ di bagian bawah.

“Yeppuda..” ucapnya.

Dina tersenyum dan mereka pun saling memeluk satu sama lain.

“Seunghyun, ini cantik sekali, geji?”

Kekasih tampannya mengangguk, lalu mengangkat jemari telunjukknya dan mengayunkannya di hadapan wajah Bom. “Aku juga memiliki hadiahku sendiri.”

“Mwo? Mwonde, mwonde?”

Namja yang baru saja mengganti kembali warna rambutnya itu menjadi hitam kelam hanya meringis. Berbisik pelan di telinganya. “Kau akan melihatnya nanti ketika kau sampai dirumah.”

“KYAAAAH”

Teriakan Bom membuat seluruh sahabatnya memutar bola mata mereka.

“Geunde, eonnideul. Dara eonni eodiganeungeo arayo? Acim buteo jonhwa anbadaneunde..” tanya Dina Park. *Apa kalian tau dimana Dara eonni? Dia tidak mengangkat telepon sejak pagi

Seketika itu pula, semua orang saling bertukar pandang, membuat Dina mengerutkan keningnya.

“Tadi pagi Dara harus menghadiri meeting di kantor. Lalu..” ucap Bom sembari menyandarkan dagunya di pundak Seunghyun.

“Lalu eonni ke-“

“Kencan.” Sela Youngbae yang sedari tadi diam pun berdiri. Menepuk pundak Dina perlahan. Sembari menatap jam tangan mahalnya, ia kembali bersuara dengan sudut bibir terangkat naik. “Hm, kurasa eonni-musedang bersenang-senang di.. kebun binatang?”

“Mwo?”

..Dan tawa mereka pun meledak.

***

“Jiyoooong!” Dara berteriak, memandang ngeri seekor baby lion yang berada di pangkuannya. Oh. Dara memang sudah lebih baik dalam mengatasi phobia-nya terhadap binatang tertentu, tapi tetap saja ia merasa geli dan kaget karena kekasihnya tiba-tiba saja meletakkan itu disana.

Jiyong tertawa di balik kacamata Saint laurent miliknya, tingkah Dara sungguh menggemaskan mengingat statusnya sebagai seorang ibu. Ia menoleh, mendapati Daehan Kim yang tengah menutup mulutnya dengan satu tangan. Jelas menyembunyikan senyuman lebarnya.

“Eomma, museowoyo?” tanyanya. *apa eomma takut?

Dara menggeleng cepat, memaksakan seulas senyum yang nampak gugup. “Ani! Eomma anmuseowo. Gwiyopda, igeo. Neeeeomu gwiyopda!”

“Pfft” Jiyong kembali tertawa dan sukses mendapatkan sebuah death-glare dari yeojanya. Ia kemudian berdeham canggung, “Ehm. Ini sudah hampir sore, kita pulang, ng?”

Daehan menguap sebelum mengangguk ke arah eommanya. Jiyong segera membawa namja kecil itu dalam gendongannya dan menggandeng tangan Dara, keluar dari area.

Babe, rapatkan topimu sedikit. Hanya berjaga bila mungkin gambar kita akan diambil oleh sasaeng.” Ucap Jiyong.

“Ah, geurae.” Dara menurut. Merapatkan topi 99percent hitamnya lalu mengambil sepasanga kacamata hitam dari dalam tas. “Ini lebih baik. Untung saja kita berada di area-area tertutup yang tidak begitu ramai,geji?”

Jiyong mengangkat bahunya, “Kurasa akan lebih baik lagi bila kita berlibur di tempat lain, agar lebih bebas.”

“Tempat lain?”

“Geurae. Ada yang ingin kau kunjungi, babe?”

Dara tersenyum, lalu nampak berpikir. “Eodisseulga.. AH! Disneysea! Jiyong, aku ingin kesana! Sudah lama sekali sejak terakhir aku bermain kesana dengan Bom dan yang lain..”

Kekasih tampannya menggeleng dan tersenyum lebar, heran. “Kau, sungguh tidak tumbuh.”

“YA!”

Keduanya pun tertawa, Dara memukul lengan Jiyong hingga namja itu meringis. Membuat Daehan di gendongannya ikut tersenyum.

“Ajeossi.”

Jiyong menghentikan langkahnya sejenak, “Hm, Daehan-a?”

“Ajeossi hangat sekali. Seperti appa. Jaejoong appa.” Ucapnya polos.

DEG

Dara tertegun sesaat, begitu juga dengan Jiyong yang memandangnya dengan kerutan samar. Mereka berdua sungguh tidak memahami maksud ucapan namja kecil ini. Terutama Dara, karena Jae meninggal saat Daehan masih sangat kecil, mustahil untuknya mengingat sosok appanya seperti itu.

“Baby?” Tanya Dara lembut, dan Jiyong pun tersenyum.

Putra kesayangannya tengah memainkan jemarinya dengan gugup sembari menjawab dengan patuh, “Daehani.. bermimpi tentang appa. Daehani melihat appa, eomma! Appa tampan dan hangat.“

Dara menoleh ke arah Jiyong, mengamati perubahan ekspresi di wajahnya yang jelas dipaksakan untuk tetap tersenyum. Namjanya, ia ‘masih’ terluka. Semua telah berlalu, tapi rasa bersalah akan selalu ada.

“Appa bilang sesuatu lagi padamu, sayang?” Dara membelai pipi merah Daehan yang masih berbinar di hadapannya.

“Ng! Appa bilang agar aku menjaga eomma. Appa ingin aku jadi anak baik.”

Dara tersenyum lalu mencium bibir putranya. Ia begitu terharu.

Dulu, Jaejoong-nya tidak memiliki banyak waktu dengan putranya.. Jaejoong-nya pergi saat Daehan masih sangat membutuhkannya. Tentu Daehan sangat merindukan appanya itu. Sifat Daehan, wajahnya, kecerdasannya, hampir segala dalam dirinya didapatkan didapatkan dari suaminya. Dara merasa Jaejoong bagaikan hidup kembali dalam diri Daehan. Dan itu sudah lebih dari cukup. Dirinya telah menghabiskan banyak waktu untuk menangis dan menangis semenjak Jaejoong pergi, namun sekarang.. ia tau bahwa ia harus berjuang untuk malaikat kecilnya. Pertemuannya dengan Jae, mungkin hanya sebagai awal dari takdir yang sesungguhnya. Kehilangan…bukanlah akhir.

“Kau akan selalu jadi anak yang baik, baby.” Ucapnya lirih.

Daehan mengangguk. Kemudian sesaat yang Daratau Jiyong tengah menggenggam erat jemarinya, menyampaikan padanya bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa mereka akan selalu baik-baik saja.

Dara menatap lurus manik mata hazel Jiyong. ‘Jae, apa kau sengaja menuntunku padanya?’

Babe..”

 ‘Atau justru aku salah karena mencintainya?’

Babe?

‘ Bila ini salah, maukah kau memaafkanku?’

“Dara?”

‘ Kumohon.. sekali saja. Sekali saja, beritahu aku apa yang harus aku lakukan..Aku telah mencintainya seperti ini..’

“Eomma!”

GASP

Dara berkedip beberapa kali. Oh.. dia melamun. Jiyong mengamatinya dengan cemas. “Gwenchanha?”

Ia tersenyum menenangkan, “Gwenchanha. Mian..”

Jiyong menghela nafasnya sesaat, mengusap lembut pipinya dengan sayang. “Baiklah. Kita pulang. Kalian pasti lelah, ng? Kita juga harus segera makan siang.”

Saat namja itu mulai menggenggam tangannya untuk pergi, Dara mendongak. “Ji, ayo foto bersama. Kau dan Aku.”

Jiyong mengangkat alisnya dan tersenyum. Ia menurunkan Daehan sejenak yang tengah asik dengan gulalinya, “Tunggu sebentar, hm?” Ucapnya sebelum mengeluarkan Iphone miliknya.

“Kau siap, babe? Ah, akan lebih baik bila melepas kacamata dan topi kita, geji?”

Dara mengangguk dan menurut, lalu.. “Cheese..!”

daraagon

***

Hubungannya dengan Jiyong semakin membaik dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga kini tak terasa telah berlangsung selama 1 tahun. Rintangan, rumor, skandal, segala kesulitan telah dihadapi keduanya hingga sampai kepada titik ini. Para fans yang dulunya sempat berpikir negatif mengenai kedekatan Jiyong dengannya seiring waktu telah berubah menjadi lebih baik. Mereka mulai dapat menerima dengan senang hati, mulai terbuka dalam memberikan dukungan. Sungguh. Menjadi sosok public figure terkenal di Korea bukanlah hal yang mudah seperti di berbagai negara lainnya. Sedikit kesalahan bisa menjadi sesuatu yang fatal bagi penggemar dan memikirkan itu saja telah membuat hari-harinya menjadi tidak tenang.

Pagi itu, ia sengaja mengosongkan jadwal untuk menemani Jiyong di studio. Namja itu telah memutuskan untuk berkolaborasi dengan M.I.A dan tentu akan sibuk untuk beberapa hari ke depan.

“Kau sudah sarapan, babe?” tanya Jiyong. Dara melirik dari balik majalah yang tengah dibacanya.

“Sudah, hanya sedikit. Setelah aku bangun, aku harus segera memasak untuk Daehani dan juga Dina. Adikku terburu-buru ke butik karena Chaerin menerima banyak pesanan gaun malam.”

Jiyong mengerutkan keningnya khawatir. “Ini hampir siang. Kaja, kutemani kau makan di bawah.”

Namja itu merenggangkan tubuhnya lelah, meletakkan spidol hitamnya di atas tumpukan-tumpukkan kertas. Teddy tersenyum, “Protective, uh?”

Jiyong mengedikkan kepalanya dengan sebuah smirk yang nampak jelas.

“Hyung, aku sudah mengubah beberapa bagian. Aku hanya akan menemani Dara untuk sarapan setelah itu aku akan kembali.”

Teddy mengangkat tangannya, mengusir dengan senyuman lebar.

Dara tertawa kecil, menyambut genggaman Jiyong yang membawanya keluar dari ruangan.

Dara cukup lahap menyantap makanannya.

Sesekali pula melirik Jiyong yang lebih sibuk mengusap bibirnya dengan tisu  setiap kali ia menyendokkan nasi ke dalam mulut.

“Ji..”

“Hm? Kau mau yang lain, babe?”

Dara tersenyum, lalu menggeleng. “Hei.. aku bukan bayi. Aku ini seorang ibu.”

“Ya, ibu. Dan calon istriku.”

DEG

OH JANTUNG DARA NYARIS LEPAS. ‘TOLONG AKUUU’, pikirnya.

“Oh. Kau merona, eh?” ucapnya dengan tatapan menggoda yang sangat intens.

Dara salah tingkah dan segera menenggak habis air di dalam gelasnya. “Jiyoooong.”

“Arasseo, arasseo. Ahminumanmu, biar aku ambilkan lagi. Makanlah pelan-pelan, ng?” Jiyong mengecup keningnya sembari beranjak ke arah cafetaria kantor. Manik mata hazelnya tidak pernah gagal membuat nafas Dara tercekat di tenggorokan karena itu sangat mempesona. Dan dia beruntung bisa menatap mata itu setiap hari, setiap saat, kapanpun, dan berapa lama pun yang ia inginkan.

Setelah ia menghabiskan seluruh isi makanan di atas nampannya, Jiyong membawanya untuk berjalan mengelilingi gedung. Bahkan mereka juga berhenti di beberapa ruangan yang hingga kini telah menjadi kenangan indah bagi keduanya. Dance Room di lantai 4, ruangan ini juga merupakan bagian dari kenangannya dulu. Tempatnya melihat Dara lagi pertama kali setelah kelulusan yeoja itu dari akademi. Satu-satunya tempat dimana ia dapat memandang yeoja yang dicintainya itu kapanpun Dara datang menemani Jae berlatih koreografi.

“Ji..” ucap Dara, menautkan jemarinya mereka. “Dulu, kau adalah trainee yang paling luar biasa. Aku bisa melihat semangatmu.”

Jiyong tersenyum, menatap bibir Dara dan seketika itu pula ia menunduk dan memberikan ciuman singkat. “Geurae? Aku senang kau memperhatikanku.”

“Tsk.” Dara mengernyit, meraih perut Jiyong dan baru saja akan mencubitnya namun namja itu refleks menghindar.

“Kau dan Bigbang.. kalian tidak menjalani masa trainee yang lama, bukan? Maksudku, seperti di berbagai agensi lainnya? Bahkan kau sudah sukses seperti ini kurang dari 5 tahun.”

Jiyong terlihat senang, “Itu karena kita ini spesial, babe. Kita lulusan akademi yang dibangun sendiri oleh Abeoji. Tidak ada agensi yang mengelola sekolah seperti itu sebelumnya. Segala potensi kami telah diawasi dan dituntun sejak masih berada disana. Jadi ketika kami terpilih, kami tidak perlu memulai segalanya dari 0 seperti rookie yang lainnya. Beruntung, angeurae?”

Dara hanya tersenyum, tersenyum dengan sangat tulus hingga membuat Jiyong mematung di tempatnya. Mengamatinya lekat. “Selama ini, aku bahkan tidak pernah lupa betapa cantikya kau , babe. Dulu.. dan sekarang.”

‘Kau cantik, Dara. Dulu.. dan sekarang.’

Kalimat itu, kalimat itu pernah didengarnya sebelmnya. Dara menegang. Ah.. tentu. Mimpi. Jaejoong mengatakan itu di dalam mimpinya. Bagaimana mungkin semua yang dikatakan suaminya selalu berkaitan dengan Jiyong?

Apakah sungguh.. secara tidak langsung Jae telah menuntunnya pada namja ini?

Misteri.

Namun satu hal yang kini ia tau, ia mencintai Jiyong. Kwon Jiyong-nya.

“Babe.”

Tiba-tiba Jiyong menoleh, menatap Dara dengan pandangan takjub. Ini pertama kalinya Dara memanggilnya seperti itu. “Yes, babe?” ucapnya meyakinkan, membuat Dara merona.

“Temani aku akhir pekan ini, ng? Kita akan mengunjungi Jae. Kita akan.. menikah, geji? Kita juga bisa mengajak yang lain.”

Namjanya itu terdiam sesaat. Lalu tersenyum dengan segala ketulusan yang ia miliki. Siap menyambut masa depan yang baru dengan Dara. Park Sandara-nya.

***

Lee Chaerin tengah mengerutkan keningnya frustasi sembari menatap dua buah gulungan kain sequins di hadapannya. Ditemani Dina Park yang juga sibuk dengan berbagai sketsa di meja kerjanya, ia mulai meneliti satu demi satu ilustrasi yang tepat untuk ditetapkan sebagai koleksi terbaru.

“Dina-ya. Yang ini, atau yang itu? Mana yang menurutmu paling sesuai untuk pakaian musim semi?” tanya sang Boss.

Yeoja dengan rambut hitam sebahunya mendongak, kemudian mengangkat beberapa lembar kertas. “Igeoyo, eonni. Igeon jeil yeppo.”

Setelah mendapat persetujuan dari Chaerin, Dina pun berjalan ke sudut ruangan –ke arah barisan-barisan mannequins yang ada dan menempelkan kertas-kertas itu. “Joha. Kita bisa membuat yang ini. Semoga beruntung di Seoul Fashion Week, eonni!”

Oh yaa, Chaerin memang pribadi yang supel dan memiliki banyak sekali teman. Yang paling mengejutkan adalah persahabatannya dengan salah seorang designer dunia, Jeremy Scott –yang tentu dengan senang hati membantunya masuk ke acara peragaan busana bergengsi sebagai langkah awal debut karyanya. Bahkan Dina Park sempat menjadi saaaaangat iri akan hal itu.

Drrt..Drrt..

“Eonni, ponselmu.”  Ucap Dina dibalik mejanya. Mengangkat Iphone milik Chaerin dengan alis terangkat. “Your Sweetie Pie.

SWEETIE PIE!

GOD

THIS IS SICK.

Chaerin melotot menahan malu karena kini tawa Dina terdengar di seluruh penjuru ruangan. Bahkan menarik perhatian Hayi yang muncul di balik pintu.

“Nugu?” tanya Hayi dalam sebuah bisikan.

Dina balas berbisik, “S-E-U-N-G-R-I O-P-P-A.”

“KYAAAAAH”

“Damn it, Hayi! Aku tidak bisa mendengar apapun!” seru Chaerin dan membuat gadis kecil itu sedikit terkejut, namun masih tertawa bersama Dina.

“Y-yeoboseyo? Seungri?”

“Jagiya! Buka instagram-mu sekarang jugaaaaaaa!”

“Mwo? Mwusun-“

“Hanya buka itu dan lihat postingan Dara noona. Kita akan meramaikan comment! Ppali!”

“Arasseo..”

“Saranghae. Byebye!”

Tut

Okaaay, kini ia merasa penasaran dan mulai membuka akun instagram miliknya.

Scrolling.

Scrolling.

“HOOO MY GOD!”

Lee Chaerin menutup mulutnya dan melompat-lompat. Eonni-nya memposting sebuah foto dimana Jiyong adalah subjek yang ada di dalamnya. Ini pertama kalinya mereka mulai terbuka sejak keduanya mempublikasikan hubungan mereka dan itu membuat seluruh sahabatnya, termasuk dirinya merasa senang dan aman untuk melakukan apapun!

“Mwoeyo, eonni?!”

Dina yang penasaran mengintip dari balik pundaknya. “This is hilarious. My eonni is so DAEBAK! Oh. Seungri oppa sudah memposting komentarnya pertama kali. Chae eonni, neo do haeba!” ucapnya.

Tanpa berpikir panjang, yeoja bermata kucing itu turut memposting sesuatu.  Beberapa saatkemudian tawa Chaerin meledak.  “AIGOO! URI SAJANGNIM DO. AIGOO! Bahkan Seunghyun oppa!”

 manip ig

Dina tersenyum. Memeriksa dengan akunnya sendiri dan melihat berbagai komentar penggemar. Semoga, mulai dari saat ini dan seterusnya. Para penggemar akan selalu mendukung dan memberikan mereka cinta seperti yang ia harapkan. Ya. Semoga. Dan dirinya akan selalu menjadi orang pertama yang akan membasmi para haters nantinya. HELL YEAH.

***

Ruangan yang penuh dengan kaca dan guci keramik di setiap biliknya itu sunyi, seperti biasa. Tidak peduli akhir pekan pun.. hari ini tidak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya saat mereka berkunjung.

“Jae, kami datang lagi..” Suara Jiyong bergema.  Daehan berada di gendongan Dara, menatap lurus sebuah foto appanya yang terletak di dalam sana.

“Appa, Daehani wasseoyo.”

Dara pun tersenyum, lalu menurunkan putranya dan menggandeng tangan mungilnya.

Bom, Minzy, Chaerin, bahkan member Bigbang lainnya juga turut menyapa sahabat mereka. Semuanya memberikan berbagai karangan bunga mini dan menempelkannya di balik dinding kaca. “Joong-ah. Maaf lama tidak mengunjungimu. Kami semua disini!” ucap Bom. Dan ia pun bertukar pandang dengan Seunghyun sesaat.

Setelah semuanya memberikan kalimat penghormatan mereka masing-masing, Chaerin menuntun mereka keluar agar dapat memberikan waktu untuk Jiyong, Dara dan juga Daehan.

“Jae-ah.” Dara menyentuh permukaan kaca, sempat kehilangan kata-katanya. “Ada yang ingin kami katakan..”

Jiyong menatapnya intens. Bibirnya membentuk senyuman tipis.

“Kau tau, setelah kehilanganmu. Kau pasti bisa melihat bagaimana rapuhnya aku.. aku seperti orang yang telah mati.”  Dara menghela nafasnya sejenak. “Aku berharap apa yang akan kukatakan ini bukanlah sebuah pengkhianatan bagimu..”

Hening..

“..Jae, aku bertemu dengan Jiyong. Dia, dia memberiku hidup yang baru. Dia membawaku hidup kembali setelah kau pergi. Dia mengajarkanku banyak hal hingga aku menyadari bahwa aku masih harus berjuang demi anak kita. Demi Daehani..”

Air mata Dara mulai jatuh di pelupuk matanya. Jiyong segera menghapusnya dengan jemarinya yang lembut.

“Dia membuat jantung ini berdetak kencang lagi setelah kau pergi.. dia membuatku.. mencintainya.”

Kalimat itu terdengar seperti sebuah desahan. Namun di dalam ruangan sunyi itu, semuanya menjadi terdengar jelas. Jiyong menggenggam tangan Dara erat. Memberinya kekuatan sebelum yeoja itu kembali bersuara.

“Jae-ah.. aku dan Jiyong akan menikah. Aku..” Air mata kedua pun jatuh. “Aku sangat bahagia karena aku bertemu denganmu, mengenalmu, mencintaimu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa, aku tidak pernah menyesal karena kaulah suamiku. Karena kau adalah cinta pertamaku.”

Tangisnya mulai pecah. Namun ia masih sanggup menahannya. Dara harus menjadi yeoja yang kuat. Ia tidak ingin melihat Daehan bersedih bila ingin melepaskan semuanya disini..

“Jae.. yeobo. Gomawosseo. Jinjja jinjja.. gomawosseo. Kau adalah namja yang luar biasa yang pernah ada dalam hidupku.”

Ya. Ia telah berhasil mengungkapkan segala isi hatinya. Ia memeluk Jiyong disisinya, menghapus jejak air matanya agar Daehan tidak dapat melihat kesedihannya. Kekasihnya itu pun segera mengusap lembut punggungnya dan memberikan kecupan di puncak kepalanya.

“Jae.”

Dara mendongak, menunggu setiap kalimat yang akan didengarnya.

“Aku mencintai Dara.”

Dara menggigit bibir bawahnya, mengantisipasi air mata yang akan kembali bergulir jatuh.

“Aku berjanji padamu aku akan membahagiakannya sepanjang hidupku. Aku, aku berjanji padamu aku akan menjaganya, menjaga putramu dengan segenap kemampuanku. Mencintai mereka setiap hari. Dan akan kupastikan mereka akan selalu tersenyum. Kumohon, maafkan aku bila aku telah melakukan kesalahan. Tapi.. aku sungguh-sungguh mencintai Dara dan akan selalu seperti itu. Aku mencintainya hingga hatiku hancur. Aku berjanji, Jae. Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu menjadi sahabat yang bisa kau andalkan. Sekarang. Dan selamanya. Percayakan mereka padaku. I love you, Buddy.”

Bom menghapus air matanya dengan kasar, mengubur wajahnya di dada bidang Seunghyun yang juga turut mendengarkan. Seungri dengan matanya yang memerah memeluk Chaerin disisinya. Minzy yang menangis di balik sapu tangan Daesung. Bahkan Youngbae, yang hanya dapat membalikkan punggung dengan Daesung yang bersandar di pundaknya. Jelas menangis tersedu-sedu.Mereka semua yang telah menyaksikan langsung perjalanan sahabat-sahabatnya ini tidak dapat lagi menyembunyikan rasa haru sekaligus sedih.

Ini semua hanyalah awal. Awal dari perjalanan Dara dan Jiyong dalam mengejar kebahagiaan-kebahagiaan lain yang masih akan selalu menunggu mereka.

Tanpa mereka sadari, seutas benang merah kasat mata telah menghubungkan keduanya.

Seutas benang merah kasat mata yang menghubungkan seseorang dengan seseorang yang lain, yang telah ditakdirkan untuknya sejak mereka lahir ke dunia.

Benang merah itu dapat merenggang.. atau bahkan kusut.

Tapi tidak akan pernah putus.

Seluruh member Bigbang telah memasuki mobil mereka dengan pasangan masing-masing, bersiap untuk pergi. Meninggalkan Jiyong, Dara dan juga Daehan yang akan segera menyusul. Disaat Jiyong dan Dara mulai beranjak pergi, namja dan yeoja itu merasakan sepasang tangan lembut menarik ujung coat mereka.

“Sayang, ada apa?” tanya Dara lembut, berjongkok di hadapan putranya yang tengah mendongak dan seolah tengah melihat sesuatu.

Jiyong mengerutkan kening. “Daehan-a, wae?”

Kemudian pasangan itu mendapatkan sebuah senyuman lebar dan ceria dari Daehan. Namja kecil itu menggeleng dan menggandeng tangan mereka keluar dari ruangan. Dara dan Jiyong saling bertukar pandang tak mengerti namun menurut dan mereka pun berjalan pergi.

Menyambut kehidupan mereka yang baru.

Babe..”

“Hm?”

“Aku mencintaimu.”

Dara tersenyum penuh arti. “Aku juga mencintaimu, Jiyong.”

Daehan Kim’s FOCUS [AUTHOR POV]

 

Namja kecil itu menatap eomma dan ajeossi kesayangannya bergantian dari bawah sini. Diam, memainkan ujung jaketnya dan berkedip polos mengamati. Ia memang masih terlalu kecil untuk memahami setiap kalimat yang mereka ucapkan.

Beberapa saat setelah itu, Daehan merasakan sebuah sentuhan lembut di permukaan tangannya yang mungil. Namja kecil itu menoleh.. dan terkejut. Namun ia tidak berteriak.

Ia melihat seorang namja tampan dengan jubah putih menyelemuti seluruh tubuhnya yang bersinar.

Namja itu berjongkok dihadapannya, tersenyum dengan sangat tulus sembari meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.

“Appa..” bisik Daehan dengan kedua mata terbelalak. Tentu ia mengenali sosoknya. Sosok appanya yang pernah mengunjunginya di dalam mimpi.

Appanya itu selalu tersenyum, memandangnya dengan lekat.. tidak mengatakan apapun.

“Appa..” bisiknya lagi, kali ini ia hampir menangis. Namun sosok appanya segera memeluknya dengan dekapannya yang hangat sengat sinar matahari.

 Dara dan Jiyong seolah terhipnotis.. tidak menyadari. Dan tidak juga bergeming dari tempat mereka berdiri.

“Appa..”

Sosok itu melepas pelukannya, sepasang manik mata coklat caramel yang sama dengan miliknya masih menatapnya dengan sayang. Tangan yang lembut mengusap wajahnya perlahan.

Dan disaat Daehan melihat eomma dan ajeossinya mulai beranjak pergi, ia segera menarik ujung coat mereka. Membuat mereka menoleh dengan cemas.

Eommanya berjongkok, “Sayang, ada apa?”

Namja kecil itu baru saja akan menjawab, namun sosok appanya menghentikannya. Appanya lagi-lagi meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Kemudian, appanya bergerak maju.. memberikan ciuman lembut di sisi kening eommanya yang masih menatapnya khawatir. Sedikitpun tidak menyadari kehadiran appanya. Daehan berkedip melihat appanya tersenyum.

“Daehan-a, wae?”

Lalu appanya pun mendongak, memandang Jiyong ajeossi kesayangannya dan berdiri. Memberikan sebuah pelukan kepadanya. Namun ajeossi-nya juga tidak menyadari.

Sesaat kemudian, sosok appanya yang bersinar itu pun berbalik menatapnya. Tersenyum. Ia meminta namja kecilnya untuk tersenyum. Sebelum pada akhirnya seberkas cahaya lainnya menyelimuti appanya lagi dan membawanya pergi.

*END*

 << Back Next>>

HAIIIIII! It’s officially end.

Thanks untuk yang selalu setia membaca ceritaku dari awal, baik Lost in Love, Finally It’s You bahkan ini, FATE. Dan thanks juga untuk kalian yang udah selalu setia memberikan komentar, dari komentar yang paaaling rasional hingga komentar yang menghibur. Aku sangat senang membacanya satu-persatu :’

Maih akan ada Epilog dengan latar waktu beberapa tahun kemudian. Dan itu fix akan menjadi murni imajinasi tanpa dikaitkan dengan situasi pekerjaan mereka saat ini hehe semoga kalian menyukainya!

OYAAA! Makasih juga lo yang udah kasih vote di wattpad buat L.I.L hihi

SARANGHAE!

SEE YOU…NEXT TIME!

[CREDITS : PIC 1 from IG @daraagon PIC 2 from @madefordaragon]

31 thoughts on “FATE [Chap. 15-END]

Leave a comment