The King’s Assassin [51] : The Aftermath

TKA

Author :: silentapathy
Link :: asianfanfiction
Indotrans :: dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~  

“Seunghyun…” Bom menyentuh wajah pria yang berada di sisinya. Hari sudah menjelang siang, tapi suaminya itu masih tetap dalam posisinya, memeluknya sambil memainkan rambunta. “K-k-kenapa kau masih di sini? Apakah kau tidak akan pergi ke—,”

“Tidak.” Jawab Seunghyun singkat dan Bom segera mengangguk mengerti. Dia semakin mendekatkan tubuhnya pada suaminya dan memeluk tubuhnya erat.

“Hari ini… hari ini akan menjadi hari di mana dia akan membayar semua tindak kejahatannya,” Seunghyun memejamkan matanya. “Saya ingin mengurangi rasa sakit dan rasa malu yang akan dia alami, tapi tidak akan pernah mungkin seorang anak membunuh ayah kandungnya sendiri,”

“Seunghyun,”

“Ijinkan saya untuk berduka sejenak, yeobo… dan besok, saya akan kembali menjadi suami Anda lagi. Tapi tolong… ijinkan saya untuk menangis dalam pelukan Anda hari ini,”

“Oh Seunghyun,” Bom menarik suaminya mendekat, memeluk kepalanya dan mengelus punggungnya, hatinya sakit melihat suaminya seperti ini.

“Meskipun itu ayahmu yang telah membuat semua kekacauan di tempat ini… hal itu tidak akan pernah mengubah kenyataan bahwa dia adalah salah satu alasan kenapa kau bersamaku sekarang. Mari kita jadikan itu kenangan bahwa dialah yang telah mendekatkan kita, Seunghyun.”

Seunghyun mengangguk dan menarik Bom kian mendekat dan tak lama kemudian di kamar mereka yang terdengar adalah suara tangisan pilu dari seorang pria.

**

Chaerin’s POV

Orang-orang berkumpul di alun-alun, meskipun marah semuanya yang berkumpul berusaha menahan diri untuk tidak melempari sosok yang tergantung enam kaki tingginya dari atas tanah.

Kusipitkan matanya karena sinar matahari yang tiba-tiba menyilaukan, namun suasana di tempat ini masihlah suram. Aku menoleh ke sisi kananku dan melihat Seungri, rahangnya mengerah dan tangannya menggenggam tanganku. Aku menarik nafas dalam. Perasaan Seunghyun oppa sekarang pastilah sangat kacau.

Di sisi kiriku adalah tandu Yang Mulia Raja, dan kupikir aku tidak akan melihatnya, aku tahu dia sangat ingin membunuh orang tua itu dengan tangannya sendiri. Para rekannya dan Penjaga Istana mengelilingnya – tapi tentu saja, Seunghyun oppa dan Tuan Putri tidak berada di sini. Istri Penasehat yang malang menangis histeris dan hanya dialah satu-satunya yang berduka. Aku merasa sedikit padanya. Aku tidak sedingin itu. Meskipun orang yang berada di hadapanku sekarang adalah sumber kejahatan yang terjadi di tempat ini, meskipun dia adalah dalang di balik pembunuhan semua keluarga kami, aku merasa sedikit kasihan padanya.

Lima hari masa berkabung bagi Keluarga Kerjaan di dalam Istana telah berakhir dan mendiang Raja sebelumnya telah berada di di dalam peti mati – sudah tujuh hari sejak malam berdarah itu. Jasad beliau diawetkan dengan bongkahan es yang telah orang-orang Istana kumpulkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat Joseon untuk berkabung lebih lama. Seluruh pekerjaan dihentikan, dan ini akan berjalan selama tiga bulan sampai Yang Mulia Raja yang baru memutuskan untuk melepas kepergian ayahnya.

Akan tetapi Ibu Suri, mengurung diri di dalam kamarnya dan hanya melamun karena cucu-cucunya mulai mengacuhkannya setelah Penasehat Choi membeberkan bahwa sang Ibu Suri juga bersalah. Raja jelas sangat marah hingga sempat ingin mengasingkannya, namun sahabatku – Tuan Putri sendiri, memohon kebebasan neneknya kepada Yang Mulia Raja. Dan begitulah, Ibu Suri tetap berada di kamarnya, tidak memiliki kekuasaan apa pun dan sakit-sakitan, sendirian dan tidak memiliki semangat, hidup dalam rasa bersalah atas kematian putranya sendiri.

Aku tersentak saat merasakan seseorang meremas lenganku, dan aku menoleh ke sisi kiriku. Dan sedetik kemudian, rasa sesalku berubah menjadi sebuah senyuman.

“Akhirnya,” kata Lady Hyori, dibelakangnya berdiri teman-teman gisaeng-ku.

Aku mengangguk. Aku sekarang bisa bergerak bebas tanpa merasa takut. Namaku telah dihapus dari daftar budak, tapi aku memaksa agar mereka menuliskannya di daftar gisaeng. Tidak perlu merasa malu. Kami adalah para wanita berbakat yang memiliki jiwa seni, kami bukan sepenuhnya hanya tentang wajah cantik dan penghibur. Aku bangga akan diriku.

“Mereka sudah mulai memberlakukannya, bukankah begitu?” tanya Lady Hyori. Aku mengangguk.

“Kalau begitu kita perlu mempersiapkan Lotus House.”

“Neh…”

“Chaerin-ah…”

“Hmm?”

“Apa kau tahu kenapa aku memberimu nama Sooyun?”

Aku menggelengkan kepalaku dan bisa kurasakan tubuh Seungri mendekat karena juga merasa penasaran.

“Itu karena kau adalah wanita yang suci, yang tetap mekar di tempat yang dianggap orang-orang adalah tempat terendah.” Lady Hyori menatap ke depan. “Bunga teratai yang mekar dengan sempurna di air yang keruh… itulah dirimu, Chaerin-ah.”

Kurasakan hatiku membuncah saat Seungri meremas tanganku kian kuat dan aku menatapnya dengan pandangan berkaca-kaca.

“Itulah dirimu, Chaerin…” dia tersenyum padaku dan air mataku menetes di pipi. Dia segera menghapusnya dan aku kembali menoleh pada Hyori unnie.

“Unnie, terima kasih karena telah menjagaku selama ini,”

“Itu bukan masalah. Dari semua yang pernah kulakukan dalam hidup, yang terbaik adalah pada malam di mana aku memutuskan untuk menyelamatkan kalian. Dan jika hal itu kembali terjadi, aku tidak akan berpikir dua kali, aku akan kembali melakukannya lagi,”

Aku tersenyum padanya dan teman-teman gisaeng-ku yang cantik-cantik tersenyum padaku. Mereka adalah saudara yang selalu bersamaku, aku berhutang pada meraka. Percakapan kami terhenti saat kami mendengar sekelompok prajurit diperintahkan untuk mengeksekusi Penasehan Choi. Dari sudut mataku, kulihat tandu yang membawa Yang Mulia bergerak, kemudian beliau dan para pengawal yang mengiringinya pergi.

Aku memejamkan mataku. Dan tak lama kemudian jerit dari pria tua saat berhadapan dengan ajalnya terdengar memenuhi udara.

Semuanya telah berakhir, aku menggigit bibirku saat merasakan Seungri menarikku ke arahnya. Dara unnie… pengorbananmu telah terbayarkan…

Putra Mahkota menjadi Raja yang dapat dipercaya, janjinya sedikit demi sedikit mulai dilaksanakan.

**

Sanghyun’s POV

Mataku terbuka saat kurasakan sepasang tangan sibuk melepaskan pakaianku yang lembab dari tubuhku dan seberkas sinar matahari menyilaukan. Kuusap mataku dan bangkit duduk, lalu ketika kembali membuka mataku kembali, seorang wanita ternganga menatapku, matanya melebar seolah gerakanku barusana sama sekali tak disangkanya.

“Saya… saya… t-t-adi… h-h-anya…” dia menelan ludah berat. “M-m-embersihkan l-l-uka-luka Anda,”

Jika bukan karena cara bicaranya yang lucu, aku sudah akan berteriak padanya. Apa yang sedang dilakukannya di sini? Tapi aku mencoba mengendalikan emosiku. Kepalaku berdenyut sakit dan gadis itu tergagap ketakutan.

“Jangan takut. Aku… aku hanya kaget. Di mana kita?”

“J-j-eju…”

“Oh… a-a-pakah kita—,”

“Kita baru saja sampai k-k-emarin… noona Anda… saya menawarkan diri untuk menjaganya… dan Anda…” dengan malu-malu dia menundukkan kepala sembari memainkan jemarinya. “Seungri-ssi menyetujuinya. Dia mengirimkan saya ke mari. Hong yang mengantarkan kita semua,”

“Seungri membantu kita? Dan… noona selamat?” aku segera berdiri. “Di mana dia? Apakah dia baik-baik saja?”

“Yeh, Tuan,” aku merasakan ada rasa ketidaknyamanan dalam suaranya.

“Sanghyun. Panggil saja aku Sanghyun.” Kataku padanya. “Tolong, aku ingin bertemu dengan noona,”

Dia ragu sejenak, tapi saat dia mendongakkan kepala dan bertemu pandang denganku, dia segera berdiri dan membantuku.

Jeju… kenapa kami di sini? Seungri… dia membantu kami? Aku hanya bisa menarik nafas lega.

“Berapa lama sejak Yang Mulia Raja meninggal dunia?”

“Tujuh hari, dan lima hari berkabung Kelurga Kerajaan telah berakhir. Selain itu… eksekusi terhadap Penasehat Choi dilaksanakan… atau lebih tepatnya telah dilaksanakan, hari ini.”

**

“Dengan pengunduran diri dari Menteri Keadilan, maka aku umumkan bahwa sebagai tanda jasa atas selesainya kasus ini, Menteri Kim akan ditransfer ke Kementerian yang bersangkutan. Departemen Pertahanan akan diawasi oleh Kepala Prajuritku, Opsir Hong, untuk sementara waktu sampai ujian pelayanan sipil diselenggarakan setelah masa berkabung nasional.”

“Yeh, Jeonha,”

“Di samping itu… posisi dari si pengkhianat, yang mendiang Penasehat Choi tinggalkan, akan kosong untuk sementara waktu sampai aku menemukan kandidat yang cocok. Kuharap kejadian ini dapat dijadikan sebagai peringatan. Apakah itu semua sudah jelas… Wakil Penasehat?”

“Y-y-eh, J-j-eonha,”

“Lebih lanjut lagi… rekan-rekanku akan mengisi jabatan-jabatan penting di kantorku dan aku akan memulai dengan Profesor Hong yang akan memimpin Sekretariat Kerajaan. Profesor Choi akan menjadi Kepala Konselor, sementara Daesung akan melayaniku di dalam Istana bersama dengan Eunuch Seunghwan. Lee Seungri, untuk sementara ini, karena dia tengah menyelesaikan pendidikannya di Sungkyunkwan akan sering datang ke mari untuk trainingnya di Kantor Kerajaan,”

“T-t-api J-jeonha… ada beberapa hal yang tidak pantas. Kenapa—,”

“Jika kalian mulai mempertanyakan caraku, ada baiknya kalian mulai menulis surat pengunduran diri,” kata sang Raja muram sebelum bangkit dari singgasananya. “Sampai pertemuan kita selanjutnya,”

Jiyong langsung melangkah pergi, diiringi oleh Seunghwan, Profesor Dong, Daesung, dan Menteri Kim.

“J-j-eonha…” Seunghwan tergagap menghampiri Raja. “Saya mohon, Anda harus lebih berhati-hati dengan ucapan Anda, Yang Mulia. Para penjabat mungkin—,”

“Mungkin apa?” Seunghwan tersentak melihat kemarahan di mata Raja.

“Seunghwan… mereka sudah mengambil segalanya dariku. Aku tidak memiliki apa pun untuk ditakutkan lagi,”

Ketiganya hanya bisa mendesah pasrah atas sikap Raja mereka.

“Apakah kita harus memberitahu Yang Mulia di mana dia berada?” tanya Daesung. “Mungkin dengan begitu Yang Mulia akan berhenti bersikap sangat dingin kepada kita.”

“Lalu apa? Dara-ssi akan marah! Bagaimana jika dia memutuskan untuk kabur dan bersembunyi? Dia meminta Seungri untuk membiarkan Sanghyun tinggal bersamanya dan anak itu sudah membuat kesalahan dengan mengatakannya kepada kita! Tentu saja Sanghyun diantarkan ke sana dengan selamat, tapi bagaimana dengan Lady Gong yang juga ikut ke sana?” Yongbae mendelik pada Daesung. “Dara-ssi tidak akan senang melihatnya. Dia ingin pergi jauh, jauh dari Yang Mulia Raja. Dari kita semua! Apa kau tidak mengerti? Dia tidak ingin melihat kita lagi!”

“Bodoh,” Menteri Kim menyipitkan matanya dan menatap ke depan. “Yang Mulia Raja pasti akan tahu suatu hari nanti. Tapi tidak sekarang. Hati mereka masih hancur, hidup mereka telah hancur. Mari kita biarkan mereka menyembuhkan diri. Lagipula, aku sangat percaya pada perkataan Master Wu,” Menteri Kim menatap ke langit dengan pandangan muram. Mereka kemudian tersentak saat melihat Harang berlari menuju aula leluhur.

“Kemana bocah itu akan pergi?” tanya Menteri Kim.

“Harang! Yah, Harang-ah!” Yongbae mengikuti bocah itu. “Harang!”

“Tidak! Master!” bocah itu menghapus wajahnya dengan lengan. “Ijinkan saya pergi dengan Anda! Master! Jangan tinggalkan saya di sini!”

“Master Wu?” tanya Daesung. “Master Wu sudah akan pergi? Tapi dia baru saja sampai semalam.”

Daesung hanya bisa berlari mengejar si bocah dan menariknya menjauh dari gerbang penghubung.

“LEPASKAN AKU HYUNG! AKU AKAN PULANG! MASTER! JANGAN TINGGALKAN AKU DI SINI!”

**

Master Wu’s POV

Maafkan aku Harang… kuhapus air mata yang mengalir keluar dari sudur mataku. Anak yang telah kurawat selama bertahun-tahun… aku harus meninggalkannya di sini. Maafkan aku, nak, tapi bahatmu akan sangat dibutuhkan di sini, dibutuhkan oleh Raja yang baru… oleh rakyat Joseon.

Aku membungkukkan badan kepada teman baikku, tersenyum padanya sambil memegangi tas berisi barang-barangku. Aula leluhur dibuka untuk umum untuk menghormati Raja yang sangat kukenal. Jeonha,  saya serahkan murid yang paling berharga untuk negara ini, Harang.

Mataku menatap tubuh Yang Mulia. Bibirnya terkatup rapat dan aku bertanya-tenya kenapa beliau tersenyum mengingat kenyataan bahwa beliau mati karena dibunuh. Hatiku dihantam oleh rasa bersalah. Beliau telah dibunuh oleh salah seorang muridku.

Ilwoo, bagaimana keadaanmu, nak? Aku memejamkan mata butaku karena begitulah satu-satunya cara aku bisa melihat. Aku melihat sebuah padang rumput dingin, di mana pohon-pohon telah mati, dan sesosok pria tengah memeluk dirinya sendiri, seperti pohon-pohon, kaku dan mati. Dia sangat terluka. Dan kemudian kilasan-kilasan kejadian terus berulang dalam penglihatanku. Aku membuka mataku dan hatiku mencelos. Tapi aku masih memiliki harapan besar untuk pria itu. Aku harus menemukannya. Mungkin kembali menyelamatkannya sekali lagi dan membawanya ke Utara.

Aku berdiri, tulang-tulang tuaku bergemeletuk saat aku melakukannya dan aku harus menahan diriku agar tidak tertawa akan kondisiku yang malang. Hyunsuk-ah… kita harusnya bisa tertawa bersama.

Tapi aku tahu keadaanmu. Di mana pun kau berada, akhirnya kau telah memperoleh kedamaian. Yang Mulia Raja, aku melihat masa depan yang cerah dan para rekan-rekan Raja akan menjadi dukungan yang sangat besar. Aigoo. Kau pasti merasa sangat lega. Wanita malang itu telah menunaikan tugasnya untuk menjaga putramu. Dan apakah dia akan kembali atau tidak, aku tahu, hati mereka akan tetap satu.

Kukumpulkan sisa-sisa kekuatanku untuk meletakkan sebuah bunga plum di peti matinya dan tersenyum menatap temanku.

Sudah sangat lama, Jeonha. Sudah sangat lama.

Kuraih tasku dan merasakan sebuah gulungan di dalamnya. Aku tersenyum puas. Aku akan kembali ke Utara, membawakan sebuah kabar gembira untuk semua orang. Akhirnya aku bisa pulang. Akhirnya, aku bisa beristirahat dengan tenang.

Dan akhirnya, semua orang pun bisa. Dan selagi Yang Mulia Raja menantikan kepulangan Ratunya, kuharap beliau bisa bersabar. Demi pepohonan agar bisa tegak berdiri saat musim panas, gugur di musim gugur, membeku di musim dingin, lalu kembali bersemi dan berbuah di musim semi.

Tentunya, semuanya memiliki waktunya masing-masing.

Tentunya, hidup mereka telah disatukan oleh takdir dan mereka akan kembali bertemu jalan suatu hari nanti, dan ketika waktunya tiba, tidak akan ada lagi yang menghentikan apa yang telah langit gariskan untuk terjadi.

Aku menggelengkan kepalaku saat melihat Yang Mulia Raja yang baru berlarian dalam penglihatanku. Wajah nakalnya yang begitu kukenal, aku tidak mungkin salah. Itu adalah dia, hanya saja dia dia memiliki pipi tembam dan kakinya gemuk, berlarian hampir telanjang dan dikejar-kejar oleh Ratu yang membelakangiku. Aku mengenyahkan pikiranku itu saat kubuka mata, berjalan pergi penuh tanya. Oh, dia pasti sangat bahagia sewaktu kecil dulu. Tapi… kenapa aku melihatnya?

Aku menengadah ke langit. Salju mulai turun dan aku kembali melangkah pergi. Aku tidak terburu-buru. Kucoba untuk menikmati dinginnya musim dingin, menahannya. Karena sebentar lagi, musim akan kembali berganti semi.

**

 

<< Previous Next >>

26 thoughts on “The King’s Assassin [51] : The Aftermath

  1. Klo mnrut q itu bukan masa kecil jiyong tp buah hati jiyong sm dara wktu itu, 😀
    Ayo dara cepet pulang !!
    Dampingin jiyong untk m’mimpin joseon

  2. Master wu mau kemana? Pergi gitu aja, iya sih masalahnya udah kelar, tapi haruskah pergi? ninggalin harang dkk, bakal kangen nih sama master wu. Ilwoo oppa juga kemana? aigoo, kok semua orang jadi ngilang gini sih?? Dara unnie sama sanghyun juga harus kembali disisi sang raja yg baru, ho ho ho😄

  3. Pipi tembem kaki gemuk?kok aku malah ngebayanhin upin ipin yak hahaha
    Daragon junior kyaaaaaaaa pasti lucu banget asal nggak jenong kayak appanya aja hehehe
    Ilwoo dimana?

Leave a comment