My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #4

DGI POST 2

Title: MY WIFE’S SEVENTEEN YEARS OLD! | Author: Cimolxx92 | Main Cast: BIGBANG’s Kwon Jiyong  (G-Dragon), Sandara Park (2NE1), Mizuhara Kiko |Support Cast: YG FAMILY |Rating: PG-17| Genre: Drama,Romance, Family, Friendship |Length: Chapters

Disclaimer

Plot Is Mine. The Characters are belongs to God. Say No To Plagiarism!

 

Summary

“Maaf, Anda siapa?”

Kata-kata itu keluar dari seseorang yang tidur, makan, mandi, bertengkar, dan kentut dalam satu atap denganku.

~DAY #4 : Incident at Jeju Island~

 

Dara melangkahkan kakinya perlahan mengikuti Jiyong yang berjalan didepannya. Seluruh tubuhnya dipenuhi adrenalin dan semangat, Yang ada dipikiran Dara adalah tempat wisata terkenal yang ada dipulau Jeju sedang menantinya. Bukchon Dol Hareubang – Patung kakek tua yang merupakan simbol pulau Jeju – Hyeopjae Beach, Hallasan National Park, dan Museum boneka beruang imut! Dara tersenyum memikirkan betapa bahagianya dia setelah sampai disana, dia hanya akan hang out sendirian dan tidak akan mengganggu Jiyong, dia sudah janji, lagi pula, dia tidak mengenal teman tim Jiyong, dan dia tidak mengerti apa yang akan mereka lakukan disana.

Jiyong melangkah ke bangku tunggu bandara dan tersenyum melihat segerombolan orang sedang duduk sambil menikmati kopi dan saling bergurau. Jiyong melambaikan tangan kearah teman-temannya yang disambut anggukan dan senyuman dari mereka.

“Yo! Bro!” Jiyong tersenyum dan merangkul TOP, TOP menoleh kearahnya dan mencari sosok kecil disekitarnya, ketika dia melihat Dara yang rambutnya di kepang dua dan tampak seperti ingin pergi berdarmawisata, dia tersenyum.

“Istrimu benar-benar imut.” TOP bergumam sambil tertawa ringan.

“Nuunaku melakukan itu pada rambutnya dan Dara sangat senang, aku tidak bisa mencegah mereka, dua wanita itu benar-benar kelemahanku, Hyung.” Jiyong memperhatikan Dara yang berdiri dengan gugup.

Dara mengedarkan pandangannya pada delapan orang berpakaian hitam dengan mantel tebal dan syal yang melilit di leher mereka masing-masing, mereka mulai berbicara sambil tertawa pada Jiyong. Dara benar-benar sudah salah tempat. Dia merasa seperti kutu rambut yang mengganggu.

“Aigooo! Hyung! Kau mengajak Dara nuuna? Eeeeyyy, kau tidak berpikir untuk bermesraan disana kan?” Seorang pria dengan wajah ramah berkata penuh semangat sambil meninju lengan Jiyong dengan ringan. Dara memiringkan kepalanya pada pria itu, pria itu mulai berjalan mendekatinya.

“Nuuna, kau baik-baik saja? Aku dengar beberapa hari yang lalu kau kecelakaan?” Pria itu berdiri didepan Dara dan menyentuh pundaknya. Dara mengerutkan alis, bagaimana ini? Dia sama sekali tidak mengenal orang asing dengan senyum seperti bunga matahari yang bersinar terang itu!!!

“Guys, aku rasa aku perlu menjelaskan sesuatu pada kalian. Tentang, kenapa aku harus mengajak Dara ikut bersama kita.” Jiyong bergerak dan menggenggam tangan Dara. “Dara… dia kehilangan ingatannya, jadi dia sekarang tidak mengenal kalian sama sekali.”

“Benarkah?!” Suara seorang perempuan yang berteriak kelewat senang menyambut pendengaran Dara, Dara memperhatikan seorang wanita dengan mantel dan syal cokelat yang berkelas, tubuh ramping, rambut pendek, bibir merah menyala, dan kaca mata hitam yang menghiasi wajahnya – berdiri dari duduknya dan berjalan pelan menghampiri Dara dan Jiyong.

“Uhmmm, aku benar-benar kaget, jadi itu artinya, kau juga tidak ingat dengan Jiyong?” Kiko berkata tanpa bermaksud menyembunyikan kegembiraanya. Jiyong hanya bisa menatap wanita itu dengan wajah datar. Sejak kapan Mizuhara Kiko menjadi menyebalkan begini saat ada dihadapannya? “Unni, kau tidak mengenal Jiyong oppa?”  Kiko berkata manis sambil menatap wajah lugu Dara.

“Aku mengenal Jiyong.” Dara berkata ramah, tetapi dia benar-benar tidak suka melihat Kiko. Dulu, dia populer disekolahnya, dan sekarang dia adalah satu-satunya wanita yang bekerja bersama tim Jiyong. Itu artinya dia juga populer seperti dulu. Dan, well, Dara tidak bisa menyembunyikan rasa irinya melihat Kiko tumbuh begitu cantik… dan dewasa.

“Aku mengenal Jiyong, dia adalah suamiku. Apa ada yang salah dengan itu, Kiko-Chan?” Dara tersenyum dan merasakan Jiyong meremas tangannya, seolah Jiyong sedang berkata, ‘Kerja bagus! Jauhkan aku darinya!’.

Kiko hanya berdiri diam, tetapi perlahan senyum mengejek tersungging dibibirnya. “Well, tidak ada yang salah unni, aku cukup terkejut kau mengenaliku, DENGAN-SANGAT-BAIK.”

“Aku tidak pernah lupa pada seorang cewek populer yang selalu jadi incaran seluruh cowok disekolahku.” Dara melepaskan genggaman tangan Jiyong dan merapatkan mantel putih tulangnya. “Bukankah Jiyongie juga sangat mengejar-ngejarmu dulu?”

“WHAT?!” Jiyong menoleh cepat kearah Dara yang sedang menyipitkan matanya pada Kiko. Apa gadis itu ingat? Apa dia sudah ingat? Ingatannya kembali???

Kiko tampak bingung melihat ekspresi panik diwajah Jiyong, Dara menoleh pada Jiyong dan hanya menatapnya dengan mata bulat tanpa dosa, tidak tahu kalau Jiyong sedang sangat ketakutan. Kenapa dia jadi takut begini? Kenapa dia takut ingatan Dara kembali?

“Baiklah unni, aku harap kau tahu dan sadar dengan benar kalau kita bukan ke Jeju untuk liburan. Kami sedang mempertaruhkan hidup kami sendiri, salah langkah maka… BANG! Kepalamu akan pecah oleh peluru dari Korea Utara.” Kiko berkata dengan nada geli sementara semua orang yang berkumpul disitu menatapnya dengan tajam.

“Tenang saja Kiko-Chan, terimakasih sudah khawatir padaku.” Dara kembali menarik bibirnya membentuk seulas senyum.

Sial! Jiyong membatin dengan ngeri, kenapa sikap Dara jadi lebih dewasa saat berbicara dengan Kiko? Apa ingatannya sudah benar-benar kembali?!!! Tidak, tidak! Entah kenapa, Jiyong benar-benar berharap ingatan Dara tidak akan pernah pulih.

Dara menyenggol lengan Jiyong dan bingung dengan sikap Jiyong yang berubah aneh. “Kenalkan mereka semua padaku.” Dara berbisik.

“B,Baiklah.” Jiyong sekali lagi menatap Dara yang berseri-seri, sepertinya Dara belum ingat karena dia meminta Jiyong memperkenalkan teman-temannya. “Orang yang menyapamu tadi Daesung, dia sangat ahli dalam bidang data analisis, kami mengandalkannya untuk memperkirakan setiap pergerakan data yang kami pasang pada sebuah bangunan yang perlu diamankan.” Jiyong berkata sambil menunjuk orang yang senyumnya seperti bunga matahari pada Dara.

“Dan TOP Hyung, kau tahu kan? Dia suami Bommie.”

“Uhm!” Dara mengangguk dengan semangat dan tersenyum pada TOP.

“Yang paling tinggi diantara mereka adalah Kwangsoo Hyung. Dia sebenarnya… eeer kurang berguna dalam kelompok ini.” Jiyong berkata sambil menatap Kwangsoo hati-hati. Kwangsoo hanya memperhatikan suami istri itu dengan waspada. Tidak tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

“Pria dengan otot kekar itu adalah sahabatku semenjak masuk dalam academy, Taeyang.”

Dara melihat Taeyang mengedipkan mata padanya. Dia benar-benar suka dengan rambut mowhak Taeyang yang unik. “Aku ingin menyentuh rambutnya.” Dara berbisik dan terkikik.

“Yang berwajah seperti malaikat itu Thunder, dia sangat ahli dengan urusan teknik, dan yang sedang berbicara ditelpon itu Tablo Hyung, dia pasti sedang berbicara dengan Haru, Haru adalah anak perempuannya. Yang terakhir Seven Hyung, dia sangat pintar dalam matematika dan menentukan kode-kode keamanan disetiap tempat.”

Dara menoleh kearah Jiyong dengan penasaran. “Kenapa kau bisa masuk ke Departement IT? Lalu, kau? Jangan bilang kau juga tidak berguna seperti Kwangsoo Ajjushi.”

“Aisssh! Ya! Aku ini seorang programmer yang sangat diperlukan dalam tim!” Jiyong berkata kesal, membuat seluruh orang disana memandangnya dengan geli.

“Aku gemas melihat kalian berdua.” Seven menghampiri Dara dan mengelus puncak kepalanya. “Ya, Darong! Kenapa kau bisa jadi seperti ini, huh?” Seven berkata sedih saat melihat Dara menatapnya dengan pandangan asing.

“Hyung, kau pasti merasakan perasaan yang sama saat si norak ini hanya bisa melihatmu dengan mata bulat yang dibesar-besarkan.” Jiyong menoleh pada Dara yang bergerak gelisah disampingnya. “Kau dan Seven Hyung bersahabat dekat, kau bahkan menceritakan proses bercinta kita padanya.”

Dara menatap Jiyong dengan ngeri yang hanya dibalas seringai licik Jiyong, sementara Seven sibuk menertawai mereka. Dara menunduk dan kembali memandang orang-orang disekitarnya yang nampak sangat serius, tegas, berwibawa, dan penuh dengan ilmu pengetahuan. Dia benar-benar merasa salah tempat, tidak seharusnya dia memaksa Jiyong untuk membawanya.

Dara bertemu mata dengan Kiko, walau Kiko tetap memasang kaca mata hitamnya, Dara masih bisa merasakan sinar laser yang keluar dari mata wanita itu. Kiko menyukai Jiyong, dan Jiyong meminta Dara untuk menjauhkan dirinya dari Kiko. Baiklah, walau dia tidak mengerti hubungan rumit ini, dia akan tetap menjauhkan Jiyong dari radar menakutkan Kiko.

“PENERBANGAN 251, JEJU ISLAND, AKAN LEPAS LANDAS 10 MENIT LAGI, PARA PENUMPANG DIHARAP BERSIAP MEMASUKI PESAWAT.”

Seluruh orang mulai bergerak saat mendengar pengumuman itu, Dara kembali mengikuti Jiyong sambil menenteng tas besar yang memuat pakaiannya. Dia menghela napas dan berharap kalau ini bukanlah keputusan salah yang diambilnya.

======

“WOHOOOO! PANTAI!!!” Dara bersorak gembira saat mobil yang mereka tumpangi melewati pantai dengan pasir putih, ombak bergelung lembut, angin kencang, dan bau pantai yang menyengat.

“Buka kacanya! Aku ingin merasakan angin!” Dara berkata heboh pada Jiyong yang tengah sibuk menyetir. Sesuai dugaannya, gadis itu akan bereaksi seperti ini. Selama didalam perjalanan, Dara terus menerus tidur dan tidak mau bicara pada Jiyong, Jiyong tahu dengan pasti kalau gadis itu sedang merasa tidak nyaman dengan orang-orang yang baru dia temui sehingga dia memilih diam dan tidak ingin masuk dalam percakapan.

“Aku tidak suka angin laut.”

Dara mengerutkan kening dan menoleh pada wanita yang berkata datar di bangku belakang. Kiko menatapnya dengan sinis. God, bagus! Yang dia butuhkan saat ini memang seorang musuh bebuyutan, terimakasih telah membawa Kiko ke dunianya!

“Aku suka angin laut, lagi pula sedikit sesak karena berada di pesawat terlalu lama.” Taeyang- yang kebetulan duduk disamping Kiko berkata ringan, Jiyong menyembunyikan seringainya dan membuka kaca mobil mereka, angin dingin langsung menyerbu masuk, menerbangkan rambut dan menyegarkan pikiran mereka.

“Ini sudah hampir pagi dan anginnya dingin sekali! Lagi pula langit masih gelap! Tidak ada yang bisa dilihat diluar sana!!!” Kiko protes sambil berusaha membuat rambut pendeknya yang sudah di blow selama dua jam lamanya rusak gara-gara angin yang menerpa mereka.

“Hmmm… ini sangat segar!!!” Jiyong berkata sambil tersenyum lebar, Dara menatapnya dengan berbinar, kemudian mengeluarkan tangan mungilnya melalui kaca mobil yang terbuka dan mulai merasakan angin yang berhembus.

“Dua mobil lainnya sudah berada jauh didepan! Kita bisa kehilangan mereka! Cepat! Aku sudah sangat lelah dan ingin sekali tidur!” Kiko berteriak kesal pada Jiyong, Dara langsung menoleh  kearah Kiko yang sedang melipat tangannya sambil cemberut.

“Kau tidak boleh membentak Jiyong.” Dara berkata pelan.

Kiko mendengus dan memutar matanya sambil bergumam ‘Whatever’.

“Kiko-Chan, sebagai seorang wanita, harusnya kau bersikap sopan pada orang yang lebih tua, apalagi dia adalah teman yang akan ikut menanggung sulitnya pekerjaan yang sama denganmu.” Dara meminum jus Apple didalam kotak dengan suara berisik sambil memperhatikan wajah kiko melalui kaca spion depan mobil.

“Unni, aku tidak butuh nasehatmu sama sekali. Kau terdengar seperti nenek bau balsam berusia 90 tahun.” Kiko menggeram marah. Berani sekali Dara menasehatinya! Dia adalah wanita mandiri yang bahkan tidak pernah mau mendengar nasehat dari kedua orang tuanya!

“Cukup.” Jiyong mencegah Dara membuka mulut untuk membalas perkataan Kiko, Dara mengerucutkan bibirnya dengan sebal.

“Dara?”

“Uhm?” Dara menoleh pada Jiyong dan terperangah karena Jiyong mencium bibirnya dengan cepat. Dara bisa merasakan pipinya memerah.

“Aku suka melihatmu cemberut.” Jiyong terkekeh saat melihat Dara terperangah dengan mata membulat sempurna padanya.

Kiko kembali memutar matanya sementara Taeyang sibuk tersenyum dengan ulah dua orang yang duduk dihadapannya sambil berpikir bahwa dia juga harus cepat-cepat menikah.

Beberapa menit kemudian, mobil Jiyong berhenti, mengikuti dua mobil hitam didepannya yang memuat anggota team yang lain, Petugas keamanan dengan pakaian tentara Korea Selatan mengetuk pintu kaca mobil yang memuat TOP, Jiyong bisa melihat TOP membuka kaca mobilnya dan mengeluarkan tanda pengenal sambil memberikan sebuah ponsel pada prajurit itu.

“Keamanan diperketat sepuluh kali lipat.” Taeyang berkata muram. “Tempat ini benar-benar dipenuhi oleh tentara.”

“Aku dengar, kamera CCTV juga rusak, orang Korea Utara sengaja melakukannya.” Jiyong berkata kesal.

“Mereka belum sempat melakukan penyisiran Bom.” Kiko berkata dengan nada main-main. “Apa jadinya kalau didalam resort terdapat bom waktu? Tiktokaboooooom!!!” Kiko memajukan wajahnya pada Dara dan tertawa ringan.

“Tidak lucu.” Dara bergumam sementara hatinya mulai mengkerut. Dia sering sekali menonton film tentang Korea selatan Vs Korea Utara. Dan Dara sangat tahu kalau militer Korea Utara sangat terlatih dan kuat. Memikirkan prajurit Korea Utara berkeliaran disekitar Resort… memantau setiap gerakan mereka…

“Tenang.” Jiyong menyentuh tangan Dara. “Aku tidak akan membiarkanmu terluka, jadi dengarkan kata-kataku dan jadilah gadis baik yang penurut.

Mobil didepan Jiyong mulai bergerak maju dan Jiyong bisa melihat pagar ganda tinggi yang berwarna putih dan terbuat dari besi khusus terbuka lebar. Mereka mulai memasuki resort kepresidenan dengan gerakan pelan, Seluruh prajurit nampak waspada memperhatikan setiap gerakan mereka.

“Aku merasa seperti masuk kedalam rumah tahanan.” Dara bergumam sambil menyeruput Jus applenya yang hampir kosong.

“Aku sudah bilang kalau kita kesini bukan untuk main-main.” Jiyong menepikan mobilnya dan membuka pintu mobil, seluruh anggota timnya keluar dari mobil hitam anti peluru dengan hati-hati dan mulai berkumpul menggerubungi TOP.

“Seluruh system keamanan ditempat ini lumpuh.” TOP berkata dengan suram. “Kita benar-benar harus bekerja keras.”

“Keluarga Presiden akan datang dalam waktu tiga hari dan kita harus menyelesaikan ini hanya dalam jangka waktu 48 jam. Ini akan sedikit sulit, para tentara akan melakukan penyisiran bom saat matahari terbit, dan yang harus dikhawatirkan adalah, apakah Korea Utara sudah memasang perangkap didalam sana atau tidak.” Tablo memperhatikan resort megah itu, rasanya sedikit mustahil melakukan itu semua dengan tim yang jumlahnya terbatas.

“Kita dipilih karena kita adalah orang-orang terbaik dari department IT Blue House, jadi, lakukan yang terbaik. Sekarang kita masuk dan beristirahat. Percayakan semuanya pada tentara yang bertugas mengamankan tempat ini.” TOP berkata lelah dan mulai melangkahkan kakinya menuju resort di ikuti oleh seluruh anggota timnya.

Dara mengikuti mereka dalam diam dan berharap semuanya akan baik-baik saja. Jiyong menoleh pada Dara yang berjalan lesu dibagian paling belakang, Jiyong menghentikan langkahnya dan menunggu Dara berada didekatnya.

“Kau baik-baik saja?” Jiyong menggenggam tangan Dara yang berkeringat. Dara mengangguk dan menatap Jiyong.

“Besok, saat kau sibuk dengan pekerjaanmu, bolehkah aku keluar resort? Aku… uhmmm pasti akan sangat bosan jika ditinggal sendiri didalam kamar.” Dara berkata sambil memandang Jiyong dengan memohon.

“Arasso.” Jiyong tersenyum lembut. “Pergilah, kau lebih aman diluar resort mengingat tempat ini pasti dalam pengintaian prajurit Korea Utara. Aku akan suruh salah satu tentara mengantarmu.”

“Tidak, tidak, tidak,” Dara menggeleng dengan cepat. “Aku tidak bisa berpergian dengan seseorang yang memakai baju hijau loreng-loreng.”

“Mereka akan memakai pakaian kasual, kau tenang saja!” Jiyong berkata geli, dia berjalan sambil menuntun Dara menaiki undakan memasuki aula utama resort.

“Kita akan berada dalam satu kamar?” Dara berkata resah, sekarang dia tidak begitu tertarik lagi dengan keindahan dan kemegahan resort mengingat bisa saja ada bom waktu ditempat ini.

“Tentu saja.” Jiyong tersenyum padanya. “Aku akan tidur di sofa, kau tidak usah cemas.”

Dara mengangguk. Hilang sudah semua keasikan yang dia bayangkan saat masih berada dirumah. Berada di butik dengan  Bommie, Chaerin, dan Seungri akan lebih asik dari pada berada ditempat ini.

======

Beberapa kilometer dari tempat itu. Seseorang menyeringai penuh kemenangan saat memperhatikan dari teropong yang dia gunakan.

“Rombongan dari departemen IT sudah memasuki resort.” Dia melapor pada orang yang sedang merokok disampingnya.

“Bagus, target utama kita memang mereka.” Orang itu menjawab dengan nada dingin, dia menjatuhkan puntung rokoknya di pasir pantai yang putih dan menginjaknya dengan kasar. “Ingat apa yang Kwon Jiyong dan TOP lakukan pada teman seperjuangan kita, Prajurit Lee?”

“Insiden penyerangan di paris… mereka menembak Kamerad Kim Myungsoo dengan 20 peluru yang menembus tubuhnya… demi melindungi kita bertiga.”

“Tepat sekali prajurit Lee… ini akan menjadi pembalasan paling indah.”

“Kamerad.” Dua orang berpakaian hitam itu menoleh pada seorang wanita cantik yang tersenyum berbahaya pada mereka.

“Prajurit Heo?” orang yang dipanggil Kamerad mendekati wanita yang menyodorkan sebuah buku – Keruntuhan kerajaan Geuryo. “Aku menerima pesan, didalam paket buku tebal ini, aku tidak bisa membaca kodenya.”

Kamerad dengan luka pada mata kanannya mengambil buku itu dan membukanya. Buku itu kosong, tanpa tulisan sedikitpun. Kamerad itu merobek salah satu halaman pada buku dan mengarahkannya kecahaya rembulan yang hampir menghilang karena matahari memaksa muncul. Seringai tajam menghiasi wajahnya saat dia berhasil membaca apa pesan yang tertulis disana.

“Prajurit Lee… sepertinya kita harus menyelesaikan permainan membosankan ini hanya berdua.” Kamerad Korea Utara itu meremas kertas di genggamannya hingga berbentuk kecil. Kemudian memakannya dengan lahap, tanpa menolehkan kepalanya dari wanita yang sekarang berdiri dengan wajah ketakutan.

“Ka…Kamerad… apa maksud anda?” Prajurit Lee berkata dengan panik sambil menatap teman seperjuangannya, seorang wanita tangguh dari Korea utara yang berjuang mati-matian demi menyelamatkan ibunya dari hukuman gantung Korena Utara – Heo Gayoon.

“Kapan terakhir kali kau melihat ibumu, Prajurit Heo?” Kamerad maju selangkah dan menatap mata Heo Gayoon yang mulai bergetar.

“Ketika saya bersumpah mati untuk Negara! Ketika saya ikut dengan anda! Menerima misi mulia untuk ke Korea Selatan dan menghancurkan keluarga Presiden yang menjabat!” Gayoon berkata tegas.

“Sayangnya… kau harus ikut ibumu pergi kesurga… jika surga masih mengijinkanmu masuk…” Sang Kamerad mengulurkan tangan pada prajurit Lee yang berada dibelakangnya, dengan perlahan prajurit Lee memberikan senapan laras panjang padanya.

“Apa maksud anda kamerad? Saya tidak pernah berkhianat sama sekali! Kenapa anda membunuh ibu saya?!!! Apa kesalahan saya hingga menerima hukuman ini?!” Gayoon berteriak dan kehilangan pengendalian dirinya.

“Kami tidak membutuhkan prajurit lemah sepertimu. Battalion70 korea utara akan mengirimkan lebih banyak prajurit ahli untuk menyelesaikan misi. Misimu selesai sampai disini Prajurit Heo… waktunya eksekusi.” Kamerad berbicara dengan suara dingin dan menarik senapan berlaras panjang yang tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Percikan darah menodai pasir putih pantai itu. Sang Kamerad menoleh pada Prajurit Lee.

“Kita tidak sempat memasang Bom didalam resort, tapi akan kupastikan nyawa Kwon Jiyong dan TOP akan berakhir sama seperti ini.” Kamerad mengembalikan senapan ditangannya pada prajurit Lee. “Bereskan tubuh sampah ini.”

“Jangan pernah bermain dengan Korea Utara.” Sang kamerad melanjutkan sambil menatap kearah Resort. “Kalian sudah membunuh satu-satunya saudara yang kupunya… akan kupastikan kalian berakhir dengan cara yang sama.”

======

“Ji… Jiyong?”

Dara keluar dari kamar mandi dan tidak menemukan keberadaan Jiyong didalam kamar. Apa Jiyong meninggalkannya untuk sarapan dibawah? Dengan cepat Dara mengeringkan rambutnya dan menyambar tas ranselnya. Jika dia mau mengunjungi semua tempat kesukaannya di Jeju, dia harus berangkat pagi-pagi.

Dara membuka pintu kamar dan memeriksa koridor. Sepi. Sebenarnya dimana semua orang berada? Kenapa resort ini seperti tidak ada penghuninya? Dara berjalan dengan berisik, sengaja menggesekan sepatu sneakersnya pada lantai dan berharap ada seseorang yang keluar akibat kebisingan yang dia buat. Tapi nihil, tidak ada seekor nyamukpun yang datang.

Dara menghela napas dalam. Oke, dia benar-benar ditinggalkan. Dengan lesu Dara menuju tangga, wanita itu menuruni tangga menuju dapur utama resort sambil mengagumi batu pualam yang di injaknya. Dapur juga kosong, tetapi ada makanan diatas meja. Dara berlari kecil dan menghampiri meja. Sepertinya semua orang sudah sarapan karena makanan tinggal setengahnya.

Dara duduk dengan manis dan mulai mengambil makanannya. Dan tiba-tiba saja – seperti mendapat pencerahan dari tuhan – Dara ingat benda keramat didalam tasnya! Ponsel! Dengan cepat Dara memeriksa tas ranselnya dan mengeluarkan benda berwarna putih miliknya. Dia mengerukan hidung sambil menggigit roti dan menekan nomor Jiyong. Jiyong menjawab panggilannya setelah dering kelima.

Dara?

“Ji! Kau dimana?” Dara berkata dengan mulut penuh, dia mulai memasukan lembaran keju kedalam mulutnya tanpa roti. Keju yang meleleh dilidahnya membuatnya tersenyum senang! Mustahil! Moodnya jadi bagus hanya dengan lembaran kejuuu?!!!

Aku berani bertaruh kalau sekarang kau ada dibawah sambil sarapan.” Jiyong berkata dengan nada geli.

“Kau dimana, Ajjushi?” Dara mengulang perkataannya dengan kesal.

Aku sedang dikamar 201 yang sudah disulap jadi ruang kerja dadakan. Kami semua disini sedang bekerja. Maaf aku tidak memberitahumu dulu, Kiko memanggil dengan sangat mendesak sekali tadi.”

Kiko?

Dara berhenti mengunyah. Dasar cowok! Sudah jelas dia yang meminta Dara untuk menjauhkannya dari Kiko dan sekarang?!!!

Oke, seharusnya Dara tidak marah, dia… tidak mencintai Jiyong… atau lebih jelasnya, dia tidak ingat mencintai Jiyong.

“Well, aku akan ke…”

Jiyong? Bisa bantu aku disini?”  Dara mendengar suara TOP dari sebrang saluran, sepertinya mereka benar-benar sibuk.

Maaf Dara, aku harus pergi.”

Sambungan telepon terputus dan Dara hanya bisa menatap kosong pada lukisan abstract dihadapannya. Baiklah, setelah menghabiskan jus apple dia akan pergi keluar resort dan bersenang-senang! Tinggalkan saja si brengsek yang sedang sibuk itu!

Dara bangkit sambil meneguk jus applenya dengan nikmat, tiba-tiba langkahnya terhenti, Jiyong bilang akan ada seorang tentara yang menemaninya pergi keluar, lagi pula jika berjalan sendirian pasti akan membosankan. Dara mulai berlari kecil menaiki tangga dan berbelok di lorong menuju kamar 201.

Dara mengetuk pintu sambil bergerak tidak sabar. Semoga tentara yang menemaninya nanti imut-imut dan menyenangkan. Tiba-tiba pintu kamar dibuka, Dara baru saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu saat yang dilihatnya adalah… Kiko.

“Aku ingin bicara sebentar dengan Jiyong.” Dara tersenyum dan sedikit mengintip kedalam. Didalam sangat berisik dan Dara bisa melihat kabel-kabel yang menjuntai dari meja-meja, dan juga berpuluh komputer yang tersebar memenuhi ruangan.

“Kau bisa lihat. Dia sibuk.” Kiko berkata dingin dan hendak menutup kembali pintu tapi Dara dengan sigap menahannya.

“Aku hanya butuh satu menit, tidak lebih.” Dara berkata seperti anak kecil yang memohon mendapatkan hadiah di toko mainan.

Kiko memutar matanya. “Kami bukan sedang main, dan lagi, unni, kau lebih cocok main di taman kanak-kanak. Tempat ini tidak cocok denganmu.”

Dara ingin sekali meninju wajah Kiko tetapi dia menahannya dengan sepenuh hati. Baiklah, sepertinya Kiko tidak akan membiarkan Dara masuk.

“Well, tolong katakan padanya aku akan pergi keluar. Aku mungkin akan kembali saat makan malam.” Dara berkata datar dan melihat kilau licik dimata Kiko. Sepertinya Kiko tidak punya niat sama sekali untuk menyampaikan pesannya.

“Baiklah Princess.” Kiko berkata malas dan menutup pintu tepat diwajah Dara.

Dara menghentakan kakinya dan berjalan mondar-mandir didepan pintu. Bagaimana ini? Apakah dia harus pergi seorang diri? Yeah, itu juga tidak buruk, selama dia akan bersenang-senang main diluar sana! Dara mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Jiyong, tapi tidak diangkat. Dara mendesah ragu, dia sudah janji tidak akan dekat-dekat dan mengganggu Jiyong saat bekerja. Lagi pula tempat ini sangat luas, dan untuk menghidupkan kembali semua system keamanan disini pasti butuh usaha ekstra bagi tim itu.

Mereka tidak punya waktu mengkhawatirkan Dara.

Dara tersenyum percaya diri dan berjalan kembali menuruni tangga.

“Baiklah! Let’s rock alone!!!” Dara berkata riang sambil melompati anak tangga dua sekaligus. “Hallasan National Park! I am coming!!!”

======

“FUCK! Mereka bahkan membobol ruang kontrol. Mereka sangat ahli dalam urusan Hack ini!” Thunder mengeluh dengan kesal. Rasanya jarinya sudah tidak sanggup mengetik kode baru untuk perangkat database keamanan ruang itu.

“Jam berapa sekarang?” TOP berkata letih sambil memijat pundaknya, seperti seabad lamanya, akhirnya dia mengangkat pandangannya dari layar komputer.

“11 malam.” Jiyong bergumam dan masih sibuk dengan data ditangannya.

“Guys, ayo kita istirahat sebentar.” TOP berkata pelan dan berjalan seperti robot keluar dari ruangan.

Jiyong bangkit dan meregangkan otot-ototnya. Dia mengambil ponselnya yang ditinggalkan didalam laci dan mengeceknya. Satu panggilan tidak terjawab dari Dara dan waktunya tadi pagi.

GOD, DARA!

Bagaimana mungkin dia melupakan gadis itu!!!

“Jiyong!!!” Tiba-tiba TOP masuk kembali dengan wajah panik.

“Kita punya masalah besar.” TOP berkata dengan wajah gelap. “Tentara didepan resort ditembak mati. Peluru diketahui milik korea utara…” TOP memperhatikan reaksi terkejut dari anggota timnya.

“Dan Dara… menghilang…”

~To be Continue~

Sigh… mungkin saya akan ngoceh sedikit panjang yorobun. Saya sangat meminta maaf bagi sebagian orang yang merasa sudah tahu plotnya karena banyak yang bilang mirip Drama korea jaman dulu…
Terlepas dari ini mirip atau tidak… tapi komentar yang bilang “Ini mirip sama drakor jaman dulu, ini mirip sama movie holliwood yang booming taun 2012” yang saya sendiri belom pernah nonton bahkan tau actor atau aktris yang main… sumpah itu bikin saya gak mood lanjutin nih FF.
Sampe saya mikir “Dari pada capek, luangin waktu bikin tulisan yang katanya plotnya udah kebaca, mending gak usah lanjutin kali yaaa… biar aja nyampe ni FF berstatus hiatus… karena gue juga punya banyak FF yang belom kelar di RFF – Genosida, XXME Bastard!…”
Bukannya gak nerima bash, kalo bashnya tulisannya jelek, gak ngerti, ato gimana, saya masih maklum… sigh… saya kan udah bilang tema FF ini udah pasaran… dan lagi saya tertarik sama Korea pas taun 2010 jadi belom pernah nonton drakor jadul itu… tapi saya emang pernah baca synopsis dari cerita serupa di toko buku dan saya lupa judulnya. (Maafkan ingatanku yang buruk ini!!!) jadi saya terinspirasi dari synopsis itu…
Mungkin kalo saya mood saya lanjutin lagi FFnya. Maaf dan terimakasih bagi readers yang sudah mendukung sejauh ini! PYOOONG! Hehehehehehe

<< Back  Next >>

107 thoughts on “My Wife is Seventeen Years Old! ~ Day #4

Leave a comment