For The First Time part 4

For the Firts time daragon

cr: to the right owner

(Dara’s POV)

From : 023472839***

 

Hello, Dara….. how are you? I miss you so much!!

Love, Joseph.

 

Aku menatap nanar kearah layar handphoneku. Mataku terbelalak kaget seakan tidak percaya apa yang barusan aku terima. Ya Tuhan…. Joseph….darimana ia tahu nomor teleponku? Apakah ia ada disini? Apakah dia sudah bertemu Jiyong? Apa maksudnya dia tiba-tiba menghubungiku seperti ini? Ya Tuhan… cobaan apalagi ini?

“Dara-ya. Waeyo? Kenapa wajahmu jadi terlihat takut seperti itu?” tanya Bom sadar bahwa raut wajahku tiba-tiba berubah.

Aku mematikan handphoneku, lalu dimasukkan ke dalam tas. “Ani. Tidak ada apa-apa,” jawabku sambil tersenyum.

Matanya masih terus memperhatikanku, sepertinya dia tahu bahwa aku berbohong. “Jinjja? Tapi mengapa aku merasakan kau berbohong padaku ya?”

TING…….

Belum sempat aku mejawab pertanyaan Bommie, pintu lift sudah terbuka duluan. Ternyata diluar gedung dorm kami, banyak sekali stalker-stalker yang setia menunggu. Ya ampun…. Mereka ini masih sangat muda tapi mengapa mereka justru menghabiskan waktunya hanya untuk mengikuti kami. Wasting their time….. because there’s a lot of things that they could do.

Teriakan-teriakan mereka membahana ketika kami keluar. Untung saja bodyguard-bodyguard dan security gedung ini membantu kami menertibkan mereka. Kalau tidak mungkin kami sudah babak belur.

Akhirnya kami pun sampai di parkiran mobil kami. Sebenarnya, dalam waktu semenit pun sudah sampai, tapi karena stalker-stalker itu makanya perjalanan menuju mobil menjadi sedikit lama.

Di dalam mobil, tak banyak obrolan yang kami ciptakan. Bom, Chaerin, dan Minji mempunyai kegiatan masing-masing. Kulirik Bom yang duduk di sebelahku senyum-senyum sendiri saat membaca pesan yang ia dapatkan. Aku bertaruh, pasti itu dari Seunghyun.

Kulihat juga sekilas kearah Chaerin, seperti biasa boneka Kuma-nya selalu dibawa kemanapun ia pergi. Dia menelpon seseorang, aku tak bisa mendengarkan dengan jelas siapa yang dia telpon. Yang jelas, bukan Teddy oppa (YG’s Producer)….

Si magnae yang duduknya tepat dibelakangku sepertinya sibuk bermain-main dengan anjing baru kesayangannya, doggie. Sebenarnya aku paling takut dengan binatang. Kucing kepunyaan adikku saja, Dadoong, jarang sekali aku sentuh. Padahal binatang-binatang itu sangat lucu. Terkadang aku menjadi sangat menyesal mengapa aku mempunyai rasa takut terhadap binatang. Tapi, Jiyong mengajariku agar tidak takut dengan mereka. Kalian tahu Gaho? Ya Tuhan…anjing itu adalah anjing terlucu yang aku temui seumur hidupku!!! Aku sampai tak mengerti bagaimana bisa Jiyong mendapatkan anjing lucu seperti itu hahahaha.

Drrt…. Drrrttt…

Naega jeil jal naga je-je jeil jal naga.

BEAT! Bam ratatata tatatatata BEAT!!

Lamunanku tiba-tiba terhenti karena handphoneku berdering. Apakah itu Joseph? Aih…… mengapa aku jadi ketakutan seperti ini.  Ku sentuh layar handphoneku, dan ternyata yang menelponku adalah Jiyong. Syukurlah…….

“Yeobeoseyo?”

“Yeobeoseyo… Ya, kenapaa lama sekali mengangkatnya?”

“Ah, mian. Tadi aku harus mencari handphoneku di dalam tas. “

“Oh…. Kau dimana sekarang?”

“Dijalan menuju studio. Wae?”

“Sudah makan? Ani… just asked, hehehehe” kudengar kekehannya yang khas dari seberang telpon.

“Sudah, tapi tadi aku hanya makan sepotong roti saja. Kau sudah makan?”

“Haih jinjja? Kasian sekali sih pacar kesayanganku ini. Belum, aku baru saja bangun.”

“Hahaha dasar kau. Pantas saja suaramu terdengar berbeda.”

“Kenapa? Seksi ya?” Ya Tuhan… pagi-pagi seperti ini dia masih bisa menggodaku? Dasar bocah gila.

“Tidak seksi, sama sekali!”

“Jangan bohong…..”

Aku mendengus kesal, “Aku tak pernah berbohong, Jiyong-ah.”

Terdengar tawanya membahana di telepon, “Hahahaha.. Arraseo… Arraseo… kau sampai jam berapa disana?”

“Hmm, mungkin sampai jam 2. Karena sehabis latian, kami dan staff YG akan mengadakan rapat untuk MV I Am The Best. Kau mau kesini juga?”

“Oh… Ne, aku mau kesana juga. Tapi mungkin agak siangan.”

“Sekarang saja~ aku merindukanmu, Ji.”

“Haish, jinjja. Tumben banget kau mengatakan hal gombal seperti itu pagi-pagi, Hahaha.”

“Aku tidak gombal! Aku serius… datanglah sekarang ya, sekalian bawakan aku sarapan. Aku lapar sekali sampai mau mati.”

“Hahaha kamu berlebihan sekali. Iya, aku kesana sekarang. Gidarilkkae!”

“O~ geurae. See you there soon, sayang.”

“See you there soon, baby. I love you, saranghae.”

Aku terkikik pelan, “Hihihi. Ne, nado saranghaeyo oppa. Love you more.”

“Hahahahaha, dasar. Aku tutup ya telponnya.”

“Ne….. Ne…..”

Tut… tut…. Teleponnya pun ditutup. Hah…. Mendengar suaranya saja mood sudah berubah menjadi baik, apalagi bertemu dengannya. Setiap kali aku dan Jiyong bertemu rasanya aku tak ingin berpisah darinya. Semacam kecanduan yang aku rasakan ketika bersamanya. Apapun yang ia lakukan selalu membuatku nyaman berada disisinya.

“Jiyong mau ke studio juga?” tanya Bom tiba-tiba membuyarkan lamunan ku.

“Iya, tadi dia bilang mau ke studio juga. Waeyo?”

“Aniyo. Hanya bertanya saja.”

Aku hanya menganggukkan kepalaku tanpa mengeluarkan suara. “Oh ya, apakah Seunghyun juga datang ke studio?” lanjutku bertanya.

“Hmm mungkin. Setahuku, mereka mau mengadakan rapat juga dengan YG Sunsaenim tentang Tour lanjutan mereka di Jepang,” jawabnya tanpa melihat kearahku masih sibuk dengan handphonenya.

Aku mengangguk-angguk tanda mengerti sembari membulatkan bibirku membentuk huruf “O”.

Beberapa menit kemudian kami pun sampai di studio. Rutinitasku akhirnya pun dimulai. Semangat Dara-ya!!!!!

***************

(Author’s POV)

“Dara…. tunggu aku…” gumam seseorang sambil menyeringai ke arah Dara dari kejauhan. Dia telah menunggu lama untuk kembali bersama Dara. Saat bertemu dengan Jiyong, dia memantapkan hatinya untuk merebut Dara darinya. Apapun caranya akan dilakukan…..

Seringaian lelaki itu terlihat mengerikan. Ada aura kejahatan di dalamnya. “Akan kurusak hubungan kalian,” ucapnya sembari tersenyum licik. Lalu dia berjalan menuju sebuah mobil Mercedes berwarna silver disudut jalan. Stalker-stalker 2NE1 banyak yang lalu lalang di sebelahnya. Bahkan beberapa ada yang berbisik-bisik ketika menyadari ada seseorang lelaki keren.

“Ya.. keren sekali dia. Siapa ya?” bisik salah stalker ke temannya.

“Mollayo~ mungkin model yang tinggal disini juga,” terka mereka.

Joseph hanya tersenyum mendengar ucapan-ucapan mereka. Setelah sampai di dalam mobil, dia langsung bergegas membawa mobilnya ke suatu tempat…..

(YG Entertainment’s Office)

Beat! Bam ratatata tatata Beat!

Beat! Bam ratatata tatata Beat!

Beat! Bam ratatata tatata Beat!

Oh my God!

Terdengar suara alunan lagu I Am The Best menggema di salah satu studio kepunyaan YG Ent. Suara-suara khas member 2NE1 terdengar jelas dikuping. Lagu yang sangat catchy untuk semua penyuka Kpop. Sekarang mereka tengah berlatih untuk lagu ini.

Instruktur dance mereka tak henti-hentinya memberitahu mereka apa saja gerakan-gerakan untuk lagu ini. Pada awalnya, Bom dan Dara masih terkendala oleh gerakan dance yang lumayan rumit dan baru ini. Sementara Chaerin dan Minji, karena mereka sangat ahli pada dance jadi tidak ada masalah saat instrukturnya memberikan gerakan pada mereka.

Dance mereka tiba-tiba terhenti seketika, ketika mendengar suara tepukan tangan dari pelatih dance. “Yak. Latian cukup sampai disini dulu. Kita break 45 menit. Bom, Dara, tolong fokus ya.” Pelatih itu mengingatkan.

“Ne……” Bom dan Dara menjawab serentak.

“Aiyo~ capek sekali…. Tarian kali ini agak lebih susah dari sebelum-sebelumnya,” keluh Bom ketika kami duduk-duduk santai di kursi panjang di sudut tembok.

“Ah… ne, aku juga merasakan hal yang sama,” Chaerin mengiyakan sambil meneguk kembali air mineral yang dibawanya.

Dara yang sedari tidak fokus sebenarnya karena satu hal. Dia menerima pesan itu lagi… pesan dari Joseph. Dia bilang dia ingin bertemu dengan Dara secepatnya. Berani sekali dia menyuruhku untuk datang ke tempat seperti itu. Dia pikir dia siapa ha? Rutuk Dara dalam hati.

Tiba-tiba saja seorang namja bertubuh tinggi masuk ke dalam studio. “Annyeong, yeoreobun….” sapanya lalu memamerkan senyumnya yang orang bilang paling berkharisma.

Suara khasnya yang berat dan terkesan ‘cowo banget’ membuat semua orang menoleh kearahnya. “Annyeong, Seunghyun hyung. Ada apa kesini? Bukannya Bigbang tidak ada jadwal latihan hari ini?” tanya Kwon Deuk (YG’s Back Dancer… FYI! Orangnya ganteng banget sumpah)

“Hmmm… memang tidak ada,” kekehnya lalu melirik seseorang dari kejauhan. Kwon Deuk mengikuti arah pandangan Seunghyun, ah… ternyata Bom.

Matanya terbelalak seketika. “Bom nuna?!”

Dia hanya tersenyum malu-malu sambil berlalu pergi. Sementara Kwon Deuk masih terbengong-bengong dengan yang baru saja tadi dia lihat. Ternyata… YG Fam punya satu pasangan lagi setelah Daragon.

“Sibuk banget sih main handphonenya,” godanya setelah sampai di dekat Bom. Bom yang sedang sibuk memainkan handphone tidak menyadari kehadiran Seunghyun tadi.

“SEUNGHYUN?!!” pekiknya, matanya terbelalak kaget. “Mwo-mwhonaeun geoya jigeum?! Kenapa kau bisa disini?!” lanjutnya. Dengan sigap dia memasukkan handphonenya kedalam tas.

“Ya! Seunghyun-a. Mengapa kau kemari?” tanya Dara yang berada di sebelah Bom

Tawanya yang khas menghiasi wajahnya yang tampan. “Hahaha… iseng, nuna.”

Bom mendengus sinis, “Ish… Bilangnya tak mau kesini.”

“Kau tak mempersilahkanku untuk duduk?” tanyanya sedikit menggoda Bom.

“Tidak,” jawabnya cuek. Lain dimulut, lain dihati. Dengan sengaja Bom menggeser tempat duduknya untuk duduk.

“Hahaha. Ada yang ngambek nih…” ucap Seunghyun yang sudah duduk disebelah Bom sambil mengacak-acak rambut Bom yang sekarang berwarna Blonde.

“Haish… rambutku jadi berantakan, Bingu!” protesnya sambil membetulkan rambutnya yang sedikit berantakan.

Seunghyun terkekeh pelan, lalu menatap penuh arti kearah Bom. Bom yang merasa sedikit risih, melirik sinis. “Wae? Kenapa melihatku seperti itu?”

“Ani… kau…terlihat… lebih cantik hari ini, nuna.”

Bom membulatkan matanya, semburat merah di pipinya pun muncul. “Jangan menggodaku, Seunghyun.”

Dia menggeleng pelan, “Aku tidak menggodamu, Nuna. Kau benar-benar cantik hari ini..”

Dara yang disebelah Bom mendengus kesal. “Haish… bilangnya belum pacaran, tapi nyatanya sudah seperti orang pacaran,” protesnya.

“Memang belum kok, nuna…” jawab Seunghyun.

“Ha-ha-ha terserah kalian lah” ucap Dara sarkatis. “Oh ya, mana Jiyong ya?” tanya Dara pada Seunghyun.

“Jiyong? Dia mau kesini juga?” Seunghyun balik bertanya.

“Iya, dia mau kesini,” jawab Dara sedikit gusar.

“Kau sudah menguhubunginya belum?” sekarang Bom yang gantian bertanya.

“Sudah. But he didn’t answer my call. Errr… kemana anak itu?!”

“Coba kau telpon lagi… mungkin saat kau menelponnya dia sedang sibuk,” saran Seunghyun.

“Hmm… okay.” Lalu Dara memencet angka-angka di telponnya. Nomer handphone Jiyong sudah sangat ia hapal.

Tut… tut… tut… tut…

“Yeobeoseyo?” terdengar suara namja di ujung telepon.

“Ya! Kau dimana?” cecar Dara.

“Aih~ Dara-ya mian, aku ada urusan mendadak jadi tidak bisa ke studio sekarang.”

 

“Kenapa tidak bilang daritadi? Ada urusan apa?”

“Mian, aku tidak sempat menghubungimu tadi. Hmm…. Omma, memintaku datang kerumah.”

“Oh… Bibi kenapa?”

“Molla.. dia bilang aku harus kerumah sekarang katanya ada hal penting.”

“Ah, ne… arraseo. Kau sudah sampai atau masih dijalan?”

“Aku masih on the way nih.”

“Ah begitu… hati-hati ya menyetirnya..”

“Ne… jangan lupa nanti malam kita dinner.”

“Hahaha… Ne, aku tidak akan lupa kok. Kau akan menjemputku kan?”

“Hmmm sepertinya tidak bisa. Kau bisa naik mobilmu sendiri kan? Nanti aku akan meminta supir pribadiku mengantar mobilmu ke dorm.”

“Tidak apa-apa begitu?”

“Gwenchana….”

“Hmm… ok.”

“Nanti malam kau menginap saja ya dirumahku.”

 

“Geurae…. Asal kau tidak berbuat mesum padaku sih, boleh boleh saja.”

“Janji deh ga akan….”

“Hahahaha. Ok…. Take a safe drive, Mr. Ji. I love you… can’t wait to meet you tonight..”

“Hihihi… yes I will. Love you too, Ssantoki. See you tonight…”

“Bye…”

“Bye…”

 

“Ehem… ada yang mau dinner nih…” goda Seunghyun setelah Dara menutup telponnya.

“Jangan menggodaku seperti itu, Seunghyun. Urus saja masalahmu dulu,” kata Dara sinis.

Dia mengangguk-angguk mengerti. “Kau mau dinner juga tidak?” tawar Seunghyun pada Bom.

“Dinner?” Bom terlihat bingung ketika Seunghyun mengajaknya dinner. “Kapan?”

“Malam ini. Eodde?”

“Malam ini? hmm… terserah. Aku bisa kapan saja,” ujar Bom mengiyakan.

“Cish…” dengus Dara meledek. “Ikut-ikutan aja.”

Bom melirik sinis, “Wae? Tidak boleh ha?”

“Tahulah yang baru pacaran…” timpal Dara cuek.

“Kami belum pacaran, Dara,” tegas Bom.

“Belum itu tandanya kau bersiap untuk mau menjadi pacarnya. Haish pabbo!” kata Dara sambil memukul lengan Bom pelan.

“Sudah jangan berkelahi… sekarang yang boleh berkelahi dengan Bom nuna adalah aku,” lerai Seunghyun.

Dara menggeleng-gelengkan kepalanya heran. “Dasar pasangan alien, ck.”

Kemudian terdengar suara tepukan tangan dari tengah studio. “Ayo semua! Istirahat selesai. Mari kita lanjutkan lagi latihannya.”

Semuanya pun serempak menjawab, “Ne……” dan latihan pun dimulai lagi.

“Seunghyun-a tunggu sebentar yah,” pamit Bom.

Seunghyun menganggukan kepalanya sambil tersenyum. “Ne… aku akan melihatmu dari sini.”

“Ok..” balas Bom sambil membuat tanda OK dengan telunjuk dan jempolnya.

Latihan pun dimulai lagi………..

***************

(Dara’s POV)

Akhirnya latihan selesai juga… badanku pegal-pegal sekali karena tarian tadi. Kami sebentar lagi akan comeback dengan album kami yang baru. Jadi kami harus ekstra kerja keras untuk album kami ini. apalagi tahun ini kami akan mengadakan sebuah konser. Dan kami pun harus syuting juga untuk 2NE1 TV season 3 yang ternyata jadwal syuting pertamanya adalah BESOK. Rrrr~ berarti aku tidak boleh sering-sering menghubungi Jiyong. Nanti netizen-netizen tambah curiga terhadapku.

“Hah…… akhirnya sampai juga di kasurku,” aku langsung merebahkan badanku di atas kasur sesampainya kami di dorm.

Tiba-tiba aku teringat hari ini ada dinner dengan Jiyong. Kira-kira aku memakai baju apa ya…. Aku langsung bangkit berdiri dari tempat tidur menuju lemari. “Hmmm pakai baju apa ya….”

Saat aku sedang sibuk memilih-milih baju, telponku tiba-tiba berdering. Karena saking terburu-burunya jadi aku tidak sempat melihat siapa yang meneleponku.

“Ne… yeobeoseyo?”

“Hello, Dara….”

DEG….

Oh tuhan suara ini….. Aku menahan napasku, jantungku pun berdetak sangat hebat. Badanku pun terasa lemas sekali. Jadi, kujatuhkan saja badanku ke atas kasur dengan posisi duduk.

“Nu-nu-nuguji?” tanyaku hati-hati.

“Hey, can you speak in English or Tagalog? I can’t understand Korean.”

“I-i-ini kau, Joseph? Kau di Korea?” tanyaku dengan bahasa tagalog

Terdengar tawanya di ujung telepon, “Yap, Ini aku dan aku di Korea. Sudah lama tidak mendengar suaramu, Sandy.” (nama populernya Sandara pas msh jd artis di Filipin).”

Ya Tuhan….. “Bagaimana kau bisa tahu nomer telponku? Siapa yang memberitahumu?”

“Hmm..” dia berpikir sejenak. “Kau tak perlu tahu siapa yang memberikannya.”

“Terserah padamu sajalah. Jadi, mengapa kau menelponku? Ada masalah?”tanyaku sinis.

“Tidak. Kau tidak mempunyai masalah apapun padaku.”

“Jadi?”

“Aku hanya rindu mendengar suaramu, D. Apakah kau tidak merindukanku?”

Aku tertawa mendengar pertanyaannya. “Hahaha. Aku? Merindukanmu? Tidak akan, Joseph. Tidak lagi.”

Dia mendesah kencang. “Hah… aku sudah menduga kau akan menjawab seperti ini. Kita harus bertemu. Aku ingin membicarakan sesuatu padamu.”

“Bertemu? Mendengar suaramu saja aku sudah malas. Apalagi bertemu denganmu, Jos. Jangan harap.”

“Terserah. Tapi yang jelas ini ada hubungannya dengan Jiyong. Kau mengenalnya kan?”

Tunggu… tadi dia menyebut nama siapa? Jiyong? Omo~ tahu dari mana dia? Hmmm, sepertinya ada yang tidak beres.

“Jiyong?”

“Yap. Dia pacarmu yang sekarang bukan? Aku ingin membicarakannya.”

“Untuk apa kita membicarakannya? Ada urusan apa dia denganmu?” Ok, mungkin ini hanya alibinya saja ingin bertemu denganku.

“Kalau kau tidak mau bertemu denganku sekarang, akan kupastikan berita tentang aku dan kau yang telah berbaikan lagi menyebar luas di internet dan stasiun tv.”

Astaga… dia mengancamku. Joseph mengancamku…. Apa-apaan dia ini? Keterlaluan.

“Jangan menggertakku seperti itu, Jos. Tidak lucu!!!”

“Aku tidak menggertak. Aku serius dengan ucapanku, Dara. Kemarin beberapa wartawan yang mengenalku ingin meng-interview diriku, tapi sampai sekarang aku belum menyetujui tawarannya. Karena bisa dipastikan dia ingin mengetahui hubungan kita dulu, dan mengapa aku tiba-tiba kesini. Karena, yah… tujuanku kesini memang ingin bertemu denganmu.”

Aku masih mengenal sifat Joseph. Dia itu adalah orang yang konsisten dengan apa yang dia inginkan. Apapun akan dia lakukan untuk mencapai keinginannya.

Aku mendengus kesal. “Ok, kapan kita bertemu dan dimana?”

“Hari ini Jam 5, di Sutterland Coffee and Breads. Bisa?”

Aku memandang jam dinding. Sekarang sudah jam 4, sedangkan dia akan dinner dengan Jiyong sekitar jam 6. Tidak mungkin aku mengobrol dengan Joseph hanya satu jam saja. Joseph, pasti akan menahanku pergi jika tahu aku ada dinner dengan Jiyong.

“Bagaimana kalau sekarang. Aku masih ada urusan lagi sekitar jam 6.”

“Ok. Sampai bertemu disana, Sandy.” Aish…. Mendengar suaranya yang sengaja dibuat manis seperti itu jadi jijik sendiri.

Dan KLIK! Telepon pun mati. Hah…. Ok, aku harus bergegas. Aku langsung berlari keluar tanpa mengganti bajuku sambil membawa jaket, kacamata, dan topi. Hah, tak ada gunanya memakai baju bagus di depan dia.

(At Sutterland Coffee and Breads)

(Author’s POV)

Terlihat namja bertubuh atletis sedang menikmati segelas Cappucinno hangat yang dipesannya. Tangannya iseng memainkan setangkai bunga di atas meja kayu antik yang tertanam di sebuah vas Kristal berwarna biru.

Klining Klining….

Suara lonceng di atas pintu masuk pun berbunyi, tanda ada tamu yang datang.

“Annyeonghaseyo…. Selamat datang, Nona,” sapa pelayan lelaki membungkukkan badannya sedikit sambil tersenyum.

Dara pun membalasnya, “Annyeonghaseyo.”

Dara memakai sweater tebal beserta topi, masker, dan kacamata agar orang-orang yang berada di café itu tidak curiga ada dia. Dan ternyata penyamarannya berhasil, tak ada satu orang pun yang mengenalnya.

Mata Dara terlihat sedang mencari-cari seseorang di dalam restoran tersebut. Lalu tak berapa lama dia melihat punggung atletis seorang lelaki yang ia hapal. Tanpa berpikir panjang dia langsung berjalan kearahnya.

“Joseph?” tanyanya dari belakang lelaki itu.

Lelaki itu menengok ke belakang mencari sumber suara. Kedua alisnya bertaut bingung melihat penampakan seseorang dengan pakaian serba tertutup di depannya.

“Kau siapa?” tanyanya sambil menunjuk Dara.

Dara membuka sedikit kacamata hitam yang dia pakai. “Ini aku, Sandy” bisik Dara.

“Oh… hahah Sandy. Penampilanmu aneh sekali.. hahaha” tawanya menggelegar di seantero ruangan café. Sontak orang-orang melihat ke arah mereka.

“Sssttttt…. Jangan berbicara kencang-kencang!” Dara meletakkan jari telunjuknya di depan mulutnya. “Jadi, ada maksud apa kau menyuruhku kemari? Ada apa dengan Jiyong?” tanyanya setengah berbisik lalu duduk di kursi depan Joseph.

“Hmm. Aku ingin merebutmu darinya,” jawab Joseph to the point.

Dara langsung membelakan matanya yang sipit itu, napasnya terhenti, mulutnya menganga. “Mwo???”

“Aku ingin merebutmu darinya. Aku ingin kau menjadi milikku lagi,” jawab Joseph sambil memainkan cream yang ada di dalam gelasnya dengan sendok.

Dara mendengus tidak percaya. “Apa yang kau bicarakan sih, Jos? Bercandamu tidak lucu.”

Joseph menghentikan aktivitasnya dan memandang Dara dengan tatapan yang sedikit mengerikan. “Aku serius dan tidak bercanda, Dara.”

“Kau tidak akan pernah bisa merebutku dari Jiyong,” ucap Dara yakin.

“Bisa. Kau tahu aku kan, Dara. Jika aku menginginkan sesuatu, apapun akan kulakukan agar bisa jadi milikku.”

“Kau tidak akan setega itu padaku, Jos.” Dara menatap ngeri kearah Joseph.

Joseph pun tersenyum licik. “Ternyata kau masih belum mengerti aku, Dara. Aku bisa menjadi manusia yang sangat tega kalau aku mau.”

“Tolong, hentikan. Kau masih bisa mencari wanita yang lebih baik dariku. Aku mencintainya, Jos. Sekarang dan selamanya.”

Apa yang Dara katakan sama dengan apa yang Jiyong bilang pada Joseph waktu itu. Gigi Joseph terkatup rapat, tangannya pun dikepal. “Tapi aku masih mencintaimu, Dara. Kau harus kembali padaku”

Dara menggeleng kuat. “Tapi aku tidak. Aku sudah tidak mencintaimu lagi, Joseph. Setelah kau memutuskanku waktu itu, aku sudah bertekad untuk melupakanmu dan menjalani hidup yang baru. Dan sekarang, setelah aku nyaman dengan seseorang yang aku sayangi, kau tiba-tiba datang dan ingin memintaku kembali padamu? Konyol sekali pikiranmu.”

“Aku tidak benar-benar memutuskanmu, Dara.” geram Joseph.

“Tidak benar-benar memutuskanku?” Dara mendengus kasar, “Apa kau lupa, siapa yang memberi tahu media massa kalau aku dan kau telah putus, padahal jelas-jelas kita masih berhubungan baik. Yak, itu KAU!” pekik Dara setengah berbisik sambil menunjuk Joseph.

Joseph menundukkan kepalanya sambil memejamkan mata. “Aku tahu aku salah waktu itu. Aku bingung karena tiba-tiba kau akan tinggal di Korea dan akan menjadi artis disini. Aku merasa seperti diasingkan,” terangnya.

“Tapi caramu salah Joseph,” ucap Dara yang sekarang sudah bisa mengendalikan emosinya. “Dan aku tak pernah mengasingkan dirimu. Kau yang merasa terasingkan. Jika kau punya keyakinan yang kuat terhadapku, tak mungkin kau dengan teganya mengatakan hal seperti itu kepada masyarakat luas,” lanjutnya.

“Aku masih menginginkanmu, Sandy,” ujarnya lemas.

Dara memegang salah satu tangan Joseph. “Joseph, dengar. Kau masih punya banyak waktu untuk mencari seseorang yang terbaik untukmu. Aku sudah mempunyai kehidupan yang baik dengan Jiyong. Jadi, tolong jangan rusak kebahagian kami. Kami sudah cukup menderita selama ini menyembunyikan hubungan ini. Tolong… kita masih bisa berteman kan?” jelas Dara lalu tersenyum.

Joseph membalas senyuman Dara, lalu mengangguk pelan. “Baik. Aku sekarang mengerti.”

Dara tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya yang rapih. “Baguslah kalau sekarang kau mengerti,” lalu dia melirik jam tangannya. “Wah sudah jam 5 lewat. Jam 6 aku ada janji dengan Jiyong, jadi aku harus pergi sekarang,” lanjutnya sambil bersiap-siap untuk pergi. Tapi belum sempat dia berdiri, tangan Joseph menahannya.

“Aku antar kau pulang ya…”

Dara membelakkan matanya. “Ya? Mengantarku pulang? Ah ti-tidak usah, aku bisa pulang sendiri.”

“Naik taksi? Hahaha kau tidak tahu arti dari penghematan ya? Sudah aku antar.” Joseph menarik tangan Dara dan dengan terpaksa dia menuruti perintahnya.

‘Haha kau kira aku akan menyerah? Tidak akan, Sandy’ pikirnya dalam hati lalu menunjukkan smirknya yang menakutkan.

(Dara’s POV)

Sebenarnya jarak antara café ke dorm tidak terlalu jauh. Cuma… Joseph memaksaku untuk diantarnya ke dorm. Tak beberapa lama, kami pun sampai di depan dorm ku. Kulepaskan sitbeltku, dan ternyata tali tersangkut jadi agak sedikit susah melepasnya.

“Sini aku bantu…” tawarnya. Hhhh… selalu seperti ini. Sikap perhatiannya tidak pernah hilang ternyata. “Thankyou…” kataku, dia menjawabnya dengan senyuman khas Joseph.

Klik! Sitbeltku pun terbuka. “Nah, sudah terbuka….”

“Baiklah, aku turun ya. Sampai bertemu lain kali,” pamitku.

“Hmmm, pasti kita akan bertemu.” Ucapnya tegas, kunaikkan kedua alisku. Aku sedikit tidak mengerti apa maksudnya.

“Ok…. Bye, Jos.” Kataku sambil  turun dari mobil.

“Bye…” balasnya.

Dan tepat setelah turun dari mobil Mercedes warna silvernya, dia langsung pergi begitu saja. Aku berjalan sedikit ke arah dorm. Dan ternyata, aku tak sadar sedari tadi ada mobil Bentley putih terparkir di depan dorm. Mataku membulat, “Jiyong?”

Terlihat dia menyandarkan badannya di kap mobilnya yang keren dan bersih itu. “Dari mana saja kau?”

“A-a-aku ta-ta-tadi habis….” Jawabku gugup. Jiyong melihat tepat kedalam mataku. Aku tak pernah berani membalas tatapannya yang seperti itu. Ah… jeongmal… sepertinya dia marah.

“Jawab yang betul. Kau darimana dan dengan siapa?” tanyanya agak sedikit membentak.

“Jangan seperti itu, Jiyong,” protesku.

“Jawab!” Kali ini dia membentak! Astaga…. Aku tak pernah melihatnya seperti ini. Pasti dia sangat marah. Apa jangan-jangan dia melihatku bersama dengan Joseph tadi?

“Aku bertemu dengan seorang teman lamaku tadi. Kenapa? Salah?” sergahku.

“Teman lama siapa? Teman lama atau mantan pacar?”

DEG!!!

Ah ternyata benar, Jiyong melihat Joseph!!!!

“Teman, Jiyong-ah” jawabku berusaha meyakinkannya. Perlahan aku mendekatinya yang masih duduk diatas kap mobil sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.

“Geotjimal… aku tadi melihat kau keluar dari mobil Joseph” ucapnya. Sontak aku kaget…. Errrrrr aku tak pernah bisa berbohong dengannya.

Aku menarik napas panjang, lalu kukeluarkan sekaligus. “Iya. Aku bertemu dengannya tadi.”

Dia menegakkan badannya dan berjalan ke arahku. “Dia memberitahumu apa saja?” tanyanya.

“Dia bilang ingin merebutku darimu…” ucapku pelan, nyaris berbisik.

Jiyong menggeleng-gelengkan kepalanya. “Sudah aku duga dia akan mengatakan hal seperti itu padamu. Terus kau jawab apa?”

“Aku jawab kalau dia tidak bisa merebutku darimu,” jawabku.

Dia mendesah, lalu menganggukan kepalanya. “Hmm.. bagus.”

Aku menatapnya sambil tersenyum. “Dia tidak akan menganggu kita lagi kok.”

Dia mengelus pelan pipiku. “Hmm…..” gumamnya. Lalu tiba-tiba dia menarikku ke dalam pelukannya. “Sejujurnya, sebelum aku melamarmu waktu itu, aku telah bertemu dengannya. Dan tadi, aku tidak bertemu dengan Eomma ku. Tapi… Joseph mengajakku untuk bertemu.”

Aku melepaskan pelukanku darinya. “MWO?!”

-TO BE CONTINUED!-

6 thoughts on “For The First Time part 4

  1. aku jadi pengen masuk ke cerita ini thor. terus aku tembak joseph pake pistol laras panjang supaya dia mati dan nggak ngganggu hubungan dara sama jiyong lagi.Hahahahhahhaha#evil laugh

Leave a comment