Bring You Back [Oneshoot]

byb

Author : Aitsil96

Title : Bring You Back

Category : Romance (a little bit of Fantasy)

Main Cast : Kwon Ji Yong dan Park Sandara

“Terima kasih telah membawaku kembali”

.

.

.

Sandara POV

Nugu… seyo?”

Pria itu tersenyum. Namun, tunggu. Itu adalah sebuah seringaian. Menakutkan? Tidak. Ia malah terlihat luar biasa mengagumkan dengan wajah menyebalkan itu. Unik. Satu kata yang terngiang dalam benakku saat menggambarkan pria yang kini tengah duduk di sebelahku. Bagaimana mungkin pria dengan kulit putih susu itu terlihat menggemaskan dengan tingkah tengilnya? Auranya sangat kuat. Seakan bisa menarikku ke dalam dimensi lain yang tak pernah terbayangkan.

Aku mengenalnya? Tidak. Ini adalah pertemuan pertama kami. Tapi mengapa aku serasa telah mengenalinya begitu lama?

“Kau tak akan menjawab pertanyaanku?”

Ia menggeleng.

“Baiklah, kalau begitu aku akan pergi.”

Aku tertegun. Ini… dimana? Sepanjang mata memandang, aku hanya disuguhi berbukit-bukit hamparan rumput hijau. Aku sama sekali tak tahu dimana tempat ini. Terlalu indah dan nampak seolah-olah hanya sebuah… ilusi? Dan juga bagaimana caranya aku ke tempat ini? Oh Tuhan, apakah aku menderita amnesia? Mungkinkah kepalaku telah terbentur sesuatu? Mengapa segala pertanyaan yang bereliweran di benakku tak bisa ku jawab sama sekali?

Annyeong, Dara-ya.”

Astaga, pria itu mengagetkanku. Ia tiba-tiba berdiri di sisiku saat ini. Ia juga… tahu namaku? Oh, bulu kudukku meremang! Bagaimana ia mengenalku sementara aku sama sekali tak mengetahui tentang asal-usulnya?

“Kau… sama sekali tak mengenaliku?”

Aku menggeleng.

Pandangannya sedikit meredup seketika, “Lalu kau akan pergi kemana?” ucapnya setelah mengukir cengiran lebar di bibirnya.

Aku hanya bisa mengangkat bahu, tak mengetahui jawabannya. Entahlah, rasanya memang aku tak mempunyai tempat untuk dituju.

“Kau akan tetap membisu seperti itu untuk menghindariku?” ia melayangkan tatapan tajamnya, “Oh ayolah, aku bukan orang asing untukmu.”

Dahiku mengkerut. Bukan orang asing? Ck, bahkan namanya saja aku tak tahu.

“Baiklah, aku akan menyerah. Namun, bisakah kau ikut aku?”

Tubuhku masih bergeming seraya memperhatikan uluran tangannya di hadapan. Ia akan mengajakku? Kemana?

“Kita akan pergi ke tempat yang belum pernah kau bayangkan sebelumnya.”

Manikku membulat. Ia tahu isi pikiranku? Sungguh, situasi ini hanya membuatku tampak dungu dengan wajah tak terkontrol. Bahkan kini dengan tiba-tiba pria itu menarik tanganku seraya menampakkan seringaian mematikannya.

Kajja.”

*****

Seperti tersihir, Dara kini berada di ruangan super megah dipenuhi dengan sederet kursi kayu yang berjejer rapi di belakangnya. Di depannya berdiri sebuah altar megah dihiasi bunga-bunga super cantik. Mawar putih. Seikat bunga kesukaannya itu juga kini bahkan berada di tangannya. Lalu… apa ini? Ia memakai sebuah… gaun? Gaun putih elegan nan simpel yang menjuntai dengan anggun. Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Bukankah ia merasa bagai seorang pengantin wanita?

Suara sepatu mengetuk lantai membuat perhatiannya teralihkan. Bukankah itu pria yang ditemuinya beberapa saat lalu? Apa yang ia lakukan di sini dengan setelan tuxedo hitam yang membalut pas tubuhnya? Ia bahkan terlihat beribu kali lipat lebih tampan dengan mengenakan jas mewah itu. Terlihat menawan dengan segala kesempurnaannya.

“Berkediplah. Apa aku terlalu tampan hingga memikatmu sejauh itu?”

Astaga! Dara hanya bisa menunduk malu dengan sapuan rona merah di pipinya. Apakah terlalu jelas jika ia menunjukkan sedikit perhatiannya pada pria itu? Tapi tunggu, sedikit? Kau bahkan hampir tak bisa bernapas ketika melihatnya, Park Sandara! Benar-benar gadis munafik.

“Apa yang kita lakukan di sini?” ucap Dara demi mengalihkan pembicaraan.

Pria itu menyeringai. Khasnya yang menambah kesan misterius sekaligus menawan di saat bersamaan, “Menikahlah denganku.”

Deg! Mungkinkah ada yang salah dengan pendengarannya? Apa yang pria itu katakan tadi? Menikah? Dengannya? Jangan gila! Mengapa juga ia harus menikah dengan seorang pria yang bahkan ia tak kenali? Oh ayolah, kejadian tak waras apa yang tengah menimpanya?

Pria itu mendekat selangkah ke arahnya, bahkan dengan lancang meraih kedua tangan Dara dan menggenggamnya erat. Gadis itu hanya bisa mengerjap mendapati situasi sinting yang terjadi. Mata mereka bertemu dengan manik kelam pria itu yang menatapnya tajam. Manik yang seolah-olah bisa membiusnya. Menenggelamkan Dara pada pesona luar biasa dari pria itu yang tak dapat ia tolak.

“Aku mencintaimu, gadisku.”

Mata Dara terpejam sesaat setelahnya. Membuat pria itu mempertemukan bibir penuhnya pada bibir cheri milik Dara. Tak ada penolakan. Entah mengapa gadis itu hanya bisa pasrah menerima ciuman lembut dari pria yang bahkan tak ia ketahui namanya tersebut. Ciuman itu tanpa tuntunan, seolah-olah hanya sebuah pembuktian perasaan tulus dari seorang pria yang telah lama memendamnya. Selain itu di sana juga seolah tersirat sebuah perasaan… rindu? Entahlah. Mungkinkah pria itu merasakannya? Namun mengapa?

Deg!

Dara tiba-tiba tersentak dan mengerjap.

Waktu seolah-olah berhenti dengan wajah mulus tanpa cela pria itu yang masih berada tepat di hadapannya. Bagai ditikam pisau tepat di ulu hatinya, rekaman-rekaman bagai film terputar di otaknya secara acak. Kepalanya pening dengan manik hazelnya yang tak henti mengedar dan berputar. Pria ini… Kwon Ji Yong?

*****

 

Flashback

“Ganti.”

Dara mendesah frustasi. Ini sudah kali ketujuh pria itu mengatakan satu kata yang sama dengan nada perintah menyebalkan. Ganti? Ia pikir mudah baginya untuk berdiri dengan gaun ini? Lalu dengan seenaknya pria itu menyuruhnya untuk segera mengganti setelah ia mati-matian untuk memakainya? Kau pikir mudah untuk mengenakan gaun pengantin secara berulang kali? Kaki Dara bahkan luar biasa pegal dengan sepatu keparat yang ia pakai. Ya, apalagi kalau bukan high heels?

“Kau gila, huh? Mengapa tak kau pakai saja gaun pengantin ini sendiri dan rasakan betapa jengahnya aku mendapati komentarmu yang hanya sebuah suruhan untuk menggantinya?”

“Bukankah sudah ku bilang untuk tak banyak protes sebelum ke tempat ini, nona? Kau terlalu banyak mengeluh.”

Dara mendelik tajam, “Jangan lupakan kau juga terlalu banyak memerintah dengan mulut besarmu. Menyebalkan.”

Pria itu menyeringai, “Oh ayolah Dara-ya, aku tak ingin pengantin wanitaku nanti terlihat kuno dengan gaun itu.”

Mwo? Kuno?”

Hanya gerakan bahu tak acuh sebagai respon dari pria itu, membuat Dara menaikkan tensi amarahnya hingga hampir ke ubun-ubun. Jika saja tak ada dua pelayan wanita di ruangan ini yang membantunya memakai gaun, maka sudah pasti ia akan melempar sepatu sialan ini tepat ke jidat mulus pria di hadapannya. Terkutuklah pria itu dan mulut besar menyebalkannya. Dara benar-benar muak.

“Lalu mengapa kau tak memilih gaun yang sebelumnya saja? Bahkan itu adalah gaun keluaran terbaru di butik ini.”

“Gaun dengan belahan dimana-mana itu? Tidak, Dara-ya. Itu terlalu terbuka. Aku tak suka jika kau terlalu banyak mengumbar kulitmu di hadapan tamu undangan.”

Dara memejamkan matanya, menekan buncahan amarahnya hingga ke dasar. Pria itu luar biasa menjengkelkan dengan keinginannya yang di luar batas. Terlalu terbuka? Bukankah banyak pengantin di luar sana yang memakai gaun yang lebih terbuka? Gaun yang dimaksud Dara bahkan hanya memperlihatkan bahu dan kaki gadis itu. Cih! Benar-benar tak masuk akal.

Dengan isyarat tangannya, pria itu menyuruh pelayan untuk menutup tirai dan sekali lagi memaksa gadis itu untuk mencoba gaun lain. Tak ada yang bisa Dara lakukan selain menurutinya. Jika kali ini pria itu masih tak setuju dengan gaunnya, maka ia bersumpah akan menampar mulut pria itu dengan sepatunya tak peduli dengan reaksi apa yang akan didapatkan dari kedua pelayan butik.

Tak perlu waktu lama untuk membuka tirai dengan Dara yang sudah tak peduli dengan tampilan rambutnya yang sudah tak terikat dengan benar. Walau dengan tampang cemberut, Dara tertegun ketika tak mendapati perintah dari pria itu lagi. Ketika dilihat, pria itu bahkan berdiri dan menatapnya dengan pandangan… takjub? Akankah acara fitting gaun akan segera berakhir setelah ini?

*****

Ji Yong POV

Baru saja tirai terbuka, namun aku tak bisa untuk tidak terpukau dengan gadis itu. Ya, gadisku. Park Sandara. Walau aku tahu ia telah muak denganku, namun ia tetap berdiri di sana dengan gaun yang luar biasa mengagumkan hingga membuat ia beribu kali lipat terlihat jauh lebih mempesona. Cantik? Tak perlu diragukan lagi jika ia memang ditakdirkan untuk terlihat menarik dipandangi hingga tak akan pernah bosan. Namun dengan gaun ini, ia terlihat… sempurna? Ah, bahkan ini telah jauh lebih memenuhi ekspektasiku.

Gaun putih lengan panjang itu membalut pas tubuhnya. Sederhana namun tampak elegan. Sesuai dengan kepribadian gadis serampangan ini yang tak terlalu suka jika terlalu banyak ornamen di pakaiannya. Menjuntai menutupi kakinya namun tak membuat ia kesusahan untuk berjalan. Inilah gaun yang kucari sedari tadi, tak berlebihan dan sesuai seleraku, yang terpenting adalah sangat cocok dengan dirinya.

“Aku suka gaun yang satu ini.”

Helaan napas lega terdengar dari mulutnya. Aku tahu ia sudah kelelahan dan luar biasa jengah sedari tadi. Namun bagaimana lagi? Aku menginginkan segala sesuatu yang sempurna di hari pernikahan kami nanti. Tak ada satupun yang boleh terlewatkan di hari yang sakral itu. Persiapan sudah rampung hampir sembilan puluh persen tujuh hari menjelang pernikahan. Undangan telah disebar dan fitting telah dilaksanakan, dan tinggal satu hal lagi. Mengunjungi gereja untuk acara pemberkatan.

Kami memilih gereja di daerah perbukitan pinggiran kota Seoul. Bukan tanpa sebab kami memilih tempat itu, namun itu adalah tempat pertemuan aku dan Dara. Ya, kami memang pertama kali bertemu di gereja ketika aku berada dalam tugas kantor untuk mencari lahan bisnis baru, sementara gadis itu dalam kunjungan ke rumah sepupunya. Sempat mengelak, namun ku rasa aku memiliki cinta pada pandangan pertama padanya.

Bayangkan saja, aku yang hanya iseng mengelilingi gereja di sore hari, tiba-tiba melihat seorang gadis cantik tengah terduduk di barisan kursi gereja. Ia sendiri. Masih ku ingat sweter merah muda membungkus tubuhnya dengan syal putih motif abstrak dan sebuah topi yang lucu. Matanya terpejam, namun saat kemudian membuka, manik hazel itu berkedip dengan begitu indahnya. Manik yang menjadi favoritku hingga kini.

“Jika aku meninggal sebelum hari pernikahan, kau akan bagaimana?”

Baru saja ia masuk ke dalam mobil dan menyecahkan bokong di kursi samping kemudi, bibir cherinya telah mengatakan hal yang tak masuk akal dengan nada santai. Apa-apaan dia? Jika gadis itu berniat untuk menggodaku, maka candaan ini benar-benar tidak lucu.

“Kau berniat meninggalkanku dengan alasan kau punya penyakit parah dan tak bisa terobati layaknya drama murahan?”

Dara mencebik, “Bukan begitu. Aku hanya penasaran akan jawabanmu. Apakah kau akan memilih gadis lain atau melakukan hal gila demi menyusulku ke surga?”

Aku menatapnya heran. Apa yang membuat otak gadis ini terganggu? Gadis lain? Atau menyusulnya ke surga? Tak adakah pilihan lain yang lebih sinting?

“Jawab saja pertayaanku, Ji Yong-ah,” ucap Dara setengah merengek

Yang kulakukan selanjutnya adalah menyalakan mobil seraya berpikir sejenak, “Aku akan membawamu kembali. Bagaimanapun caranya.”

 

End of Flashback

*****

Mata itu mengerjap setelah sekian lama tertutup rapat. Dengan gerakan lambat, manik itu mulai membiasakan cahaya yang masuk melewati retina matanya. Pandangannya sempat kabur, namun kini ia bisa melihat keadaan di sekitarnya lambat-lambat. Warna putih mendominasi dengan aura dingin yang terpancar. Ini seperti… rumah sakit? Namun mengapa ia harus berada di sini? Tangannya serasa kaku dan sulit digerakkan dengan selang infus yang menancap. Hidung dan mulutnya bahkan tertutupi oksigen. Sebenarnya… apa yang terjadi dengannya?

“Dara-ya?”

Seseorang memanggilnya. Walau masih pening, gadis itu mencoba sedikit menggerakkan kepalanya pada asal suara.

“Kau… kembali?”

Mata mereka bertemu. Dapat dilihatnya pria dengan surai oranye kemerahan tepat di hadapannya. Matanya menyelidik, mencoba mengingat bahwa pria dengan manik kelam itu adalah… Ji Yong. Kwon Ji Yong. Prianya.

Ji Yong terulur untuk meraih kedua tangan Dara. Menggenggamnya erat seakan tak ingin terpisahkan. Tak ada kata yang terucap, namun sorot berbinar dari Ji Yong telah mengartikan segalanya. Buncahan perasaan bahagia yang tak terkira dari pria itu yang telah menunggu gadisnya dengan segala macam pengharapan bahkan keputusasaan. Walau terhitung hanya beberapa hari, namun waktu yang Ji Yong habiskan bagai ribuan tahun berada di neraka. Ji Yong menunggunya. Menunggu gadisnya kembali.

*****

“Kau tahu? Aku merasa ini adalah pernikahan kedua untukku.”

Sepasang insan terduduk di kursi taman yang langsung menghadap ke arah perbukitan hijau yang terletak di belakang gereja. Mereka telah mengelar pemberkatan tadi pagi. Matahari hampir terbenam di ufuk menimbulkan corak jingga kekuningan di langit, namun mereka masih betah mengenakan pakaian pengantin yang melekat di tubuh masing-masing. Ya, kini mereka resmi telah menjadi pasangan suami-istri.

“Jadi kau sebenarnya telah memiliki suami sebelum aku? Kau berbohong akan statusmu demi meraih pria menawan seperti diriku?” tanya Ji Yong yang masih betah memainkan jari-jemari seorang gadis yang tertaut di genggamannya.

Ani.” Dara yang sedang bersandar di bahu Ji Yong segera menegakkan tubuhnya demi menghadap langsung pada wajah pria menyebalkan yang berada di sampingnya, “Kau jugalah yang menikahiku sebelumnya.”

“Bagaimana mungkin?”

Dara tersenyum, “Kau mendatangiku saat koma.”

Kening Ji Yong mengernyit tanda tak mengerti, “Kau… bermimpi tentangku?”

Gadis itu mengangguk, “Kau datang dengan membawa kenangan indah kita, Ji Yong-ah. Aku bahkan tak mengingatmu saat itu, namun kau yang memaksaku untuk mengingat kembali siapa dirimu sebenarnya. Kau membawaku ke tempat ini. Tempat pertama kali kita bertemu. Bahkan kau juga… menikahiku.”

Ji Yong mengulas senyuman simpul melihat gadisnya bercerita dengan menahan air yang mulai menggenang di pelupuk mata indahnya. Entah harus sedih atau bahagia mendapati Dara yang telah sadar, yang jelas mengingat kembali gadisnya terbaring di ranjang dalam keadaan koma amat menyesakkan jantungnya. Jiwanya bahkan hampir terguncang manakala mendapati gadisnya harus bersimbah darah karena kecelakaan mobil saat akan menuju gereja setelah fitting baju pengantin dilaksanakan.

Seorang pengemudi brengsek dalam kondisi mabuk melajukan kecepatan di atas rata-rata dan menabrak mobil Ji Yong hingga menyebabkan kecelakaan terjadi. Sempat tak sadarkan diri, namun Ji Yong kembali sadar beberapa jam setelahnya dengan luka luar yang membuat beberapa bagian tubuhnya terkena luka. Sementara gadisnya harus mendapatkan operasi dengan beberapa jaitan di kepalanya karena terbentur dengan keras saat kecelakaan.

Koma. Keadaan gadis itu setelah operasi membuat Ji Yong hampir kehilangan akal. Yang dapat ia lakukan setiap harinya adalah berada di samping Dara tanpa asupan makanan. Matanya sembab, menangisi kondisi Dara setiap malamnya yang tak kunjung menunjukkan perubahan dari hari ke hari. Namun tepat di hari kelima, gadis itu terbangun. Dan hal pertama yang dilihatnya ketika sadar adalah prianya. Ji Yong.

“Entah mimpi atau bukan, yang jelas semuanya terasa nyata untukku,” ucap Dara setelah menjeda beberapa saat.

Ji Yong tersenyum, mempertemukan bibir pada kening gadis yang kini telah resmi menjadi istrinya, “Jangan melakukan apapun tanpa persetujuanku. Jangan pernah pergi tanpa seizinku. Karena meskipun kau bersikeras untuk melakukannya, sadar atau tidak aku pasti akan selalu membawamu kembali ke tempat yang sama. Berada di sini. Bersamaku. Sampai kapanpun.”

Dara balas tersenyum seraya air mata haru menyeruak di pipinya. Sialan. Ia bahkan tak ingin menangis di hadapan Ji Yong, namun suasana sinting macam apa ini? Ucapan pria itu seolah mengartikan bahwa ia tak akan melepas Dara sampai kapanpun. Mereka akan terus bersama dan tak akan terpisahkan. Astaga, mengingat pernyataan prianya membuat ia hanya ingin terus hidup di sisi Ji Yong. Sepuluh tahun. Lima puluh tahun. Bahkan selamanya.

“Terima kasih telah membawaku kembali, Ji Yong-ah.”

 

-END-

Note:

Annyeong, ini FF pembuka sebagai perkenalan sebagai author tetap. Perkenalkan author yang baru netes Aitsil96. Terima kasih buat admin dan seluruh readers yang sudah vote dan apresiasi karyaku. FYI, FF ini sudah pernah dipublish di FB pribadi.

Salam kenal semua. Nantikan karya-karyaku yang lain yaa dear 🙂

24 thoughts on “Bring You Back [Oneshoot]

  1. hwa …unie ff.a daebak..
    suka ma kTA” ji oppa .ngena bgt ..
    unie bkal ada sequel.a gga ???
    nyeritain mreka udh nikah+pnya baby ..
    d.tunggu sllu unie karya” ff.a
    hwaitiiing …..

  2. Hoaaaaa baru baca ff ini pas lagi nyari ff ringan yang langsung end *baca oneshoot* sukaaaaaaaaaaaaaaa banget sama ff ini kekeke.. Baca ff yang lain nanti aja yess aku lagi pengen baca yang ringan ringan, kalau bisa ngga bikin nangis atau nyesek wkwk

Leave a comment