That Winter, The Wind Blows [Part 12]

1111

Author : Jessica Jung
Main Cast :  Sandara Park (22), Kwon Jiyong (22), Stephanie Hwang (24), Choi Dong Wook (25), No Min Woo (24), Park Min Young (22)

Other Cast :  Kwon Yuri (24), Jessica Jung (22), Park Bom (22), Lee Donghae (22), Choi Minho (24), Lee Taemin (20)

Rating : RG 13+
Genre : Hurt, Angst, Romance, Comedy

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dara POV

Ah, sakit. Sangat sakit. Aku bisa merasakan perihnya lukaku saat pisau itu menembus kulit perutku. Aku tidak tahu akan seperti ini jadinya. Saat itu, aku merasa ada seseorang yang menepuk pundakku, sontak aku membalikkan badanku dan ternyata Yuri Sunbae berdiri di hadapanku sembari tersenyum tipis. Senyum yang tidak mencapai matanya. Dengan sadisnya, Yuri Sunbae menusuk perutku menggunakan pisau tajam yang sudah di siapkannya. Entah berapa tusukan yang kuterima, perutku rasanya seperti terkoyak-koyak.

Sebenarnya, aku tahu kenapa mereka melakukan hal ini padaku. Semuanya berawal dari Harabeoji. Dulu, perusahaan milik Harabeoji dan orangtua Tiffany Sunbae saling bekerja sama. Tapi, ada kesalah pahaman yang membuat seluruh saham jatuh ke tangan Harabeoji. Jujur saja, kejadian itu di luar kendali. Orangtua Tiffany Sunbae meninggal karena frustasi. Sampai saat ini, Tiffany Sunbae menyimpan dendam padaku. Belum lagi aku menikah dengan Jiyong yang jelas-jelas seseorang yang disukai Tiffany Sunbae. Dia berpikir aku telah mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya. Aku tidak akan menyalahkan Tiffany Sunbae ataupun teman-temannya di saat aku terluka seperti hari ini. Pada dasarnya, masalah ini di hanya sebabkan oleh “Kesalah pahaman” saja. Sedangkan teman-teman Tiffany Sunbae hanya menurut terhadap perintahnya. Pikiran mereka sudah dikendalikan oleh Tiffany Sunbae.

“Taemin-ah, bisakah kau datang ke rumahku sekarang juga..? Aku terkena luka tusukan tepat di perutku. Tolong, panggilkan Dokter Kim untukku” seruku pada Taemin. Aku tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi, karena tubuhku terasa semakin melemah.

“Luka tusuk..? Bagaimana bisa, Noona..?!” tanya Taemin dengan histeris.

“Ceritanya sangat panjang. Sebelumnya, aku ingin kau menghubungi Minyoung”

“Baiklah, Noona. Aku akan memanggilkan Dokter Kim untukmu, dan juga menghubungi Minyoung Noona agar segera datang ke rumah. Tunggu sebentar, aku tidak akan lama”

“Kuharap kau memenuhi perkataanmu”

Setelah menghubungi Taemin, tubuhku terkapar di tempat tidurku yang dipenuhi darah. Sungguh, kupikir nyawaku akan hilang. Ternyata, aku berpikir terlalu jauh. Seharusnya aku bersyukur karena Tuhan masih memberiku kesempatan untuk tetap hidup meskipun dengan rasa sakit yang tidak pernah menghilang sampai kapanpun.

Sulli.. Nama itu kembai tersirat di pikiranku. Seseorang yang baru saja mengucapkan kata-kata “Aku menyukaimu” kepada Jiyong. Rasa sakitku semakin menjadi saat mendengarnya. Maka dari itu, aku memilih untuk pergi dan meminta Jiyong agar dia segera pulang. Tapi, sebelum itu, Jiyong harus menyelesaikan masalahnya terlebih dahulu. Alasan kenapa aku melakukan hal ini adalah, aku sangat tahu persis bagaimana rasanya sakit hati dan aku tidak mau Sulli mengalaminya. Kedua, aku ingin membicarakan hal ini bersama Jiyong. Bagaimana nasibnya nanti saat aku pergi. Aku merasa, aku tidak akan tinggal lebih lama lagi di dunia ini.

“Dara-ya, kudengar kau terkena luka tusuk di perutmu. Aigo, siapa yang melakukannya..? Apa seseorang yang kukenal, ataukah seorang Nappeun Namja yang mengganggumu..? Sebutkan siapa namanya, dan aku akan mencari mereka” ujar Minyoung berjalan mendekat padaku.

“Yuri Sunbae dan tiga orang lainnya. Dia yang menusuk perutku. Minyoung-ah, jangan bertindak macam-macam atau mencari mereka. Aku akan baik-baik saja setelah Taemin datang bersama Dokter Kim. Kau mengkhawatirkanku..?” tanyaku menggodanya.

“Tentu saja, aku tidak ingin putri kecilku terluka” jawabnya polos.

“Putri kecil kau bilang..? Um, apa kau menganggapku sebagai putrimu..? Minyoung-ah, umur kita sama. Aku tidak mungkin menjadi putrimu, Eomma” sahutku mencoba tertawa menghiburnya. Ya, menghiburnya karena Minyoung terlihat sangat panik.

“Aish, jinjja. Bahkan kau memanggilku dengan sebutan Eomma. Wajahku terlihat lebih muda. Dara-ya, umur kita sama. Aku tidak mungkin menjadi Eomma mu” balasnya dengan nada yang sama denganku membuat tawa kami berdua pecah.

“Minyoung-ah..” panggilku sembari mengadahkan wajahku.

“Hmm..?”

“Jika suatu saat nanti aku pergi jauh, apakah kau akan tetap menjagaku..?” tanyaku membuat suasana kembali menjadi hening. Minyoung diam seribu bahasa, tidak menjawab pertanyaanku. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.

“Apa yang kau katakan. Jangan bercanda. Memangnya kau mau pergi jauh kemana..? Dara-ya, jangan memikirkan hal yang mustahil. Kau tidak akan pergi dan aku akan selalu menjagamu. Tenang saja, aku akan selalu bersamamu kemanapun kau pergi. Aku tidak ingin kau kesepian”

Minyoung tidak akan membiarkanku pergi. Semua orangpun pasti akan mengatakan hal yang serupa saat mendengar ucapanku. Aku tahu, Minyoung hanya mencoba menenangkanku. Dia tahu aku akan pergi. Sudah berulang kali aku berkata jika aku takut dan aku tidak mau pergi. Tapi, semua perasaan ini sangat menyiksaku.

“Minyoung-ah, ternyata Sulli menyukai Jiyong. Apa yang harus kulakukan. Sebenarnya, aku sangat ingin membencinya.  Tapi, kenapa terasa sangat sulit untuk melakukannya..?”

“Menyukai Jiyong..? Dara-ya, lebih baik kau jauhi Sulli. Dia sudah membuatmu bersedih. Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi” aku menangis di pelukan Minyoung.

“Noona, aku sudah datang. Mianhae, sudah membuatmu menunggu” seru Taemin yang tiba-tiba muncul dari balik pintu bersama Dokter Kim dan seorang suster yang berdiri di sampingnya.

“Maaf sebelumnya. Bisakah kalian berdua meninggalkan ruangan ini..? Aku akan segera mengobati Dara secepat mungkin karena lukanya terlihat sangat parah” ujar Dokter Kim sembari mengeluarkan beberapa alat medisnya.

Minyoung dan Taemin hanya bisa mengangguk kemudian meninggalkan ruang kamarku. Suster itu menyingkap pakaianku secara perlahan. Aku bisa melihat lukaku sendiri. Sangat parah. Dokter Kim menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat lukaku, “Bagaimana bisa kau mendapat luka separah ini..? Mungkin kau bisa kehilangan nyawamu jika Taemin tidak pergi menghubungi kami. Lain kali, kau harus lebih berhati-hati”

Dokter Kim terus memberi nasehat-nasehat padaku tanpa mengetahui awal mula terjadinya semua peristiwa ini. Selanjutnya, Dokter Kim mulai membersihkan darah yang masih tersisa di sekeliling lukaku. Sementara suster yang sedari tadi berdiam diri, mulai ikut membersihkan darah-darah yang ada di tangan maupun kakiku. Aku merasakan sakit yang sangat luar biasa saat cairan pembersih dengan tidak sengaja mengenai lukaku. Hal ini terjadi berulang kali membuatku harus memejamkan mataku sekuat mungkin. Hanya sebuah jeritan yang bisa kukeluarkan dari mulutku.

Setelah badanku bersih, Dokter Kim mengambil sebuah jarum suntik. Kurasa cairan obat yang berada di dalam tabung jarum suntik itu adalah obat bius. Aku akan menerimanya tanpa perlawanan karena aku tidak sanggup bergerak lebih banyak.

Minyoung POV

Aku dapat mendengar suara jerit kesakitan. Semua itu terdengar begitu miris di telingaku. Aku bisa merasakan rasa sakit yang dirasakannya meskipun aku tidak mengalaminya. Selain itu, aku juga bisa melihat raut kekhawatiran Taemin terhadap Noona-nya. Hal ini memang tidak aneh karena mereka berdua sangat dekat. Oleh karena itu, Taemin merasa cemas.

Aku mencoba mendekatinya, kemudian membelai rambut coklatnya secara perlahan. Aku ingin Taemin menjadi lebih tenang. Aku berkata dengan lembut padanya, “Taemin-ah, kau pulang ke Seoul sebelum kuliahmu berakhir. Apakah akan baik-baik saja..?”

“Semuanya akan baik-baik saja. Aku juga tidak selamanya berada di Seoul dan berlama-lama di sini karena aku harus melanjutkan kuliahku. Dua minggu aku berada di Amerika, satu minggu kemudian aku pulang. Memang terasa melelahkan dan membuang banyak uang untuk biaya pulang-pergi ku. Tapi, harus bagaimana lagi, tak ada pilihan lain. Aku harus selalu ada di samping Dara Noona karena aku adiknya. Tidak hanya kalian, aku yakin, dia juga membutuhkanku.”

“Ah, kau benar-benar adik yang baik. Kalau mendengar kau bercerita, rasanya aku ingin memiliki adik yang sama persis sepertimu” sahutku mencubit pipinya gemas.

DRET..

Ponsel yang derada di dalam handbag ku bergetar. Aku segera mengalihkan pandanganku menuju ponsel itu. Aku menggeser layarnya dan ternyata sebuah panggilan masuk dari Jiyong. Untuk apa dia menghubungiku..? Biasanya, Jiyong akan menghubungiku jika dia berada dalam sebuah masalah. Atau, jangan-jangan.

“Minyoung-ah, tolong, aku butuh bantuanmu sekarang” Jiyong berbicara padaku dengan nafas yang terengah-engah. Apa yang sedang di lakukannya disana..?

“Bantuanku..? Memangnya kau ada di mana..?” tanyaku panik.

“Aku ada di sebuah bangunan tua di samping taman bunga dandelion di sudut kota. Aku yakin kau tau persis tempatnya. Palli, aku tidak bisa menghadapi mereka semua” seru Jiyong berteriak keras membuat telingaku mendengung.

“Aku akan kesana secepat mungkin”

Segera aku mengemasi barangku. Meraih handbag ku dan segera pergi meninggalkan Taemin. Dia memangdangiku dengan heran. Mungkin Taemin bertanya-tanya apa yang akan kulakukan, kenapa aku terlihat sangat terburu-buru. Tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Aku tidak tahu apa yang sedang di lakukan Jiyong di ujung sana. Menurut pemikiranku, dia sedang bertengkar. Terdengar suara kesakitan beberapa orang di sekitarnya. Jiyong berhasil membuatku khawatir padanya untuk pertama kalinya.

Secepat mungkin aku memarkirkan mobilku di samping semak-semak rimbun yang menutupi latar bangunan tua itu. Mungkin ini akan berbahaya, oleh karena itu aku tidak mau mobilku yang menjadi korban nantinya.

Aku masuk ke dalam bangunan tua tempat Jiyong berada saat ini. Um, terlihat lebih besar dari yang kupikirkan. Semakin masuk ke dalam, semakin aku bisa mendengar suara bising yang memang sudah terdengar sejak aku datang. Untuk apa Jiyong ada di tempat mengerikan seperti ini..? Benar-benar menyeramkan. Tapi, tidak hanya suara Namja yang kudengar. Sesekali aku mendengar suara seorang Yeoja sedang berteria-teriak, beberapa di antaranya tertawa bangga.

“Jiyong-ah, kau yakin masih bisa menghadapi kami semua..? Tubuh kecilmu terlalu lemah”

“Seharusnya, kau tidak datang untuk mencari masalah dengan kami”

“Oppa..! Hentikan. Tinggalkan tempat ini, aku dan Dong Wook Oppa akan baik-baik saja”

“Aniya..! Aku akan tetap berusaha agar kau dan Dong Wook Hyung bisa bebas. Dengar, aku tak segan-segan akan membawa kalian ke gerbang neraka”

Suara itu, Jiyong, Sulli dan iblis-iblis pengganggu. Aku mengerti. Mereka sedang berkelahi dan Jiyong meminta bantuanku. Baiklah, aku akan mengeluarkan jurus andalanku. Bukan hanya Namja-Namja brengsek itu yang akan kuhajar, tapi dua Yeoja sialan itu juga akan mendapat imbasnya. Apalagi Yuri, dia sudah berani mencelakai Dara. Aish, tanganku sudah terasa gatal.

“Yak..! Beraninya kalian mencelakai temanku..! Mau kuhajar, eoh..?!” bentakku membuat belasan pasang mata itu menatapku tajam.

“Hei, Yeoja mungil. Sebaiknya, kau tidur saja di rumah. Untuk apa kau ikut serta dalam urusan kami. Aku akan memastikan tidak ada satupun bagian tubuhmu yang terluka jika kau meninggalkan tempat ini. Apa perlu aku mengantarmu pulang..?”

“Aku tidak perlu mendengar ucapan tidak bergunamu. Aku ingin menyelamatkan teman-temanku. Kau tidak tahu, sudah puluhan kali aku menghadapi orang-orang seperti kalian. Dan satu lagi, aku bukan Yeoja mungil karena aku sudah berumur 22 tahun. Asal bicara saja”

Aku menghabisi mereka satu per satu. Yuri berlari menuju ke arahku sembari membawa pisau yang terlihat sangat tajam. Dia hendak menusuk lenganku. Tapi, untung saja, aku berhasil menepis tangannya. Sungguh tidak tahu malu, Yeoja sepertiku berkelahi dengan banyak Namja tidak memerlukan senjata apapun. Sedangkan dia, harus memakai pisau. Shit..! Aku benci mereka.

Donghae dan Minho menyerangku dari arah berlawanan. Ini bukan hal yang sulit. Aku bisa mengendalikan dua kepalan tanganku untuk membabat habis gigi mereka. Hanya ada satu orang Namja yang belum kukalahkan. Tubuhnya terlalu besar. Aku tidak kuat untuk melawannya. Sampai-sampai, dia berhasil membanting tubuhku ke lantai.

“Minyoung-ah..” Jiyong membantuku berdiri. Tunggu, kenapa aku merasa aneh dengan kepala bagian belakangku. Terasa basah. Aigo, kepalaku berdarah. Sungguh tidak bisa di maafkan.

“Yak..! Berani sekali kau membuatku marah” aku berlari menuju Namja itu dan menendang perutnya. Seketika, dia jatuh terlempar jauh dari posisiku berdiri saat ini.

“Gwaenchana..?” tanyaku pada Sulli, Dong Wook dan Jiyong. Dengan serempak, mereka menganggukan kepala dengan mantap. Aku membersihkan pakaianku yang di penuhi debu.

“Gomawo, kau sudah menolong kami. Permisi, aku harus pulang sekarang. Sulli mengalami luka parah di lengan kanannya. Aku akan mengunjungi Dara besok pagi” ujar Dong Wook kemudian pergi sembari menggendong Sulli.

“Jiyong-ah, Mianhae, aku tidak bisa menjaga Dara” tambahnya.

“Tidak masalah” jawab Jiyong santai. Cih, dia berbohong.

Tidak ada hal apapun yang perlu kukatakan pada Jiyong karena tugasku membantunya sudah selesai. Aku tak akan meminta imbalan apapun kepada Jiyong. Sekarang, aku ingin melihat kondisi Dara. Sebelumnya, aku juga akan membeli beberapa makanan yang bisa di makan oleh Dara ataupun Taemin. Dengan begitu, mereka akan mengiraku pergi untuk mencari makanan. Dan untuk pakaian ini, aku akan pulang ke rumah terlebih dahulu.

“Baru pertama kali ini aku melihat Yeoja sepertimu. Bahkan caramu untuk melawan mereka lebih baik daripada guru seni bela diri. Aku benar-benar kagum padamu. Gomawo, kau sudah menyelamatkan kami” sahut Jiyong menahan tanganku sebelum aku pergi.

“Bukan saatnya untuk kau mengataiku” ketusku tanpa menatapnya.

“Aku memujimu, bukannya mengataimu. Kau sangat bodoh. Lukamu terasa sakit..? Apa perlu aku mengantarmu untuk pergi ke Dokter..?”

“Aku tak pernah merasa sakit sedikitpun, jadi aku . Tidak usah bersikap baik padaku. Aku tidak suka pada sifat seorang Namja yang sepertimu. Jiyong-ah, tak ada bosannya aku mengatakan hal ini padamu. Jaga Dara baik-baik. Kau tidak boleh menuruti perintah konyolnya. Bagaimanapun juga, dia tanggung jawabmu. Kau tahu kan bagaimana sifat Dara yang sesungguhnya..? Dia sangat baik. Jangan pikirkan hal lain. Sulli bukanlah siapa-siapa. Dara adalah yang paling utama. Kuperingatkan, Sulli tidak lebih dari seorang pengganggu, dia merusak semuanya” aku menepis tangannya saat Jiyong berusaha untuk menyentuh lukaku.

“Seburuk itukah tanggapanmu untuknya..?”

“Ada apa denganmu..? Apa kau menyukainya..? Kau mau mati sekarang..?!”

“Sifatmu tidak berbeda jauh dari Dara. Lagipula aku hanya bergurau saja”

“Terserah apa katamu. Aku harus pulang sekarang. Sampai bertemu lagi lain waktu”

Sebenarnya, lukaku terasa sangat sakit dan kepalaku juga pusing karena bantingan keras itu. Untung saja aku tidak pingsan, kemudian mengalami amnesia. Sebelumnya, sudah banyak luka yang kuterima saat aku mencoba untuk melindungi Dara. Tiffany membayar banyak Namja brengsek itu untuk melukai Dara. Tidak selamanya aku berhasil. Satu pengalaman mengerikanku setelah menghadapi mereka adalah, aku harus dirawat inap di sebuah rumah sakit selama satu bulan penuh.

Dara POV

Lagi dan lagi..

Aku harus menjalani rawat inap. Kali ini sedikit berbeda, aku dirawat di rumah. Ya, meskipun tidak sepenuhnya aku bisa bebas karena setiap satu minggu dua kali Dokter Kim akan mengunjungi ku. Memang sedikit mengganggu, tapi bagaimana lagi, Harabeoji tidak akan tinggal diam. Sekarang, Minyoung ikut menjagaku. Setiap malam, Minyoung akan datang dan menemaniku sampai aku terlelap. Dia sangat sabar menghadapiku. Satu hal yang tak akan berubah. Minyoung tidak akan berhenti bertengkar dengan Jiyong.

“Aku ingin mencari udara segar..”

Aku berjalan menuruni tangga dengan sekuat tenaga. Sebenarnya, aku tidak boleh pergi ke manapun selain berbaring di tempat tidur. Aku juga manusia, oleh karena itu aku dapat merasa bosan. Saat aku berjalan keluar dari rumah, aku melihat seorang Yeoja sedang duduk di bangku taman belakang rumahku. Aku menatapnya dalam-dalam.

“Sulli..?!”

Dia menoleh saat aku memanggil namanya.

“Ada yang bisa kubantu..? Ah, kau pasti terkejut kenapa aku ada disini..? Tenanglah, aku hanya menginap di rumah Jiyong. Kau mencari Jiyong..? Dia sudah berangkat kuliah tadi pagi. Tapi, kau bisa tetap tinggal bersamaku sampai Jiyong pulang”

“Kau berbohong padaku”  gumamnya  tanpa menatapku.

“Ne..?” tanyaku yang memang tidak memahami perkataannya.

“Sebelumnya, aku memang tidak tahu tentang pernikahan kalian. Jiyong Oppa yang memberi tahuku. Dia menceritakan semuannya. Unni, kau tidak perlu bersandiwara lagi di hadapanku. Aku datang kesini untuk menemuimu. Aku hanya ingin meminta maaf sudah membuatmu bersedih. Andai saja aku tahu lebih awal. Sayangnya, aku tidak memiliki mesin waktu untuk mengembalikan semuanya dan juga menghapus memoriku. Mulai saat ini, aku tidak akan menyukai Jiyong Oppa. Dan Unni, kumohon lupakan kata-kata yang sudah kuucapkan kepada Jiyong Oppa malam itu. Apakah kau mau memaafkanku..?” jelas Sulli.

Baiklah, aku mengerti kesalahpahaman ini. Satu hal yang tidak bisa kumaklumi. Kenapa setiap Sulli berbicara tentang Jiyong di hadapanku, rasanya aku ingin memarahinya. Aku tahu, dia mengambil semuanya. Aku hanya ingin bertanya kepada Jiyong, apakah dia juga menyukai Sulli. Jika jawabannya tidak, kenapa dia membiarkan Sulli tinggal di rumahku..?

“Aku sudah memaafkanmu. Jangan berkata jika itu salahmu. Ini salah kita semua, arra..?! Kau ingin menunggu Jiyong pulang..? Aku ingin kau ikut menikmati masakan buatan Jiyong. Kita makan bersama. Bagaimana..?” tawarku padanya.

“Aniya, aku datang kesini hanya untuk meminta maaf. Aku berjanji akan pergi jauh dari kalian. Aku tidak akan kembali karena tidak ada seorangpun yang menginginkan kedatanganku disini. Sebelum aku pergi, aku ingin menyampaikan ucapan terimakasihku dan Dong Wook Oppa untuk Jiyong Oppa. Aku tak akan kembali”

“Sulli-ah, apa kau bergurau..? Kau sudah kuanggap sebagai adikku, dan aku sangat mengharap kan kedatanganku. Pintu rumahku selalu terbuka untukmu” teriakku saat Sulli sudah berjalan keluar dari pagar rumahku. Aku berusaha mengejarnya, tapi mustahil, berjalan saja aku sangat kesusahan, apalagi berlari. Aku tidak mampu.

Sulli beranjak pergi tanpa berpamitan. Aku tahu dia sedih dan aku juga merasakan hal yang sama. Kemarin malam, aku ingin Jiyong menjagaku. Tapi, Sulli berada dalam bahaya. Aku memang keras kepala. Dan semua ini salahku. Tanpa sadar, aku menyerahka Jiyong kepada Sulli. Aku lebih memfokuskan perhatian Jiyong untuk Sulli. Bagaimana jika Jiyong menyukai Sulli..? Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri. Aku memang bodoh.

Ah, perutku terara sakit karena aku duduk terlalu lama. Luka bekas jaitanku memang belum kering dan sembuh. Aku akan menunggu Jiyong pulang. Um, mungkin sekitar dua jam lagi. Lebih baik aku beristirahat sebentar, kemudian setelah lukaku sudah terasa membaik, aku ingin membuatkan Jiyong makan siang. Setelah itu, ada suatu hal yang sangat ingin kutanyakan padanya.

Sulli POV

Arrghh..!!

Aku sangat marah. Aku benci pada Dara Unni. Memang, dulu aku menganggapnya baik dan aku begitu menyayanginya. Tapi, tidak untuk sekarang. Bagaimanapun juga, Jiyong Oppa harus menjadi milikku. Dia ditakdirkan hanya untukku, bukan Dara Unni. Memang, sejak pertama kali bertemu dengan mereka berdua, perasaanku sedikit tidak enak. Pandangan Dara Unni kepada Jiyong Oppa terlihat begitu spesial, begitu juga sebaliknya. Sedangkan pandangan Jiyong Oppa untukku layaknya dia berbicara bersama teman-temannya. Biasa saja, tidak ada yang berbeda.

Bahkan, terkadang Jiyong Oppa berbicara tanpa memandang wajahku, pandangannya lurus dan pikirannya hanya tertuju pada Dara Unni. Tujuanku tinggal di rumahnya adalah, agar aku bisa mendekatinya. Tapi kenyataannya, hal itu tak menghasilkan apapun. Jiyong Oppa sangat jarang memakan masakanku, dia lebih memilih untuk membeli makanan di luar. Dia tak pernah menganggapku ada di sampingnya.

Mulai sekarang, aku akan menjadi Sulli yang berbeda. Bukan Sulli yang baik lagi dan selalu tersenyum di hadapan semua orang, melainkan aku hanya akan tersenyum untuk Jiyong Oppa. Tak peduli bagaimana teman-teman Dara Unni menanggapiku seperti apa, aku tetap melakukannya. Perasaanku sudah menguasai diri dan pikiranku. Aku tidak menghendaki hal ini terjadi padaku. Mereka berdua yang membuatku menjadi seperti ini. Jadi, jangan salahkan aku jika hidup kalian akan terasa lebih rumit.

Saat ini, aku dalam perjalanan menuju kampus Jiyong Oppa. Aku ingin menghabiskan waktu bersamanya. Aku akan tetap berambisi untuk bisa mendapatkannya.

“Jiyong Oppa..!!” seruku melambaikan tanganku padanya.

“Ada yang bisa kubantu..? Kenapa kau tiba-tiba datang ke kampusku..?”

“Aku ingin mengajakmu pergi makan siang” jawabku menariknya menghampiri mobilku.

“Aniya, aku harus pulang. Dara menghubungiku dan aku sudah berjanji siang ini kami makan bersama di rumah. Aku tidak ingin Dara menungguku lebih lama. Dua jam lamanya dia menungguku. Aku tak bisa ikut. Jeongmal mianhae”

Makan siang bersama Dara Unni..? Sebuah kesempatan untukku membuat mereka kembali bertengkar dan pastinya Jiyong Oppa akan membelaku, sedangkan Dara Unni harus menerima kenyataan jika Jiyong Oppa lebih memilihku.

“Jebal..” pintaku dengan nada merengek padanya.

Jiyong Oppa berdiam cukup lama, kemudian dia membuka mulutnya “Aku ikut denganmu. Dara mungkin akan memaklumi hal ini karena dia begitu menyayangimu. Tapi, aku tak ingin kita pergi terlalu lama karena aku belum meminta izin kepada Dara”

“Tidak masalah”

Aku sengaja mengendarai mobilku menuju Incheon. Kenapa Incheon..? Karena tempat itu berada di luar kota sehingga perjalanan yang di tempuh cukup jauh. Aku akan mengulur waktu selama mungkin. Semakin lama waktu yang terbuang, semakin banyak juga keuntungan yang datang untukku. Aku bukan orang jahat atau licik, justru aku adalah orang yang pintar.

“Sulli-ah, untuk apa kita pergi ke Incheon..? Aku tidak mungkin bisa pulang tepat waktu”

“Oppa, aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamamu. Bisakah kau melupakan Dara Unni sebentar saja. Tolong, mengertilah perasaanku”

“Aku tak dapat mengerti perasaanmu. Pikiranku sudah di penuhi oleh Dara”

Kenapa selalu Dara Unni. Hal ini tak akan berjalan lancar dan mudah seperti yang kupikirkan.

“Kumohon, aku ingin merasakan tinggal bersama deganmu untuk yang terakhir kalinya” aku kembali merengek di hadapannya, lengkat dengan raut wajah yang kubuat sesedih mungkin. Aku akan mendapa simpati darinya.

“Tak ada pilihan lain, untuk terakhir kalinya kita akan tinggal di rumah yang sama, tepatnya di sebuah rumah milik Eomma ku dan pulang besok pagi. Aku ingin kau tersenyum. Jangan buat aku sedih dengan melihat raut wajahmu” ujarnya mengusap pipiku lembut. Ternyata, air mata yang kukeluarkan tidaklah sia-sia.

Dara POV

Entah sudah berapa lama aku menunggu. Bahkan, masakanku menjadi dingin dan tidak berasa. Sekarang, jam mulai menunjukkan pukul sembilan malam dan waktu terus berjalan. Cukup, aku terlalu lemah untuk menunggunya lebih lama lagi. Kemana Jiyong..? Dia berjanji untuk segera pulang. Kalaupun ada acara dengan temannya, dia selalu menghubungiku atau mengirim pesan barang satu kata, dua kata. Untuk saat ini, ponselnya saja tidak aktif. Lalu, bagaimana aku bisa tahu keberadaan nya..? Tuhan, di mana Jiyong sekarang..?

Aku sendirian di rumah, Minyoung dan Bom sedang sibuk dengan ujian. Harabeoji mengurus perusahaannya. Haeri ada di luar kota, sedangkan Taemin kembali ke Amerika. Hanya Dong Wook Oppa yang bisa kuhubungi. Tapi, itu tidak mungkin. Kondisi tubuhnya masih lemah. Aish, aku tidak mungkin mencari Jiyong sendirian.

DRET..

“Yeoboseo, Dara-ya, kau ada di mana sekarang..?”

“Aku ada di rumah. Oppa, waeyo..?”

“Sulli belum pulang ke rumah sejak tadi pagi. Kudengar dia berkunjung ke rumahmu. Apakah dia masih di sana..? Aku memang belum sempat pulang ke rumah karena aku harus memperdalam materi ujian besok pagi. Aku dalam perjalanan menuju rumahmu sekarang”

“Ne..?! Belum pulang..? Aku tidak tahu Sulli ada di mana sekarang. Dia segera pulang setelah beberapa jam berbincang-bincang denganku. Oppa, Jiyong juga menghilang. Aku bingung hendak mencarinya di mana. Bagaimana jika kita mencari mereka berdua..?”

“Baiklah, tunggu sebentar. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi aku datang”

Sulli dan Jiyong menghilang secara bersamaan..? Jangan-jangan mereka pergi bersama. Aniya, ini tidak mungkin terjadi. Jika hal itu terjadi, aku tidak tahu bagaimana perasaanku nantinya. Tidak mungkin Jiyong masih berada di kampus. Kampus sudah di tutup satu jam yang lalu. Kenapa hidupku penuh dengan kesedihan..? Jiyong-ah, kau ada di mana..? Apa kau tidak bisa mendengarku..?

“Dara-ya, gwaenchana..?” ah, akhirnya Dong Wook Oppa datang.

“Gwaenchana. Kita akan mencari mereka kemana..?”

“Incheon” jawab Dong Wook Oppa singkat sembari menganggukkan kepalanya mantap.

“Incheon..? Mereka tidak mungkin ada di luar kota”pekikku mencoba membenarkan.

“Minyoung menghubungiku. Saat ini Minyoung sedang berada di Incheon kemudian, dia melihat Sulli dan Jiyong masuk ke dalam sebuah rumah. Aku tahu di mana tempat rumah yang di maksudnya. Rumah Kwon Ahjumma. Kau ingat bukan, jika rumah itu. Kau, aku dan Jiyong pernah berkunjung ke sana. Kabar lainnya, Orangtua Jiyong tidak ada di rumah itu, jadi-“

“Tidak, semuanya tidak benar..?!” teriakku menutup telingaku rapat-rapat. Aku tidak mau mendengar hal apapun tentang kejadian hari ini. Sudah cukup, kesimpulannya adalah, Sulli dan Jiyong pergi bersama dan menginap di rumah Kwon Ahjumma.

Semua ini membunuhku secara perlahan-lahan. Sulli-ah, ada apa denganmu..? Kau berkata jika kau tak akan mendekati kami lagi dan tidak akan menyimpan perasaan lagi untuk Jiyong. Lalu..? Memaafkan seseorang adalah hal tersulit dalam hidupku. Kesalahan yang telah kuperbuat, dengan mudahnya aku memberi kata maaf untuk seorang penghianat. Terkutuk kalian berdua.

“Dara-ya, kendalikan pikiranmu..”

“Kajja, kita pergi sekarang”

“Tapi lukamu..?”

“Lukaku baik-baik saja. Aku bisa menahan sakitnya. Yang kupikirkan hanya ada satu, Jiyong”

Hening..!

Tidak ada yang mengawali pembicaraan. Aku tahu, mungkin Dong Wook Oppa merasa tidak enak karena adiknya menimbulkan masalah. Aku berusaha membuat diriku tenang. Aku tak bisa mengubah kenyataan jika ini yang kuterima. Dalam perjalanan, aku berpikir, apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana semua ini akan berakhir. Kenapa terasa semakin rumit, membingungkan, sekaligus menyakitkan..?

Incheon. Mereka menyakitiku dengan pergi bersama ke luar kota dan menginap di sana. Sebenarnya, Jiyong ini menganggapku apa..? Dia menyukai Sulli, atau masih menyukaiku. Kurasa, Jiyong lupa dengan perkataan yang sudah di ucapkannya padaku “Dara-ya, aku menyukaimu” bahkan aku masih bisa mengingatnya. Tapi, apakah perasaan itu masih berlaku sampai hari ini..?

“Jiyong-ah, keluarlah. Palli..!!” seru Dong Wook Oppa mengetuk pintu dengan kasar.

“Ne, tunggu sebentar” jawab Jiyong dari dalam. Jadi benar, dia ada disini.

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan aku dapat melihat Jiyong berdiri di baliknya, menatapku tidak percaya. Tiba-tiba Jiyong mendapat pukulan keras tepat di wajahnya dan tebak, Dong Wook Oppa yang melakukannya. Tubuh Jiyong terpental cukup jauh dan dia jatuh terduduk.

“Jiyong-ah, untuk apa kau pergi ke Incheon bersama adikku. Kau tidak kasihan melihat Dara menunggumu semalaman. Kau lupa, Dara sedang sakit. Bukannya ikut campur dalam urusanmu, hannya saja jangan bawa-bawa Sulli. Pulanglah sekarang dan aku akan memaafkanmu. Sebelumnya, jelaskan hal apa yang sudah terjadi. Aku tidak ingin melihatmu seperti ini lagi”

Jiyong kembali menatapku. Raut wajahnya tampak berbeda. Segala jenis bentuk penyelasan terlihat jelas disana. Aku tak sanggup untuk membalas tatapannya. Hal ini akan membuat perasaanku semakin memburuk. Aku ingin pulang dan melupakan semuanya. Jiyong, aku tidak ingin mendengar apapun lagi tentangnya.

“Dara-ya, aku pergi ke Incheon bersama Sulli karena dia yang mengajakku. Aku tak mungkin menolaknya. Selain itu, aku yakin kau akan memaklumi hal ini karena kau begitu menyayangi Sulli. Ini semua merupakan kesalahpahaman. Jeongmal mianhae, apa kau memaafkanku..?”

Aku tidak menanggapi perkataan Jiyong. Aku tidak mengucapkan sepatah katapun dari bibirku.

“Jawablah pertanyaanku” Dan sekarang, Jiyong mulai tega membentakku. Sungguh, apa yang merasuki pikirannya saat ini..?

“Haruskah aku menjawab..? Tak ada yang perlu di maafkan dan tidak ada salah paham. Aku tidak ingin mendengar penjelasanmu lagi. Aku juga tidak sudi memaafkanmu lagi. Kali ini, aku bersungguh-sungguh. Aku benar-benar marah. Mungkin saat Sulli menyatakan perasaannya padamu, aku baik-baik saja. Tapi, tidak untuk hari ini. Bisa kau bayangkan seperti apa rasa lelah dan jenuh yang kurasakan sejak tadi siang. Kenapa harus aku yang menunggumu..? Kenapa bukan kau saja..? Kenapa kau selalu membuatku bersedih, Ji..?” jelasku dengan nada lirih.

“Aku tidak bermaksud melakukan hal itu, jadi dengankan pernjelasanku terlebih dahulu-”

“Tidak perlu, aku tidak membutuhkannya” tolakku membuang muka dari hadapannya dan mulai berjalan mendekati Dong Wook Oppa.

“Sulli menyampaikan perasaannya pada Jiyong. Maksudmu, Sulli menyukai Jiyong..?” tanya Dong Wook Oppa tercengang mendengarkan kalimat yang terucap dari bibirku.

“Begitulah kenyataannya” jawabku singkat.

“Oppa, waeyo..?” Sulli keluar dari dalam rumah. Aku menatap wajahnya dengan penuh amarah. Tak kusangka, dia seorang penghianat. Aku benci semua orang yang kukenal.

“Dara Unni, kau ada disini..?” serunya melambaikan tangan padaku. Aku hanya membalasnya dengan sebuah senyuman tipis.

“Sulli-ah, kau keterlaluan. Kenapa kau merusak hubungan orang lain..? Di sekolahmu, apa kau tidak pernah diberi pelajaran bagaimana cara membedakan perbuatan baik dan buruk..? Oppa tak pernah mengajarimu menjadi Yeoja seperti ini. Kau hanya membuatku malu. Sulli yang sekarang, bukanlah adikku lagi” bentak Dong Wook Oppa menampar pipi kiri Sulli.

“Oppa, kenapa kau memarahiku..? Aku tidak bersalah karena aku memang menyukai Jiyong Oppa. Aku sangat menyukainya. Biarkan aku bahagia” pinta Sulli berlinang air mata.

“Hentikan omong kosongmu. Kita pulang sekarang. Jangan kau dekati Dara dan Jiyong lagi. Bila perlu, aku akan kembali mengirimmu ke luar negeri. Aku tak percaya kau seperti ini” aku tidak bisa menghentikan kemarahan Dong Wook Oppa karena Sulli pantas mendapatkannya.

“Dara-ya, mianhae, aku dan Sulli harus segera pulang”

“Baiklah, Oppa. Sampai bertemu lain waktu”

TBC..

Mianhae, udah lama nggak nge-post lagi ^_^

Don’t silent Riders

<<back next>>

34 thoughts on “That Winter, The Wind Blows [Part 12]

  1. dasar sulli Bit*h…..pergi loe kelaut sana. jgn ganggu dara sama jiyong.
    jiyong kenapa sih nurut aja. pake nilang sehala dara pasti bisa memakluminya. emang hati dara terbuat dari besi dan baja apa.

Leave a comment