CHILDISH DRAGON [Oneshoot]

Author : Aitsil96

Pria itu kini tengah menyandarkan tubuhnya di kursi. Kepalanya menengadah dengan kacamata hitam bertengger di hidung bangirnya. Bukannya sok keren, namun benda itu dikenakan demi menutupi lingkaran hitam besar yang berada di sekitar matanya.

Pria itu lelah? Ya, amat sangat. Sudah beberapa hari ini ia rela menghabiskan malamnya di studio demi mempersiapkan album solonya yang rencananya akan dirilis pertengahan tahun ini.

Kwon Ji Yong atau yang lebih dikenal dengan nama panggung G-Dragon. Leader dari boygroup papan atas sekelas Bigbang.

Siapa orang yang tak mengenalnya? Jika memang ada, mungkin orang itu terlalu pelit untuk mempunyai koneksi internet pada ponselnya. Keahliannya dalam bermusik telah dikenal tak hanya seantero Korea atau Asia, bahkan dunia telah mengetahui bakat luar biasanya.

Tampang rupawan, kekayaan, bakat, apalagi yang kurang dari pria sempurna tersebut?

Hyung!” Satu teriakan norak muncul mengagetkan. Seung Ri baru saja datang bersama Young Bae dan langsung duduk di sofa terdekat.

Ji Yong melirik malas dari kacamata hitamnya. Terutama ke arah Seung Ri yang selalu heboh. Ia masih diam tak bergeming.

Hyung, sudah berapa lama kau tak pulang ke apartemen mewahmu?”

Berniat merespon, namun Ji Yong pun seolah tak menemukan jawaban walau telah memutar otaknya. Sudah berapa lama ia terkurung di studio? Entahlah. Yang jelas ia tengah memeras seluruh kemampuannya bahkan hingga tidur di tempat ini selama beberapa hari terakhir.

“Tak usah kau tanya dia, Seung Ri-ya. Kau tahu jika ia telah mulai bekerja fokusnya tak akan terpecah pada hal lain.”

“Termasuk pada Dara noona?”

Manik kelam itu reflek berputar cepat. Tak ada pembicaraan yang bisa ia lewatkan ketika mulai menyangkut tentang gadisnya.

“Apa maksudmu?” ucapnya datar namun menyiratkan rasa penasaran yang luar biasa besar.

Hyung… tidak tahu?”

“Untuk apa aku bertanya jika aku memang tahu?”

Seung Ri melirik Young Bae di sebelahnya yang telah mendesah frustasi. Ia terdiam. Merasa telah salah berbicara dan tak sanggup untuk meneruskan. Terlebih kini ia bisa merasakan manik kelam itu seolah bisa menembus kacamata hitamnya saat perhatian penuh Ji Yong telah diarahkan padanya.

“Apa maksud dari ucapanmu, Maknae?” Ji Yong mengulangi pertanyaannya dengan penekanan di setiap kata-katanya.

Hyung, bantu aku,” rengek Seung Ri pada Young Bae.

“Seharusnya aku tak pernah mengajakmu kemari, Seung Ri-ya.”

Ji Yong merasa aneh dengan kedua pria yang berada di hadapannya ini. Ia mulai tak sabar untuk tahu maksud dari ucapan Seung Ri. Ia benci jika merasa bodoh dan tak tahu apa-apa seperti ini.

“Apa yang sedang kalian lakukan?”

Dae Sung bersuara dan baru saja masuk dengan botol air mineral yang berada di genggaman. Tanpa membuat janji, namun semua member Bigbang tersebut tak sengaja berkumpul di studio rekaman. Minus Seung Hyun tentu saja yang tengah menjalani wajib militer.

Ketiga orang di hadapan sama sekali tak menyambut kehadiran Dae Sung. Seolah mengabaikannya bagai angin lalu hingga pria yang akan melaksanakan konser di Jepang itu hanya bisa terdiam mematung. Memperhatikan atmosfer tak biasa yang sangat kental dengan Ji Yong yang tak bergerak dari tempatnya, namun menatap tajam pada Seung Ri yang kini menunduk dalam.

“Segeralah buka ponsel lalu cari aktivitas terakhir kali gadismu di situs portal berita. Aku pergi dulu.”

Young Bae yang tak ingin ikut campur lebih jauh segera beranjak. Mata segarisnya menatap Seung Ri iba lalu meremas pundak sang maknae demi menguatkan. Salahkan saja mulut murahan dan ulah kelewat bodoh Seung Ri hingga membangunkan jiwa naga sang leader.

Kajja,” ajak Young Bae pada Dae Sung yang masih terdiam dengan tampang dungu. Ia yang sama sekali tak mengerti hal apapun yang tengah terjadi hanya bisa menurut saat Young Bae menyeretnya untuk keluar.

Hyung!”

“Diam di sana!”

Suara berat itu sarat akan nada ancaman hingga membuat Seung Ri yang hampir berdiri dan menyusul kedua hyung-nya untuk keluar mengurungkan niatnya.

“Katakan padaku dengan jelas.”

Seung Ri memberanikan diri untuk mendongak. Menatap takut-takut pada Ji Yong. “Kau… sungguh tidak tahu, Hyung?”

“Jawab saja pertanyaanku!”

Jakun sang maknae iseng yang biasanya bermanja-manja dan berulah pada Ji Yong kini bergerak menjijikkan. Seung Ri menelan ludahnya yang entah mengapa terasa tiba-tiba pahit. Tak ada lagi yang mampu dilakukannya di kala suasana genting seperti ini. Terlebih kakak tertua mereka —Seung Hyun— kini tak bisa lagi membelanya dari serangan buas sang naga.

“Dara noona baru saja menerima projek untuk pemotretan dengan salah satu majalah—” Seung Ri membuka suara paraunya.

“Lalu?”

“—bersama Jae Joong.”

Deg!

Manik kelam Ji Yong tidak bisa untuk tidak membuka lebar. Hawa panas menjalar dengan aura kelam melingkupi sekujur tubuhnya. Baru saja ujung manik kelam itu bergerak untuk kembali menoleh pada Seung Ri, namun pria sialan bersurai cokelat itu telah mengambil langkah seribu demi menyelamatkan diri.

Hyung! Selamatkan aku!”

*****

Sandara bersenandung pelan memasuki apartemennya. Kedua tangan gadis itu dipenuhi dengan beberapa kantung belanjaan. Kaki mungil nan jenjangnya melangkah riang dan tiba di depan pintu kulkas untuk segera membereskan barang belanjaan demi kebutuhan selama sebulan ke depan.

“Darimana saja kau?”

“Yak!”

Jantung gadis itu hampir keluar dari tempatnya dengan manik hazel membelalak lebar ketika mendengar suara dari arah belakangnya. Ji Yong. Pria itu melangkah mendekat dan kini tengah berdiri untuk berhadapan dengan sang gadis yang masih mengendalikan diri dari keterkejutan. Sandara mengelus dadanya beberapa kali demi menetralkan degup jantungnya

“Kau terkejut, Nona?”

“Kau yang mengagetkanku! Sedang apa kau di sini?”

“Tentu saja menemuimu. Memangnya harus ada alasan lain jika aku ingin datang ke apartemen kekasihku sendiri?”

“Kenapa tak memberitahuku lebih dulu?” Sandara berucap kesal seraya membereskan barang belanjaannya yang sempat terjatuh.

“Haruskah? Untuk apa?”

“Tentu saja untuk bersiap-siap.”

“Untuk bersiap-siap menyembunyikan sesuatu dariku?”

Sandara mengernyitkan dahinya, menatap penuh selidik pada Ji Yong yang kini tengah menyedekapkan tangannya di depan dada. Pria itu bahkan masih mengenakan kacamata hitam di malam hari seperti ini dan bertingkah menyebalkan di hadapan Sandara?

Ck, pongah sekali pria kaya raya itu!

“Sesuatu apa yang kau maksudkan?”

“Sesuatu yang salah, mungkin?”

“Aku? Ku rasa aku bahkan tidak melakukan sesuatu yang salah.”

Geurae?” Ji Yong mendekat selangkah dan mencondongkan tubuhnya pada Sandara. “Lalu bisa kau jelaskan projek selanjutnya yang telah kau ambil?”

“Projek?”

Ji Yong mendecak lalu mengacak surainya asal penuh rasa frustasi. “Jangan pura-pura bodoh, Nona!”

“Aku benar-benar tak mengerti apa yang kau maksudkan.”

Jinjja? Haruskah aku memperjelasnya?”

Otak Sandara berputar beberapa saat demi mencerna maksud tersembunyi dari apa yang Ji Yong maksudkan. Pria itu memang selalu berbelit-belit demi menyadarkan Sandara akan sesuatu yang telah diperbuatnya. Namun sebenarnya hal apa yang telah ia perbuat hingga Ji Yong bahkan harus repot-repot mendatanginya saat pria itu seharusnya tinggal di studio demi mempersiapkan album solonya?

Tapi tunggu, tadi Ji Yong mengatakan… projek? Mungkinkah…?

“Maksudmu… pemotretan bersama Jae Joong?”

Gotcha! Tebakan yang tepat, Miss Park!

Tanpa mengatakan sesuatu sebagai jawaban, Ji Yong hanya berdeham sekejap dan Sandara mengerti bahwa perkiraannya memang benar. Oh astaga, ternyata pria itu telah lebih dulu mengetahuinya.

“Jika aku tak mengetahuinya secara tak sengaja, kau tak akan memberitahuku hingga hasil pemotretannya terbit dan tersebar dimana-mana?” Ji Yong bersuara setelah cukup lama keheningan menyelimuti.

“Memangnya kau tahu darimana? Bukankah selama bekerja kau jarang membuka ponsel?”

Manik Ji Yong melebar dengan rahang yang terperangah lebar. “Jadi kau memang berniat untuk menyembunyikannya dariku?”

“Astaga! Tidak, Kwon!” Sandara memutarkan manik hazelnya malas seraya menghentakkan kakinya dengan cara yang lucu. “Aku berniat untuk memberitahumu saat kau datang ke apartemenku. Bukankah kau berjanji untuk menemuiku di akhir pekan?”

“Jadi kau bahkan telah menerima tawaran itu tanpa berdiskusi dulu denganku? Dan baru akan memberitahuku setelah kau menandatangani kontrak dengan berita yang telah tersebar di media?”

“Bukan begitu maksudku.”

“Lalu apa maksudmu? Kau bahkan tak bertanya mengenai pendapatku tentang projek itu.”

Sandara mencebik. “Haruskah? Kau juga bahkan tak pernah berdiskusi denganku tentang projek yang akan kau terima.”

“Ini berbeda, Dee.”

“Apanya yang berbeda?”

“Ini tentang Jae Joong… dan dirimu.” Ji Yong berucap pelan. Pria itu berusaha melembut di hadapan gadisnya. Ia menahan mati-matian buncahan amarahnya hingga ke dasar demi menghadapi sifat keras kepala Sandara yang sudah ia hafal betul.

“Lalu apa masalahnya? Kami berteman baik.” Sandara menantang dengan tatapan tajamnya yang mengarah langsung ke arah Ji Yong.

“Tapi ia mempunyai perasaan lebih padamu.”

“Itu dulu.”

“Bukankah mungkin saja hingga saat ini ia masih berharap padamu?”

“Jika hal itu memang benar, lalu apa masalahnya? Aku bahkan tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya.”

Ji Yong termenung. Jika dipikir lagi, bukankah Sandara memang sepenuhnya adalah miliknya? Gadis itu bahkan dengan tegas menolak cinta Jae Joong beberapa tahun yang lalu dan memilih Ji Yong tanpa ragu. Lalu apa yang harus ia khawatirkan?

“Oh ayolah, berhenti bersikap kekanakkan, Kwon!”

Ji Yong menunduk seraya menghela napas panjangnya. Ia mungkin terlalu lelah dengan segudang aktivitas yang menjadi bebannya akhir-akhir ini. Persiapan album itu benar-benar menyita seluruh perhatiannya hingga bahkan ia tak bisa berpikir jernih dan segera terbakar cemburu membabi buta akibat perkataan Seung Ri.

Seperti yang dikatakan Sandara. Ia kembali bertingkah kekanakkan. Ck, ia terkadang memang bertingkah melampaui batas jika menyangkut tentang gadisnya.

“Pemotretan itu… aku akan mengizinkan jika kau tak melakukan pose-pose yang berlebihan dengannya,” ucap Ji Yong pada akhirnya.

“Berlebihan? Seperti apa?”

“Tidak ada skinship atau bahkan bertatapan intens yang mengundang kemesraan.”

Manik hazel gadis itu kembali melebar. “Oh, kau gila, Kwon!”

Wae? Jadi kau ingin melakukannya?”

Astaga, pria sialan ini benar-benar menguji kesabaran Sandara hingga titik terendah!

“Oh ayolah, Kwon. Aku bahkan tak melarangmu beradegan layaknya sepasang kekasih dengan salah satu wanita Jepangmu itu.” Sandara berucap kesal seraya mendelik. Menyindir tentang pemotretan tahun lalu hingga membuat rumor Ji Yong dan salah satu wanita Jepang kembali mencuat —Nana Komatsu.

Jebal, Dee.”

Sandara mengusap kasar wajahnya seraya mendengus kesal. “Jadi bahkan aku tak boleh menatapnya?”

“Tidak.”

“Seperti ini?”

Sandara mendekat ke arah Ji Yong, meraih kacamata hitam sang pria yang sedari tadi tak lepas untuk bertengger di hidung bangirnya. Tangan lentik Sandara mengusap lingkaran hitam di bawah mata lelah prianya dengan lembut. Astaga, pria ini benar-benar pekerja keras.

“Ya. Seperti itu. Kau tak boleh memberikan tatapan seintens itu pada pria selain aku.”

“Lalu tak ada skinship?”

Ji Yong mengangguk tegas.

“Seperti ini?” Sandara melingkarkan tangannya pada leher Ji Yong. “Atau ini?”

Cup!

Dengan lancang ia menempelkan bibirnya pada celah menggoda permukaan bibir prianya. Hanya sekilas —tak lebih dari satu detik— namun mampu membuat reaksi berlebihan pada tubuh Ji Yong yang sudah lama tak terjamah olehnya.

Ji Yong yang merasakan getaran berbeda segera menyeringai begitu tahu maksud kelakuan Sandara. “Kau menggodaku, huh?”

“Tidak. Aku hanya mencoba mempraktekannya.”

Sandara makin merapatkan dirinya. Menempelkan tubuh mungilnya demi berada dalam dekapan hangat dari dada bidang prianya. Gadis itu tanpa ragu bernapas di ceruk leher Ji Yong. Menghirup banyak-banyak aroma maskulin favorit yang telah lama dirindukannya.

Ji Yong menggeram tertahan seraya memejamkan matanya. Menahan hasrat yang tiba-tiba membuncah dan membuatnya hampir kehilangan akal akibat sentuhan nakal gadisnya. “Oh astaga, kau membangkitkan naga yang tengah tertidur, Dee.”

“Yak!”

Tanpa membuang waktu, pria itu mengangkat tubuh mungil Sandara hingga kedua kaki sang gadis melingkar pada pinggangnya. Ji Yong mengulas seringaian menjijikkan di salah satu bibirnya mendapati ekspresi menggemaskan dari Sandara. Manik kelam itu menatap lapar dengan kilatan gairah yang terlihat jelas di sana.

Sandara membalas dengan tersenyum seduktif. Menerima dengan senang hati kecupan-kecupan selanjutnya dari Ji Yong yang lebih dahsyat. Gairah keduanya semakin menggebu dan berakhir dengan suara berdebam nyaring dari pintu kamar yang ditutup secara paksa.

Bukankah Sandara selalu tahu caranya menjinakkan tingkah kekanakkan sang naga?

.
.
.

–END–

*****

Ff ini sebenarnya udah lama ada di draft lappy (sebelum jenong ngeluarin album). Jadi harap dimaklum kalo setting waktunya bukan sekarang.

Sekedar pemberitahuan, Mea Culpa akan di hold dulu sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Keep waiting for my next ff readers terjintaaaah ^^

6 thoughts on “CHILDISH DRAGON [Oneshoot]

  1. Hahahhaha hanya sandara park yg bisa meluluhkan jiyong wkwkwk. Cukup cara sperti itu udh buat jiyong bungkam seribu bahasa wkwkwk. Dasarrr jiyonggg hehehe

Leave a comment