THE PROTECTOR [11] :A Rainbow Before The Storm – 1

protect copy

Author :: Rachi
Length :: Chapters

Whoaaa, akhirnya bs update juga, mianhae chingu, seminggu kemarin  idenya lagi suntuk Y_Y terpaksa ngaret deh bkin lanjutannya.

But, I’m back nowwww, kamsahamnida yg udh sempetin liat trailer videonya, kekeke,  sya jg suka wktu adegan yg backgroundnya lagu one shot ^_^

Oh ya chingu, FF ini akan berakhir dlm bbrp chap lagi : ( semoga nanti endingnya gk bikin chingu pada kecewa ^_~ Happy reading…

***

“Jadi kau yang bernama Choi Seunghyun?”

“Ya.”

“Kupikir kau tak akan kemari. Hyunnie, ehem maksudku dokter Cho Kyuhun sudah memberitahuku tentang masalahmu.” Dokter Kim duduk di sebuah kursi kayu dan menyilangkan kakinya

“Apa kau ini benar-benar seorang dokter?” Tanya Seunghyun ragu mengamati penampilan dokter Kim.

Ia memakai jaket putih seperti jaket dokter. Rambutnya panjang berwarna cokelat dan digelung hingga ke atas dengan jepitan rambut. Wajahnya putih mulus tanpa cela. Bibirnya merah merekah. Seunghyun berpikir apa orang yang didepannya benar-benar seorang psikolog.

“Hahaha, sudah kuduga kau akan bicara seperti itu. Bisa dibilang aku juga seorang dokter tapi bukan seperti dokter Cho. Baiklah, kita langsung saja ke pokok masalah. Mengenai mimisanmu, sebenarnya itu bukanlah suatu penyakit.”

“Tapi dokter Kim…?” ia mengangkat tangan kanannya memotong kata-kata Seunghyun.

“Itu hanya salah satu reaksi hormon lelakimu terhadap wanita. Jadi kita hanya perlu melakukan terapi.”

“Terapi? Seperti apa? Sekarang?” tanyanya.

“Besok. Tentu saja sekarang. Isht, kau ini banyak pertanyaan. Berbaringlah di sana.” Dokter Kim menunjuk sebuah ranjang bersprei putih yang terletak di sudut ruangan. Sembari berjalan mata Seunghyun mengamati ruangan Dokter kim yang tempatnya tak terlalu besar. Beberapa jam bandul tergeletak di atas meja kerjanya.

“Kau siap?” tanyanya sambil duduk di sebuah kursi di samping Seunghyun.

Seunghyun mengangguk. Ia merebahkan diri dan tiduran di ranjang. Ia melihat Dokter Kim sudah memegang sebuah jam bandul ditangannya. Ia mulai memberi aba-aba  supaya Seunghyun rileks dan menyuruhya mengikuti kemanapun arah benda itu bergerak. Jam bandul mulai berdetak dan bergerak ke kiri dan ke kanan. Kedua bola mata Seunghyun perlahan mengikutinya. Setelah beberapa lama, matanya perlahan menutup. Suasana ruangan menjadi tenang dan hening.

“Seunghyun, kau bisa mendengarku?” Tanya dokter Kim.

“Ya.” Jawabnya pelan.

“Bagus, sekarang dengarkan aku. Apa yang menganggu pikiranmu sekarang?”

“Seorang gadis.”

“Kenapa gadis itu bisa menganggumu?”

“Dia terlihat sangat sexy, terutama kaki jenjangnya, bentuknya seperti paha ayam yang setiap saat ingin ku santap, nyamm nyamm nyammm.” Seunghyun menggerak-gerakkan bibirnya seperti sedang mengunyah makanan.

“Oke Seunghyun. Dengarkan aku. Berpikirlah bahwa kaki gadis  yang kau bilang seperti paha ayam itu rasanya tidak enak untuk dimakan. Kau hanya akan melihat kaki gadis itu seperti kaki gadis-gadis lainnya, kau mengerti?” perintah dokter Kim.

“Hmmhmm…” Seunghyun mengangguk-angguk.

“Dan jika hidungmu masih mimisan, pikirkan sesuatu atau lakukan hal lain seperti menyanyi atau menari.”

“Menyanyi atau menari.” Seunghyun mengulang pernyataan dokter Kim.

“Bagus, sekarang dalam hitungan ketiga, jika kau mendengar suara alarm kau akan bangun dan tersadar. Kau akan melakukan apa yang kuperintahkan tadi, mengerti?”

“Ya.”

“Dalam hitungan ke tiga. Satu, dua, tiga.”

Kriiiinnggggggg

Mendengar suara alam dibunyikan, mata Seunghyun sedikit demi sedikit membuka. Ia melirik ke kiri dan ke kanan mengamati seluruh ruangan. Yang ia lihat hanya dokter Kim yang berada di hadapannya.

“Hello Seunghyun, bagaimana keadaanmu?”

“Apa aku masih di ruanganmu dokter?”

“Tentu saja, memang kau kira dimana, di Afrika.”

“Oh. Kepalaku sedikit berputar.” Ia memegang pelipisnya dan pelan-pelan bangun dari posisi tidurnya.

“Jangan khawatir, itu akan segera hilang. Ok, terapi sudah selesai. Jika setelah ini kau bertemu dengan gadis itu dan mimisanmu masih terjadi, datang saja kesini, kita akan memulai sesi terapi lagi.”

“Apa tadi kita sudah melakukan sesi terapi dok?”

“Yup. Kau melakukannya dengan tidak sadar. Percaya saja padaku. Sudah sana, cepat pulang, aku ada janji dengan temanku.” Jawab dokter Kim sembari berjalan menuju kursinya kembali dan memencet sebuah nomor telepon.

“Baiklah dokter Kim terimakasih banyak.” Raut wajah Seunghyun gembira. Sebentar lagi ia akan terbebas dari penyakit aneh itu, pikirnya. Dengan tersenyum ia memberi hormat pada dokter Kim.

“Oh Hyunnie, apa nanti kita jadi makan malam?” Ujar dokter Kim  sambil mengedipkan sebelah matanya pada Seunghyun. Seketika senyum Seunghyun mcenghilang dan bulu kuduknya merinding. Ia tak ingin berpikir macam-macam bahwa antara dokter Cho dan dokter Kim terjadi sesuatu. Ia segera membuka pintu dan keluar ruangan dengan tergesa-gesa.

Seunghyun menghela napas lega. “Kenapa hari ini aku bertemu dengan orang-orang aneh?” pikirnya sambil berjalan menuju mobilnya. Saat ia akan memasukkan kunci mobil, terdengar dering ponsel di saku celananya.

“Halo?” jawabnya.

***

Saat ini Jiyong dan yang lain berada di sebuah apartemen salah seorang teman Jiyong. Sato Takeru. Jiyong mengenalnya  saat tim SWAT mendapat tugas memburu Black Panther di Jepang beberapa tahun lalu.  Sebenarnya ia adalah salah satu anak buah Black Panther yang membelot. Pada awalnya ia seorang yakuza namun berbalik membantu Jiyong setelah Jiyong  tak sengaja menyelamatkan hidupnya. Apalagi setelah ia tahu bahwa Black Panther membunuh keluarganya. Ia ikut bersama Jiyong ke Korea setelah kejadian itu dan menjadi seorang informan tetap.

Jiyong berpikir tak mungkin kembali ke apartemen saat ini, mungkin saja orang suruhan Black Panther masih berjaga-jaga di sekitar apartemen. Ia langsung menelepon Seunghyun dan Youngbae setelah sampai di apartemen Sato. Mereka juga cukup dekat dengan Sato. Untungnya Sato punya kamar kosong lain yang bersebelahan dengan kamarnya. Saat ini Sato dan Seungri tengah menyiapkan tempat tidur agar Jiyong dan yang lain bisa beristirahat malam nanti.

Jiyong baru saja selesai mandi ketika suara ponsel Seungri berdering menandakan ada sms masuk. Terpampang nama Kwangsoo di layar ponselnya.

Ji, kami sudah di depan pintu.

Dengan cepat  Jiyong membukakan pintu  dan terkejut dengan apa yang pertama kali dilihatnya.

“Youngsun couple?” alisnya berkerut ketika membaca kata-kata yang tertulis di pakaian Youngbae dan Hyesun kenakan saat mereka masuk bersama ke dalam apartemen.

Matanya mencermati pakaian keduanya yang kembar, baik gambar maupun warna. Bedanya hanya tulisan yang tercetak di kaos tersebut. Tulisan Yong di baju Youngbae dan tulisan Sun di baju Hyesun. Seingatnya, saat Youngbae pergi mengantarkan Hyesun kembali ke apartemennya, ia tak mengenakan pakaian itu.

“Youngbae, apa kau berganti pakaian?” tanyanya penasaran.

“Jangan tanya, Jiyong.” Youngbae mengangkat tangan kirinya ke arah wajah Jiyong dan berjalan melewatinya diikuti Hyesun, Daesung dan Kwangsoo di belakangnya.

“Kami tercebur ke dalam kolam ikan hyung.” Tiba-tiba Daesung bicara.

“Daesung!”

“Gara-gara Youngbae hyung terpesona pada…” celetuk Kwangsoo.

“Kwangsoo!”

Kedua polisi Busan itu akhinya terdiam menahan tawa setelah mendapat tatapan mematikan dari Youngbae. Hyesun hanya tertawa kecil melihatnya. “Sebenarnya mobil kami tertabrak motor dari belakang Jiyong-shi. Mobil tak bisa menyala, akhirnya kami meminta bantuan pada petugas kebersihan taman untuk dipanggilkan mobil derek. Pakaian kami juga basah kuyup jadi kami terpaksa membeli kaos yang dijual bebas di dalam taman.” Urai Hyesun.

“Untungnya Kwangsoo sempat menyelamatkan telepon genggamnya karena semua ponsel kami mati kena air Ji.” Ujar Youngbae sambil membuka kaos atasnya dan membuat semua orang terbelalak, terutama para gadis yang berdiri di sebelah Jiyong.

“Hyung, disini ada wanita!” tegur Daesung.

“Ah maaf, aku tak bisa memakai pakaian baru yang belum dicuci, membuat badanku gatal-gatal.” Ia menggaruk-garuk perutnya yang sixpack dengan kedua tangannya.

Hyesun menunduk malu melihat pemandangan di depannya. Ia segera mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Bom berkali-kali mengipas-ngipaskan tangannya. Jiyong melihat mata Dara tak berkedip saat menatap dada bidang Youngbae. Buru-buru ia tutup kedua mata Dara dengan tangannya. Namun tragis, tangannya malah ditepis tangan Dara, bahkan gadis itu berbalik memelototinya. Jiyong menghela napas dengan kesal.

“Whoaa hyung, aku tahu tubuhmu kekar tapi aku tak menyangka abs-mu akan sesempurna ini.” Kata Kwangsoo sambil meraba-raba tubuh Youngbae.

“Aisht Lee Kwangsoo!!” jerit Youngbae sembari menepis tangan Kwangsoo.

“Hehe, maaf aku tak tahan untuk tak memegangnya hyung.”

BRAAAKKKK

Pintu apartemen terbuka selebar-lebarnya, menampakkan Seunghyun yang datang tergopoh-gopoh. Ia mendapat telepon dari Jiyong yang mengabarkan bahwa apartemen mereka telah dirusak oleh orang suruhan Black Panther. Karena itu Seunghyun segera meluncur ke alamat yang Jiyong berikan.

“Apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana para penjahat itu tahu dimana Sandara tinggal?” ujarnya.

“Aku tidak tahu hyung. Aku sudah berusaha menutupi jejak Dara agar keberadaannya tak diketahui para penjahat itu.” Ujar Jiyong sambil menenggak sebotol air mineral diatas meja.

“Sandara, apa kau baik-baik saja?” tanyanya pada Dara.

“Ya, aku baik-baik saja.”jawab Dara.

“Syukurlah kalau begitu.” Seunghyun bernapas lega.

“Aku sudah menceritakan tentang kejadian hari ini pada Inspektur Han. Dan aku memberitahunya bahwa untuk sementara kita akan menginap disini.” Kata Jiyong lagi.

“Bukankah tadi katamu Super Boo, maksudku Daniel yang menolong kalian? Kemana dia?”

“Selesai mengantarkan kami, ia kembali ke markas. Katanya ada yang perlu diurus dan jika kami butuh bantuannya, ia akan segera datang.” Ucap Dara yang mendapat balasan ‘O’ dari Seunghyun.

“Seunghyun, kau kemana saja?”

Seunghyun membeku. Kepalanya pelan-pelan menengok ke arah sumber suara. Ia melihat Bom sedang menatap intens padanya. Seunghyun tersenyum kecut. Untung saja pakaian Bom kali ini tidak membuat hidung Seunghyun mimisan lagi.

“A-aku ada perlu dengan temanku. Ya, temanku, hehe.” karang Seunghyun yang mendapat anggukan dari Bom.

“Kau berkeringat.” Bom bergerak maju dengan membawa tissue yang diambilnya dari atas meja namun Seunghyun malah bergerak mundur menjauhi Bom membuat gadis itu bingung dengan sikapnya.

“Hey, aku dan Seungri sudah menyiapkan tempat tidur kalian di sebelah, istirahatlah dulu.” Teriak Sato yang kepalanya menyembul dari balik pintu.

***

Seungri duduk termenung di pinggiran tempat tidur setelah merapikan kamar yang akan mereka gunakan untuk beristirahat. Ia merogoh sebuah foto yang terselip di saku belakang celananya. Seorang gadis cantik sedang tersenyum ceria merangkul dirinya saat ia  masih menjadi calon polisi. Ia mengelus-elus foto dihadapannya.

“Jiyong hyung, aku pasti akan membantumu. Aku juga ingin balas dendam pada Black Panther. Dia telah membunuh seseorang yang sangat berharga bagiku. Aku tidak akan memaafkannya.” Seungri menutup matanya dan mengepalkan kedua tangannya mengingat kembali peristiwa beberapa tahun lalu saat ia kehilangan seseorang yang amat ia cintai.

***

Sandara POV

Aku menatap hujan rintik-rintik melalui jendela kamar apartemen. Kupandangi matahari sudah bergerak turun dan mulai terbenam. Angin semilir sore yang berhembus kencang membuat dingin suasana di kamarku. Sejak tadi aku tak mendengar suara Bom dan yang lain, mungkin aku terlalu lama di kamar mandi. Aku keluar menuju kamar Jiyong disebelah. Kulihat ia sedang duduk bersila di lantai dan menyiapkan berbagai macam persenjataan untuk menghadapi para penjahat yang mengejar kami.

“Jiyong?”

“Hmmm?”

“Kemana yang lain?” tanyaku sembari duduk di sebelahnya.

“Youngbae mengantarkan Hyesun kembali ke apartemennya ditemani Kwangsoo dan Daesung. Seunghyun  dan Sato pergi ke luar untuk membeli makan makan. Bom ikut bersama mereka. Ia bersikeras untuk ikut bersama Seunghyun dan Sato karena sejak tadi siang Seunghyun terus menghindar darinya.” Jawabnya panjang lebar tanpa melihatku. Ia asyik mengutak-atik pistol revolver yang dipegangnya.

“Jiyong?” aku menepuk pundaknya.

“Hmm?”

Ia masih tak mau melihatku dan malah menyibukkan diri dengan mengisi beberapa butir peluru ke dalam pistolnya. Aisht, Piccolo ini. Tak bisakah ia melirikku sedikit saja. Apa dia masih marah mengenai kejadian tadi siang saat aku tak sengaja melihat tubuh Youngbae? Dasar posesif.

“Jiyong?”

“Kenapa memanggilku terus?”

“Apa kau masih marah padaku?’

“Untuk apa aku marah padamu?” ia balik bertanya.

Beberapa kali ia mengacungkan pistolnya ke arah tembok seakan mencari sudut yang tepat untuk menembak dan masih tak menggubrisku. Tiba-tiba aku mendapat ide bagus untuk mengganggu ketenangannya supaya ia mau mendengarkanku.

“Jiyong oppaaa~~, resleting celanamu terbuka.” Ucapku asal sambil berbisik manja ke telinganya.

Jiyong buru-buru menatap ke bawah dan memeriksa celananya. Menyadari bahwa dirinya telah tertipu, ia meletakkan pistol di lantai dan memutar badannya menghadapku.

 “Sandara Park!!” katanya setengah berteriak.

“Ok, ok, aku hanya bercanda. Siapa suruh kau tidak mempedulikanku.” aku cemberut sembari berkacak pinggang.

“Sejak kapan kau berubah mesum?” ia mencubit hidungku dengan tangan kanannya.

“Yah!! Aku tidak mesum.” Aku menjauhkan tangannya dari hidungku.

“Apa kau sedang mencoba merayuku?” godanya.

Ughh. Pria ini benar-benar membuatku hilang kesabaran. Aku menyerah. Tadinya aku hanya ingin mengajaknya bicara dan menanyakan keadaannya setelah siang tadi ia dikejar-kejar kawanan pria berbaju hitam tapi kelihatannya ia tak perlu perhatianku. Aku mencoba berdiri namun sebelah tangannya menahan pergelangan tanganku.

“Duduk.”

Ia menarikku hingga aku duduk kembali dan cepat-cepat  merebahkan kepalanya di atas pahaku. Tangan kanannya diletakkan di atas keningnya. Wajahnya nampak sangat letih. Kucermati tangannya ada beberapa luka gores yang baru. Ia memejamkan mata saat aku mengelus lembut rambutnyaAku bisa mendengar deru napasnya yang beraturan.

“Aku sangat cemas.” Kataku. “Kau tak tahu betapa khawatirnya aku saat mereka mengejarmu. Aku berkali-kali menengok ke belakang berharap kau akan segera menyusul kami. Sampai akhirnya Seungri membawa kami ke tempat yang cukup aman dan bertemu dengan Daniel oppa. Terlebih saat kau datang menghampiri kami dan kau seperti habis bertarung dengan puluhan orang.”

“Kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkanku. Ini sudah menjadi pekerjaanku, bahkan aku pernah mengalami hal yang lebih buruk daripada ini.” Ujarnya.

Aku menyandarkan punggungku ke tembok kamar yang dingin dan menghela napas.

“Mmuachh~”

Aku mengedipkan mata. Apa yang baru saja ia lakukan?

“Mmuuuaaccchhh~~” Ia mengerucutkan bibirnya dan membuat suara seperti sedang mencium dengan matanya yang masih terpejam. Oh my god. Apa dia baru saja mengirimkan flying kiss? Piccolo, kau benar-benar makhluk yang sexy, kyahhh…

“Apa itu cukup?”

“Tak buruk.”

“Kau mau yang sebenarnya?” ia tersenyum nakal ketika mengatakan itu.

“Yah!!” aku memukul pelan pergelangan tangannya. Untuk beberapa saat kami berdua terdiam. Sembari mengelus-elus kepalanya, aku sesekali memainkan rambutnya.

“Dara?” tanyanya pelan.

“Ya?”

“Apa kau berencana kembali ke Busan?” tanyanya tiba-tiba.

Tangan kananku berhenti mengelus rambutnya. Aku ingin menjawab tidak. Namun mendadak lidahku kelu dan mulutku tak bisa mengeluarkan suara. Aku menutup mata dan mengepalkan tangan kiriku. Maafkan aku Jiyong. Dunia kita sangat berbeda. Jika kau tahu siapa aku sebenarnya, apa mungkin kau bisa menerimaku? Kau tak mengenal apapun tentangku. Kau hanya tahu bahwa aku adalah seorang gadis biasa yang datang dari Busan dan menjadi saksi mata pembunuhan yang dilakukan pria bercadar merah. Hanya Bom yang tahu siapa aku sebenarnya. Setelah kasus ini usai, aku akan menceritakan segalanya tapi tidak sekarang.

“Mungkin.” Jawabku singkat.

“Mungkin?” ia mengulang perkataanku sambil membuka matanya.

“Tak punyakah kau alasan lain untuk menetap di sini?”

Tiba-tiba matanya menatap lekat ke mataku. Dari pandangan matanya aku tahu ia menunggu jawabanku yang lain. Tangan kirinya meraih tangan kananku. Ia menautkan jemariku dengan miliknya lalu membawa jemari kami yang saling bertautan mendekati bibirnya. Ia mencium punggung tanganku cukup lama.

“Jika kasus ini sudah selesai, maukah kau hidup bersamaku di Seoul?”

***

Seseorang berjas hitam mengamati apartemen mereka dari jarak jauh. Rambutnya sedikit gondrong dan berwarna hitam pekat. Sebuah tato bertuliskan Black Panther terukir di lengan kirinya. Dengan tersenyum sinis ia berjalan meninggalkan apartemen itu.

……………………………………………….

– to be continue –

<< Back Next >>

64 thoughts on “THE PROTECTOR [11] :A Rainbow Before The Storm – 1

  1. Siapa sih sebenarnya dara itu???
    Penasaran deh
    Cye…jiyong mulai terbuka dan jatuh cinta sama dara,
    Sampe tidur dipangkuan dara juga
    Apa dara mau tinggal diseoul sama jiyong

  2. Wahh kek.y ada orang dalam nih perasaan black partner tau mulu klo daragon cuma berdua,, ohh syukurlah seungri baik,,, oh baru kepikiran Dara itu siapa sihh selain jadi saksi mata,, ouchh Jiyong naksir beneran ama dara nihh

  3. daragon moment bikin diabetes>_< blackpanther itu siapaa? dan sebenernya daea unni itu siapa? kok beda dunia sama ji oppa? hm..

Leave a comment