7 Days [Chapter 4] : Jealousy…

7days

Author : Fel Hu

Main Cast : Sandara Park, Kwon Jiyong

Support Cast : Bigbang

Genre : Romance.

Ratting : T

Aku merasakan Dara membeku mendengar ucapanku. Dia tidak menjawab ucapanku, dia hanya membalas pelukanku. Tapi, itu sudah cukup. Aku tidak bisa mengharapkan seorang perempuan mau berada disebelah seseorang—yang baru ia kenal 3 hari—selamanya. Ya, tidak semua orang sepertiku. Aku baru bersamanya 3 hari dan aku tidak masalah menghabiskan waktuku seumur hidup bersamanya.

“Ayo kita pulang..” ucapku sambil melepaskan pelukan.

Kita berjalan pulang tanpa salah satu dari kita berusaha memulai percakapan. Aku hanya diam dan mengeratkan gandengan tanganku. Perasaanku jadi tidak menentu. Merasa seperti ada yang janggal tapi tidak tau apa. Hanya merasa ada yang salah. Namun, aku berusaha menepis perasaan itu jauh-jauh.

“Ji, mau makan apa?” tanya Dara membuka percakapan.
“Apa saja. Kau sendiri? Ada makanan yang ingin dimakan?”
“Ramyun! Aku mau ramyun!” serunya cepat tanpa berpikir panjang lagi.

Aku terkekeh saat mendengar seruannya yang seperti anak kecil.

“Baiklah, kita makan ramyun malam ini.”
“Bwoyaaah~~” ucap Dara sambil mengancungkan kepalan tangannya ke udara.

Dara lansung belari-lari kecil menuju dapur dan meraih 2 bungkus ramyun yang tersimpan di salah satu lemari.

“Ji, aku dari kemarin tidak melihat gaho..” tanyanya tanpa menengok kearahku.
“Eh?”
“Gaho.. Aku tidak melihat Gaho, anjing peliharaanmu itu.” ulang Dara sambil menhentikan kegiatannya dan menatapku bingung. Seakan ada yang salah denganku bukan dengan dirinya.
“Ah… Gaho ada di rumah eomma..” ucapku setelah beberapa saat diam.

Aku duduk di salah satu kursi sambil menatap Dara yang mulai sibuk memasak. Aku mengerutkan keningku sejenak sebelum akhirnya menepis pikiranku lagi. Sepertinya belakangan ini aku terlalu sering beramsusi. Akhirnya, aku memutuskan untuk memfokuskan diriku terhadap cerita yang sedang dilontarkan Dara dan menunda pertanyaan-tanyaan yang mulai muncuk di otakku.

Namun, ketika Dara membuka salah satu lemari dan menemukan apa yang dicari, aku memutuskan untuk melontarkan pertanyaan yang dari tadi menggangguku sekarang.

“Jadi.. Kau sudah menggeledah rumahku?” tanyaku saat Dara meletakkan 1 mangkok ramyun di meja dan mendorongnya kedepan mukaku.
“eh? Aniyo…” Ucapnya dengan alis yang menyatu.”Ji, aku tidak tinggal di rumahmu karena aku ingin mencuri. Apa kau kehilangan sesuatu? Aku tidak pernah mengambil apapun!” ucapnya panik.
“Tidak, bukan itu maksudku. Tapi, sepertinya kau hafal betul susunan barang-barangku.”
“Ma-maksudmu?”
“Tadi, kau mengambil mangkok dan ramyun lansung di tempat yang benar tanpa bertanya padaku dimana aku meletakkan barang-barang itu. Kau bahkan tau aku memelihara Gaho, padahal aku yakin aku belum pernah bercerita mengenai Gaho. Kamu juga tau aku kurang suka manis. Sepertinya kau mengenal betul apartmentku….dan diriku.” terangku panjang lebar.

Aku melihat Dara memainkan jari-jari tangannya. Apakah itu berarti dia memang pernah menggeledah rumahku?

“A-aku… Maksudku, kau itukan idola sekolah. Tentu beberapa teman-temanku sering membicarakan tentang dirimu. Jadi lama-lama aku juga hafal tentang dirimu. Mengenai rumahmu, maaf, aku sempat melihat-lihat. Tapi, aku hanya melihat sekitar sini kok, tidak sampai membuka lemari kamarmu. Aku juga tidak mengambil apapun!!”
“Teman-temanmu? Kamu tidak salah satu dari mereka? Sepertinya kau terlihat senang saat bertemu denganku. Kau bahkan mau menerima cinta-kilat-nan-gila-ku. Aku menembakmu setelah 2 hari berkenalan, kalau-kalau kau lupa.”
“Emm.. Aku awalnya tidak menyukaimu. Sungguh, bagiku kamu itu mengesalkan. Namun, aku melihat sesuatu yang membuatku berubah pikiran. Dan jujur saja, aku sudah menyukaimu lama. Tidak seperti kamu yang jatuh cinta kilat karena pesonaku.” ucapnya sambil mengakhiri dengan kibasan rambut.

Aku tertawa pelan sambil memulai memakan ramyun yang sempat terlupakan.

“Karena pesonamu? Sepertinya bukan karena itu. Pertama kali aku melihat dirimu, kamu bertingkah seperti kelinci!”

Dia mengembungkan pipinya sambil menggerutu pelan dan kembali memasukan ramyun kedalam mulutnya.

“Aku saat itu sedang ingin menangkap daun maple! Tapi karena terlalu tinggi, makanya aku melompat-lompat.”
“Buat apa memangnya?”
“Umm.. Hanya sebuah mitologi kuno. Harusnya sih bunga sakura. Cuma, menurutku daun maple lebih bagus dari pada bunga sakura. Jadi misalnya kamu bisa menangkap bunga sakura sebelum mereka jatuh ke tanah. Kamu bisa meminta sesuatu. Tapi, jangankan bunga sakura, daun maple saja sudah susah sekali..”
“Ahh.. Aku tidak tahu kau mempercayai hal-hal seperti itu..”

Dara tertawa mendengar ucapanku. Aku mengangkat sebelah alisku dengan pandangan bertanya. Memangnya ucapanku lucu? Aku tidak melihat ada kata-kata yang terdengar lucu.

“Ucapanmu persis seseorang yang kukenal. Lagipula tidak ada salahnya kan mencoba?”
“Memangnya apa keinginanmu?”

Dara tersenyum penuh arti sebelum mengatakan “Sesuatu yang hampir mustahil..”
“Kalau sudah tahu mustahil kenapa masih mencobanya?”
“Tidak ada salahnyakan? Kenapa harus pesimis?” ucap Dara sambil terkekeh pelan.

“Lagipula setidaknya aku sudah mencoba agar bisa tetap bersamanya..”
“Bersamanya? Siapa? Seorang namja?”

Aku merasa sedikit kesal saat mengetahui Dara sedang berusaha keras demi bersama orang lain. Firasatku mengatakan orang itu adalah sebuah namja! Aku tidak cemburu, hanya saja diakan sudah menjadi pacarku. Jadi, dia tidak boleh bersama namja lain, apalagi hingga merindukan namja itu. Kutegaskan sekali lagi aku tidak cemburu. Tidak ada dikamusku kata cemburu.

Tapi tetap saja aku merasa sedikit marah ketika mendengar jawaban Dara “Seseorang di masa lalu..”

Seseorang di masa lalu dan Dara masih mengharapkannya? Jangan cemburu Jiyong… Kau tidak boleh cemburu. Seorang Kwon Ji Yong tidak boleh cemburu karena hal spele. Ta-tapi dia mengharapkan bisa bersama seseorang-yang-menurut-firasatku-seorang-namja! Astaga lama-lama jabatanku sebagai Kwon Leader bisa dicabut kalau aku tetap seperti ini. Cemburu itu seperti ramyun, tidak ada nutrisinya. Jadi berhentilah cemburu!

Day 4

“Hyung, jangan pergi ke taman maple itu..” ucap Daesung mencoba bicara denganku.

Setelah Youngbae—yang biasanya sabar—sudah jengah karena mengingatkanku berkali-kali, sekarang Daesung yang mencobanya.

“Waeyo? Ada apa sih dengan kalian? Aku tidak kesana untuk bunuh diri, jadi berhenti mencegahku kesana. Lagipula, aku hanya ingin bertemu dengan pacarku saja. “
“Pacar? Hyung punya pacar?” ucap Seungri lansung semangat.
“Ne, dan kita selalu janjian ketemuan di taman maple. Jadi berhenti menyuruhku untuk tidak pergi kesana!”
“Ta-tapi, te–“

Ucapan Youngbae lansung dipotong dengan ucapan Seunghyun yang mengatakan “Sudahlah Bae, lihat dia sudah punya pacar. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“Apa yang perlu dikhawatirkan tentangku?”
“Tidak ada, kami hanya takut hyung itu gay. Mengingat hyung sudah lama tidak berhubungan dengan seorang yeoja kecuali Dami nuna!” seru Seungri dengan diakhiri jitakan dariku.

Aku mendengar Daesung berbisik kepada Youngbae. Entah ada apa dengan mereka, tapi tampaknya mereka semua terdengar sedikit tenang saat aku mengatakan aku memiliki pacar. Mungkin memang sudah lama sekali sejak terakhir kali aku memiliki pacar.

~~~~~~~~~~~~~~~~

Youngbae’s POV

“Hyung, lagipula mungkin dia benar-benar tidak ingat. Lihat? Dia buktinya sudah memiliki pacar!” bisik Daesung.

Aku hanya menghela nafas sambil melirik Jiyong yang sedang asyik dengan Seungri atau mungkin dia berpura-pura asyik mendengar ucapan Seungri. Jelas-jelas ucapan Seungri benar-benar tidak jelas, tapi ia tetap terus-terusan memaksakan diri untuk tertawa.

Dan jangan bilang aku tidak tau saat dia melirik kearahku dan berusaha mencuri-curi pendengaran mengenai apa yang kubicarakan dengan Daesung. Aku terlalu lama mengenal dirinya hingga sudah terlalu afal dengan gerak-geriknya.

Ya, aku sudah terlalu lama mengenal dirinya, karena itu aku mengkhawatirkan dirinya sekarang. Rasanya aneh ketika dia datang pada suatu pagi dengan senyuman yang sangat cerah.
Bukan aku tidak ingin melihat dia ceria. Tapi, jika mengingat dia menangis bahkan mengurung diri selama 1 minggu penuh dan tiba-tiba keesokan harinya dia tersenyum seakan apa yang terjadi kemarin hanya drama….Bukankah itu terkesan mengerikan?

Aku saat itu lansung bertanya apa yang membuat dia ceria dan dengan polosnya dia berkata “Memangnya kenapa aku harus sedih?”

Jujur saja, aku sampai nekat mendobrak kamar Jiyong untuk mencari obat-obatan, takut Jiyong meminum obat aneh yang bisa menghilangkan ingatannya. Nihil. Tidak ada obat-obat semacam itu, yang tersisa hanya perkataan Seungri yang membuat kita sedikit bergidik.

“Jiyong hyung mungkin menabrakan kepalanya dengan keras ke tembok hingga gegar otak.”

Untungnya aku sempat mencegah Seunghyun untuk tidak menarik Jiyong ke rumah sakit, untuk diperiksa. Jiyong tidak lupa namanya, teman-temannya atau apapun. Dia hanya melupakan satu hal, mengenai orang itu.

***

Secangkir kopi dengan asap menggepul diletakkan pelayan diatas meja. Aku mengucapkan terima kasih sambil membayar pesananku dan yang lain kepada pelayan café itu.

Sesekali aku tersenyum saat mendengar lelucon Daesung yang sebenarnya terkadang terdengar garing. Tapi, aku merasa disitu lucunya. Melihat usahanya menciptakan lelucon lucu walau dia terus-terusan melihat ekspresi datar teman-temannya tiap lelucon dilontarkan.

“A-a-a! Ah! Ah!” jerit Daesung tergagap sambil menunjuk kearah jendela yang ada disebelah tempat duduk kita.
“Apa sekarang? Tadi kau menunjuk keluar dengan panik lalu saat kita menanggapi dengan serius, kau berkata dengan nada sok polos ‘Ada mobil’. Sekarang ada apa? Ada orang?” ucap Seunghyun sambil menggelengkan kepala.
“Ne! Ada o-orang! I-itu Jiyong hyung!!”
“Hyung, kami tidak akan tertipu untuk kedua kalinya. Jangan kira ki— HEE! ITU BENAR-BENAR JIYONG HYUNG” seru Seungri sambil belari kearah jendela seakan ia anak kecil yang melihat gerobak penuh mainan dan permen.

Aku dan Seunghyun lansung mendekati jendela juga. Kita melihat kearah yang ditunjuk oleh Seungri. Mulutku sedikit menganga—rasanya rahangku jatuh ke lantai—saat melihat pandangan yang terjadi di depan diriku. Di depan café ini. Di sore hari yang cerah ini.

“Oh…my..God.” ucap Seunghyun sambil mengucek matanya pelan.
“Ini tidak benar-benar terjadikan?” tanya Seungri dengan mata melotot, sepertinya bola matanya akan gelinding keluar sebentar lagi.
“Jiyong hyung sudah benar-benar gila..” ucap Daesung sambil menelan ludah.

***

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Jiyong’s POV

Aku pergi ke taman maple dan mendapati Dara belum ada di sini. Perasaan kecewa sedikit menghampiriku. Biasanya setiap aku kemari, Dara pasti sudah ada di taman ini.

Aku jadi baru teringat aku tidak tau apa-apa tentang dirinya. Aku tidak tau dimana Dara kuliah, dimana dia tinggal, siapa teman-temannya atau hal-hal semacam itu. Aku sempat bertanya, tapi dia malah berkata ‘itu tidak terlalu penting’. Kalau aku ingat-ingat, ia selalu mengalihkan pembicaraan setiap aku mulai bertanya tentang dirinya. Padahal aku ingin tahu lebih banyak lagi mengenai dirinya.

“Jiyongie!” seru suara yang sangat familiar ditelingaku bersamaan dengan sepasang tangan yang melingkar dipinggangku.
Aku menengok dengan sudut bibir yang terangkat.
“Kau terlambat~” ucapku sambil memutar tubuh agar menghadap dirinya.
“Mianhae, tadi aku ada urusan dulu.”

Aku hanya tersenyum dan memeluknya erat. Meletakkan pipiku diatas kepalanya dan tanganku membelai lembut rambut panjangnya. Rasanya aku bisa bertahan melakukan ini satu harian penuh. Perasaan yang menyelimutiku terlalu nyaman, sangat nyaman sehingga aku tidak ingin melepaskan Dara. Aku takut ia akan pergi seperti di dalam mimpiku.

“Kamu tidak akan meninggalkanku kan?” tanyaku sambil mengigit bibir bawahku.

Dara tersentak mendengar pertanyaanku, dia melepaskan pelukannya dan menatapku. Aku menatapnya balik dengan sedikit khawatir, takut mendengar jawabannya.

“Kenapa kau bertanya seperti itu?” tanya Dara.
“Entahlah, aku hanya memimpikan tentang dirimu yang meninggalkanku.”

Raut muka Dara sedikit berubah sedih. Aku merasakan tangannya meremas ujung bajuku dengan erat.

“Ji.. Aku tidak pernah mau meninggalkanmu.” ucapnya tidak berani melihatku.

Alisku terangkat saat mendengar perkataanya. Rasanya ada yang salah dengan kalimat itu, tapi aku berusaha untuk tidak mengubrisnya. Mungkin dia hanya gugup sehingga kalimat yang dipilihnya jadi aneh.

Tanganku mengangkat dagunya agar ia menatapku lagi. Aku mengecup bibirnya pelan sebelum berkata “Saranghaeyo”. Lalu aku kembali menciumnya lagi. Rasanya tidak pernah cukup merasakan bibir mungilnya, sehingga aku terus-terus memperdalam ciuman kita.
Kalau bukan karena kita butuh udara untuk bernafas, aku tak akan melepaskan bibir itu. Aku terlalu kecanduan dengan semua hal mengenai dia.

“Darong, hari ini kita jalan-jalan ya? Kamu tidak bosan terus-terusan disini?”
“Eh~ Aku suka disini. Memangnya kamu tidak suka?” ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya.

Aku tertawa melihat tingkah lakunya. Dia selalu terlihat lucu saat melakukan itu. Di mataku, dia selalu terlihat lucu dan cantik. Gaya terkonyol dan teraneh apapun akan tetap membuatnya kelihatan cantik.

“Aniyo, hanya ingin pergi ke suatu tempat bersamamu.” ucapku sambil menarik pelan bibirnya yang maju itu.
“Nyemono (Kemana)?” ucapnya susah payah.
“Jalan-jalan ke mall? Entahlah, kemana saja.” ucapku sambil melepaskan cubitanku. Aku tidak ingin bibirnya berubah menjadi bengkak karena terlalu lama dicubit.

Jadi, disinilah aku bersama dengan dia, di depan pertokoan yang menjual banyak barang. Dari makanan hingga pakaian. Kita tidak berbelanja apa-apa. Hanya memasuki satu toko, sibuk mengkomentari barang yang ada, mencoba memakai barang yang dijual, bergaya aneh-aneh dan keluar lagi. Aku merasakan perutku mulas karena terlalu banyak tertawa. Setiap dia menarikku kesana kemari, rasanya aku seperti sedang menemani anak kecil bermain.

Orang-orang juga memperhatikan kita, mungkin karena Dara yang terlalu cantik atau karena kita yang terlalu berisik. Karena hampir semua orang memperhatikan kita dan terang-terangan menatap kita. Mungkin mereka mengira kita pasangan gila?

Namun, Dara kelihatan semakin lama semakin gugup. Sepertinya dia tidak nyaman menjadi pusat perhatian, karena dia benar-benar menjadi lebih diam dan melirik orang-orang disekitarnya. Bahkan dia menyuruhku untuk mengurangi volume suaraku dan berhenti menatapnya. Bagaimana bisa aku berbicara dengannya dengan posisi mata menatap kedepan? Memangnya aku sedang berbicara dengan jalanan?

Padahal aku ingin menatapnya terus-terusan, aku tidak pernah merasa cukup menatapnya. Setiap menatapnya, aku seperti merasa bebanku hilang. Merasa dunia itu indah karena ada seseorang seperti dirinya. Merasa bersyukur karena aku bisa menatapnya. Bisa melihatnya. Bagaimana perasaanku selalu terasa bahagia setiap kali aku membuka mata dan melihat dia. Bagaimana aku merasa takut dikedipan mataku berikutnya dia akan menghilang. Karena itu aku ingin selalu menatapnya, menyimpan segala mengenai dirinya hingga ke detail terkecil. Menyimpan segala ekspresi yang ia buat di dalam otakku.

Apa aku terdengar seperti takut kehilangan dirinya? Namun, dari awal aku memang merasa takut kehilangan dirinya. Seakan dia akan pergi seperti dalam mimpiku.
“Jiyong!” aku mendengar seseorang menyerukan namaku. Aku menggelengkan kepalaku sebentar untuk menghapus pemikiranku yang sudah melantur kemana-mana, sebelum menengok kesumber suara.

Aku mengernyitkan dahi melihat Youngbae, Daesung, Seungri dan Seunghyun belari kearahku seperti sedang mengadakan balap lari.

“Wae?” tanyaku ketus. Sedang apa mereka dia disini. Cih, jangan bilang mereka sedang mengikutiku? Tapi, kalau begitu kenapa mereka menghampiriku? Meminta ijin untuk stalking?
“Kau sedang sama siapa?” tanya Seunghyun.

Ah~ Mereka menghampiriku karena ingin berkenalan dengan Dara. Susahnya memiliki pacar yang cantik mempesona.

Aku baru mau memperkenalkan sekaligus menyombongkan Dara ketika aku baru menyadari Dara sudah tidak ada disampingku. Mataku membulat ketika menyadari Dara sudah tidak ada disekitarku.

“Hyung, jangan marah.. Kita hanya bertanya soalnya—”
“DARA MENGHILANG! DARA MENGHILANG!” seruku histeris.

Aku mendorong Seunghyun agar menjauh dari pandanganku, siapa tahu saja badan Dara yang kecil tersembunyi dibelakang tubuh Seunghyun yang *ekhem* cukup besar dan tinggi.

Peluhku mulai membasahi mukaku. Aku terlalu panik hingga rasanya aku mau belari mengitari toko-toko ini–dan tidak akan kembali sebelum menemukan Dara–kalau bukan karena mereka semua tiba-tiba memegangiku.

“Da-Dara? DARA KATAMU?” ucap Youngbae sambil meremas bahuku. Aku bisa merasakan amarah terpancar di kedua bola matanya.

Apa? Memangnya dia mengenal Dara? Lalu kenapa dia emosi? Memangnya aku berbuat apa. Astaga semua ini jadi seperti benang wol yang kusut. Tapi, yang terpenting aku harus mencari Dara. Siapa tahu dia sekarang sedang  kebingungan mencariku atau dia sedang digoda namja genit yang menjijikan.

Pikiran itu membuatku semakin panik, aku memberontak berusaha melepaskan genggaman mereka yang malah makin mengencang.

“YA! Lepaskan aku! Aku harus mencarinya!”
“Ji… Hentikan… “ geram Seunghyun dengan suara beratnya.
“Are you f*cking crazy? Dia menghilang? Dan kau menyuruhku berhenti mencarinya?”
“DARA SUDAH MENINGGALKANMU JIYONG. DIA TIDAK MUNGKIN BERSAMAMU.” teriak Youngbae emosi.

Aku merasakan beberapa tangan melepaskan pegangannya dariku dan beralih memegang Youngbae agar tidak menerjang diriku.

Apa katanya? Dara sudah meninggalkanku? Lelucon yang lucu. Sangat lucu. Aku rasa Youngbae harus mengambil tes kejiwaan. Karena leluconnya bahkan sangat parah! Apa ia cemburu karena aku memiliki Dara-yang-cantik sebagai pacar sedangkan ia tetap jomblo? Tetap saja leluconnya sudah keterlaluan.

“Jaga mulutmu, Bae. Kau tidak kenal Dara. Kau bahkan belum pernah bertemunya.” geramku.
“Hyung, a-apa yang kau maksud San-sandara nuna?” ucap Daesung sedikit takut.
“Kita mengenal Sandara nuna.” ucap Seungri pelan.
“Di dunia ini bukan hanya ada satu orang yang bernama Sandara.” ucapku mulai menatap tajam mereka.

Apa sekarang? Mereka ingin mengatakan kalau Sandara yang mereka tau adalah Sandara-ku? Lucu sekali, aku bahkan baru berjalan-jalan bersama dia beberapa menit lalu sebelum mereka datang dan menghancurkan semuanya.

“SANDARA PARK SUDAH MENINGGALKANMU. DIA TIDAK MUNGKIN ADA BERSAMAMU. TIDAK MUNGKIN. HENTIKAN OMONG KOSONG INI.” teriak Youngbae untuk kedua kalinya dan kembali berusaha menerjangku lagi.

Seperti biasa komentar juseyo! Apakah mulai terlihat jelas alur ceritanya? Masih adakah yang tidak mengerti tentang ceritanya? Semoga tidak ada yang bosan.. Gomawo buat yang sudah membaca, tapi, lebih baik lagi jika meninggalkan jejak ^^
Anyway, i hope everyone keep looking forward for the next chapter! 🙂

<<back    next>>

20 thoughts on “7 Days [Chapter 4] : Jealousy…

  1. Sedikit2 udah mulai jelas,
    Pokoknya antara dara itu udah meninggal atau koma dan rohnya berkelana atau cuma sekedar khayalan jiyong aja???
    Kenapa yb emosi banget pas jiyong nyebut nama dara dan histeris karena dara menghilang???

  2. Pasti dara udah meninggal kan?
    Kasian sekali jiyong TT
    Youngbae,Daesung,Seungri,TOP emang curiga tuh jiyong sering ke pohon maple dan tau sesuatu tentang pohon itu cuman jiyong seorang yg tdk tau atau mungkin dia lupa
    Lanjut lagi ah

Leave a comment