Seoul Lovers #3

SL copy

Waahh mian, chap 3 kelamaan yah nongolnya? Xixixi… Gara-gara kelamaan mikir plot dan karakter tokoh pendukung jadi ngaret deh ngepost-nya,  ehhehee…

Oh iya,  jika kalian menemukan komentar dgn nama chira berarti itu aku,  kemaren2 sempat kesulitan gak bs comment tapi setelah mendapat wangsit, baru bisa lagi deh, kekekee…  Kalau be-begitu,  langsung meluncur ke tkp aja yah,,  met reading  ^_~

***

Sandara POV

 

“Tapi kurasa dia cukup tampan Sanghyun-ah, aku suka.”

 

“Eomma…”

 “Kalau dia jadi kekasihku, bagaimana?”

 

“Eommaaaa!”

“Salah sendiri kenapa kemarin kau bilang begitu.”

“Eommaaa! Mana kutahu kalau dia mendengarnya.”

Menyebalkan! Gara-gara mulut ember adikku, wanita yang mengaku sebagai saudara kembar Yoon Eunhye itu tak berhenti menggoda aku, anaknya sendiri. Dia bilang, pantas saja Jiyong bisa berbicara seperti itu semalam, karena aku sendirilah yang dengan sukarela masuk ke dalam sarang harimau. HAH!

Bukannya hatiku tidak tersentuh dengan semua tindakannya tapi ini mendadak dan terlalu banyak hingga aku tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Apalagi pria itu dengan semena-menanya mudah sekali mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat jantungku hampir berhenti.

“Sudah sana pergi keatas, panggil Jiyong turun untuk sarapan.”

Melihat matanya yang berbinar-binar dan senyumnya yang terukir berbahaya, aku mengira-ngira jangan-jangan eomma akan memasukkan nama Jiyong dalam ahli waris keluargaku jika pria itu benar-benar melamarku? Dan sebenarnya aku tahu eomma sudah mengincar Jiyong karena pria itu adalah tipikal calon menantu idamannya!

Selain karena faktor tampan, yang membuat wanita itu yakin Jiyong akan menjadi bagian dari keluarga Park adalah karena ia seorang polisi, sama seperti Sanghyun. Katanya jika menantunya seorang polisi, eomma tidak perlu repot-repot lagi menjagaku. Kadang aku sempat berpikir apa wanita yang tak mau dibilang sudah ada keriput itu benar-benar eomma-ku, mengingat ia punya pikiran brilian sekaligus licik? Ckckck…

Aku bahkan tahu bahwa eomma tidak suka kalau calon menantunya punya tubuh yang sangat berotot seperti pelatih kebugaran. Belum lagi Jiyong cepat akrab dengan Sanghyun dan appa, sehingga kata eomma-ku lagi keluargaku tak perlu repot-repot mencari calon suami untukku karena pria itu datang dengan sendirinya. See?

“Suruh Sanghyun saja.”

Dengan tampang memelas, aku berharap eomma tidak akan menyuruhku memanggil Jiyong yang semalam tidur di kamar Sanghyun. Tapi gagal, eomma terlalu perkasa untuk dilawan. Jika aku perlu 1001 cara menghindar dari perintah eomma, wanita yang sudah mengandungku selama 9 bulan itu punya 10001 cara untuk menang dariku.

“Sanghyun sedang membantu appa-mu sayang, dan adikmu minta tolong diambilkan kaosnya yang ada di atas kasur.”

“Tapi eomma, ak-“

“Sana.”

Eomma mengibaskan tangannya mentitahku cepat pergi dengan mata yang hampir menyerupai melotot. Aku menyerah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Yoon Eunhye gadungan, karena aku tahu betul perkataan wanita itu tidak bisa dibantah. Dan aku tidak pernah menang!

Aku menaiki tangga dengan perasaan bergejolak di seluruh tubuhku. Semalaman aku tidak bisa tidur gara-gara tindakan gila pria itu. Pernyataannya membuat akal sehatku sempat bubar selama beberapa detik. Sialan. Aku benar-benar tak mengira kalau ucapanku pada Sanghyun saat itu –kalau dia jadi kekasihku bagaimana- bisa menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Huhuhu….

Sekali lagi hidungku mengeluarkan napas berat saat membuka pintu kamar Sanghyun dan mendapati kamar dalam keadaan kosong. Mataku beredar ke sekeliling kamar dan melihat sebuah kaos oblong putih teronggok pasrah di atas kasur. Aku segera mengambilnya tanpa ragu dan buru-buru melangkahkan kaki ingin segera pergi dari situ. Bahaya kalau sampai Jiyong melihatku berada di ruangan ini.

Belum sempat kakiku berjalan jauh, pintu kamar mandi mendadak terbuka dan kulihat Jiyong keluar dengan santainya. Sepertinya ia juga ikut kaget, terlihat dari matanya yang sempat terbelalak sekejap namun langsung tergantikan dengan senyum seringai. Gadis mana yang tidak syok melihat seorang pria bertelanjang dada –dengan handuk yang masih menempel di lehernya- dan hanya berbalut celana panjang di bagian bawahnya dengan rambutnya yang sedikit basah? Dan gadis itu adalah aku!

“Y-yak! Ce-cepat pakai baju.” Aku segera menutup wajahku dengan kaos yang kupegang tadi dan sempat-sempatnya menghirup aroma harum dari kaosnya itu. Aneh, kaos Sanghyun tidak pernah sewangi ini.

Jantungku makin berdegup kencang saat melihat siluet tubuh Jiyong yang makin lama makin mendekatiku. Dari balik kaosnya yang sedikit transparan itu, aku bisa sedikit memandang tubuh pria itu yang tidak terlalu berotot tapi cukup berbentuk di beberapa bagian. Heart, stay there! Stay there!

Seharusnya aku memperketat penglihatanku tapi tanganku berkhianat! Tanpa malu, tanganku malah menurunkan kaos yang kupegang hingga menyisakan mataku saja. Ya ampun, selain tanganku ternyata hatiku juga berkhianat!

Kulihat Jiyong berjalan semakin dekat dan sepertinya sengaja menggodaku dengan senyum evilnya. Aku bisa membayangkan ia sedang tertawa terbahak-bahak dalam hati karena berhasil membuatku hampir meneteskan air liur. Aku bahkan tidak berkedip menatapnya!

“Dara, bagaimana aku bisa pakai baju kalau kau terus memegangi kaosku dan menciuminya?” ujarnya dengan suara serak yang seksi.

Mataku melebar sempurna begitu tahu kaos yang kupeluk adalah kaos miliknya. Oh my gawd. Ambulance mana ambulance?! Aku ingin pingsan saja!

Ia kembali memepet hingga kepalaku harus mundur sedikit agar tidak menempel dengan wajahnya. “K-kau mau apa?”

“Kau pikir mau apa?”

“I-ini masih pagi.” Sepertinya aku benar-benar sudah tidak waras. Ini masih pagi? Kalimat macam apa itu! Memangnya aku berharap Jiyong akan melakukan sesuatu pagi-pagi begini? Benarkan, otakku blank kalau dekat-dekat dengannya.

“Apa yang biasanya pria lakukan pagi-pagi begini selesai mandi?”

“Mo-molla.” kataku sambil mengalihkan pandangan mataku yang entah sejak kapan melirik dadanya yang masih terekspos.

Jiyong menatapku dengan lekat sehingga aku salah tingkah. “Pria itu artinya…” Ia memberi jeda sebelum melanjutkan kalimatnya sambil mengambil kaos dari tanganku. “Lapar dan ingin makan.” ujarnya lagi sembari menahan tawanya.

***

Suasana sarapan di ruang makan menjadi ramai karena lelucon-lelucon Jiyong yang lucu. Dan Dara sangat bersyukur bahwa tidak ada gelagat aneh yang ditunjukkan pria itu selama acara makan pagi berlangsung. Sanghyun mencoba menawarinya mengambilkan minuman saat melihat air di gelas Jiyong sudah habis, tapi pria itu bersikeras ingin mengambilnya sendiri.

Ketika melewati tempat duduk Dara, Jiyong sedikit membungkuk agar tingginya sejajar dengan kepala gadis itu yang sedang sibuk mengunyah makanan tanpa menyadari kehadirannya.

“Ada nasi di sudut bibirmu.” ucapnya singkat sambil membersihkan sisa nasi yang masih menempel di pinggir bibir gadis itu dengan ibu jarinya.

Sejak tadi ia mengamati tingkah laku gadis itu ketika makan. Entah apa karena gadis itu terlalu bernafsu makan hingga tak menyadari ada beberapa butir nasi yang menempel di sudut bibirnya atau ia yang terlalu berpikiran sempit kalau sebenarnya tanpa perlu melakukan hal apapun, gadis itu sudah membuatnya tertarik setengah mati.

Dan kelakuan pria itu kali ini berhasil membuat keluarga Park memandangnya dengan penuh kehebohan. Jiyong tak mempedulikan tatapan beberapa pasang mata yang memandangnya dengan syok, kecuali Sanghyun yang melihatnya sambil cengengesan malah terkesan senang karena partnernya itu berhasil menggoda noonanya sendiri.

“Te-terima kasih.” ujar Dara dengan gugup. Jiyong hanya tersenyum tipis lalu pergi ke dapur untuk mengambil air minum seolah-olah tindakannya tak berefek apapun.

“Hyun Bin, temanmu sepertinya sudah tergila-gila pada kakakmu.” kata nyonya Park setengah berbisik pada Sanghyun –yang sangat menyukai aktor itu setelah menonton drama Secret Garden lalu merengek pada eomma-nya agar memanggil namanya dengan itu-.

Sanghyun yang sedang asyik mengunyah roti di mulutnya hanya mengangkat kedua bahunya seakan menjawab pertanyaan eomma-nya, namun sedetik kemudian ia menyunggingkan cengiran khasnya sembari berkata, “Sepertinya begitu Yoon Eunhye.”

***

Dara melirik Jiyong dari kaca spion depan mobilnya yang disetir pria itu dengan penuh tanda tanya dan sesekali melirik pemandangan di luar. Biasanya Sanghyun-lah yang menyetir dan Dara tinggal duduk manis di kursi penumpang dengan nyamannya, namun kali ini dengan mudahnya adiknya menyuruh pria yang baru dikenalnya sehari itu untuk membawa mobil mereka menuju kantor Dara. Mereka bertingkah seperti sudah lama saling kenal.

Ia memperhatikan rahang pria itu yang sedikit mengeras ketika kaca spion mobilnya tanpa sengaja tersenggol kaca spion mobil lain. Dan tiba-tiba kepalanya pusing ketika mata Jiyong beradu dengan matanya. Dara cepat-cepat menyingkirkan pandangan matanya ke arah lain dan merutuk didalam hati kenapa ia bisa sampai ketahuan mengamati pria itu. Dan lebih parahnya lagi setelah Jiyong menangkap basah Dara yang sedang memperhatikannya, pria itu malah balik memandanginya dari kaca spion depan mobilnya. Oh dear, ini benar-benar membuat kepalanya pening.

Tak lama kemudian mobil berhenti tepat di depan kantor Dara dan dengan terburu-buru gadis itu langsung beranjak dari kursi penumpangnya setelah sempat pamit pada Sanghyun, tak mempedulikan tatapan Jiyong yang masih mengarah padanya.

“Hei, tunggu sebentar!” panggi Jiyong. Ia menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh Dara untuk menunduk sedikit.

Tadinya Dara enggan untuk melakukannya namun melihat Jiyong terus menggerak-gerak tangannya, dengan terpaksa ia menurut. “Apa?” sahutnya.

Jiyong mengeluarkan kepalanya sedikit melalui jendela mobil yang terbuka. “Dasar gadis ceroboh.” katanya sambil menghapus bekas lipstik Dara yang sedikit berantakan di sudut bibir gadis itu dengan ibu jarinya.

Ia sadar bahwa tindakannya itu bisa membuat gadis itu lemas seketika tapi memang itulah yang ia inginkan, hanya gara-gara ia ingin melihat raut wajah Dara yang terlihat lucu dan menggemaskan ketika ia malu.

“Ini jauh lebih baik, lipstik merahmu sejak tadi menggangguku. Tadinya aku ingin menghapusnya dengan bibirku tapi pasti kau akan meninjuku nanti.” katanya tanpa rasa bersalah sambil mengerlingkan sebelah matanya. “Aku akan menjemputmu nanti sore, sampai ketemu, calon istriku.” Kata-kata terakhir pria itu sukses membuat perasaan Dara langsung jungkir balik.

***

Nafas Dara baru bisa tenang setelah bokongnya menempel di tempat duduk. Kedua tangannya sejak tadi kaku untuk digerakkan, siapa lagi kalau bukan gara-gara pria –yang namanya tidak mau ia sebut- yang seenak jidatnya memanggil dirinya dengan sebutan calon isteri. Bagaimana pria itu bisa menyimpulkan bahwa Dara akan menjadi isterinya jika mulutnya pun belum pernah mengiyakan lamaran tak resmi itu?! Gahhh, baru kali ini ia bertemu dengan pria yang sangat narsis dan optimis.

Baru sebentar ia duduk, ketenangannya sudah terusik karena bunyi ponselnya yang berdering terus menerus dari nomor tak dikenal. Dengan enggan Dara mengangkatnya.

“Yeoboseyo?”

“Hey, babe.”

OMG, dia lagi!

“Darimana kau tahu nomor ponselku?”

“Dari paranormal. Tentu saja dari adikmu. Aku rindu padamu, babe.”

“Kita baru bertemu 15 menit yang lalu Kwon Jiyong. Dan aku bukan babe-mu!”

“Sebentar lagi juga kau akan memanggilku babe, babe.

“Ya ampun, kau benar-benar menyebalkan!”

“Hehehe… Oh ya, sepertinya ada barang milikku yang terbawa olehmu.”

“Tidak mungkin.”

“Iya, bisa kau periksakan untukku?”

Dara pura-pura memeriksa tasnya untuk memastikan tidak ada barang milik pria itu yang tertinggal. “Aku sudah memeriksanya di tas dan yakin tidak ada.”

“Aku kan tidak bilang ketinggalan di dalam tas.”

Orang ini!!!

“Kau benar-benar yakin sudah memeriksanya?”

“Sudah!”

“Benar?”

“Astaga Kwon Jiyong! Memang apa sih barangmu yang ketinggalan?”

“Hatiku.”

“…..”

Arggghhh @#%^&$?!

Dara harus selalu menahan napas setiap kali pria itu berbicara padanya. Ia mengira-ngira apakah semua ucapan yang pernah dilontarkan pria itu dilontarkan juga kepada gadis lain selain dirinya. Jika itu benar, berarti Kwon Jiyong memang salah satu dari sekian pria playboy yang terlahir di alam semesta ini.

Ketika Dara masih berpikir bahwa Jiyong adalah jenis pria gombal yang harus dihindari, pria itu sudah menutup sambungan teleponnya lebih dulu. Lalu mengirim sms yang isinya mau tak mau membuat Dara menepuk dadanya berkali-kali karena merasa kadar oksigennya menipis dan ingin segera memanggil 911.

Dear miss Sandara Park, please marry guy named Kwon Jiyong immediately. Start family and make a lot of babies, okay?

 

***

Dara melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu berlalu begitu cepat sampai-sampai ia tak sadar sudah saatnya pulang. Untung saja Jiyong tidak mengirim sms lagi setelah itu, karena jika hal itu terjadi detak jantung Dara bisa-bisa berantakan akibat ulahnya.

Setelah berpamitan dengan rekan kerjanya, ia melangkah was-was menuju pintu keluar. Setelah celingukan kesana kemari dan tak melihat mobil Sanghyun, hatinya lega. Ia tak bisa membayangkan betapa canggungnya mereka bertemu jika Jiyong -yang sudah kesekian kalinya berhasil membuat bulu kuduknya merinding- benar-benar menunggunya di depan kantor.

Gadis itu mengepalkan tangannya ke atas dan bersorak gembira seakan-akan ia baru menang lotere. Hidupnya akan kembali tenang setelah Jiyong menemukan tempat tinggal barunya. Sebentar lagi ia akan terbebas dari rayuan gombal pria itu. HAHAHAAA…

Saking senangnya sambil berlari, ia tak memperhatikan ada orang yang sedang berjalan pelan didepannya. Alhasil, ia menubruk orang itu dengan sangat kencang dari belakang dan akhirnya mereka berdua terjerembab. Buru-buru ia membereskan tasnya yang terjatuh dan meminta maaf pada orang tersebut.

“Maafkan aku, aku benar-benar tidak sengaja. Apa kau baik-baik saja?” Dara mencoba membantu orang itu untuk berdiri namun dengan kasarnya orang itu malah menepis tangannya dan menatapnya tajam.

“Pakai matamu kalau jalan.”

Mata Dara terbelalak kaget melihat orang yang ditabraknya. Baru saja ia ingin merayakan kemenangan besarnya karena terlepas dari pria buaya darat itu, kini ia kembali berhadapan dengannya lagi. Tapi yang membuat gadis itu lebih kaget lagi adalah penampilannya yang berubah 180 derajat.

Dara memicingkan mata, menatap pria itu lekat-lekat. Tadi pagi ia mengenakan celana jeans, kaos putih dan jaket kulit warna hitam. Tapi sore ini ia terlihat sangat berbeda. Rambutnya ditata mohawk dan dicat sedikit cokelat, matanya tersapu eyeliner tebal, belum lagi kaos tanpa lengan melekat di tubuhnya yang memamerkan otot lengannya. Ditambah dengan celana kulot dan sepatu bootsnya serta beberapa tindikan di telinganya, nyaris membuat Dara ingin memangsanya hidup-hidup karena pria itu terlihat sangat hot! Astaga Dara, apa yang sedang kau pikirkan?!

“K-kau? Sejak kapan kau mengganti bajumu? Hey, apa polisi juga boleh mewarnai rambutnya seperti itu?” Dara terus mengoceh sementara pria itu sepertinya tak berniat menanggapinya.

“Kau siapa?”

Mulut Dara mendadak menganga lebar mendengar perkataannya.

“Maaf nona, aku tidak kenal denganmu.”

Si brengsek ini! Berani-beraninya dia bilang dia tidak kenal denganku?! Setelah mencoba melamarku di depan seluruh keluargaku dan mengirim sms menyuruhku untuk menikahinya, sekarang dia bilang tidak kenal aku?!

Dara menepuk-nepuk dadanya seolah-olah ada batu besar yang sedang menghantam jantungnya. Belum sempat ia meminta penjelasan pria itu, ia sudah meloyor pergi sambil memakai kacamata hitamnya.

“Yak! Aku belum selesai bicara!” teriak Dara. Namun pria itu tak mempedulikan teriakannya, malah melambaikan tangannya ke belakang. “Yak! Kwon Jiyong, kembali kau!”

Langkah pria itu terhenti seketika saat mendengar wanita yang menubruknya memanggil dirinya dengan nama Kwon Jiyong. Ia membuka kacamatanya dan berbalik mendatangi Dara kembali.

“Siapa tadi yang kau panggil?” tanyanya memastikan.

“Aisht, sekarang kau baru menyahut. Kau pura-pura amnesia ya?” Dara mendecak kesal pada pria itu yang sekarang sudah berada di hadapannya. “A-apa?” Tiba-tiba nyalinya ciut begitu pria itu menatapnya dengan pandangan mengintimidasi.

“Kau kenal dengan pria yang bernama Kwon Jiyong?” Raut wajah pria itu yang tadinya dingin seketika berubah cerah begitu ia tahu wanita itu mengenal Jiyong. Seulas senyum tipis tersungging di bibirnya. “Nona, boleh kutahu apa hubunganmu dengannya?”

Kedua alis Dara menyatu. Apa dia sudah tidak waras tidak mengenali namanya sendiri? Atau jangan-jangan Jiyong berubah jadi gila gara-gara ia menabraknya dari belakang? Ya Tuhan Dara Park, apa yang sudah kau lakukan padanya?! Mungkin tadi kepalanya terbentur aspal hingga ia lupa ingatan!

“A-apa kepalamu sakit? A-atau kau merasa pusing? Bagaimana kalau kita ke rumah sakit dan bertemu dokter?” tanya Dara dengan panik begitu mengetahui Jiyong lupa dengan namanya sendiri.

Saat Dara berusaha menggapai tangan pria itu untuk mengajaknya pergi, tangan pria itu sudah memegangnya lebih dulu. Kepalanya dicondongkan mendekati wajah Dara. Mata pria itu begitu intens memandangi Dara dari atas rambut sampai ujung kaki.

“Apa kau pacarnya? Dimana dia sekarang? Bagaimana keadaannya?”

Benarkan? Sepertinya kepalanya benar-benar terantuk aspal.

“Jangan sentuh dia.”

Tiba-tiba Dara merasa tubuhnya ditarik ke belakang oleh seseorang. Matanya mau copot keluar begitu tahu siapa yang menariknya. Bahkan beberapa kali ia harus menengok ke depan dan ke belakang untuk memastikan matanya tidak salah melihat. Mata, hidung, mulut, semuanya hampir sama, bahkan tingginya juga! Kepala Dara langsung cenat-cenut memikirkan hal ini. Astaga, apalagi ini!

“Aku tidak percaya bertemu denganmu disini.” kata pria berkaos tanpa lengan itu dengan senyum merekah lebar.

“Tidak perlu basa-basi dan berhenti tersenyum seperti itu.” sahut pria yang menarik tubuh Dara itu dengan sebal.

“Ayo kita berpelukan.” ucap pria itu lagi sambil meregangkan kedua tangannya.

“Hahaha, manis sekali.” balas pria yang satunya lagi dengan nada mengejek.

“Oh ayolah, apa kau tidak rindu padaku?”

“Rindu kepalamu! Kau sudah bosan hidup menanyakan itu?”

“Benar kau tidak sekalipun rindu padaku?”

“Tidak!”

“Yakin?”

“Aku bilang tid-..”

“STOP!!!”

Tangan Dara refleks menutup kedua mulut pria itu kemudian menatap mereka dengan tatapan super membunuh jika mereka berdua tidak menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini. Pria berkaos tanpa lengan lebih dulu menurunkan tangan Dara dari mulutnya. Seringainya sama persis dengan yang dimiliki pria yang menarik tubuh gadis mungil itu.

“Kenalkan, aku Kwon Minho, anggota boyband WinnerBang yang sekarang sedang melakukan aktivitas solo dan mencoba meniti karier sebagai aktor, sekaligus altar ego pacarmu ini, Kwon Jiyong.”

Mendadak kepala Dara terasa ditimpa batu meteor yang jatuh dari langit. Pria ini… Dia… Dia artis yang beberapa waktu lalu berkolaborasi dengan IU di acara musik favoritnya. Dan dia adalah kembaran pria yang sudah berhasil mengacak-acak hidupnya! Oh my God. Kenapa hal ini harus terjadi pada dirinya?

Nafas Dara mulai tercekat dan tangannya berubah dingin. Ia melirik Jiyong yang nampak kesal dan memalingkan wajahnya. Dari gelagatnya ia tahu benar bahwa sepertinya mereka tidak akur. Sebenarnya ada apa dengan kakak beradik kembar ini?!!

– to be continued-

<<Back Next>>

21 thoughts on “Seoul Lovers #3

Leave a comment