ROMANCE TOWN ~ “You and Me” [Part.9]

romance town

Author  : Sponge- Y
Main Cast  : Kwon Jiyong (25 tahun) , Park Sandara (25 tahun)
Support Cast : Yoon Suk (4 th) , Kiko Mizuhara (24 th) , Park Bom (25 th) , Kim Jaejoong (25 th) , etc.
Genre : Romance, Comedy, Family.

 Bagi yang bertanya- tanya kemana perginya Kiko dan bagaimana dengannya saya akan serahkan pada asumsi kalian masing- masing. Karena mungkin saya tidak akan memunculkan Kiko lagi di ff ini (Pasti kalian sudah tahu kan yak, kenapa :p) dan sebenarnya saya sedikit menyesal kenapa harus menggunakan dia sebagai orang ketiganya *sigh*.

Dan terimakasih Va Panda videonya yaa… big thanks 😘😘

Selamat membaca~~ ^^

 

“Eomma?” Panggil Dara ragu sedangkan wanita paruh baya tersebut langsung menoleh ketika mendengar suaranya. Omo! Dia tidak salah…. wanita ini benar- benar eommanya. Tapi bagaimana bisa eommanya tiba- tiba berada di rumahnya? Darimana dia tahu alamat rumahnya? Lalu bukankah dia masih membenci Dara?

“K-kau…..” Eommanya tidak melanjutkan kata- katanya dan hanya menatap Dara dengan tatapan yang tak bisa diartikannya. Jika boleh jujur, Dara sangat merindukannya. Dan melihat eommanya sedang berdiri di hadapannya seperti sekarang, ingin sekali dia memeluknya dan bilang jika dia sangat merindukannya. Apakah eommanya tahu bagaimana perasaannya beberapa tahun yang lalu ketika dia mengusirnya dari rumah?

Eommanya mengalihkan pandangan ke arah Jiyong yang sedang berdiri di samping Dara dan seketika itu ekspresinya berubah. Wanita paruh baya tersebut langsung berjalan ke arah Jiyong dan tanpa sempat di cegah langsung menyerangnya. Dara terkesiap kaget dan membelalakan matanya tidak percaya ketika eommanya dengan tiba- tiba menyerang Kwon Jiyong dan memukulnya bertubi- tubi. Uh-oh apa yang sedag dilakukan eommanya?

“Yah! Lelaki brengsek! Apa yang kau lakukan terhadap anakku hah? Kenapa kau meninggalkannya dulu?!!” Teriak Eommanya. Dara masih belum bisa berpikir dengan jernih dan tidak bergerak dari tempatnya. Astaga…. apa lagi ini?

“Yah!! Ahjumma! Kenapa kau memukulku? Dengarkan penjelasanku dulu!” Teriak Jiyong sambil mencoba menghindari pukulan dari wanita itu.

“Ahjumma? Dan sekarang kau memanggilku ahjumma? Yah! Aku adalah ibu dari istrimu! Dasar anak kurang ajar!” Wanita paruh baya tersebut terus melayangkan pukulannya ke arah Jiyong dengan menggebu- gebu.

“Eomma! Hentikan! Kita bisa membicarakannya baik- baik!” Kata Dara ketika sudah menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia harus menghentikannya sebelum Jiyong babak belur di tangan eommanya sendiri. Ya ampun…. bukankah ini konyol?

“Tidak! Aku sudah ingin menghajarnya sejak beberapa tahun yang lalu. Jangan berani- berani menghalangiku!” Kacau! Ya, ini benar- benar kacau. Dara sangat mengenal ibunya, dia tahu jika ibunya sangat marah ketika tahu Dara sedang hamil beberapa tahun yang lalu. Terlebih lagi lelaki tersebut tidak bertanggung jawab dan pergi meninggalkannya begitu saja. Tapi masalahnya lelaki tersebut adalah Jaejoong bukan Jiyong! Uuugghhhh… apa yang harus dilakukannya?

“Ahjumma! Aku tidak bersalah, jadi tolong hentikan!” Bukannya berhenti, wanita paruh baya tersebut malah semakin menjadi- jadi. Dara membelalakan matanya dan mulai panik. Dasar lelaki bodoh itu! Setidaknya bisakah Jiyong berhenti memanggil eommanya ahjumma?

“Eomma… kumohon hentikan…” Rengek Dara sambil mencoba menghentikan Eommanya tetapi wanita tersebut tetap tidak bergeming. Sungguh, sebenarnya hari apa ini? Otaknya benar- benar lelah tentang apa yang telah terjadi sepanjang hari ini dan masalah baru tiba- tiba muncul *sigh*

“Aku akan berhenti ketika aku sudah puas menghajarnya!” Lagi- lagi Dara membelalakan matanya dengan panik. Dara tahu, jika eommanya sudah berkata seperti itu maka dia akan benar- benar melakukannya. Oh tidak…. bagaimana ini? Dia harus menghentikannya!

“Eomma, kumohon jangan sakiti Jiyong.” Dara merengek lagi sambil mencoba menghentikan ibunya. Lagipula ini sudah larut malam, bagaimana jika tetangga mereka mendengarnya? Ini akan benar- benar memalukan. Dara membelalakan matanya lagi ketika melihat Jiyong mengerang kesakitan karena pukulan ibunya.

“Hentikan Eomma… kumohon, jangan sakiti Jiyong. A-aku mencintainya….” Dara mencoba menghentikan ibunya sekali lagi. Ketahuilah, dia sudah sangat lelah dan bahkan hari ini dia belum memakan apapun.

Beberapa detik kemudian ibunya akhirnya melepaskan Jiyong yang saat ini sedang terengah- engah kelelahan. Dara menghembuskan nafas lega lalu menghampiri Jiyong dan melihat ada beberapa luka di dahinya. Oh astaga… apa yang telah dilakukan ibunya?

“Kau bilang kau mencintainya? Demi Tuhan Dara, bagaimana bisa kau mencintai lelaki yang telah menyakitimu dan meninggalkanmu?!” Dara merasakan dadanya tiba- tiba sesak mendengar ibunya berkata seperti itu. Dia hanya bisa terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa. Perasaan bersalah kembali menghampirinya, semua ini karena kebohongannya. Setelah berbohong dengan semua orang termasuk orang tua Jiyong dan sekarang dia juga harus membohongi ibunya sendiri. Dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada ibunya.

“Ahjum… ah maksudku Eomma, tenanglah dulu. Sudah larut malam sebaiknya kita istirahat saja. Kita bisa membicarakannya besok.” Kata Jiyong memecah kesunyian sedangkan Eomma Dara tetap memandang tajam ke arahnya.

Dara menatap Jiyong ketika merasakan lelaki tersebut menggenggam tangannya dan tersenyum hangat ke arahnya. Dan entah kenapa itu membuat perasaannya agak tenang. Hal yang selalu dikhawatirkannya selama ini tentang bagaimana jika orang tua Jiyong mengetahui segalanya? Lalu bagaimana jika ibunya juga akan tahu jika dia sedang berbohong? Tapi dengan melihat lelaki tersebut tersenyum membuat perasaannya kembali tenang. Entahlah… apapun yang akan terjadi dia hanya membutuhkan Jiyong untuk selalu berada di sampingnya. Dan Dara baru menyadari jika dia benar- benar mencintai lelaki menyebalkan ini.

“Baiklah. Dimana kamarku? Tapi ingat. Kita akan benar- benar membicarakannya besok.”



“Mianhe.” Kata Dara pelan. Saat ini mereka duduk di tempat tidur dengan Dara yang sedang mengobati luka di kening Jiyong. Dia tahu, dirinya sudah menimbulkan banyak kekacauan di kehidupan Jiyong. Mulai dari dirinya yang tiba- tiba muncul bersama Yoonsuk, membohongi semua orang, dan sekarang menyeret Jiyong ke dalam masalahnya. Sekarang ibunya membenci Kwon Jiyong dan itu membuatnya menjadi semakin bersalah. Seharusnya Jaejoong lah yang menerima semua ini. Jaejoonglah yang seharusnya menerima tatapan kebencian dari ibunya, bukan Jiyong.

“Berhentilah menyalahkan diri sendiri. Semua ini bukan salahmu.” Bukan salahnya? Dara memandang Jiyong dengan tatapan tidak percaya. Dia yang membuat hidup lelaki itu jadi seperti ini dan Jiyong bilang itu bukan salahnya?

“Aishh… berhentilah menatapku seperti itu. Kemarilah, aku tahu pikiranmu pasti sedang kacau.” Dara melihat Jiyong menggeser tubuhnya mendekat. Dan detik berikutnya dia merasakan kehangatan tiba- tiba menyelimutinya, Jiyong memeluknya.

“Mulai sekarang berhentilah menyalahkan diri sendiri ne?” Jiyong membelai pelan rambut Dara mencoba untuk menenangkannya.

Dara menenggelamkan wajahnya di dada Jiyong dan air mata mulai mengalir dari matanya tanpa sempat dia cegah. Dia benci menangis di depan Jiyong tapi untuk kali ini saja dia benar- benar ingin menangis. Ini aneh, beberapa minggu yang lalu dia sangat membenci Kwon Jiyong. Namun siapa sangka jika sekarang dia bahkan benar- benar membutuhkannya. Demi Tuhan… dia sangat mencintai lelaki ini.

Dara terisak pelan yang membuat Jiyong semakin mempererat pelukannya dan menyandarkan dagunya di kepala Dara. Ini tidak adil bukan? Dara lah yang mengacaukan hidup Jiyong tapi sekarang lelaki tersebut malah memperlakukannya seperti ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia membenci dirinya sendiri. Jiyong bahkan lebih pantas memperlakukannya seperti beberapa minggu yang lalu, membentaknya atau bersikap kasar padanya. Dengan Jiyong yang seperti ini hanya membuatnya semakin merasa bersalah dan takut. Dara takut bagaimana jika ibunya benar- benar tidak ingin menerima Jiyong dan memintanya untuk meninggalkannya?

“E-eomma m-membencimu.” Ucap Dara di sela- sela isakannya.

“Aku tahu.”

“Bagaimana jika dia memintaku untuk meninggalkanmu?”

“Kau bodoh? Tentu saja aku tidak akan membiarkannya.” Diam- diam Dara tersenyum mendengar ucapan Jiyong. Ini gila, hanya Jiyong lah yang bisa membuatnya menangis dan tersenyum di saat yang bersamaan. Dan Kwon Jiyong tetaplah Kwon Jiyong, lelaki menyebalkan yang sangat keras kepala. Setelah Dara agak tenang Jiyong melepaskan pelukannya dan mengusap lembut sisa air mata di wajahnya.

“Katakan sekali lagi.” Jiyong menatap Dara dengan tatapan menggoda sedangkan Dara hanya menatapnya dengan bingung. Katakan lagi? Apa yang harus dikatakannya?

“Mwo?” Dara bertanya yang disambut dengan senyuman bodoh dari Kwon Jiyong. Uh- oh dia tahu, Kwon Jiyong yang menyebalkan telah kembali. Pasti ada yang tidak beres dengan pikiran lelaki ini.

“Katakan lagi kalau kau mencintaiku.” Tiba- tiba jantung Dara berdetak dua kali lebih cepat. Benarkan dugaannya? Lelaki menyebalkan ini kembali menggodanya dan bodohnya sekarang dia bahkan tidak bisa mengendalikan perasaannya lagi. Oh jangan bilang jika saat ini wajahnya terlihat seperti tomat. Aishhh…. benar- benar memalukan.

“Ayolah babe… katakan sekali lagi. Kau bahkan tadi bilang pada Eomma jika kau mencintaiku dan memintanya untuk berhenti memukulku.” Babe??!! Apakah dirinya tidak salah dengar? Kwon Jiyong memanggilnya babe? Udara! Dia benar- benar membutuhkan udara lebih sekarang juga. Dan sejak kapan dia merasakan perutnya seperti digelitiki seribu kupu- kupu hanya dengan mendengar kata “babe” terucap dari mulut seorang Kwon Jiyong?

Dan satu lagi. Benarkah tadi dirinya bilang seperti itu pada ibunya? Dara tersipu malu dan menundukkan kepalanya menghindari tatapan Jiyong. Ughhhhh!!! Benar- benar memalukan! Dia bahkan baru sadar jika tadi dia mengatakan kata- kata menjijikkan seperti itu *sigh*

Jiyong menangkup wajahnya dan memaksanya untuk menatap lelaki tersebut. Dara membelalakan matanya ketika melihat Jiyong mencondongkan wajahnya dan mengecup singkat bibirnya. Hanya kecupan singkat, tapi dia sangat menyukainya.

“Atau.. haruskah kita merayakan malam ini?” Bisik Jiyong tepat ditelinganya yang membuat tubuhnya merinding. Oh tidak! Apakah Jiyong akan benar- benar melakukannya malam ini? Astaga.. apa yang harus dilakukannya? Tapi apa salahnya? Dia dan Jiyong bahkan suami istri yang sah, tapi masalahnya dia sama sekali belum siap melakukan hal tersebut dengan Kwon Jiyong. Tubuhnya tiba- tiba melemas ketika dirasakannya Jiyong mulai mencium lehernya.

“Ji…” Dara mendorong pelan lelaki tersebut tetapi Jiyong tetap tidak bergeming dan menahan kedua tangan Dara. Jiyong menjilat dan menyesap bagian sensitifnya dan tanpa sadar Dara mendesah pelan. Tubuhnya benar- benar melemas sekarang, seperti Jiyong telah menyerap semua energi yang tersisa di tubuhnya. Dan tanpa dia sadari, dia sudah terbaring di tempat tidur dengan Jiyong berada di atasnya.

“Jiyong.. aahhh..” Dara memegang erat kaos Jiyong ketika Jiyong menggigit bagian sensitifnya. Demi Tuhan… dia tidak bisa memikirkan apa- apa lagi sekarang.

Jiyong melepaskan lehernya dan kembali melumat bibir mungilnya. Dia menggigit bibir bawah Dara memaksa gadis tersebut membuka mulutnya hingga memberinya akses untuk lebih merasakan bibir gadis tersebut. Sedangkan tangannya mulai menjelajahi tubuh gadis tersebut. Jiyong menangkup payudaranya yang masih tertutup sedangkan sebelah tangannya lagi mulai menyusup dibalik kaos Dara, membelai pelan perut telanjangnya.

“Arrgghhh…” Dara mendesah lagi kali ini lebih keras.

“Oh God Dara. Aku benar- benar menginginkanmu.” Bisik Jiyong. Ciumannya mulai turun ke bawah, ke rahangnya, kembali menyesap bagian sensitif lehernya hingga turun menuju bagian dadanya. Jiyong mulai melepaskan kancing baju Dara satu persatu, namun tiba- tiba gadis tersebut menangkup wajahnya dengan tangan gemetar. Jiyong mengalihkan pandangannya menatap gadis tersebut dan rasa bersalah tiba- tiba menghampirinya ketika melihat sorot mata Dara.

“J-jiyong.. k-kumohon.. aku belum siap melakukannya.”

Jiyong mendengus pelan lalu mengecup pelan kening Dara. Dia mengistirahatkan keningnya di kening gadis itu sambil menatapnya penuh cinta.

“Mianhe…” Bisiknya pelan sedangkan Dara hanya tersenyum tipis.

“Sekarang marilah kita tidur. Aku sangat lelah hari ini Ji.” Jiyong mengangguk lalu memposisikan dirinya di sebelah Dara. Dia memeluk tubuh Dara dan gadis itu menenggelamkan wajahnya di dadanya.
“Good nigh, babe..”



Dara bersiul menggumamkan beberapa lagu yang tidak jelas sambil mengaduk sayur yang sedang dimasaknya. Sungguh pagi yang sempurna, entah kapan terakhir kali dia merasa sebahagia ini. Ketika dia bangun membuka matanya tadi wajah Jiyonglah yang pertama kali dilihatnya. Lelaki itu begitu tampan meskipun sedang tidur sekalipun.

Aishh… ini benar- benar gila, entah sejak kapan wajah Jiyong yang menurutnya dulu sangat menyebalkan tapi kini dimatanya Jiyong seperti orang yang berbeda. Dara terkikik pelan ketika mengingat apa yang dilakukannya tadi malam. Astaga… mereka bahkan hampir melakukannya! Dasar Kwon Jiyong sialan!

“Sepertinya moodmu sedang bagus pagi ini,” tiba- tiba tubuhnya diam membeku ketika dirasakannya seseorang memeluknya dari belakang sambil berbisik tepat di telinganya. Dia tidak perlu menoleh untuk tau siapa itu, dia bisa merasakan aroma tubuh Jiyong.

“Menyingkirlah, aku sedang sibuk.” Dengan sekuat tenaga dia menjaga nada suaranya agar terdengar normal. Jujur saja jauh di dalam hatinya dia berharap jika Jiyong akan tetap memeluknya seperti ini, tapi… hah! Ketahuilah dia masih seorang wanita yang memiliki harga diri! Siapa tahu jika Kwon Jiyong akan menjadi orang yang menyebalkan dan menggodanya lagi?

“Shiereo. Aku masih merindukanmu,” Bisik Jiyong sambil mencium pelan bahu Dara yang membuatnya menelan ludah dengan susah payah. Dara tidak membalasnya dan tetap memfokuskan perhatiannya pada sayur yang sedang dimasaknya. Dia yakin jika Jiyong seperti ini terus, cepat atau lambat dirinya akan mati karena serangan jantung. Ayolaahh… pikirkan sesuatu selain Kwon Jiyong sialan ini!

“Setelah makan kajja kita mandi bersama.” Kata Jiyong tiba- tiba yang membuat Dara membelalakan matanya dan dengan cepat menoleh menatap lelaki tersebut. “Ya! Apa katamu?” Bentaknya sambil memukul pelan lengan Jiyong sedangkan lelaki tersebut malah tertawa dengan keras. Dara menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Uh- oh…. dia tahu, lelaki ini mencoba untuk menggodanya lagi. Oughhh!!! Sangat menyebalkan!

“Cute,” Jiyong mengecup singkat bibirnya dan seketika ekspresi wajah Dara berubah. Dia kembali mengalihkan wajahnya dari Jiyong sambil terbatuk pelan mencoba untuk menutupi kegugupannya. Jiyong benar- benar keterlaluan, dia pikir apa yang telah dilakukannya?

“Appa! Eomma!” Teriak Yoonsuk tiba- tiba membuat Jiyong dan Dara menatap anak lelaki tersebut yang sedang berlari ke arah mereka. Dara menghela nafas lega… dia harus berterima kasih pada Yoonsuk karena telah menyelamatkannya dari Kwon Jiyong.

“Oh selamat pagi baby boy,” Kata Jiyong sambil merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut oleh Yoonsuk. Yoonsuk melingkarkan kedua tangannya di leher Jiyong lalu mengecup pelan pipinya. “Selamat pagi Appa dan selamat pagi Eomma,” Yoonsuk menoleh ke arah Dara dengan senyum manis tersungging di bibir mungilnya. Dara mematikan kompornya lalu menghampiri mereka dan mengecup pelan pipi Yoonsuk.

“Selamat pagi juga baby.” Dara mengacak pelan rambut Yoonsuk lalu menatap Jiyong yang sedang tersenyum ke arahnya. Sungguh pagi yang sangat sempurna dengan kehadiran dua orang yang paling berharga baginya. Mungkinkah semuanya telah berakhir? Apa seperti ini akhir dari penderitaan yang telah dilaluinya selama bertahun- tahun? Tapi jika suatu saat nanti dia harus berpisah dengan Jiyong, apa yang akan terjadi? Hanya dengan memikirkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak.



“Jadi apa yang ingin kalian katakan?”

Dara menatap ngeri Eommanya dan dirasakannya Jiyong mempererat genggaman pada tangannya. Apa yang harus dikatakannya sekarang? Haruskah dia bilang jika lelaki yang sedang duduk di sampingnya ini bukan ayah kandung Yoonsuk? Atau haruskah dia berbohong lagi? Aishh… semua ini benar- benar membuatnya sakit kepala!

“Saya minta maaf Eomeoni. Tentang kejadian beberapa tahun yang lalu, saya benar- benar minta maaf. Harusnya saya tidak meninggalkan Dara dan Yoonsuk. Dan untuk saat ini, kumohon beri saya kesempatan lagi. Saya berjanji akan menjaga Dara dan tidak akan menyakitinya lagi.”

Dara menatap tidak percaya ke arah Jiyong. A-apa yang baru saja dikatakannya?? Dia tidak salah dengar kan? Tapi entah kenapa mendengar Jiyong berkata seperti itu membuat dadanya terasa sesak. Kenapa Jiyong harus melakukan ini untuknya?

“Kenapa dulu kau meninggalkannya?” Eommanya memandang Jiyong dengan tatapan menyelidik.

“I-itu eemm..” Jiyong bergerak gelisah di samping Dara. Dara tahu Jiyong pasti tidak menemukan alasan yang tepat untuk berbohong. Bagaimana pun juga, jika Jiyong berada di posisi Jaejoong saat itu dia tidak akan mungkin meninggalkannya.

“Eomma.. bisakah kita tidak mengungkit masalah itu lagi? Untuk saat ini aku hanya ingin bersama Jiyong. Kumohon Eomma.. biarkan kami bahagia.” Dengan sekuat tenaga Dara menahan dirinya agar tidak menangis di depan eommanya. Entahlah dia merasa sangat lemah akhir- akhir ini. Aishh… kemana perginya Dara yang kuat dan tegar seperti dulu?

“Bagaimana jika dia akan menyakitimu lagi Dara??!!”

Dara hanya terdiam. Bagaimana cara menjelaskan pada eommanya jika Jiyong dan Jaejoong sangat berbeda?

“Saya akan melakukan apapun untuk membuat anda percaya, eomonie.” Kata Jiyong pelan. Eommanya hanya menatap lelaki tersebut dengan sebelah alis terangkat ke atas. Melakukan apapun? Dara menelan ludahnya dengan susah payah. Sungguh dia benar- benar tidak menyangka jika Jiyong akan melakukan semua ini demi dirinya.

“Yahh sudahlah, kalian berdua membuatku sakit kepala. Kau sudah dewasa Dara, eomma harap kau akan benar- benar tahu mana yang terbaik untukmu dan juga Yoonsuk. Dan kau Kwon Jiyong, jika kau menyakiti Dara lagi aku akan membunuhmu.”

Dara melirik Jiyong dan dia bisa merasakan tubuh Jiyong sedikit menegang di sampingnya. Itulah.. terkadang eommanya bisa menjadi sangat menyeramkan.

“Eomma harus pulang ke Busan sekarang Dara. Kau bisa mengantarkanku ke stasiun?” Dara hanya mengangguk. Uh-oh dia tahu masalah ini belum selesai sepenuhnya. Dan dia yakin dalam perjalanan ke stasiun nanti eommanya pasti akan menceramahinya lagi panjang lebar. Huffttt…

Eommanya bangkit berjalan menuju kamar untuk mengemasi barang- barangnya. Sedangkan Dara hanya mengikuti dengan tatapan matanya. Jujur saja dia masih ingin bersama eommanya lebih lama lagi. Tapi dia juga tahu eommanya belum benar- benar memaafkannya.

“Kau baik- baik saja?” Bisik Jiyong sambil melingkarkan lengannya di pinggang Dara. Dara mengangguk dan memaksakan sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Setidaknya sentuhan Jiyong akan membuatnya merasa lebih baik. Dara tahu dia sangat egois, dia telah menghancurkan hubungan Jiyong dan Kiko lalu sekarang dia tidak bisa melepaskan Jiyong lagi. Bukankah itu sangat egois? Bahkan Jiyong rela melakukan apapun agar tetap bersama dengan dirinya. Entahlah… saat ini Dara merasa dirinya manusia yang sangat buruk.

“Jiyong-ah.. mian….” Belum sempat Dara melanjutkan kalimatnya, tiba- tiba dia merasakan bibir lembut Jiyong mengecup bibirnya.

“Sudah berapa kali kubilang semua ini bukan salahmu huh?” Jiyong membelai lembut wajah Dara. Lalu dia melanjutkan, “Semuanya akan baik- baik saja Dara, percayalah padaku. Kita pasti bisa melakukannya.”

Tanpa sadar air mata sudah menetes membasahi wajah Dara. Dia menangis lagi, di depan Jiyong. Kenapa Jiyong selalu membuatnya merasa bersalah?

“Ya! Kau menangis lagi….” Jiyong mengusap pelan air mata Dara, lalu menundukkan kepalanya mencium Dara pada keningnya, kedua matanya, hidungnya dan mengecup singkat bibir mungilnya. Jiyong tahu bagaimana persasaan Dara saat ini. Mungkin hanya ini yang bisa dilakukannya untuk menenangkan gadis tersebut.

“Jiyong-ah.. kumohon jangan pernah tinggalkan aku.” Dara menatap Jiyong dengan tatapan memohon. Mungkin dia terlihat sangat menyedihkan sekarang, namun dia sudah tidak peduli lagi. Dan setelah mengantarkan eommanya nanti dia akan menemui Bom. Selain Jiyong, gadis itulah yang dia butuhkan sekarang.

Jiyong hanya mengangguk pelan masih membelai lembut wajah Dara.

“Bersiaplah, eomma akan menunggumu. Aku ada rapat dengan investor di luar.” Dara mengangguk lalu mulai bagkit dari duduknya. Dia mengecup singkat bibir Jiyong sebelum benar- benar pergi meninggalkannya.

“Cepatlah pulang, aku akan merindukanmu.” Jiyong tersenyum lebar mendengar kata- kata Dara. Seandainya saja Dara tahu hal yang sangat ingin dilakukannya saat ini hanyalah memeluk Dara seharian. Tidur berdua di kamar seharian penuh dan melakukan hal yang belum bisa dilakukannya semalam *sigh*



“Kau yakin kau tidak sakit?” Tanya Seunghyun yang entah sudah keberapa kalinya. Jiyong menghela nafas panjang lalu mengangguk pelan sambil tetap memfokuskan dirinya pada jalanan. Saat ini mereka sedang berada dalam perjalanan pulang ke kantor setelah bertemu dengan investornya tadi. Dan tentu saja dia tidak ingin mati konyol hanya karena makhluk menyebalkan di sampingnya ini yang dari tadi membuatnya tidak fokus menyetir.

“Tapi, kau terus- terusan tersenyum lebar dari tadi. Kau yakin baik- baik saja?”

“Lihatlah sekarang aku sudah tidak tersenyum lagi. Jadi kukatakan sekali lagi, aku baik- baik saja.” Ini gila. Memangnya apa salahnya jika dia tersenyum? Aish..

“Tidak tidak. Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi. Eemm… tentang Dara?” Jiyong menatap tajam ke arah Seunghyun sedangkan hyungnya tersebut malah tersenyum bodoh. Oh baiklah…. dia memang tidak pernah bisa membohongi Seunghyun. Dia bahkan sering berperilaku seperti paranormal yang tahu segalanya tentang Jiyong.

“Ceritakan padaku. Apa yang terjadi?” Haruskah?? Haruskah Jiyong menceritakan jika dia sudah mengungkapkan perasaannya pada Dara?

“Aku bilang pada Dara jika aku mencintainya.” Kata Jiyong pelan sambil menyembunyikan wajahnya yang mungkin sudah semerah tomat. Beberapa detik dia tidak mendengar Seunghyun mangatakan apapun. Dia memberanikan diri mengalihkan pandangannya menatap sekilas lelaki tersebut. Dan dia melihat Seunghyun sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

“Lalu bagaimana dengan perjanjian kalian?” Uh-oh… benar juga. Bagaimana dengan perjanjian itu? Setelah kejadian kemarin mereka bahkan tidak pernah membahasnya. Atau bisa dibilang jika dirinya bahkan lupa dengan perjanjian yang pernah mereka buat.

“Entahlah hyung, aku belum memikirkannya. Yang ingin kulakukan sekarang ini hanyalah tetap berada di sisi Dara dan Yoonsuk. Aku akan menjaga mereka.”

“Aku tahu jika ini akan terjadi.” Seunghyun menepuk pelan bahu Jiyong. Lalu dia melanjutkan, “Bukankah dulu sudah kukatakan jika cepat atau lambat kau akan jatuh cinta padanya? Apapun yang terjadi tetaplah bersama mereka Ji.”

Jiyong mengangguk pelan. Dia sendiri tidak menyangka jika apa yang dikatakan Seunghyun dulu akan benar- benar terjadi. Tentu saja, siapa yang tahu jika dia akan mencintai gadis yang telah menghancurkan hidupnya? Terkadang cinta memang tidak mudah ditebak.

“Tapi jika kau menyakiti Dara aku akan benar- benar membunuhmu.”

Heol!! Kenapa semua orang berniat untuk membunuhnya? Jiyong tahu dari pertama kali melihat Dara, Seunghyun langsung menyukainya. Reaksinya berbeda 180 derajat dengan saat dia mengenalkan Kiko padanya.

“neh neh arasso. Aku lapar, bagaimana kalau kita makan dulu?” Kata Jiyong dengan malas. Sebenarnya dia sangat ingin pulang dan menemui Dara. Tapi apa daya.. pekerjaannya pun masih menumpuk di kantor.

“Ide bagus!”

Jiyong menepikan mobilnya dan memarkirkannya tepat di depan sebuah kedai kecil. Dengan malas Jiyong keluar dari mobilnya berjalan memasuki kedai tersebut dengan diikuti Seunghyun. Jiyong mengedarkan pandangannya untuk mencari meja yang masih kosong. Namun tiba- tiba dia mendengar Seunghyun berteriak, “Oh Park Bom?!!”

Dia menoleh ke arah Seunghyun yang sekarang sudah berdiri di sampingnya lalu mengikuti arah pandangan lelaki tersebut. Dan dia melihat seorang gadis sedang duduk hanya beberapa meter dari tempat mereka berdiri. Park Bom? Aahh… benar juga dia adalah karyawan yang di pecatnya beberapa minggu yang lalu. Dan karena gadis itu, Seunghyun bahkan tidak mau berbicara padanya selama beberapa hari.

“S-Seunghyun? J-jiyong?” Gadis itu membelalakan matanya seperti sedang melihat hantu. Baiklah… apakah tampang mereka semenyeramkan itu?

Namun tiba- tiba Jiyong melihat seseorang berjalan dari arah toilet dan menghampiri Bom. Jiyong membelalakan matanya dengan sempurna. Dara?? Sedang apa dia disini dan… bersama Park Bom? Gadis tersebut mengalihkan pandangannya menatap Jiyong dan Seunghyun dan dia tidak kalah terkejutnya seperti mereka.

Jiyong masih menatap tidak percaya ke arah Dara. Tunggu sebentar…. mungkinkah Dara dan Park Bom saling mengenal? Atau mungkinkah mereka memang sengaja melakukan semua ini padanya? Park Bom dan Dara bekerja sama untuk menghancurkan hidupnya? Jiyong marasakan dadanya terasa sesak. Tidak mungkin. Dara tidak mungkin melakukan ini padanya kan? Tapi tentang dokumen yang waktu itu digunakan Dara untuk memaksanya, darimana lagi dia mempunyai itu jika bukan dari orang dalam perusahaan? Dan sekarang dia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Dara dan Park Bom saling mengenal. Atau bahkan mereka mungkin teman dekat.

“Kalian berdua saling mengenal?” Tanya Seunghyun tidak percaya. Bagus, ingin rasanya Jiyong bertanya seperti itu dari tadi. Tapi dia bahkan tidak bisa mengeluarkan suaranya sedikit pun.

“Jiyong…” Kata Dara pelan. Jiyong merasakan rahangnya mulai mengeras. Hanya dengan melihat Dara menatapnya seperti ini pun dia sudah tahu apa jawabannya. Bagaimana mungkin Dara tega melakukan semua itu padanya? Jadi mereka sudah merencanakannya sejak awal?

“Jiyong, biarkan kami menjelaskannya dulu.” Park Bom berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah Jiyong dan Seunghyun. Dengan perlahan Jiyong berjalan mundur dan berbalik menuju pintu keluar. Entahlah… dia merasa sangat marah sekarang.

“Jiyong..” Dia bisa mendengar Dara memanggilnya namun dia tetap tidak bergeming dan terus berjalan keluar. Dia mengabaikan rasa sakit di dalam dadanya. Jiyong benar- benar tidak menyangka jika mereka akan melakukan semua itu padanya. Lalu kenapa dia harus mengetahuinya setelah dia mulai bisa menerima Dara?

 

Jangan lupa selalu tinggalkan komentar yaa… gomawoo ^^

 

back next>>

38 thoughts on “ROMANCE TOWN ~ “You and Me” [Part.9]

  1. Baru aja bahagia,,
    eh ada aja cobaannya -_-
    Plis jiyong jangan kekanakaan deh.
    Kamau pasti gabakan ketemu dara kalo ga dari dokumen itu juga kan :/

Leave a comment