Ahjumma Next Door [Chapter 22] : Surprises

Author        : silentapathy
link            : asianfanfics 
Indotrans   : dillatiffa

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Jiyong bangun lebih awal pada hari berikutnya.

Koreksi.

Dia tidak benar-benar bisa tidur dengan baik sebenarnya. Pikirannya mengembara entak kemana sementara si maknae terus saja mengorok sepanjang malam.

Jiyong memasak pancake untuk sarapan dan pergi keluar dari unit apartemen. Dia menuju ke gym. Dia harus tetap bugar. Dalam beberapa hari ini, mereka akan kembali bertugas di Seoul PD.

Jiyong mendorong pintu kaca gym dan langsung menuju ke bagian treadmill.

“Oppa!” dia mendengar seseorang memanggil namanya saat dia sudah mulai jogging.

“Oh, Sully-ssi. Selamat pagi.” Sapanya, tanpa menghentikan kegiatannya.

“selamat pagi! Hei, panggil saja Sully. Sekarang kita berteman kan?” Sully menempatkan dirinya di treadmill sebelah yang digunakan Jiyong.

Jiyong hanya memandang lurus ke dinding kaca dan tersenyum.

“Kamu pulang cepat semalam.”

 

“Neh???” Jiyong tidak mengerti apa yang gadis itu bicarakan.

“Maksudku, aku semalam melihat pertunjukanmu. Aku mencoba mencarimu setelah tampil tapi seseorang bilang kamu sudah pulang bersama dengan ah… maksudku…”

 

“Maksudmu Dara.” Jiyong mengoreksi.

“N-n-eh, maaf. Sepertinya kalian sangat dekat, benarkah begitu?”

 

“Tidak begitu dekat. Kebetulan saja kami memiliki teman-teman yang sama.” Apa mereka terlihat sedekat itu? Jiyong bertanya pada dirinya sendiri dan menggelengkan kepalanya. “Apa yang membuatmu bilang begitu?”

 

“Oh… Bukan apa-apa… Tapi beberapa orang bilang dia itu canggung dengan orang lain. Tapi kupikir dia canggung padamu.” Kata Sully sambil memulai langkah joggingnya.

“Dia canggung kepada semua orang. Dan aku bukan pengecualian. Kenapa sepertinya kamu begitu tertarik tentang hal itu?”

 

“Huh??? Aku… Aku… Aku hanya ingin berteman dengannya. Maksudku, dia terlihat kesepian. Apakah dia tidak memiliki keluarga?” Sully balik bertanya.

“Dia punya. Tapi… Aku juga tidak begitu tahu. Mungkin dia memang sudah seperti itu. Aku hanya berharap orang-orang berhenti menilainya seperti itu.”

 

Sully sedikit sesak mendengar kata-kata Jiyong.

Dia bilang mereka tidak dekat.

Tapi jelas terlihat, bahwa pria ini bersimpati pada gadis itu.

“Oh. Ya, benar… Well… Terima kasih untuk infonya oppa…”

 

JIyong hanya mengangguk. “Apa yang sedang kamu lakukan? Maksudmu sekarang kamu sedang sibuk apa?” dia mulai bertanya tentangnya.

“Well, aku dan temanku Krystal baru saja menyelesaikan pendidikan kami di Fashion Technology. Aku seorang model freelance, sama dengan Krystal. Juga mulai sedikit mendesain… Aku sangat tertarik dengan dunia itu dapi kurasa aku tidak begitu bagus.”

 

 

Wajah Dara berkelebat dalam kepalanya. Pagi itu saat dia melihat sketchpad-nya dan gadis itu langsung mengamuk. Gadis itu pikir dia akan menilai hasil pekerjaannya. Dan itulah pertama kalinya dia melihat Dara marah. Sebentuk senyuman tersungging di wajahnya tapi dia buru-buru mengingatkan dirinya bahwa gadis itu sangat berbahaya. Gadis itu menyebabkan bibirnya memar.

‘Si ahjumma gila itu,’ pikirnya.

Tapi didalam harinya, dia tahu dialah yang harus disalahkan. Dia yang memulai mendekatinya dalam jarak sebegitu dekat.

Apakah itu pertama kalinya ada yang mencium keningnya? Tidak mungkin. Dia sudah 29 tahun. Dia pasti pernah jatuh cinta sebelumnya.

Jiyong menggeleng-gelengkan kepala saat mengingat wajah kekagetan Dara.

“Kenapa kamu tersenyum oppa?”

 

“Ah… Bukan apa-apa. Kamu harus bisa lebih percaya diri Sully. Memangnya kenapa kalau orang lain bilang desainmu tidak begitu bagus? Cobalah percaya pada kemampuanmu, bekerja lebih keras, dan selanjutnya yang lain akan mengikuti dengan sendirinya.”

 

 

Sully tersenyum, tapi dalam hatinya kebalikan 180 derajat.

“Terima kasih oppa. Aku akan terus mengingatnya di kepalaku.” Katanya.

==========

Minzy berjalan ke unit apartemen Dara-unnie-nya.

Sebenarnya, dia punya dua alasan datang kemari.

Pertama, dia ingin mengunjungi dara dan memilih salah satu dress dari koleksinya yang ada.

Kedua, dia ingin meminta seseorang untuk menjadi pendampingnya di pesta besok malam.

Itu adalah pesta untuk merayakan kerjasama antara tiga perusahaan terbesar di Seoul – Park Malls and Development, G-Hotels and Properties, dan Lee Interiors yang berbasis di Prancis.

Singkatnya itu adalah kerjasama antara keluarga Park, Lee, dan Gong. Dan semalam baru saja Bom memberitahunya bahwa dia telah membuat beberapa penyesuaian karena dia ingin merayakan ulang tahun kakeknya yang ke-80 sekaligus.

Dia berhenti beberapa – dilemma antara menekan bel pintu apartemen 11 (dimana Daesung dan Yongbae tinggal) atau langsung pergi ke apartemen 13 milik Dara.

Pada akhirnya, Minzy memutuskan untuk cepat-cepat memberi tahu Daesung agar datang ke pesta bersamanya.

“Ya Tuhan… Kuharap dia tidak akan berpikir aku gadis murahan. Tapi kurasa aku akan merasa paling nyaman jika bersamanya.” Dia memberi tahu dirinya sendiri.

“Gong Minzy, fighting!”

 

Dia menekan bel pintu sekali… Dua kali… Dan menunggu seseorang membukakan pintu tapi tidak ada seorang pun yang melakukannya.

Dia mencoba lagi… hingga akhirnya seseorang keluar dan…

“Selamat pagi Daesung opp—a…” dia membungkukkan badan dan saat dia menegakkan badannyanya lagi, dia melihat badannya – badan pria… Seluruh badannya… dan dia tidak mengenakan apapun selain boxer.

“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAH!!!”

 

Mata Daesung yang tadinya baru setengah terbuka, langsung melebar. Karena panik, dia langsung menarik Minzy masuk kedalam apartemen dan mengunci pintu.

“Shhhh. Shhhh… Aku minta maaf! Tunggu disini!” Daesung kembali ke kamarnya dan memakai kaos dan celana training.

Saat dia kembali, Minzy sudah melamun, tatapan matanya kosong.

“Minzy… Yah, Minzy!” dia mengipas-ngipas wajahnya – mencoba menyadarkannya.

“Aku minta maaf, Ya Tuhan… Aku tidak mengira orang lain yang datang, kupikir itu para hyung atau maknae kami.” Kata Daesung sambil memegang lengan Minzy.

“Kenapa kamu datang kemari sepagi ini?”

 

“Neh?”

 

“Kenapa kamu datang? Ada apa kamu kemari? Apakah ada masalah?” Daesung bertanya lebih jauh.

“Neh… Masalahku… adalah… Aku butuh… Seorang… Pendamping… untuk pesta… Besok… Malam… dan…” MInzy merasa kesulitan bernapas. Daesung hanya bisa menunggu gadis itu menyelesaikan kalimatnya.

“Dan… Kupikir… AKu… Bisa memintamu… Untuk… Datang… dan… Menjadi…”

 

“TENTU! Pendampingmu? Tidak masalah dengan hal itu!” Kata Daesung sambil memberikan eye smile-nya yang terkenal itu/

“Tuhan lindungilah aku…” Minzy berbisik dan langsung hilang kesadaran.

Dara terburu-buru berlari kesisi Minzy begitu dia masuk ke apartemen Daesung dan Yongbae.

Yongbae memberitahunya barusan bahwa Minzy pingsan, jadi Dara langsung berlari keluar dari apartemennya untuk melihat keadaan maknae mereka.

“Minky? Minky-yah?” Dara memanggil namanya begitu kelopak mata Minzy bergerak dan perlahan terbuka.

“Unnie… Kamu disini?”

 

“Neh… Apa yang terhadi?”

 

“Aku tidak tahu, rasanya aku bermimpi.”

 

“Tentang…???” Yongbae bertanya padanya.

Minzy melihat sekeliling dan tersipu saat melihat Daesung. Dia merasa sangat senang dan tiba-tiba saja dia merasa energinya langsung terisi penuh – memenuhi pembuluh darahnya.

“Unnie! Aku bermimpi tentang Daesung oppa! Kyaaah! Dia setuju untuk menjadi pendampingku di pesta besok malam!”

 

Daesung tertawa melihat tingkah ajaib gadis itu.

“Hei,” Daesung berkata sambil berjongkok di lantai disamping sofa. “Kamu tidak bermimpi, bodoh. Hal itu beru saja terjadi/”

 

Minzy langsung duduk tegak dan menutup mulutnya.

“Omo… Aaaaaa! Unnie! Ini sangat memalukan! Ayo, keluar dari sini!” katanya sambil berdiri dan langsung menarik pergelangan tangan Dara.

“Hei… Apa kamu masih memintaku untuk menjadi pendampingmu?” teriak Daesung pada Minzy yang punggung Minzy.

“NEEEHHH!” gadis itu menjawab – masih dengan berlari dan Dara mengekori dibelakangnya.

“Yo man, bisa kubilang dia menyukaimu.” Yongbae menyenggol Daesung.

“Apa masalahnya? Aku juga menyukainya! KYAAAAAAH!” Daesung berteriak layaknya gadis remaja yang kegirangan.

Yongbae hanya bisa memutar bola matanya.

==========

“Yoboseyo?” Bom akhirnya mengangkat teleponnya yang terus saja menerima panggilan masuk sejak semalam. Dia tidak kenal dengan nomor si penelepon, jadi dia mengacuhkannya – sampai hari ini.

Saat dia bangun pagi ini, dia akhirnya tahu siapa itu melalui pesan yang dikirim.

“Hei. Kupikir kamu masih tidak mau mengangkat teleponnya meskipun kamu tahu ini aku.” Dia tertawa meskipun suaranya masih terdengar serak.

“Oh maaf soal itu… Semalam aku tidak tahu kalau kamu yang telepon. Kenapa kamu menelepon?”

 

“Aku… Kudengar kamu sakit. Untunglah Teddy hyung sedang sibuk karena aku yakin jika tidak dia pasti akan menghajarku.” Gurau TOP. Dia telah berbicara dengan Teddy semalam saat dia meminta nomor Bom. Dia memang dimarai habis-habisan, ya, tapi dia bilang Bom tidak melakukan kekerasan apapun jadi semuanya masih terkendali.

“Ah… Neh… Tapi aku sudah baikan sekarang. Sebenarnya aku sudah kembali masuk kerja.”

 

“APA???” TOP tidak bisa mengendalikan nada suaranya. “Uhmmm… Maksudku, apa? Maaf… Kamu tahu kan… Suarakku masih serak jadi…”

 

“Yah, berhentilah.” Bom menertawakannya. TOP bisa melucu kadang-kadang.

TOP membersihkan tenggorokannya.

“Apa kamu benar-benar sudah merasa baikan sekarang?” TOP bertanya sekali lagi.

“Neh. Aku ini kuat tahu? Dan bagaimana denganmu? Dari suaramu, aku sangat yakin kamu kena demam.”

 

“Itu bukan masalah. Ibuku menjagaku dengan baik—“

 

“Oh sweet. Dasar anak mami.”

 

“Yah!”

 

“Hahaha! Bercanda. Aku harus pergi sekarang Seunghyun. Lekas sembuh ya.” Kata Bom lalu mengakhiri panggilan.

“Seunghyun…” TOP berucap sambil meletakkan teleponnya.

“Aisht si kepala merah itu!”

 

 

==========

DING DONG!!!

 

 

 

Dara melihat kearah pintu saat mendengar suara bel pintu. Dia harus menjaga dirinya. Setelah apa yang terjadi semalam, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak dekat-dekat dengan Jiyong lagi. Pria itu berbahaya, begitu pikirnya.

 

“Biar aku yang membukanya, unnie!” teriak Minzy.

“JANGAAAAAN!!!” Dara berdiri dan langsung berlari ke pintu, menyandarkan punggungnya disana.

“O-o-o-ke, unnie… Maaf…”

 

“Bukan maksudku, biar aku saja… Ehe… Kembalilah ke ruang kerjaku dan pilih pakaian yang kamu suka, oke?”

 

“Neh unnie!” Minzy menurut.

DING DONG!!!

 

 

“Dara-ssi?” seseorang memanggil namanya.

Sekarang dia yakin orang yang berada diluar apartemennya bukanlah pria yang dia coba hindari, Dara mengintip dari lubang untuk lebih meyakinkan dirinya sebelum membuka pintu.

“Selamat pagi Dara-ssi.” Penjaga membungkukkan badan padanya. “Kucingm—“

 

Sebelum si penjaga menyelesaikan kata-katanya, Dadoong melompat dari gendongan si penjaga kearah Dara.

“Omo!!! Dadoongie!!!” matanya berkaca-kaca.

“Ssabunim dan penjaga yang bertugas semalam melihatnya di balkon Anda. Dia bilang padaku untuk membawanya pada Anda pagi ini.”

 

“Oh chincha? Ya Tuhan aku sangat khawatir tentangnya, kupikir dia tidak akan pernah kembali!” kata Dara lalu mengusap air mata di wajahnya.

“Dia tahu dimana rumahnya.” Kata si penjaga. “Baiklah, sepertinya saya harus pergi sekarang Dara-ssi.”

 

“Neh. Kamsahamnida ahjussi!”

 

==========

“Sajangnim, seseorang menunggu Anda di kantor.” Sekretaris Bom membungkuk hormat padanya.

“Neh? Siapa?”

 

“Harabeoji Anda, sajangmin.”

 

 

Dara berpikir sejenak.

Apakah ada sesuatu yang terjadi?

Apa ada yang salah dengan pestanya?

“Nona Im, apa semuanya sudah beres untuk besok?”

 

“Neh sajangnim. Saya mengikuti perintah Anda.”

 

“Bagus. Terima kasih.”

 

 

 

Perlahan Bom berjalan masuk ke kantornya dengan perasaan tidak yakin.

“H-h-arabeoji…” sapanya sambil menutup pintu dibelakangnya dengan pelan.

Orang tua itu sedang berdiri disamping dinding kaca, memandangi angkasa.

“Aku… Aku… Aku tidak tahu Anda akan datang harabeoji. Kenapa Anda tiba-tiba berkunjung?” lanjutnya setelah tidak mendapat respon apapun dari kakeknya.

Kakeknya kemudian berbalik memandang Bom dengan wajah serius.

“Kamu anak nakal! Kamu pikir aku tidak tahu tambahan dan penyesuaian yang kamu lakukan untuk pesta!!!”

 

Secara otomatis tangan Bom langsung bersembunyi di belakang punggungnya. Dia menggigit bibirnya dan menutup mata, menunggu ceramah lanjutan dari sang kakek.

Tinggal di rumah sepanjang hari, Bom mencoba menambah persiapan di menit-menit terakhir. Dia pikir itu tidak akan mudah, tapi dengan bantuan asistennya dan para staf – dia bisa tidur nyenyak semalam. Semuanya sudah siap.

Dia hanya ingin memberikan kakeknya dua perayaan.

Perayaan ulang tahun dan kerja sama bisnisnya yang baru.

“Aku… Aku minta maaf harabeoji…” hanya itu yang bisa dia katakan. “Aku sebenarnya merencanakan itu sebagai kejut-…”

 

“Well aku benar-benar terkejut… Dan terkesan.” Orang tua itu tidak mengijinkan Bom menyelesaikan kalimatnya. Dia terkekeh dan memasukkan tangannya kedalam saku lalu berjalan kearah Bom.

Pandangan mata Bom bergerak dari lantai menuju ke kakeknya.

Apakah dia baru saja mendengar kakeknya terkekeh?

“Harabeoji…”

 

“Aisht, apa kamu sama sekali tidak mau mempersilakan tamumu duduk?”

 

“Neh… Tentu harabeoji. Aisht. Tentu saja Anda bisa melakukan apapun yang Anda mau disini!” Bom menuntunnya ke sofa lalu dia sendiri duduk di sisi sofa yang lain.

“Tidak lagi… Sekarang ini sudah menjadi milikmu. Kalau saja halmeoni-mu bisa melihat perkembanganmu.” Youngjin berkata sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa.

“Aniyo… Urusan bisnis memang urusanku. Tapi soal pakaian. Bahan-bahan. Desain… Hal-hal yang membuat perusahaan ini tetap berdiri dengan kuat… Itu semua peninggalan halmeoni dan bibi Eunju… Bakat mereka… yang… yang menurun ke Dara.” dia berdebat dengan dirinya untuk sesaat jika dia harus menyebut nama sepupunya – yang dia tahu memiliki pengaruh tersendiri bagi kakeknya, tapi pada akhirnya dia tetap melanjutkan.

Dia menunggu komentar negatif, tapi tidak ada satupun yang datang.

Bom tersenyum. Dengan percakapan kecil tentang keluarga ini dia bisa membicarakan tentang bakat Dara.

Bakat Dara yang orang-orang pikir adalah milik Bom.

Hasil kreasi Dara yang tanpa sedikit pun rasa egois diserahkan pada Bom.

… orang-orang pikir semua itu adalah milik Bom.

Bom memang bisa membuat satu atau dua desain rancangan yang bagus, tapi tidak untuk menjadi tren dan pembicaraan seperti milik Dara. Klien dari seluruh penjuru Asia percaya dengan desain mereka. Tetap saja, semua itu Dara yang melakukannya.

Dan mereka terus saja menyembunyikannya dan Dara dengan patuhnya menuruti semua hal itu.

“Bommie-yah…”

 

“Neh?”

 

“Apakah kamu takut jika sekalinya orang-orang mengetahui bukan kamu yang ada dibalik koleksi Park Couture sebelumnya? Bagaimana dengan DB & Co.?” Youngjin menggenggam tangan cucunya.

Bom menghela nafas sebelum menjawab.

“Sejujurnya harabeoji, aku takut… Aku benar-benar takut. Tapi kapanpun aku melihat Dara, Anda tahu apa yang aku rasakan? Aku merasa akulah yang telah menghianatinya.” Bom tidak menyadari setitik air mata jatuh… Dan segera setelah itu, matanya mulai menerawang.

“Aku merasa aku menjadi bagian dari orang-orang yang menyembunyikannya. Aku merasa aku ini egois dan ini tidak adil, menerima semua pujian, menjadi terkenal, dan mendapat semua perhatian. Aku tidak menginginkan hal ini. Tapi keadaan memaksaku… Tapi apa Anda tahu harabeoji? Pada akhirnya… aku selalu mencoba untuk melakukan apapun untuk membayar apa yang telah aku lakukan padanya, meskipnun itu hal-hal kecil. Dan dia selalu bahagia dengan itu. Itulah yang membuat hatiku sakit. Aku ingin berbagi dengannya segala yang aku punya. Dia layak mendapatkannya… Jauh lebih layak dariku.”

 

Hati pria tua itu sakit mendengar perkataan Bom.

Bukan hanya Dara yang tersakiti.

Teddy… Khusunya gadis yang biasanya kuat dan keras kepala yang ada dihadapannya sekarang, juga sangat terpengaruh atas semua kebohongan-kebohongan yang dia lakukan.

“Bawa dia ke pestaku besok malam.”

 

“N-n-neh???” Bom tidak mempercayai pendengarannya.

“Bawa dia bersamamu. Katakan padanya aku ingin melihatnya.”

 

==========

CL mengepalkan tangannya dibawah meja.

Terjebak di ruang VIP di salah satu restoran, dia – bersama dengan ayah dan ibunya – sedang menunggu kedatangan Seungri selama hampir satu jam.

Bibirnya sudah membentuk segaris tipis, dalam usahanya mencoba menghentikan dirinya meneluarkan sumpah serapah dan segala macam kata-kata yang tidak pantas.

Tidak. Tidak sekarang. Dia sedang bersama dengan kedua orang tuanya. Dia harus bersikap sopan dan sepatutnya.

Tapi dalam hati, dia mengingatkan dirinya sendiri untuk membunuh pria itu berulang kali sebanyak yang dia bisa lakukan jika dia tidak menampakkan batang hidungnya hari ini.

“Oh sayang, jangan khawatir kami akan bersikap baik padanya.” Ibunya memecahkan pikirannya.

CL memaksakan sebuah senyuman sambil meremas buku-buku jarinya dibawah meja.

“Kutebak ada sesuatu yang——-“

 

 

“ANNYEONG HASEYO! LEE SEUNGRI IMNIDA! SAYA MINTA MAAF KARENA DATANG TERLAMBAT! SAYA PANTAS DIHUKUM!”

 

 

Terkejut dengan kedatangan Seungri, Mr. dan Mrs. Lee tidak sanggup berkata-kata.

“Hmmmph… Mmmmmph… Pfffffffffft….

 

 

… PWAHAHAHAHAHAHAHAhAHAHAH!!!”

 

 

Seungri mengerutkan alisnya, wajahnya masih tersembunyi karena dia masih dalam posisi membungkuk 90 derajat.

 

“Chaerin! Kenapa kamu tertawa separti itu!” Mrs. Lee memarahinya.

“Maaf omma, aku tidak bisa menahannya, aku hanya senang!” CL berdiri dan pergi kesisi Seungri. “Lihat pacarku sudah berada disini! Hahaha! Akhirnya!” katanya sambil memukul lengan Seungri.

“Aaacck!” Seungri menatap CL dengan tatapan membunuh, tapi kemudian membungkuk lagi pada kedua orangnya.

“Oh sayang lihat mereka berdua. Betapa mengagumkannya mereka.” Ibu CL berkata sambil mengatupkan kedua tanyannya. “Anak muda, silakan duduk.”

 

“N-n-eh… Kamsahamnida Mrs. Le–.”

 

“SUDAH KUBILANG PADAKU UNTUK MEMANGGILKU OMONI!!!” wanita itu berteriak padanya, membuat bulu kuduknya berdiri.

“M-m-ianhe omoni… Mianhe.”

 

 

“Aku lapar.” Ayah CL memberi tanda pada pelayan untuk menyiapkan makanan mereka sambil melirik Seungri, seolah menyalahkannya karena datang terlambat.

Seungri menelan ludah dan menatap CL. Dan lagi kembalilah dia ke wajah yang dia setel sopan dan layaknya seorang putrid yang patuh, sangat berbeda dengan CL yang dia kenal.

Semalam di bar, CL mengamuk saat menyadari Dara menghilang. Tapi untungnya Dara kemudian menelepon dan memberitahu bahwa dia sudah sampai di rumah, CL merasa lega dan akhirnya dia ingat tujuannya datang kesana.

CL bicara pada Seungri dan memintanya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Seungri pada awalnya menolak, tapi tahu bahwa ini adalah bagian dari rencana, dia sadar dia tidak punya pilihan lain.

“Nak?”

 

CL mencoleknya – keras, matanya menatapnya tajam sebelum akhirnya kembali memandangi makanannya.

Seungri sama sekali tidak menyadari bahwa makanan sudah tersaji diatas meja.

“N-n-eh omoni?”

 

“Aigoo, kamu ada disini tapi sepertinya pikiranmu sedang berada di tempat lain. Mau menceritakan pada kami apa yang sedang kamu pikirkan?”

 

“M-m0anhe omoni, abeoji… Saya hanya…” Seungri mencoba mencari alasan… Tapi tidak ada yang masuk dalam pikirannya.

“… sejujurnya saya hanya hanya bertanya-tanya, jika…” Seungri melanjutkan.

CL menyeringai sebelum menyesap jusnya. ‘Sebaiknya temukan alasan yang bagus atau…’ ancamnya dalam hati.

“… saya hanya bertanya-tanya jika… jika Anda mengijinkan saya untuk putri Anda. Saya sungguh-sungguh serius dengannya.”

 

CL menyemburkan jus yang baru saja diminumnya, membuatnya tersedak. Dia memukuli dadanya keras, dan Seungri dengan cepat mengelus punggungnya saat gadis itu batuk-batuk dan berusaha bernafas.

“Yeobo…” Mrs. Lee mengusap setetes air mata yang jatuh ke pipinya.

“Aku tahu… aku tahu…” Mr. Lee menenangkan istrinya. “Aku tidak bisa percaya putri kita sudah menjadi seorang lady.”

 

“Aigoo… Lihat mereka. Bukankah mereka sangat menggemaskan? Sekarang cepat ambil gambar mereka dan lemparkan ke wajah-wajah b*tch*s itu!”

 

“Ya, para b*j*ng*n itu beraninya memanggil putri kita lesbi hanya karena mereka sangat jauh dari tipe yang diinginkan putri kita!”

 

 

“Omma/ Abeoji???”

 

CL dan Seungri berkata serentak dengan ekspresi terkejut tergambar jelas di wajah mereka.

===========

A/N:

 

Aslinya chapter yang ini itu jauh lebih panjang lagi, tapi akhirnya aku putuskan buat membaginya jadi dua… Aigoo…

*etc

 

 

 

———-

 

T/N:

 

Kalau lebih panjang dari ini, saya nggak yakin bisa selesai secepat ini… haduuuh~ bahuku… punggungku… pinggangku…. *berasa embah2 deh ngeluh2 soal badan*.. tapi beneran ini sakit semua… TT^TT ngejar setoran mumpung masih semangat translet.. >////< kekekekeke…

Makasih buat semua komen2nya.. jadi semakin nyemangatin buat buru2 translet ke yang selanjut2nya… sampai jumpa di chapter selanjutnya… ciaooo~ XD

Salam,

………………………………………………….……

~TBC~

<<back   next>>

59 thoughts on “Ahjumma Next Door [Chapter 22] : Surprises

  1. Saya nagis baca bagian parkbom sama kakeknya waktu bicara serius tadi, itu memilukan.

    Asik CL sm& Seungri jadi pasangan terpaksa tapi malah jadi realita hahha cool

  2. Saya nagis baca bagian parkbom sama kakeknya waktu bicara serius tadi, itu memilukan.

    Asik CL & Seungri jadi pasangan terpaksa tapi malah jadi realita hahha cool

  3. Banyak bgt pasangan pasangan disini😳 topbom, daragon, daemin (ngarang ato ini emang sebutan utk daesung oppa sama minzy unni gk sih?), n ririn😍

Leave a comment