For The First Time part 11

Image

GOOD EVENING BEAUTIFUL LADIES!!!!!!!!!!!! 😀 😀

I’m back! Hehehehe who’s misses me? err no one? Ok hehehe kidding!

First of all, aku mau minta maaf banget karena bikin FF ini dan FF yang lain-lainnya jadi tertunda, or I must say… ter-HIATUS tiba-tiba hehehehehe

So, this is the update. FINALLY AN UPDATE GUYS HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA /throws confetti, roses and money(?)/ lol

But… sadly to said, this is a short update. ;_; DON’T KILL ME PLEASE!!

Aku tahu kalian udah nunggu dari lama lama lamaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa banget buat part 11 nya. How can I do, aku bener-bener sibuk di semester 2 ini hiks #contohmahasiswibaru =_= bzzzzz

JANJI! Untuk chapter 12nya aku jadiin panjang hehehehe 😀

Dan oh ya, sepertinya FF ini sebentar lagi bakalan selesai. Hmm… 5 more or so, pokoknya sekitar itu deh. Jadi setelah FF ini selesai, aku bisa fokus sama FF adaptation nya aku yang “Perfect Chemistry”.

So… HERE WE GOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!

ENJOY GUYS 😀 😀

Author’s POV

Setelah Dara meninggalkan Jiyong di taman tadi, ia melepaskan seluruh tangisannya di dalam mobil. Tak bisa dipungkiri memang ini sangat menyakitkan untuknya. Di depan matanya sendiri, ia melihat bagaimana Jiyong memeluk dan memandang Kiko. Dia berusaha menerima semua yang terjadi antara dia dengan Jiyong.

Tapi ini menyakitkan…

Sakit sekali…

Dia pikir Jiyong tidak serius dengan ucapannya. Dia pikir Jiyong hanya butuh waktu sendiri karena skandalnya kemarin. Tapi saat ia melihat Jiyong pergi bersama Kiko tadi… ia jadi tahu bahwa Jiyong benar-benar serius.

Move on? Pikir Dara. Dia mengerti, move on setelah putus dari kekasih yang sudah menemanimu selama beberapa tahun itu sangat sulit, bahkan tidak bisa. Dara tidak tahu, apa yang harus dilakukannya lagi. Ia tidak tahu apa yang terjadi di hidupnya tanpa ada Jiyong disampingnya.

Harus ku akui, Jiyong adalah segalanya bagiku.

Tapi… hidup harus terus berjalan. Walaupun terasa menyakitkan di hati, tapi dia tidak boleh stuck disini.

Jika memang kita berjodoh. Suatu saat nanti pasti kami akan bersatu kembali.

(Dara’s POV)

Saat membuka pintu dorm, aku disambut oleh wajah Chaerin. Yeah… tampangnya terlihat shock karena melihat mataku yang bengkak.

“Oh my God. Dara… ada apa denganmu?” tanyanya khawatir.

Aku tidak menjawab pertanyaannya tapi malah melanjutkan tangisanku. Dia memelukku erat sambil terus mengusap punggungku.

“Unnie… shhh… uljima…  ada apa? Hmm?”

Aku menggeleng di pelukannya sambil terus menangis. Aku tak tahu apa yang harus ku ceritakan pada Chaerin. Aku tak ingin ini semua menjadi kenyataan. Aku ingin ini semua hanya mimpi, dan setelah ku buka mataku semua kembali normal seperti biasanya. Tapi sepertinya itu tidak mungkin.

“Omo! Unnie! Waeyo?” aku mendengar suara Minzy dari belakang Chaerin.

“Kita duduk, ‘k?” tawarnya, dan aku pun mengangguk. Isakan tangisanku keluar secara random dan tak bisa ku bendung.

Chaerin menuntunku ke sofa lalu ia berdiri lagi untuk pergi ke dapur mengambilkanku air putih.

“Minumlah…” katanya sambil menyodorkanku segelas air putih.

Aku meneguk air putih itu dalam sekali tegukan. Gahd. Bisa kurasakan tenggorokan kering kerontang karena sejak pergi dari taman itu sampai kesini aku belum sama sekali meminum apapun. Yang kulakukan hanya… menangis dan menangis.

Chaerin menaruh gelas itu di meja lalu menatapku dan mendesah. “Unnie… mind to explain what’s wrong with you?”

“Chaerin… I…” lidahku kelu. Demi Tuhan… aku tidak bisa menceritakan semua hal yang terjadi di hadapanku tadi. Bagaimana Jiyong memeluk Kiko, menatapnya… SHIT!!!!

“Unnie. What’s wrong?” tanyanya sambil mengelus telapak tanganku.

“Chae… kami benar-benar selesai.” Akhirnya aku mengucapkan kata-kata itu. GOOOOD PLEASE LET THIS BE MY DREAM, will you? L

“Hah? with whom? Selesai karena apa? Unnie, please jelaskan dengan detail! Aku tidak mengerti disini.”

Aku menutup wajahku yang sudah dibanjiri air mata dan tangisanku pun semakin menjadi-jadi.

“Unnie…” Chaerin memelukku sambil mengelus rambutku. “Unnie, aku tidak mengerti kenapa kau berakting seperti ini. But please… tolong jelaskan kau kenapa jadi aku bisa membantumu keluar dari masalah ini.”

Aku menegakkan tubuhku, lalu menatapnya. “Kau tidak akan pernah bisa membantuku, CL.”

Dia mendesah. “Unnie…”

“Ok. Apakah kau bisa membantuku mendapatkan Jiyong kembali?”

Kulihat dia terkesiap sambil menutup mulutnya. “Unnie… kau… dengan… Jiyong op-“

“Yes. We are done, Chaerin. We are done…” ucapku di bawah napasku yang berat.

Aku benci ini. Aku benci harus mengakui ini.

“K-kau tidak serius, ‘kan?”

Aku menggeleng pelan lalu menatapnya. “Aku serius.”

“Tap-tapi bagaimana bisa?”

Aku menyenderkan kepalaku di sofa sambil menatap langit-langit dorm kami.

“Ceritanya panjang, Chae.”

“Ceritakan padaku!” ucapnya dengan nada tegas.

Desahan parau pun keluar dari mulutku. Air mata masih terus mengalir dari mataku. Baiklah… kurasa memang Chaerin harus tahu apa yang terjadi padaku dengan Jiyong.

(Author’s POV)

“Kenapa kau tidak menceritakan pada kami, Dara? Kenapa kau merahasiakan masalah ini dari kami, ha?” protes Chaerin dengan suara tinggi.

“Aku… A-aku…”

Chaerin mendesah berat, sementara Minji tetap terdiam.

“Unnie… apa kau benar-benar yakin dengan keputusanmu ini? Mengapa kau tidak mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu?” kali ini giliran Minji yang bertanya.

Dara menggelengkan kepalanya. “Semua sudah jelas, Minji-ya.”

Tiba-tiba terdengar suara pintu dorm terbuka.

“Annyeong!” Bom masuk sambil menenteng barang belanjaannya yang terlihat berat.

“Oh, Bommie unnie…” Minji berdiri dan berjalan mendekatinya, membantu membawakan barang belanjaannya.

“Hei Mingkki,” sambutnya sambil tersenyum. Bom masih belum menyadari kehadiran Dara, sampai ia mendengar ada suaranya senggukan di ruang tv.

“Eh? Ada yang menangis?” tanyanya ke diri sendiri lalu berjalan ke ruang tv. Matanya membesar saat ia melihat Dara menangis dipelukan Chaerin.

“Omo!” Bom menutup mulutnya dengan kedua tangan dan berjalan cepat ke ruang tv, disusul dengan Minzy di belakangnya. “Ya! Wae geurae? Chaerin, ada apa ini?” tanyanya, suaranya terdengar sangat khawatir.

Chaerin menghela napas dan menggigit bibirnya. Ia takut kalau ia menceritakan semuanya kepada Bom, dia bisa sangat marah kepada Jiyong. Sedangkan Chaerin masih yakin kalau ini hanyalah sebuah kesalahpahaman semata.

“Chaerin, Mingkki! Answer me!” bentak Bom. Chaerin tetap terdiam sambil mengelus belakang punggung Dara, menenangkannya. Minzy yang duduk di sebelah Chaerin tidak bisa menyembunyikan kekagetannya ketika mendengar bentakan Bom. Ia menelan ludah dengan susah sambil menatap ngeri padanya.

“Unnie…” gumam Minzy.

Bom menghela napas keras lalu memegang pundak Dara. “Dara, what’s going on?”

Dara melepas pelukannya dari Chaerin dan menegakkan badannya di sofa.

“A-a-aku… aku…”

“Waeeeee?”

Dara menutup matanya rapat-rapat, lalu melanjutkan ucapannya.

“Aku dan Jiyong… benar-benar putus…”

Bom mengedipkan matanya beberapa kali. Butuh beberapa detik sampai akhirnya ia mengerti dengan baik apa yang diucapkan Dara tadi.

“Mwo?????!” pekik Bom.

Dara mengangguk lemah, sambil menarik napas. “Yes, Bom. We’re officially done.”

“Tap-tapi bagaimana bisa??”

“He’s already move on, Bom.”

“Bagaimana kau bisa yakin dengan itu, ha?”

“Tadi siang aku bertemu dengannya di sebuah butik. Dia bersama dengan Kiko…” setelah mengucapkan kata-kata itu membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Chaerin pun sampai perlu memeluknya lagi dan mengusap punggung Dara.

“Unnie… uljima…” Chaerin berbisik.

Kepalan kedua tangan Bom semakin kuat, begitu juga raut wajahnya yang semakin memerah karena marah. “Kiko..” desisnya di tengah-tengah napasnya.

Tak lama setelah itu, Bom bangkit dari duduknya dan berjalan cepat menuju pintu dorm. Sampai sebelum Minji memanggilnya.

“Unnie, kau mau kemana?” tanyanya.

Bom menengok sedikit ke arah Minji. “Bertemu dengan Sang Naga. Dan jangan ada yang menghalangi langkahku kali ini,” ucapnya tegas lalu langsung bergegas pergi dari dorm 2NE1.

Minji dan Chaerin menghela napas berat, raut wajah mereka berdua terlihat sangat khawatir dan takut.

“Aigoo… this is so frustrating!” Chaerin mendumel setelah melihat kepergian Bom tadi. Sementara Minji memeluk bantal sofa erat-erat sambil menatap Dara yang masih menangis di pelukan Chaerin.

Dara melepaskan dirinya dari pelukan Chaerin. “Aku akan menelpon Seunghyun untuk menghentikannya…” ucap Dara dengan suara serak.

Chaerin dan Minji hanya mengangguk.

“Yeobeoseyo.. noona…”

 

“Oh ne, Seunghyun-ah…”

“Ne, noona. Wassap?”

 

“Tolong hentikan Bom,” ujar Dara to the point.

Butuh beberapa detik sampai Seunghyun merespon ucapan Dara. “Mwo??”

 

“Tolong hentikan Bom. Dia sedang diperjalanan untuk bertemu dengan Jiyong.”

“A-aku tidak mengerti, Noona. Sebenarnya ada mas-“

 

“Kau masih ingin melihat Jiyong hidup atau tidak? Kalau iya, cepat hubungi Bom dan hentikan dia.”

TOP menghela napas. “Ok noona, arraseo.”

 

“Thanks, Seunghyun.”

“No need, Noona.”

(Bom’s POV)

That Jiyong!!! Aku tidak habis pikir ia berani melakukan hal seperti ini kepada Dara. Move on? Dengan Kiko? That bitch??? Kau benar-benar masuk perangkap kematianku, Jiyong!!

Setelah mendengar pernyataan Dara tadi, aku tidak bisa lagi menahan amarahku.  Sekian lama aku menahan untuk tidak berbuat apa-apa karena kejadian Jiyong yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Dara.  Tabi tahu akan hal ini, dan ia pun juga menahanku agar tidak melakukan hal yang neko-neko.

Sekarang aku sedang berada di jalan menaiki taksi menuju apartemen Jiyong. Ku lihat dari balik balik jendela kerumunan orang dan beberapa mobil yang berlalu lalang di sebelah taksiku.

Aku merasa iri. Mereka dengan enaknya bisa pergi kesana-kemari sesuka hati tanpa harus takut ada kamera dan orang-orang yang membuntutimu. Juga ku yakin mereka tidak akan memikirkan bagaimana menghindari suatu rumor yang akan menghentikan karirmu.

Terkadang aku ingin sekali keluar dari semua ini. Keluar dari segala sesuatu yang berhubungan dengna keartisan. Tapi… aku tak bisa membayangkan bagaimana suatu hari nanti jika aku berhenti dari ini semua, nasib fans-fansku yang sudah setia berada disampingku. Ck… so complicated, right?

Lamunanku terhenti ketika ponselku tiba-tiba berbunyi. Ku ambil dari tasku, dan nama kekasihku muncul di layar ponselku.

“Yeobeoseyo, baby” sapaku.

“Eodiya?”

“Ne?” kedua alisku mengerut, tidak mengerti mengapa ia langsung bertanya aku dimana.

“Kau dimana sekarang?” Bisa kurasakan nada suaranya yang tegas. Tidak biasanya dia seperti ini kalau bukan karena ada hal penting. Dan kalau sampai ia tahu bahwa aku akan mengunjungi Jiyong untuk memarahinya, pasti dia akan menjemput paksa diriku.

“A-aku sedang di perjalanan, mau bertemu dengan eomma..”

“Geotjimal.”

MWO??!!! Bagaimana dia bisa tahu aku berbohong. Oh my God.

“Tabi…”

“Back home now, babe.”

 

“Mwo??”

“Pulang, Bom. Aku tidak ingin kau melakukan hal yang neko-neko terhadap Jiyong.”

 

Hah? Darimana ia mengetahui bahwa aku akan pergi menemui Jiyong? Haish haish haish!!! Pasti Chaerin atau Mingkki yang memberitahunya!! Arrghhh!!!

“B-bagaimana kau bisa-“

“Kau tak perlu tahu aku mengetahui hal ini dari siapa. So please, will you?”

 

Aku mendesah keras sambil menatap keluar jendela. “No, I won’t. I have to meet him today.”

“Bom, don’t be stubborn please. Ini sama saja seperti kau mencampuri urusan mereka.”

 

“Tabi… kau tidak tahu bagaimana Jiyong sudah-“

“But still. Kau, kita, hanyalah orang luar. Biarkan mereka yang mengurus masalah mereka sendiri.”

 

Aku tahu Tabi berkata hal yang benar, tapi aku sudah tidak sanggup melihat Dara yang tersakiti seperti itu. “Tidak. Aku tetap harus bertemu dengan dia.”

Aku bisa mendengar desahan putus asa dari ujung telpon. “Baby… please…”, katanya dengan suara memohon.

“Tabi, tolong mengerti ok?”

“Where are you now?”

 

“Sedang dijalan ke apartemen Jiyong, sebentar lagi mungkin sampai.”

“Wait me there..”

 

Aku mengedip beberapa kali sebelum akhirnya mengerti apa yang dia maksud. “M-mwo??!!! Ya!! Kau-“

Tut.. tut.. tut..

 

What the heck??! Dia memutuskan teleponnya? Berani sekali dia??!!! Seunghyun you will be the dead meat!!!!!

Ku lirik supir taksi sekilas dan terlihat ia juga sedang melirikku dengan wajah khawatir. /sigh/ Sudah bisa dipastikan dia pasti menguping pembicaraanku dengan Tabi tadi. Well guys, aku keluar dari dorm tidak memakai perlengkapan ‘ninja’ ku (kacamata, syal, etc). But it doesn’t matter~ supir taksi ini sudah tua dan tidak mengenaliku… I think? Just please don’t recognize me. Or I will be so dead T^T

“Ahjussi…” panggilku, menyadarkannya dari lamunan.

“Neh?” tanggapnya.

“Bisa kau percepat laju kendaraannya? Ku pikir aku sudah telat untuk sampai disana.” JELAS aku berbohong padanya. Huhuhuhu aku berkata seperti itu karena bisa saja Seunghyun sudah ada disana sebelum aku datang memarahi Jiyong. Damn. That child. I’m gonna rape his collarbone and all because the matter he brought lately with Darong. Sheezz.. He really doesn’t have the nerves!! How come he was caught dating with Kiko???? That bish?? =_= why must her Jiyong.

“Baik, nona…” jawab supir itu. Dan kurasakan injakan pedal gas taksi ini yang semakin dalam.

(After 15 minutes)

Akhirnya aku sampai juga di apartemen pribadinya Jiyong. Aku yakin sekali dia berada disini walaupun aku tahu ia belum lama membelinya.

Setelah memberi uang bayaran taksi, aku langsung masuk dengan langkah cepat agar tidak ada orang yang mengenaliku. Untungnya saja tidak terlalu banyak orang di lobby apartemen ini, jadi aku bisa dengan cepatnya mengendap ke depan lift. Fiuh… God thanks! You’re on my side today.

But…. Wait…. DAMN DAMN DAMN!!!!!!!! Aku tidak tahu terletak dilantai berapa tepatnya kamar Jiyong disini. /insert all cursed in here/ pabbo Bommie!! Aigoo =_=

Dengan langkah berat, aku mencoba untuk menelpon Chaerin. Why Chaerin? Karena kalau aku bertanya kepada Seungri atau Youngbae atau Daesung, mereka pasti akan menginterogasiku yang macam-macam.

Setelah dering ke-3 Chaerin pun mengangkat telponnya.

“Chaerin-ah, kau tahu kan di lantai berapa Jiyong tinggal?” tanyaku langsung to-the-point tanpa peduli harus menyapanya.

“Neh???”  aku tahu dia pasti bingung dengan pertanyaanku yang tiba-tiba ini. Tapi aku tidak punya waktuuuuuu haish!

“Jawab cepat!!” ucapku tidak sabaran.

“Ehmm….” Butuh beberapa detik sebelum akhirnya ia menjawab. “Lantai 20.”

 

“Kau tahu berapa nomer kamarnya?”

“Ehmm… Kalau tidak salah dua kamar setelah lift kearah kiri.”

 

“Oke, thanks Chae…”

Baru saja aku mau menutup telponnya, aku mendengar suara teriakannya yang kencang. “WAIT WAIT!!! UNNIE!!!!”

 

Aku menghela napas dan menjawabnya dengan sedikit segan. “Wae?”

“EODDIGAYO????!” teriaknya. Aku perlu sampai menjauhkan ponselku dari telinga. Aigo… kasihan sekali telingaku ini.

“Kau tahu aku berada dimana sekarang. So… gotta go now. Bye!”

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menutup telponnya. Tak berapa lama kemudian, pintu lift terbuka. Dan aku melihat mereka……..

Jiyong…….

Dan……

Kiko…….

Mataku terbelalak kaget. Begitu juga dengan  mereka berdua. Tanganku terkepal kuat, napasku memberat dan…

PPAK!!!!!

Aku yakin, tamparan yang ku layangkan tadi sangat kencang. Karena dia meringis kesakitan setelahnya…

*smirk*

-TO BE CONTINUED-

19 thoughts on “For The First Time part 11

  1. Huwaaaaaaaaaaaaa…….serasa nyata, i like it…..ini hanya kesalahpahamankan? Hikz….gak suka Kiko, tmbh gak suka jadix….:P

  2. woaaa for the first time comebackkkkkk!!!!!
    feelnya dapet bgt! serasa nyata…………
    chapter berikutnya jangan2 lama2 ya thorrr

Leave a comment