BE MINE [Chap. 25]

poster-bemine

Story by :mbie07

Link : Meet her on Wattpat&Aff

Indo Trans : DANG

Here you go, chapter 25!

“Sanghyun maaf … Aku sangat menyesal meninggalkanmu seperti ini, pergi menjauh darimu … untuk semuanya. Maaf untuk menyakitimu dan untuk membatalkan pernikahan kita. Maaf untuk mengkhianatimu … Aku sangat menyesal untuk semuanyna. Sanghyun … jangan benci Jiyong … itu bukan salahnya. Itu semua salahku … dia tidak pernah memaksaku untuk menyukainya, aku orang yang memulai segalanya. Aku akan jujur … Aku lelah Sanghyun, lelah dari segala sesuatu, bosan dengan hidupku, lelah denganmu, lelah hubungan ini tetapi kebanyakan dari semua itu aku lelah dengan diriku sendiri. Tolong percaya padaku ketika aku mengatakan aku mencintaimu, dan aku akan selalu mencintaimu tapi Sanghyun kadang-kadang cinta tidak cukup untuk membuat semuanya bekerja. Aku mencoba. Percayalah aku berusaha keras tetapi pada akhirnya aku hanya bosan dengan itu, aku sangat lelah.”


“Kau sempurna, kau sangat baik, kau manis dan segalanya ada padamu … setiap wanita iri padaku … tapi Sanghyun itulah masalahku … kau terlalu sempurna, kau terlalu baik dan itu meracuniku perlahan, aku ingin menjauh darimu karena kau menekanku tanpa menyadarinya, aku merasa aku tidak pernah memenuhi standart mu, aku tidak akan bisa membuatmu bahagia dan memuaskanmu, dan itu membuatku takut. Aku ingin putus denganmu tapi aku tidak berani. Kemudia Jiyong datang dan dia pelarianku yang sangat sempurna. Dan saat kau menangkap basah kita aku merasa bersalah dan itu semua mulai menjadi sangat sulit untukku, dan aku tidak bisa menahannya lagi.”

“Aku minta maaf karena tidak menjadi pacar yang sempurna, maaf untuk mengkhianati kepercayaanmu, maafkan aku atas semua lukamu … Aku sangat menyesal untuk segala sesuatu. Aku minta maaf karena merusak persahabatanmu, maaf untuk mengacaukannya. Maaf untuk semuanya. Jangan menyerah pada dirinya … Kau dapat mengubah Jiyong, aku percaya pada mu, kau adalah seorang yang penuh kasih … kau bisa melakukannya, dan hanya kau yang bisa melakukannya. Aku percaya padamu …. Aku sangat percaya padamu..”

“Maafkan aku. Aku mencintaimu,”

Dia menatap kosong di udara lalu ia melepas headphone yang ada di telinganya. Dia menghela napas sambil menatap langit dan matahari yang sudah naik. angin bertiup kencang ia merasa rambutnya menari untuk itu. Bibirnya tersenyum tipis. Berapa kali ia mendengarnya? Berapa kali dia mendengarkan itu sejak hari itu? Dia tidak bisa menghitung, ia kehilangan hitungan. Dia memejamkan mata sambil membawa lengannya di atas matanya saat itu ia merasa tubuhnya mati rasa.

Itu salahnya, dia tahu itu dari awal tapi kemudian ia menolak untuk menerima kenyataan bahwa semuanya adalah kesalahan nya. Dia menolak untuk memahami segala sesuatu dan menyalahkan Jiyong dan karena itu ia tidak hanya melukai dia tapi juga adiknya. Dia bahkan hampir mengorbankan nyawa adiknya. Itu tidak pernah Jiyong yang mengambil semua orang dari hidupnya, ia sendiri yang sedang melakukan omong kosong itu dan ia tahu tentang hal itu namun ia tidak dapat menerimanya. Dan sekarang ia melakukan kesalahan yang sama lagi.

Dia berdiri dan menempatkan kedua tangannya di dalam saku lalu ia mulai berjalan ke pintu atap rumah sakit. Dia kemudian turun menuruni tangga sambil berjalan diam-diam ke kamar adiknya. Dia dengan lembut memutar kenop dan mendorong pintu agar terbuka ia melihat ibunya tidur dan dengan lembut ia menyelimuti ibunya yang berada di sofa rumah sakit. Jiyong meliriknya. Setelah menyelimuti ibunya ia pergi ke tempat tidur Dara dan memegang tangannya dengan lembut lalu mengatakan beberapa hal.

Sanghyun menutup pintu sambil bersandar pada dinding, lalu ia menatap Jiyong yang memegang tangan Dara dan membisikan sesuatu padanya itu membuatnya tersenyum tipis. Sanghyun meraup rambutnya rasa bersalah mulai menyerang dan menggerogotinya. Dia menggigit bibirnya, ia mencoba menekan air matanya jatuh. ‘Jiyong,’  Sanghyun memanggilnya dan membuat Jiyong menatapnya menunggu perkataan lain yang muncul. ‘Maaf …’ kata Sanghyun hampir berbisik dengan kepala menunduk.

“Aku minta maaf untuk menyalahkamu selama ini, karena kebodohanku, untuk menyalahkanmu, atas segalanya … “ Sanghyun terhenti berkata lalu ia menegakkan kepalanya dan menatap Jiyong langsung. “Dan yang paling penting, maaf karena sudah menyerah atas dirimu” ujarnya lalu Jiyong terus menatapnya. Jiyong menutup matanya sambil memaksakan dirinya untuk berdiri dan berjalan ke arahnya. Tanpa berkata apa-apa dia memeluk erat-erat, seperti pelukan ayah berikan kepada anak mereka. “kau sudah diampuni,” Jiyong berbisik di telinganya membuat Sanghyun menegang. Dia kemudian memeluk Jiyong dengan erat sambil terisak, mengatakan kata-kata yang tidak jelas dalam waktu bersamaan. Mengatakan maaf dan terima kasih terus menerus.

Jiyong melepaskan pelukannya dan mulai mengulurkan tangannya. Sanghyun menatapnya sejenak dan dengan senyumannya  sambil menyeka air matanya ia meraih tangannya dan menjabatnya. “Selamat datang kembali Jaksa menyebalkan,” Jiyong tersenyum lalu Sanghyun mengeluarkan tawa hangat. “Aku kembali, Jiyong,” ia menjawab lalu menarik Jiyong dan mengunci kepalanya dengan sikunya seperti adegan lama yang dulu pernah mereka lakukan, membuat Jiyong mendengus kesal dan Sanghyun tertawa hangat. “Dan terima kasih untuk merawat adikku dan untuk memberinya ruangan terbaik di rumah sakit ini,” kata Sanghyun dengan lembut sambil melepaskan Jiyong. Jiyong menatap Dara yang tertidur di tempat tidurnya, lalu ia tersenyum. “Hanya yang terbaik untuknya,” katanya lalu ia melirik Sanghyun dengan senyuman dengan itu ia merangkul Jiyong dan berjalan mendekat ke arah Dara, bersemangat menceritakan bahwa mereka baik-baik saja sekarang, mereka sudah berdamai. Dan dia (Dara) tidak perlu khawatir lagi, dan mereka ingin meminta maaf atas kebodohannya yang menyedihkan.

Jiyong memegang tangan Dara dengan lembut sambil menatapnya dengan mata merah dan lelah tanpa tidur. “Jiyong kita ingin pergi makan sebentar, apa kau mau ikut?”. Ayah Dara, Mr. Park yang baru saja tiba kemarin, bertanya.  Jiyong tersenyum sambil menggeleng sopan. “Aku tidak lapar,” ujarnya lalu dia mencium rambut Dara. Yunbin berjalan padanya, khawatir. “Tapi kau tidak beristirahat … dan aku tidak melihat mu makan, Dara akan membunuh kami jika dia tau kita tidak merawatmu dengan benar.” Ibu Dara berkata sambil membelai kepala Jiyong.

“Aku baik-baik saja,” Jiyong meyakinkan sambil memegang tangan Ibu Dara dan meremasnya sedikit. Yunbin menghela napas sambil mencium kepalanya. “Terima kasih untuk mencintai Dara begitu banyak, “bisiknya. “Jiyong makanlah. Aku akan menjaganya,” Sanghyun menawarkan tapi dia hanya menggelengkan kepala. “Tolong hanya belikan aku sesuatu,” Jiyong akhirnya berkata untuk menghentikan ke khawatir mereka. Mereka melirik satu sama lain. “Oke … aku akan membelikanmu semua makanan di kantin, tapi kau harus berjanji kau akan makan banyak.” lalu mereka semua tertawa kecil.

“Ayahnya, pemilik tempat ini Appa” Sanghyun mengingatkan membuat bibir Mr. Park membentuk ‘o’. “Jadi apakah itu berarti, aku tidak harus membayar untuk makananmu?” Tanyanya saat semua orang tertawa sekali lagi. Kemudian mereka mendengar ketukan dari pintu. Sanghyun cepat membukanya dan ternyata itu Mr dan Mrs Kwon bersama dengan sekretaris mereka membawa banyak makanan. “Silahkan masuk,” kata Sanghyun dengan sopan, beruntung kamar yang disediakan untuk Dara sangat luas bahkan lebih luas dari ruang kelas Dara dan Jiyong. Jiyong tersenyum mengingat dimana seluruh teman kelasnya datang untuk menjenguk Dara dan itu benar benar kacau, mereka benar benar berisik dan hampir membangunkan semua orang sakit di rumah sakit ini mungkin juga mayat mayat di kamar mayat. Dia hanya menggelengkan kepala mengingat hari itu.

“Kam akan pergi sekarang,” kata Yunbin tersenyum saat Jiyong mengangguk. Dan dengan itu setelah mengucapkan selamat tinggal, keluarga Park pergi dan tersisa keluarga Kwon dan tentu saja dengan sekertaris mereka. Jiyong menatap ibunya dan Tae Hee yang sedang mengatur makanan di atas meja sementara Ill Woo dan ayahnya memeriksa kondisi dan catatan Dara. Jiyong menatap mereka sambil sedikit meremas kecil tangan Dara. “Keadaannya semakin membaik,” Mr. Kwon tersenyum padanya lalu Jiyong mengangguk lega lalu ia memberikan ciuman kecil di kepalanya. “Bagaimana jika sementara kau menjaganya, kau juga menjaga dirimu sendiri?” Mrs. Kwon berkata sementara Jiyong tertawa lembut tidak percaya bagaimana setiap orang khawatir tentang kondisinya bahkan Mr. Yang dan Mr. Song dan seluruh teman kelasnya. Dia mengangguk kecil sambil berdiri dan duduk di meja lalu mereka duduk bersama.

Jiyong menatap makanan mereka membawa ingatannya pada makanan yang dia makan ketika ia masih tinggal di rumah mereka, makanan hambar dantidak ada rasanya. Dia kemudian meraih alat makannya lalu ia mulai makan. Dia membuka mulutnya dan makan sesendok makanan menunggu rasa hambar. Dia menegang untuk sementara waktu karena semua orang menatapnya khawatir. “Apa ada yang salah nak?” Mr. Kwon bertanya memecah keheningan pertama. “Apa kau tidak menyukainya? apa kita memesan makanan luar saja?” Mrs. Kwon berkata lalu dengan tiba-tiba Jiyong hanya menangis, air matanya mengalir di pipinya.

“Makanannya benar-benar enak” bisiknya sambil menyeka air matanya. Tae Hee membelai punggungnya dengan senyum manis di bibirnya sambil terus menyeka air matanya yang tampaknya tidak akan berhenti lalu ia hanya memasukkan semua makanan di dalam mulutnya. “Rasanya enak,” katanya membuat mereka semua tersenyum dan mulai makan sambil berbincang-bincang santai. Dan itulah saat Jiyong melihat bagaimana keluarganya seperti keluarga lainnya, bagaimana rasanya makan bersama-sama dengan orang tuanya, bagaimana makanan terasa lebih lezat saat mendengar lelucon mereka, tawa dan cerita mereka. Dan ia telah menunggu untuk ini sepanjang hidupnya.

Setelah makan siang mereka berpamitan dan Jiyong memberikan anggukan. Mrs. Kwon memberinya pelukan yang erat dan Jiyong memeluknya kembali sambil menutup matanyal, pelukan hangat yang ia rindukan. “Dia akan membaik, nak. Kita akan melakukan apapun,” bisiknya. “Ya … terima kasih,” jawabnya saat mereka menarik diri dari pelukan lalu Tae Hee memberinya pelukan erat dan cepat. “Jaga dirimu, Dara akan sedih jika dia melihat mu mengabaikan diri sendiri,” Tae Hee tersenyum padanya lalu ia mengangguk.

Ill Woo dan Mr Kwon memberinya pelukan erat juga, membuatnya tersenyum. “Hubungi kami jika sesuatu terjadi, ” kata Mr. Kwon pelan lalu ia mengangguk padanya. “Dara mempunyai empat dokter terbaik rumah sakit ini, jangan khawatir lagi,” kata Ill Woo bangga sambil menepuk nepuk dadanya membuat mereka tertawa. “Kami akan pergi dulu, kami akan kembali untuk memeriksa nanti,” kata Mrs. Kwon sambil mengangguk sekali lagi dan dengan itu mereka berjalan keluar ruangan. Jiyong menoleh kearah Dara dengan cepat, lalu ia duduk disampingnya. Dia menggenggam erat tangannya lalu ia mulai bercerita padanya, dan Jiyong mulai menangis sedikit menceritakan bagaimana senangnya dia sekarang, bagaimana bersyukurnya dia dan betapa ia merindukan dan mencintai nya.

Keluarga Park hanya pergi ke luar untuk membeli beberapa persediaan mereka dan mereka sekali lagi meninggalkan Dara dengan Jiyong. Tapi dia tidak pernah keberatan karena Jiyong tidak pernah meninggalkan  Dara, dia tidur, mandi, makan dan tinggal di sana. Jiyong kemudian duduk di tempat tidur sambil memeluk tangannya dan hendak bercerita tetapi tiba-tiba napas Dara menjadi berat dan tubuhnya mulai gemetar Jiyong dengan cepat berdiri dan menekan tombol darurat. Kemudian ECG nya mulai turun dengan cepat membuatnya mati rasa. Dia menatapnya, tubuhnya beku, hatinya sakit saat ia mendengar nada datar disertai oleh suara yang mengganggu sangat panjang. Lalu orang tua Dara bergegas masuk dan diikuti perawat dan alat-alat medis, mereka mulai mengerubungi Dara mengatakan hal-hal yang sebenarnya ia bisa pahami, tapi kini ia benar benar tidak bisa mendengar apapun dengan jelas, semuanya tampak seperti mimpi.

Keluarga Dara memasuki ruangan dan mulai menangis melihat para dokter dan perawat yang merubungi Dara. Jiyong hanya berdiri. Lalu kata-kata mulai bergema di kepalanya.


“Dia akan baik-baik saja,

“Dia
membaik,
“Dia akan segera bangun,”
“Dia tidak akan mati,

“Aku tidak akan mati Ji … Aku tidak akan pernah meninggalkan Anda,”

Ada dia berbaring di tempat tidur, dokter pada panik, ibu dan keluarga menangis. Dan ada dia sedang menonton sebagai EKG-nya terus pada garis datar stabil, tidak bergerak, tidak berkedip, tidak bernapas. Maka semua kata-katanya berdering di kepalanya, mereka bergema, mengulangi, mengejek. Tapi tetap dia ada di sana berdiri kaku, menonton gadis yang dicintainya lebih dari dirinya sendiri, perlahan-lahan melayang mati, ke ketiadaan.

Aku mencintaimu Kwon Jiyong!
“Kau adalah milikku ingat?

“Aku tidak akan pernah meninggalkan
mu Jiyong … tidak sekarang … tidak akan pernah,
“Kita
berusaha membereskan masalah ini,
Semua milikmu…

“Clear!”  salah seorang dokter berteriak sambil menekankan defribilator pada dada Dara. Mereka melakukannya untuk beberapa menit, ia tidak bisa menghitung berapa tepatnya tapi ia merasa itu bertahun-tahun lamanya. Dan segala sesuatu bergerak lambat di matanya lalu ia menatap semua orang dan ia mendengar segala sesuatu  ia merasa seperti sedang dihisap ke dalam lubang hitam. Kemudian kenangan bersama Dara mulai bermain di pikirannya seperti ia sedang menontonn itu, ia sseperti berdiri di tengah tengah kenangan bersamanya.

Campuran teriakan, kepanikan, suara EKG dan semua suara itu perlahan lahan mengecil hingga ia hanya bisa mendengar detak jantungnya, napasnya yang memberat, suara lembut dara, tawanya dan yang ia bisa liat adalah senyumannya, ia memeluknya, menggandengnya, menciumnya.
Dia bisa merasakan sentuhannya, dia bisa merasakan napasnya yang hangat menyentuh kulitnya. Seluruhnya, ia bisa jatuh cinta dengannya setiap saat, dia bisa menatap mata indahnya menatapnya lama dan penuh kasih dan kerinduan. JIyong bisa merasakan bagaimana mereka seperti terpisah jauh dari jangkauan bahkan jauh dari kematian.


Aku Sandara Park, menjadikanmu kau Kwon Jiyong sebagai suamiku secara resmi saat kaya dan miskin … dalam sakit dan sehat … sampai kematian memisahkan kita, “

Para perawat saling menatap lalu mereka mengangguk, tapi Mr dan Mrs Kwon menolak untuk menyerah mereka berusaha untuk menghidupkan kembali gadis yang sangat dicintai anaknya, gadis yang menyelamatkan hidup anaknya, gadis yang memberikan alasan untuk anaknya hidup. Ill Woo menarik Minah (Ibu Jiyong) dan memeluknya menghentikan usahanya untuk menghidupkan kembali Dara.  Minah menangis hebat membuat Ill Woo memeluknya erat dan membelai punggungnya lembut.

“Aku berjanji untuk mencintaimu, untuk menjagamu … dan untuk bersamamu melalui keabadian … melalui segala sesuatu … untukmu aku hidup, segalanya untukku dan duniaku … aku akan menjadi putri, superhermu , teman terbaikmu … dan aku akan menjadi apa pun yang kau butuhkan… Aku mencintaimu dan tidak akan ada yang mengubah itu, “

Tae Hee berusaha untuk menghentikan Jiro (Ayah Jiyong) sebagai air mata yang terakhir mengalir di pipinya dan menyekanya terus menerus. Keheningan memenuhi seluruh ruangan dengan bunyi bip EKG yang terus berdering.  Jiyong menatap Dara semua orang menyerah padanya mereka hanya menangis dan menyerah pada dirinya.


“Aku tidak sabar untuk kembali, ‘

“TIDAK! KALIAN TIDAK BISA MENYERAH PADANYA!” Jiyong berteriak sambil berlari ke tempat tidurnya dan mulai memompa dadanya. Sanghyun mencoba untuk menghentikannya tapi ia berakhir didorong oleh Jiyong. “TIDAK! TIDAK! TIDAK! KAU TIDAK BISA MENYERAH PADANYA!!” teriaknya sambil meraih defibrillator dan mulai menekankan alat itu pada dada Dara.

‘KAU TIDAK BISA MENGAMBIL DARA JAUH DARI KU!’
‘TIDAK! KAU TIDAK BISA MENGAMBIL DIA JAUH DARI KU !! ‘
‘DIA MILIKKU! DIA MILIKKU!! DARA KEMBALI PADAKU !! ‘

Teriakan putus asanya, cukup untuk mematahkan hati setiap orang yang melihatnya. Dia memompa defbrilator di dada Dara untuk terakhir kalinya lalu ia jatuh berlutut dan mulai menangis keras,  Ayahnya mencoba untuk membantu dia berdiri tapi ia mendorong semua orang lalu ia bangkit dan mulai memeluk Dara erat-erat. “Dara kau tidak bisa meninggalkan aku … tidak… tidak kau tidak bisa meninggalkan ku … kau tidak bisa meninggalkan ku, ”  semua orang hanya diam melihat bagaimana menderitanya Jiyong.

Jiyong membelalakkan matanya dan ia menoleh pada mesin EKG yang membunyikan nada berbeda, ia melihat monitor EKG dengan garis yang mulai naik turun. “Kerja bagus nak, kau menyelamatkan hidupnya …” Mr. Kwon berkata sambil meremas bahu Jiyong lalu Jiyong menatapnya tidak percaya. “Kau menyelamatkan hidup Dara,” ulang Mr. Kwon lalu Jiyong menangis kencang.

Dara perlahan-lahan membuka matanya cahaya terang menyambutnya. Dia tahu dia telah tidur begitu lama. Dia mencoba untuk menjernihkan penglihatannya dan akhirnya ia bisa melihat dengan Jelas. Dia melihat disekelilingnya kamar yang indah dan kamar kosong. Lalu ia merasa seseorang memegang tangannya. Dia memandang Jiyong sebagai senyum terbentuk pada bibirnya.Dia ada tidur, kepalanya di tepi tempat tidur, tangan memegang nya miliknya rapat. Dia memberi meremas ringan di tangannya cukup untuk membangkitkan dia dari tidur.

‘Jiyong …’ Dara dengan lemah memanggilnya dan Jiyong perlahan membuka matanya. Dia disambut oleh Dara yang tersenyum manis padanya. Jiyong akhirnya tersenyum dan dengan lembut ia bergerak mencium keningnya, turun ke hidungnya, di ujung nya hidung sebelum sepenuhnya mengklaim bibirnya. “Aku mencintaimu, Dara,” bisiknya dengan Dara tersenyum manis padanya. “Aku juga mencintaimu,” jawab Dara.

Jiyong berdiri sambil menekan tombol di sudut kamar, lalu berjalan kembali padanya. Dia duduk di sampingnya dengan itu Dara meringkuk lebih dekat kepadanya. “Aku merindukanmu,” Dara berbisik lalu Jiyong memegang tangannya dan menciumnya. “Aku merindukanmu lebih,” bisiknya lalu ia merasa setiap emosi kembali kepadanya, dan ia merasa matanya berair. Dara menatapnya dan membelai pipinya. “Kau terlihat sangat lelah,” bisik Dara lalu Jiyong menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku tidak, aku tidak pernah lelah untukmu… jika menyangkut dirimu,” ia menjawab lalu mencium dahinya dengan Dara memejamkan matanya merasakan saat-saat bersamanya.

“Terima kasih untuk datang kembali …” bisiknya. “Terima kasih untuk tidak meninggalkanku,” Dara tersenyum sambil menggenggam jari-jarinya dengan jari Jiyong lalu ia mengecup bibirnya sekali lagi “Aku berkata padamu aku tidak akan pernah meninggalkanmu Ji…”

“Tak pernah…”

—000—

One chapter to go! Dan epilog juga masih ada.

Jangan berhenti baca dulu ya, stay tune!

Thanks,

DANG

 

14 thoughts on “BE MINE [Chap. 25]

  1. jantungku udah dar der dor…..waktu mereka semua(dokter) pada nyerah sama dara.
    tpi untung lah. dara kembali. gk sanggup kalo sampe dara pergi.
    tinggal satu chap lg ya. dan epilog.
    okk ditunggu….jgn lama2 ya….semangaaaaattt

  2. Udah nangis aja kirain dara bakalan meninggal tp syukurlah berkat jiyong yg nggak menyerah akhirnya dara nggak jd meninggal…. nggak bisa bayangin bagaimana hancurnya jiyong jika sampai dara meninggal pasti dia bakalan hancur banget padahal dia baru bahagia ngerasain punya keluarga dan seneng akhirnya dara nggak meninggal…. next chap ditunguin ya dang fighting buat lanjut ffnya ♡♡♡

Leave a comment