BE MINE [Chap. 11]

 

25335697-176-k89752

Story by : mbie07

Link : Meet her on Wattpat & Aff

Indo Trans : DANG

Karakter:

Kwon Jiyong, Sandara Park, Lee Chaerin, Lee Sung Ri, Choi Seung Hyun, Park Bom

—ooo—

Here you go, chapter 11!

Dara menatapnya dengan lembut saat Jiyong menempatkannya ke tempat tidur, duduk. Mereka di dalam klinik kamp. Dara menggigit bibirnya saat merasakan sudut matanya yang mulai berair. Dia merasa mengerikan, dia merasa buruk karena sudah membuatnya khawatir. Dara mengikuti gerak gerik Jiyong dengan matanya saat Jiyong meletakkan nampan logam di atas meja kayu di sampingnya. Jiyong duduk di depannya lalu mata mereka bertemu. Air mata Dara merangkak turun karena rasa bersalah yang menjalar ke dadanya. Dia menggigit bibirnya ingin menahan tangisannya tapi gagal. “A-aku minta maaf,” gumamnya sambil bermain dengan bajunya erat.  Jiyong perlahan-lahan memindahkan tangannya dengan lembut menyeka air matanya.

Lalu Jiyong dengan lembut meraih tangannya dan menariknya mendekat lalu memeluknya, mengunci dengan lengannya. Dara kemudian mulai menangis saat ia membenamkan wajahnya di dada Jiyong. “Jangan marah, Aku benar-benar minta maaf,” Kata Dara di antara isak tangisnya. Dengan lembut Jiyong membelai punggungnya dan mendarat ciuman kecil di rambutnya. Ssshhh … Tidak apa-apa,” bisiknya. Hanya … jangan melakukannya lagi,” tambahnya bersamaan dengan desahan kecil. Dara menjauhkan diri dari dan dengan senyum tipis di bibirnya. Dia tertawa sedikit sambil menyeka air matanya.

“Janji.” katanya tertawa lalu Jiyong dengan lembut menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Jiyong kemudian dengan lembut meraih nampan logam yang dipenuhi dengan bola kapas dan semua macam hal yang ia butuhkan untuk mengobati luka Dara. Dara mengawasinya dengan hati-hati saat Jiyong dengan lembut mengobatinya luka nya. Dia tidak tahu Jiyong pandai melakukan hal seperti itu. Dia tersenyum, ia seperti seorang ahli. Kenapa kau pandai dalam hal ini?” Tanyanya tersenyum.  Jiyong menatap lurus matanya dengan lembut sambil meletakkan plester. Aku tumbuh di keluarga dokter,” katanya sambil berdiri dan meraih bola kapas yang digunakan, meletakkannya di nampan logam dan membuangnya lalu ia melanjutkan untuk menata kembali cabinet dan mencari sesuatu. “Pasti sangat menyenangkan hidup diantara keluarga seperti itu.” Dara tersenyum padanya.

Ia meraih botol antiseptik dan menatap benda itu untuk sementara waktu. Dia berbalik dan seolah-olah ia membaca label nya. Tidak juga.” katanya lemah sambil meletakkan botol antiseptik pada kabinet. Matanya melayang ke Dara yang sedang kehilangan kata-kata. “Sebenarnya itu tidak menyenangkan,” Katanya sambil menutup kabinet.

Ada keheningan aneh yang di seluruh ruangan. Dara berdiri dan memeluknya dari belakang lalu Jiyong cepat berbalik, meraih pinggangnya dan mengangkatnya untuk duduk di wastafel. “Aku lahir dan ditinggal sendirian, aku sendirian seumur hidupku. Aku tidak mempunyai seorangpun, tidak ada seorangpun Dara.” bisiknya pahit sebagai matanya masih terkunci dengan mata innpcent Dara. Dara hampir tidak bisa napas, dia tidak bisa berkata apa-apa.

Dara kehilangan kata-kata. Jiyong memanggilnya dengan namanya. Ini adalah pertama kalinya dia melakukan itu dan dia merasa seolah-olah ada emosi yang aneh mengisi dadanya bahwa dia mulai terengah-engah. Rasanya seolah-olah itu adalah hal termanis yang pernah ia katakan. Lalu Dara hampir tidak bisa percaya bahwa Jiyong terbuka kepadanya, ini pertama kalinya ia terbuka padanya.

Dara merasa istimewa. Bagaimana mungkin dia begitu senang hanya karena Jiyong memanggil namanya. Dan bahkan Jiyong bercerita tentang dirinya. Dia tersenyum sambil menggeleng dan menyenderkan dahinya pada dahi Jiyong. “Kau tidak sendirian, aku ada di sini, selalu.” Katanya sambil menutup matanya begitu juga dengan Jiyong.  Ada keheningan di antara mereka, satu-satunya hal yang mereka bisa dengar adalah napas mereka, dan hati mereka yang berdebar kencang seakan ingin membebaskan diri dari dada mereka.

Mereka berdua bisa merasakan napas mereka seakan mereka bernapas untuk hidup satu sama lain. Dan itu seolah-olah mereka telah menunggu begitu lama untuk kesempatan ini, untuk moment ini, seperti mereka telah bermimpi tentang hal ini sepanjang hidup mereka. Jiyong kemudian membelai wajah Dara saat ia perlahan-lahan menariknya lebih dekat kepadanya. Bibir mereka menyentuh satu sama lain saat ia mulai menciumnya perlahan, lembut. Jiyong bisa merasakannya dan Dara menanggapi setiap gerakannya. Itu manis. Itu lembut. Itu bahagia. Itu segal galanya. Dara menariknya lagi, karena Jiyong mulai memperdalam ciuman lalu Dara menanggapi setiap gerakan nya. Jiyong tidak ingin mengakhiri ciuman itu jika saja dia tidak butuh bernapas, dia akan melakukannya seumur hidupnya. Kemudian Jiyong perlahan menjauhkan diri dari Dara dengan dahi mereka yang masih bersandar satu sama lain. Mereka terengah-engah, terengah-engah. Dara menariknya lebih mendekat dengannya, jauh lebih dekat.

“Tolong jangan pernah meninggalkanku.” kata Jiyong, memohon. Itu gila. Dia selalu berpikir bahwa ia lahir sendiri, ia akan hidup sendiri dan mati sendirian dan tidak akan dicintai. Dia pikir dia akan selamanya ditahan dengan emosi, bahwa apa pun yang terjadi dia akan sendirian. Dia tidak pernah berpikir bahwa hari di mana dia akan mengemis pada seseorang untuk tetap tinggal akan datang. Dia tidak pernah memikirkan hal itu. Tapi sekarang dia memeluknya, memohon untuk tidak meninggalkan dia karena jika dia melakukan itu ia tahu ia tidak akan pernah bisa menerimanya. Dia akan mati, ia akan hancur berkeping-keping.

Dara membuja matanya, dia menatap Jiyong dan senyum terbentuk di bibirnya. “Aku, tidak akan pernah meninggalkanmu.” bisiknya sambil menarik Jiyong lagi, lebih dekat. Jiyong membuka matanya dan disambut oleh senyum dan saat itu ia tahu ia tidak bisa hidup tanpa Dara. Dia hanya tidak bisa memiliki kehidupan tanpa Dara. Dalam sekejap, Dara menjadi segalanya, ia menjadi dunianya, hidupnya, kesuksesannya, mimpinya dan ia tahu ia juga telah menjadi keancurannya, kehancuran yang manis.

Guru Yang bertepuk tangan sambil menyerukan perhatian semua orang. “ Oke, saatnya untuk mengetahui tugas kabin dan mengetahui teman satu kamar kalian,” Katanya sambil tersenyum. Chaerin mengangkat tangan lalu Guru Yang menunjuknya meminta pertanyaannya. Err, Guru, bagaimana jika kita berbagi kabin yang sama dengan seorang pria?” tanyanya mengasilkan macam-macam reaksi yang berbeda dari seluruh kelas. Guru Yang terkekeh. Baiklah, berarti kalian beruntung,” katanya tertawa yang membuat gadis-gadis tersentak dan anak laki-laki mengaum senang. Dara tertawa sedikit saat ia menemukan reaksi semua orang lucu.

“Pertama, mari kita mulai dengan ketua kelas,” katanya. Berapa nomor kabinmu, Dara?” Tanyanya lalu Dara berdiri.  “Aku mendapat kabin nomor 7,” dia berkata sambil tersenyum saat semua orang mulai mencari siapa yang akan menjadi teman sekamar Dara. Jiyong mengangkat tangannya. “Aku dapat 7 juga.” Katanya santai lalu Dara tersenyum padanya. “Baiklah,” Guru  Yang tersenyum menggoda pada  Jiyong yang hanya memutar matanya pada gurunya. “Ambil barang-barang kalian dan pergilah ke kabin nomor 7, sayang” ujarnya lalu Dara membungkuk kepadanya. Terima kasih Guru,” Dara mengatakannya lalu dia berjalan dengan Jiyong untuk mendapatkan barang-barang mereka dan pergi ke kabin mereka. Setelah mereka meninggalkan semua orang yang sedang tertawa sedikit karena senang.

“Mereka adalah belahan jiwa.” Kata Seung Ri tertawa. “Atau mungkin tidak,” kata Chaerin menyeringai sambil memutar kuncinya dengan jari telunjuknya. Seung Ri menyipitkan matanya pada Chaerin mengetahui dia mungkin melakukan sesuatu. Apa yang kamu lakukan?” Tanyanya curiga namun dalam suara yang rendah yang hanya mereka berdua bisa mendengar. “Aku hanya bermain peran menjadi cupid,” dia tersenyum polos sambil mengedipkan bulu matanya membuat Seung Ri hampir muntah. Lee,” Guru Yang memanggil lalu baik Chaerin dan Seung Ri berdiri bersamaan.

Ahhmm, Maksudku Lee Seunghyun kau dapat kabin nomor berapa?” Guru Yang bertanya membuat Chaerin meringis. “Aku mendapat nomor 13 sir,” Seung Ri tersenyum sambil berbalik dan mulai mencari teman sekamarnya. “Bagaimana denganmu Chaerin?” Tanya Guru Yang. “13,” Jawabnya tegas membuat Seung Ri tersentak lalu ia menunjuk Chaerin menuduh. “Kau melakukan ini dengan sengaja !!” desisnya. Dream on Rat!” Chaerin membalas saat ia mulai berjalan meraih barangnya. “Yah !! Aku tidak ingin menjadi teman sekamarmu! Atau kabin mate! Oh apapun itu !!” Seung Ri berseru saat ia menghentak-hentakkan kakinya dan meraih barangnya. Mereka kemudian mulai bertengkar saat mereka berjalan menuju kabin mereka.

Chaerin melirik kek kabin  nomor 7 dan tersenyum. Dia kemudian menggigit bibirnya untuk menekan tawanya. Jiyong dan Chaerin menukar kuncinya dengan sembunyi-sembunyi,  jadi Chaerin harusnya berpasangan dengan Dara dan Seung Ri seharusnya dengan Jiyong. Namun dalam highschool semua orang berbagi sedikit rahasia, bukan?

Dara tersenyum saat melihat kabin mereka. Itu kecil namun cukup luas dengan 2 ranjang yang kedua sisi yang di beri bantal, seprai dan selimut putih. Sebuah meja kecil dan kamar mandi. Dia kemudian berlari ke salah satu tempat tidur dan berbaring cekikikan. Jiyong kemudian menempatkan barang-barang mereka lalu berjalan ke tempat tidur dan duduk melihat Dara berguling-guling seperti anak kecil, yang bersemangat untuk segalanya dan untuk apa saja.

Dara tersenyum lalu ia duduk dan memeluk Jiyong membuat mereka jatuh di tempat tidur dengan Dara sambil  tertawa. Lalu mereka diam karena mereka hanya berbaring di sana, menatap satu sama lain seolah-olah mereka berbicara menggunakan mata mereka. Dara meringkuk padanya, ingin merasakan kehangatan yang tidak pernah gagal menenangkannya. Jiyong kemudian melingkarkan lengannya di sekeliling Dara dan menariknya sehingga Dara  sekarang di atas nya, bersandar pada dadanya yang bergerak naik turun dan mendengar jantungnya berdebar. Dara tersenyum sambil menatapnya, menggigit bibirnya. Jiyong menatapnya untuk sementara waktu membua Jiyong melepaskan desisan membuat Dara mengangkat alisnya.

Berhenti melakukan itu,” katanya berusaha menenangkan diri. Melakukan apa?” Tanyanya polos. “Menggigit bibir mu,” dia menjawab membuat bibir Dara membentuk ‘o’. “Maaf,” dia bergumam sambil membenamkan wajahnya ke lekukan leher Jiyong saat Jiyong mulai membelai nya kembali. Kemudian Dara mulai menyenandungkan sebuah lagu sambil menutup matanya seperti sedang mencoba untuk mensinkronkan senandung nya dengan napas Jiyong, dengan jantung Jiyong yang terus berdebar.

Kemudian pada detik berikutnya  tanpa disadari Dara tertidur di atasnya, dengan Jiyong masih membelai punggungnya. Setelah memastikan bahwa dia sudah tertidur ia kemudian memeluknya  sambil menutup matanya. Pada kenyataannya ia masih bingung, ia masih bingung tentang bagaimana dunianya bergeser pada karenanya. Dia menggeser segalanya, dia membalik dan membuatnya naik turun. Dia tidak bisa percaya bagaimana seseorang hanya datang ke hidup kalian dan hanya mengubah segalanya, persepsi kalian, impian kalian, dan hanya segala sesuatu tentang kalian. Dia tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa masuk ke dalam hidup kita dan menjadi pusat dari hidupnya , seperti dia adalah salah satu yang membuat dunia kalian
berputar.

Jiyong membuka matanya dan mendaratkan ciuman kecil di rambutnya. Kebingungan, merasa ketidak pastian. Selama dia ada di pelukannya, asalkan ciumannya hanya miliknya, selama dia terus dengannya, tersenyum dan tertawa untuknya, semuanya tidak perlu jawaban atau penjelasan. Karena dia tahu segala sesuatu sudah berada di tempat yang tepat, dan Dara  hanya miliknya.

Dara masih cekikikan sambil memakan marshmallow yang di panggang di api unggun. Dia dengan senang hati melihat teman-temannya bersemangat bercerita sedangkan Dara dan Jjiyong hanya mendengarkannya. Dara kemudian menggosok tangannya saat angin bertiup. Jiyong kemudian melepas jaketnya dan memakaikannya pada dirinya. Dara tersenyum padanya saat Jiyong menempatkan lengannya pada bahu Dara dan menariknya lebih dekat kepadanya. Jiyong kemudian  menyandarkan kepalanya pada Dara sambil matanya hanya terkunci pada api unggun dan saat ia mencoba berfokus pada temannya yang sedang bercerita.

Jiyong melirik jam tangan dan memastikan bahwa setiap orang asyik menyanyi dan bercerita. Ia berdiri dan menarik Dara dengannya, Dara hanya menatapnya, bingung, mempertanyakan. Jiyong mengangkat tangannya dan menempatkan jari telunjuk di depan bibirnya, menandakan bahwa dia tidak harus membuat kebisingan yang akan menarik perhatian siapa pun. Dara menutup mulutnya saat ia mengangguk.

Itu sudah jam sembilan di malam hari dan di sana mereka berjalan ke taman kamp yang kecil. “Apa yang kita lakukan di sini?” Dara tertawa saat mereka tiba di taman. Jiyong tidak menjawa, ia hanya berjalan pergi dengan Dara menatapnya sambil menghilang di balik pohon, kemudian datang kembali dengan sepeda, sepeda putih. mata Dara melebar dan  bibirnya melengkung ke dalam senyum yang indah. Dara mendekat pada Jiyong yang sudah setengah jalan menuju padanya. “Di mana kau mendapatkan ini?” Tanyanya penuh semangat. “Dari penjaga kamp.” Jawabnya. Dara kemudian tertawa sambil memeluk Jiyong. “Terima kasih,” bisiknya pada Jiyong dan  Jiyong hanya mengangguk.

Dara tertawa saat ia mengayuh sepeda dengan Jiyong yang memeganginya dari belakang. Jiyong mendorongnya dari belakang sambil memberikan petunjuk tentang bagaimana ia harus menyeimbangkan sepeda. Setelah beberapa jam berlatih Dara mampu mengayuh sepeda sendiri dan Dara tidak bisa untuk tidak kagum saat angin menyentuh kulitnya sementara dia mengayuh sepeda di taman dengan Jiyong menatapnya. Tapi Dara kehilangan keseimbangan dan jatuh di tanah. Jiyong bergegas padanya hanya untuk melihatnya tertawa. Jiyong menghela napas lega dan sedikit kecolongan lalu Dara melemparkan lengannya pada Jiyong yang menyebabkan mereka jatuh di tanah berdua. Ada keheningan yang terbentuk lalu Dara mulai menangis sambil tertawa.

Jiyong membelai punggungnya saat mereka berdua duduk. Mereka tidak berbicara satu sama lain tapi hanya menatap satu sama lain, seperti itu semua cukup. Tidak perlu kata-kata, mata mereka menceritakan semuanya.
Dara tertawa sambil memeluk erat Jiyong. “Serius, berhenti memanjakaku,” katanya tertawa. Jiyong hanya memeluk nya. Dia kemudian menjauhkan diri sedikit sambil mencolek  hidungnya. Kau layak dimanjakan,” ujarnya membuat Dara tersenyum. Jiyong kemudian berdiri dan menariknya saat ia mulai naik sepeda lagi dengan dia mengawasinya di bawah langit berbintang. Jiyong meletakkan tangannya di dalam saku lalu ia meraih kamera digital yang baru dibeli. Dia menyalakannya dan mulai mengambil foto-foto Dara, dia setiap tertawa, setiap senyum, setiap gerakan. Lalu senyum terbentuktanpa  sadar di bibirnya saat ia melihat Dara yang dengan senang hati mengendarai sepeda melambai padanya, memanggil namanya dan tertawa.

Jiyong tidak bisa membantu untuk tidak memikirkan bagaimana Dara hanya bersinar dengan semua yang dia lakukan. Dia kemudian mulai mengambil foto-foto Dara tanpa lelah tapi bahkan menginginkan lebih banyak.

Sandara Park To-Do List 🙂

  1. Pergi ke sebuah TAMAN HIBURANG !!
  2. Belajar bagaimana menaiki sebuah SEPEDA !!

—000—

DANG begadang buat trans ini.

Yah hanya karena chapter ini ikut kena virus juga.

please keep leaving a good critism..

 

Weits, Ramadhan is coming. Mohon maaf lahir batin kalo DANG suka rese.

berarti DANG lagi laper. Bahahak

So see you next week on Ramadhan!

 

Sincerely yours,

DANG!

 

37 thoughts on “BE MINE [Chap. 11]

  1. Terimakasih dang udh rela begadang demi translate ^^
    Wah dang rese kalo lg laper? Makan sniker (?) :v
    Semangaaaattt dang !!!!

  2. omooo sebelum puasa hrus baca ff dulu. kerennnn kerennn jiyongnya makin romantis huaaa pengen punya cowok kaya jiyong *ehkokcurhat. cuma bisa bilang ffnya kereenn. makin ke sini makin mantap deeh. smngt translate nya unn

  3. Ternyata Jiyong ingin mengabulkan To-Do List nya Dara,so sweet banget dri seseorang yang dingin,suka kelahi dll, tiba2 berubah sikap menjadi lebih baik karena seorang SANDARA PARK , Dara benar2 angel

  4. jiyong oh jiyong~ sepertinya jiyong sayang bener sama dara, dara beruntung ada si jiyong ‘sang pelindung+penjaga jiwa dan raga dara’ dan jiyong juga beruntung ada dara, hidupnya jadi lebih berwarna… woh jiyong dara, so sweet~ duh senyum-senyum sendiri baca ff ini haha

Leave a comment